Anda di halaman 1dari 7

Masjid Bentang Lebar

“Struktur Ruang Pada Masjid Agung Demak”

PENDAHULUAN

Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Pulau Jawa. Masjid ini memiliki ruang
utama yang besar sehingga untuk menaungi ruang ini diperlukan struktur atap yang besar dan kokoh.
Struktur Masjid Agung Demak memiliki karakteristik yang berbeda dengan masjid yang lain. Artikel ini
bertujuan untuk mendapatkan gambaran/pemahaman struktur Masjid Agung Demak yang memiliki
bentang yang besar. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan kategori sifat penelitian
deskriptif eksploratif. Pengumpulan data dengan survei dan observasi langsung ke Masjid Agung Demak,
penelusuran bahan pustaka, wawancara, pengukuran dan penggambaran serta dokumentasi. Analisis
yang digunakan adalah deskriptif-analitis melalui gambar-gambar atau foto-foto dan sketsa. Dalam
penelitian ini ditemukan karakteristik sistem struktur bentang lebar Masjid Agung Demak yang memiliki
keunikan dalam mempertahankan sistem struktur sejak awal pendiriannya, penggunaan kayu dalam
menyelesaikan bentang lebar masjid dan membagi sistem struktur dalam tiga susun tajug

ANALISIS STRUKTUR RUANG MASJID AGUNG DEMAK

Bentuk Masjid Agung Demak dapat dikenali melalui unsur-unsur elemen visual seperti garis, shape,
value , tekstur, warna dan ruang. Bentuk dianggap sebagai suatu yang fundamental, berdiri sendiri
sebagai suatu elemen tertutup dan terstruktur dalam dunia visual (Wardani, 2013: 198).

Masjid Agung Demak termasuk masjid yang besar dikarenakan memiliki ruang utama sholat berbentuk
bujur sangkar berukuran 24 x 24 meter dengan penutup atap taju g susun tiga, sehingga membutuhkan
struktur ruang utama yang kuat. Struktur Masjid Agung Demak termasuk struktur bentang lebar yang
sangat menarik untuk diteliti (Gambar 1, 2),

Gambar 1. (kiri) Posisi Masjid Agung Demak

Gambar 2. (kanan) Masjid Agung Demak (Sumber : Kusyanto, 2015)


Masjid Agung Demak termasuk dalam masjid Jawa yang memiliki karakteristik meliputi denah
persegi, atap piramid, dibatasi dinding sekeliling, dekat komplek makam, dan memiliki struktur utama
saka guru, sementara serambi dan menara merupakan elemen tambahan (Budi, 2004).

Ruang utama merupakan salah satu komponen yang ada dalam sebuah masjid. Menurut Su

malyo (2000), komponen yang ada dalam masjid adalah (1) ruang untuk sholat bersama (ruang utama);
(2) mimbar yakni tempat duduk tempat berceramah, agar lebih mudah didengar dan dilihat oleh umat
atau peserta shalat jamaah ; (3) mihrab yakni sebuah ceruk atau ruang relatif kecil masuk dalam
dinding, sebagai tanda arah kiblat. Biasanya mimbar berdampingan di sebelah kanan mihrab; (4) tempat
wudhu yakni ruang untuk menyucikan diri dengan antara lain membasuh tangan, muka dan kaki
sebelum sembahyang; (5) minaret yakni menara untuk ”memanggil” untuk bersembahyang atau azan
yang juga menjadi ritual shalat; (6) dikk a , semacam panggung dengan tangga, diletakkan di tengah
ruang shalat utama (unsur pelengkap yang tidak selalu ada dalam masjid); (7) dekorasi. Menurut
Frishman (1994: 32–41), masjid memiliki komponen bagian yang meliputi ruang yang diberi batas,
dinding kiblat dan mihrab, mimbar, dikka , kursi, maqsura, kolam, minaret, dan gerbang

Bentuk dan ruang ditampilkan sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam usaha merespons
kondisi, fungsi, dan tujuan sesuai konteksnya (Ching: 2008: ix). Ruang utama Masjid Agung Demak
berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 24x24 meter yang dapat menampung sedikitnya 500 jamaah.
Bentuk bujur sangkar ruang utama sangat memungkinkan struktur atap tajug ini dipakai untuk menaungi
ruang utama (Gambar 4).

utama (Gambar 4).

Gambar 4. Penggunaan Atap

Tajug pada Denah

Bujur sangkar

Atap yang digunakan pada Masjid Agung Demak adalah tajug bersusun tiga. Masing-masing tajug

memiliki karakteristik sistem struktur yang tidak sama. 1.

T ajug Susun 1
Tajug susun 1 berhubungan langsung dengan ruang utama Masjid Agung Demak. Sistem struktur ruang
utama ini ditopang oleh 4 saka guru. Berdasarkan wawancara dengan pengurus Takmir Masjid Agung
Demak, tinggi setiap saka guru adalah 17 meter. Keempat saka guru ini merupakan karya empat wali
dari walisanga. Susunan formasi tata letak saka guru adalah : - Bagian Barat Laut : Sunan Bonang
(Tuban) - Bagian Barat Daya : Sunan Gunung Jati (Cirebon) - Bagian Tenggara : Sunan Ampel (Surabaya) -
Bagian Timur Laut : Sunan Kalijaga (Kadilangu Demak) yang lebih dikenal dengan Saka Tatal.

Ke empat saka guru ini memiliki keunikan bahwa jarak antar saka guru tidak membentuk bujur sangkar.
Hal ini diduga terjadi pergeseran saat rehab atau pemugaran saka guru tersebut (Gambar 5).

Gambar 5. Jarak Antar Saka Guru

Saka guru ruang utama masjid Agung Demak menopang atap masjid yang paling atas ( tajug susun 3),
atap tajuk susun yang tingkat kedua ditopang oleh struktur saka penanggap yang terbuat dari beton
berbentuk lingkaran yang mengelilingi saka guru dan tajug susun 1 ditopang oleh dinding masjid dari
batu bata yang mengelilingi ruang utama masjid. (Gambar 6).
Gambar 6. Saka Guru dan Saka Guru Penanggap Ruang Utama

Empat saka guru berdiameter 1,45 meter itu menahan beban bagian atap tertinggi ( taju g

susun 3). Tiang sekeliling saka guru (saka penanggap) menahan beban atap tajug susun 2, dan menjadi
tautan atap paling bawah ( tajug

susun 1).

Tajug susun 1 memiliki keunikan penutup gentingnya membentuk teritisan yang lebar sehingga harus
ditopang oleh saka atau kolom. Ada perbedaaan kolom penahan teritisan pada sisi Utara dan Selatan
menggunakan kolom berbentuk lingkaran, sedangkan pada sisi Barat teritisan ditopang kolom persegi
(Gambar 8,9,10).
Gambar 8. (kiri) Kolom sisi Selatan

Gambar 9. (tengah) Kolom sisi Utara

Gambar 10. (kanan) Kolom sisi Barat

Kolom teritisan sisi Timur menopang pertemuan atap tajug dengan atap limasan yang menaungi serambi
masjid membentuk sebuah talang (Gambar 11).

Gambar 11. Kolom sisi Barat

2. Tajug Susun 2

Tajug susun 2 ditopang oleh saka penanggap. Untuk memperkuat saka penanggap dalam menopang
beban atap, dipecahkan melalui kudakuda berbentang lebar. Bentang atap yang besar yakni 14,5 m.
Sambungan pada kudakuda dipatek dengan pasak kayu. Untuk memperkuat kuda-kuda dipasang plat
baja sebagai klem rangka kuda-kuda (Gambar 12).
Gambar 12. Kuda-kuda Masjid Agung Demak

Kuda-kuda yang dipasang berjumlah 2 buah dengan bentang yang sama. Kuda-kuda terbuat dari 2 kayu
yang digabungkan dengan dipasak. Keunikan peletakkan kuda-kuda ini tidak ditopang oleh saka
penanggap melainkan menumpang diatas blandar yang melintang di atas saka penanggap (Gambar 13).
Untuk memperkuat sisi Timur dan Barat dipasang setengah kudakuda memanjang (Gambar 14).

3. Tajug Susun 3

Sistem struktur atap yang paling atas, ditopang oleh blandar

yang bersilangan dengan diberi penegak (makelar) ke atas menopang atap yang paling atas (Gambar
15).
Gambar 15. Struktur Penopang Atap Tajug Susun 3

Keunikan struktur pada

tajug susun 3 adalah penggunaan kayu pada blandar yang bersilangan tidak dalam posisi tegak tetapi
telentang dan tidak menopang pada ke empat saka guru tetapi menopang blandar yang melintang yang
ditumpu oleh saka guru

Anda mungkin juga menyukai