Anda di halaman 1dari 9

Kawasan Masjid Menara Kudus

Kawasan Masjid Menara Kudus mempunyai karakteristik yang relatif


homogen, yaitu pemukiman tradisional dengan perkembangan perdagangan dan
jasa pada koridor jalan – jalan utama. Ditemukan beberapa teritori lahan dengan
susunan semakin dekat ke area masjid maka pagar akan semakin tinggi dan
sebaliknya. Open space akan melebar jika menuju tempat yang penting seperti
aula masjid menara kudus. Path secara umum di kawasan masjid menara kudus
membentuk pola simetris dengan Jalan Sunan Kudus sebagai jalan utama yang
membagi wilayah utara dan selatan, seangkan Jalan Kyai Telingsing membagi
wilayah barat dan timur (Agus et al., 2017).

Masjid Menara Kudus adalah kompleks yang menempat lahani seluas


sekitar 0,5 hektar, di mana, di samping bangunan masjid, ada juga menara batu,
dan makam Sunan Kudus beserta gerbangnya. Itu kompleks masjid Menara
Kudus dikelilingi oleh dinding bata setinggi 2 meter. Keunikan Masjid Menara
Kudus adalah keberadaan menara bangunan yang menyerupai bangunan candi.
Sebagai tambahan, Masjid ini juga memiliki gerbang bentar dan kori (Ashadi,
2017)

Gambar 1 1 Bagian luar kawasan Masjid Menara Kudus


Bangunan Luar

Bagian luar bangunan yang memiliki gaya arsitektur meliputi bentukan


menara masjid yang identik dengan gaya arsitektur Hindu berupa candi; jenis atap
bangunan utama masjid berupa atap tajug yang merupakan ciri khas atap
bangunan suci gaya arsitektur Jawa; serta bentukan atap serambi masjid berupa
atap kubah besar disertai dengan bentukan 2 buah kubah kecil dan bentukan-
bentukan setengah lingkaran dengan patahan di tengahnya merupakan ciri khas
gaya arsitektur Mughal India (Aisy, n.d.). Orientasi bangunan masjid jelas
diwakili oleh posisi gerbang bentar (pintu masuk utama), gerbang kori pertama,
gerbang kori kedua, dan mihrab. Keempat elemen penting ini terletak pada garis
lurus menunjuk ke arah Kiblat. Setelah pengukuran dengan kompas, menunjukkan
orientasi ke arah 9 derajat menyimpang dari barat ke utara (Ashadi & Sudikno,
2015).

Bentuk Atap

Gambar 1 2 Atap Masjid Al-Aqsha (Masjid Menara Kudus)

Terdapat 5 jenis atap yang digunakan pada Masjid Menara Kudus (kiri).
Bagian atap yang utama terdiri dari tajug dua tingkat dengan empat kolom yang
menopangnya kemudian atap kubah pada bagian serambi, atap pelana, atap
melengkung, dan atap datar. (Salim et al., 2019).
Menara Masjid

Menara Kudus adalah menara yang awalnya digunakan untuk azan,


dengan bentuk yang unik. Gaya bangunan menara tersebut terlihat jelas
menunjukkan pengaruh bentuk bangunan candi Hindu-Jawa. Indikasinya, seperti
bangunan candi Hindu pada umumnya, struktur bangunan menara masjid ini
terdiri dari tiga bagian, yakni: kaki, badan, dan puncak bangunan (Triyanto et al.,
2019). Masjid Menara terletak di bagian depan masjid dan kompleks makam.
Bahan bangunan yang digunakan oleh menara adalah batu bata dengan pelat
porselen di dinding. Menara tingginya sekitar 18 meter dengan luas 100 m 2 (Anisa
& Lissimia, 2020).

Gambar 1 3 Sketsa Menara Masjid Kudus

Bagian kaki menara dari pasangan bata tanpa perekat memiliki tiga pelipit
yang tersusun menjadi satu; bagian tengah merupakan bagian yang menonjol; dan
bagian atas terdiri dari beberapa susunan yang makin ke atas makin melebar.
Tubuh menara bagian bawah merupakan pelipit besar dan tinggi yang terbagi dua
oleh sebuah bingkai tebal; bagian tengah berbentuk persegi yang ramping dengan
dinding pada sisi utara, timur, selatan terdapat sebuah relung yang kosong, dan
pada sisi barat terdapat pintu masuk dari kayu untuk masuk ke sebuah bilik,
bagian atas terdiri dari susunan pelipit mendatar yang makin ke atas makin
panjang dan melebar. Hiasan yang terdapat pada bagian tubuh berwujud bentukan
berpola geometris, mangkok porselin bergambar dekorasi yang dipasang secara
selang-seling bentukan berdekorasi silang; juga terdapat piring-piring yang
ditempelkan bergambar masjid, manusia dengan onta dan pohon kurma, dan
bunga.

Puncak Menara berupa ruangan mirip pendopo berlantai papan yang


ditopang empat tiang kayu yang bertumpu masuk pada lantai papan yang berlapis.
Keempat tiang menopang atap berbentuk limas bersusun dua (bangunan bentuk
tajug beratap tumpang-2). Lantai ruangan dicapai melalui sebuah tangga kayu
yang hampir tegak lurus di tengah-tengah bilik pada bagian tubuh Menara. Di
bawah atap digantungkan bedug, dan pada puncak atap terdapat tulisan berhuruf
Allah arab (Roesmanto, 2013).Pada salah satu tiang terdapat inskripsi yang ditulis
dengan huruf dan bahasa Jawa yang berbunyi Gapura Rusak Ewahing Jagad,
yang menggambarkan kondisi sosial-politik kerajaan demak pada tahun (1685 M).
Atap menara berbentuk limas bersusun dua dan di bagian puncaknya terdapat
tulisan Arab Allah, sedangkan di bagian bawah atap menara tergantung sebuah
beduk dan kentongan (alat pukul sebagai pengingat) (Nasution, 2004).

Gerbang Luar (Candi Bentar) dan Gapura Dalam (Paduraksa)

Bangunan pendukung penting yang terkenal karena kekhasannya di


kompleks Masjid Menara Kudus adalah menara yang berbentuk bangunan candi
HinduJawa gaya Jawa Timuran. Ketinggian menara masjid ini sekitar delapan
belas meter. Sedangkan bagian dasar bangunan menara memiliki ukuran 10 x 10
m. Di sekeliling dinding bangunan menara, terdapat tempelan ornamen berupa
hiasan piring-piring sebanyak 32 buah. Motif hias dalam piring-piring tersebut
yang berwarna biru berjumlah dua puluh itu menggambarkan beberapa motif hias
flora dan fauna. Sisanya yang dua belas hiasan piring berwarna merah dan putih
diisi dengan motif hias bentuk stilasi bunga (Triyanto et al., 2019).
Gambar 1 4 Gerbang Luar Masjid (Candi Bentar)

Pada bagian serambi Masjid Menara Kudus, dijumpai bangunan gapura


paduraksa. Oleh warga setempat gapura paduraksa, yang berbentuk gapura
bergaya arsitektur Hindu, disebut dengan istilah lawang kembar (pintu kembar).
Bangunan pendukung lain yang ada dalam kompleks masjid adalah pancuran
(kran air) untuk wudu sebanyak delapan buah. Jumlah delapan pancuran untuk
wudu itu dipandang mengadaptasi ajaran Budha delapan jalan kebenaran atau
disebut dengan istilah asta sanghika marga yang di atasnya diletakkan arca.

Gambar 1 5 Gapura dalam (Paduraksa)

Ruang Sholat

Ruang shalat di Masjid Menara Kudus memiliki bentuk persegi dengan


orientasi saat shalat menghadap ke area mihrab. Karena ruang utama juga
digunakan untuk kegiatan kajian Al Quran, orientasinya berubah menjadi ke arah
tengah. Terdapat satu dari tiga kolom soko guru yang terdapat di bagian ruang
shalat (Salim et al., 2019).

Gambar 1 6 Ruang Sholat

Serambi

Serambi merupakan ruangan terbuka atau ruangan di luar bangunan inti


masjid. Lantai pada serambi biasanya lebih rendah dari lanatai masjidnya, hal ini
dikarenakan ruanagan ini mempunyai nilai yang lebih rendah dibanding dengan
ruangan masjidnya disebabka ruangan ini dianggap semi sakral dan ruangan
masjidnya bersifat sakral. serambi masjid Al-aqsa (Masjid Menara Kudus). berupa
bangunan terbuka terbagi dua yaitu serambi luar dan serambi dalam. Serambi luar
berkuran panjang 9,50 m dan lebar 13,50 m. Pada serambi ini terdapat sebuah
gapura kori agung dengan tinggi ± 3m. Letak kori agung memisahkan antara
serambi luar dengan serambi dalam dan serambi dalam berukuran panjang 26,50
m dan lebar 22 m (Kuffa, 2018; Salim et al., 2019).

Gambar 1 7 Sketsa serambi masjid


Mimbar

Mimbar merupakan tempat yang digunakan untuk berkhotbah atau


memberi ceramah untuk menyampaikan suatu berita (pengumuman) pada jamaah
sholat. Mimbar yang memiliki gaya arsitektur yang identik dengan mimbar-
mimbar yang dibangun oleh walisongo dalam hal ini ialah Syekh Ja'far
Shodiq/Sunan Kudus (Aisy, n.d.).

Gambar 1 8 Mimbar masjid

Furnitur didalam masjid

Pintu pada bangunan Masjid Menara Kudus ini terdapat 2 jenis. Jenis yang
pertama yaitu pintu ganda dengan dua buah daun pintu yang merupakan salah satu
ciri khas pintu pada gaya arsitektur Hindia Belanda serta pintu jenis kedua yaitu
pintu ganda dengan sistem geser dan menggunakan material kaca transparan yang
memiliki jenis gaya arsitektur Mughal India. Jenis jendela yang terdapat pada
bangunan adalah satu jenis yaitu jenis jalusi (2 buah daun jendela) dengan
material yang digunakan yaitu kayu jati. Jendela pada bangunan masjid ini
memiliki gaya arsitektur Hindia Belanda (Anisa & Lissimia, 2020; Kuffa, 2018).
Gambar 1 9 Furnitur pada bagian dalam Masjid Menara Kudus
Dinding pada bangunan Masjid Menara Kudus ini memiliki material
berjenia batu bata dengan warna cat putih. Beberapa jenis ornamen ditemukan
pada dinding bangunan berupa bentukan stilisasi tanaman sulur-suluran berbahan
batu alam berwarna putih kecoklatan.

Kolom pada bangunan memiliki tiga jenis yang berupa kolom soko guru
pada ruang utama masjid dengan bahan kayu jati dengan ukiran dibagian atasnya
yang sudah ada semenjak tahun 1918, kolom kedua terdapat pada ruang serambi
dalam masjid yang berupa kolom kayu berdiameter ±15 cm dengan ornamen serta
percabangan pada bagian atas kolom, selanjutnya kolom jenis ketiga yaitu yang
terdapat pada bagian serambi bangunan yang berupa kolom dengan diameter ±35
cm dengan material berupa beton (Aisy, n.d.; Salim et al., 2019).

Daftar Pustaka

Agus, B. S., Sugiarto, B., & Antariksa. (2017). STUDI PELESTARIAN


KAWASAN MASJID MENARA KUDUS KABUPATEN. October 2005.

Aisy, R. (n.d.). Pelestarian Bangunan Masjid Al Aqsa Manarat Qudus ( Masjid


Menara Kudus ) Jawa Tengah.

Anisa, A., & Lissimia, F. (2020). Indonesia The influence of historic buildings
existence on economic development and regional arrangement.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/452/1/012018

Ashadi. (2017). Correlation Between the Mosque and Traditional House


Architecture in Kudus , Indonesia. November.

Ashadi, A., & Sudikno, A. (2015). Pengaruh Sinkretisme Agama Islam Kejawen
pada Arsitektur Masjid Menara Kudus. March 2017.

Kuffa, A. (2018). Karakteristik Arsitektur di Kota Lama Kudus. July.


https://doi.org/10.24853/nalars.17.2.155-164

Nasution, I. P. (2004). Suatu Survei dan Studi Kepustakaan. 6(April), 27–40.

Roesmanto, T. (2013). Rupa bentuk menara masjid kudus, bale kulkul dan candi.
27(11), 28–35.

Salim, M. R., Thahir, A. R., & Iskandar, J. (2019). ARSITEKTUR ISLAM PADA
BANGUNAN MASJID KUDUS , YOGYA AND ACEH. September, 239–244.

Triyanto, Sugiarto, E., & Pratiwinindya, A. (2019). MASJID MENARA KUDUS :


Refleksi Nilai Pendidikan Multikultural pada Kebudayaan Masyarakat
Pesisiran. XIII(1).

Anda mungkin juga menyukai