Sedangkan Wakil Ketua Panitia Anggaran Jhony Allen Marbun disebut Abdul Hadi
sebagai inisiator dalam pertemuan informal di Hotel Ritz Carlton. "Pertemuan itu
merupakan awal mula kasus ini terjadi," kata Abdul Hadi usai diperiksa di
Gedung KPK, Jakarta, Selasa 17 Maret 2009. Jhony bahkan memiliki peran
penting dalam kasus tersebut. "Pak Jhony Allen yang pimpinannya, inisiatifnya
dia," ujar Abdul Hadi. Semula, stimulus fiskal yang di usulkan pemerintah untuk
Departemen Perhubungan adalah Rp 1,3 triliun. Namun dalam rapat anggaran
disetujui bertambah menjadi Rp 2,1 triliun. Menurut Menteri Perhubungan,
Jusman Syafii Djamal penambahan proyek tersebut atas usulan dewan. Setelah
stimulus dinaikan, Abdul Hadi menjelaskan, banyak rekanan yang mendekati
pimpinan dan panitia anggaran. Lewat Departemen Perhubungan, Komisaris PT
Kurniadjaya Wirabakti Hontjo Kurniawan berusaha mendekati Abdul Hadi Djamal
dan Jhonny Allen. Pada Senin malam, 2 Maret 2009 kasus suap ini terkuak. Abdul
Hadi Djamal ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi di Jakarta. Dia ditangkap
bersama Komisaris PT Kurnia Jaya Wira Bakti Hontjo Kurniawan dan pegawai
Departemen Perhubungan Darmawati Dareho. Ketiganya diduga terlibat dalam
aksi suap program lanjutan pembangunan fasilitas bandara dan pelabuhan di
kawasan timur Indonesia. Nilai proyek itu mencapai Rp 100 miliar.
3. Ketua Pemuda Lira Sumut Marulam Silalahi SE minta kapoldasu dan kejatisu
segera mengusut kecurangan tender renovasi bangunan dan pekerjaan
pembuatan dan pengadaan design interior ruang informasi kantor balai besar
Taman Nasional Gunung Leuser. Hal itu dikatakan Marulan Silalahi kepada
wartawan di kantor Pemuda Lira Sumut jalan Bukit Barisan Medan. Lebih Lanjut
dikatakan Marulam bahwa kecurangan yang terjadi karena pihak panitia lelang
telah memenangkan peserta tender yang tidak memenui persyaratan
Administrasi. Padahal di berita acara jelas pekerjaan aanwinjzing No : BA . 11
93 /BBTNGL 1 /DIPA BA .029 /2009 . tanggal 25 Mei 2009 tertulis penelitian
adminstrasi dan kualifiakasi menyatakan, apabila salah satu Administrasi tidak
lengkap maka dinyatakan gugur . Namun Ketua Panitia Ahmad Taufik Siregar S,
Hut T telah memenangkan peserta tender yang terbukti memiliki sertifikat badan
usaha yang sudah kadaluarsa masa berlakunya dan tidak di perpanjang serta
sertifikat kealiahan (ska) tidak lengkap dan formulir isian kualifikasi tidak
lengkap, ini jelas telah terbukti kecurangan panitia tender tersebut tidak
mengunakan isi dari fakta interigeritas ujar Marulam Silalahi. Dengan bukti
bukti kecurangan ini Marulam SM Silalahi meminta supaya kapolda-su dan
kejatisu memeriksa semua panitia tender tersebut yang telah melakukan
pelanggaran fakta integritas yang di tandatagani oleh seluruh panitia tender
tersebut ujar Marulam. Dirinya sebagai ketua Pemuda Lira Sumut akan segera
melaporkan kecurangan yang di lakukan oleh panitia tender tersebut ke pihak
yang berwajib. Marulam juga mengatakan dirinya telah menerima laporan dari
salah satu pimpinan peserta tender renovasi bangunan dan pekerjaan
pembuatan, pengadaan design interior dan ruang informasi kantor balai besar
Taman Nasional Gunung Leuser. Di tempat yang terpisah Manda, Ketua Aliansi
Mahasiswa Penyelamat Uang Negara (AMPUN ) telah menerima laporan dari
salah satu peserta tender yang ikut serta dalam tender tersebut. Menurut Manda
bahwa panitia tender telah melakukan kecurangan dan dapat mengakibatkan
kerugian negara ujar Manda. Dalam waktu dekat AMPUN akan menyapaikan
kecurangan tersebut dalam bentuk aksi demontrasi damai di Kejatisu dan
Kapoldasu.
Menurutnya, biaya desain gedung DPRD Konut sekitar Rp 200 juta, sedangkan
kantor bupati berkisar Rp 400 juta. "Kalau memang benar dugaan DPRD bahwa
desain gambar hasil jiplakan, tidak hanya anggaran desain yang harus
dikembalikan. Tapi harus diproses secara hukum karena jelas terjadi pelanggaran
Keppres nomor 80 tahun 2003," ujarnya.
Khusus untuk proses tender kantor bupati Konut, Ilham mensinyalir telah terjadi
pelanggaran Keppres. Ini didasarkan pada saat pengambilan dokumen tender.
"Memang ada gambar tapi tidak ada Bill Off Quantity (BOQ) atau volume
pekerjaan. Waktu anuweijzing, para kontraktor minta BOQ dan panitia saat itu
menyetujui. Tapi hingga pemasukan dokumen penawaran, BOQ tidak dikeluarkan
panitia lelang tanpa alasan yang jelas. Jadi para rekanan tidak bisa menghitung
volume pekerjaan secara tepat. Tapi anehnya, ada perusahaan rekanan yang
kami duga mendapat BOQ," bebernya. Pernyataan Ilham dipertegas lagi Fadli S
Tanawali, Ketua BPP Asosiasi Kontraktor Umum Indonesia (Askumindo) Sultra.
Panitia proyek melalui Biro Ekonomi dan Pembangunan Pemkab Konsel, tidak
memperlihatkan review desain. Sehingga seenaknya saja melakukan perubahan,
termasuk rincian biaya.
Kecurangan proses tender proyek kantor DPRD dan bupati, sudah diketahui
Aswad Sulaiman pelaksana jabatan bupati Konut. Namun tidak ditindak lanjuti.
"Anehnya lagi, proyek milyaran tidak dikerjakan instansi teknis tapi biro ekonomi
dan pembangunan. Ada kesan dipaksakan dikerjakan," kata Fadli.
http://adriantohidayat.blogspot.co.id/2011/09/etika-profesi-arsitekturcases.html