STUDI KASUS :
Mata Kuliah Etika Profesi (TA 72002)
KONFLIK BANGUNAN
CAGAR BUDAYA Semester Ganjil (2020-2021)
Dalam Undang Undang Arsitek no 6 tahun 2017, yang disebut
Arsitek adalah seorang yang melakukan praktek Arsitek,
mempunyai Surat Tanda Registrasi yang merupakan Anggota
dari asosiasi Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).
Sebagai anggota IAI, Arsitek akan terikat oleh Kode Etik dan
Tata Laku IAI yang berlaku
IKATAN ARSITEK INDONESIA
ETIKA = MORAL
PEMDA INVESTOR
DEVELOPER
QS ARSITEK X MK
KONTRAKTOR OWNER
ARSITEK Y SUPPLAY
ARSITEK Z
STUDI KASUS : KONFLIK BANGUNAN CAGAR BUDAYA
Sebelum membahas Studi Kasus ini perlu dipahami Kode Etik
dan Kaidah Tata Laku Arsitek dan terkait dengan kasus
dimaksud.
Dalam hal ini penelitian terhadap bangunan existing dan kawasan menjadi
sangat penting, karena hal ini terkait dengan bangunan cagar budaya ada
undang undang yang mengaturnya. Dalam Undang Undang no 11 tahun
2010 tentang Cagar Budaya, bangunan Cagar Budaya yang
teregristrasi maupun bangunan yang diduga Cagar Budaya harus
dipertahankan dan dilestarikan. Pelanggaran terhadap undang undang ini
dapat dikenakan sanksi Pidana. (Kaidah Tata Laku 3.101 & 3.302 -
memahami peraturan & menghindari pelanggaran hukum)
Hasil Penelitian awal sebenarnya tidak perlu detail, karena dari data
literatur dan pengamatan lapangan sebenarnya dapat diketahui, kecuali
memang sudah membutuhkan pendataan ulang. Pemahaman terhadap
kriteria bangunan cagar budaya harus diketahui dulu oleh semua pihak
yang terlibat, karena juga merupakan Kewajiban Arsitek terhadap
Pengguna Jasa dengan menunjukan kecakapan dan kepakarannya (3.102)
Contoh yang baik
Tidak semua Arsitek memahami kode etik Arsitek dengan sepenuh hati
sehingga masih dibutuhkan waktu panjang agar masyarakat dapat
menghargai Arsitek sebagai orang yang membela kepentingan
masyarakat untuk meningkatkan harga diri bangsa. Arsitek masih
dilihat sebelah mata oleh pemerintah, terlihat dari undang-undang
yang baru keluar tahun 2017 (perjuangan IAI lebih dari 20 tahun)