Anda di halaman 1dari 6

Pontianak Heritage

Mesjid Al-Jihad
pontianakheritage 3 tahun yang lalu

Iklan

Beberapa pucuk pohon kelapa tampak di depan halaman surau. Tak


seberapa jauh dari menara mesjid juga terdapat pohon kelapa,
tingginya hampir setengah dari tinggi menara. Disisinya berdiri
rimbun sebatang pohon. Sepertinya pohon bunian atau pohon
jambu batu.

Bangunan suraunya sendiri berbentuk persegi empat. Dengan


menara seperti dibuat tiga bagian. Satu bagian kubah. Satu
bagian sebelum kubah, dimana terdapat sebuah jendela besar
pada sisinya. Satu lagi bagian dibawahnya yang terdapat dua
jendela. Bagian yang dibawah itu nampak menjadi satu bagian
dengan bangunan utama.

Deskripsi diatas merupakan deskripsi dari beberapa foto lama


yang saya peroleh. Sejarah mencatat, mesjid ini mulai dibangun
tanggal 12 Maret 1964. Dan kali pertama mesjid ini diresmikan
untuk shalat Jumat adalah pada tanggal 29 Oktober 1964.

Pada awalnya bangunan mesjid ini seperti mesjid pada


umumnya, berlantai satu, atapnya memakai kubah serta
dilengkapi sebuah menara. Menempati lahan sekitar 700 meter
persegi. Kala itu ada beberapa tokoh masyarakat pemrakarsa, di
antaranya A. Moeis Amin, Drs. Mauluddin, Drs. Ahmad Din,
kemudian DA. Hadi dan masyarakat lain.

Nama Al-Jihad sebagai nama mesjid ini diidentikkan dengan


perjuangan di jalan Allah. Manifestasi semua aktivitas dari
berawalnya keberadaan mesjid ini salah satuya. Sebagai bagian
dari perjuangan, untuk mendapat ridha-Nya. Dan tentuya juga
segala perjuangan atau kegiatan berkelanjutan yang ada di
lingkungan mesjid,

Seiring dengan perjalanan waktu. Perkembangan pembangunan


kota, pemukiman di sekitarnya dan sebagai upaya untuk
menampung jumlah jemaah yang terus bertambah. Mesjid ini
telah mengalami beberapa kali renovasi.

23 tahun kemudian, bangunan mesjid direnovasi secara


menyeluruh. Tepatnya pada tanggal 9-21 November 1987
bangunan lama dibongkar. Dan mulai dibangun dengan
pemancangan tiang pertama. Pelaksanaan pembangunan mesjid
berlangsung dari tanggal 23 November 1987 sampai dengan 30
Maret 1988.

Setelah 4 bulan 9 hari masa pembangunan. Pada hari jumat,


tanggal 1 April 1988, mesjid dua lantai ini kembali diresmikan.
Dengan luas keseluruhan mesjd mencapai 870m2. Bangunan
mesjid semakin bertambah luas berkat hibah tanah dari
Baroamas Jabang Balunus dan Wan Ali warga setempat.

Kini mesjid Jihad berada tepat di persimpangan Jalan Gusti


Johan Idrus (Jalan Sumatera) dan Jalan Sultan Syarif
Abdurrachman. Secara administratif masuk ke dalam kelurahan
Parit Tokaya kecamatan Pontianak Selatan.

Ada beberapa ciri khas dan keunikan yang terdapat di mesjid ini.
Penggunaan kayu belian pada hampir semua bagian mesjid tak
terkecuali. Dengan itur berwarna dasar kayu, coklat tua.
Membuat bangunan mesjid terlihat kokoh, unik dan sekaligus
menetramkan.

Untuk arsitekturnya banyak mewakili arsitektur dari berbagai


etnis yang ada di Kalimantan Barat. Seperti unsur Melayu
tampak pada rangka bangunan utama.Dua tangga yang berada di
samping kanan dan kiri serambi salah satunya. Coba anda
perhatikan lekak-lekuk ukiran di beberapa kayu-kayu belian,
pada tiang-tiang di ruang utama dan tiang di serambi. Anda
sepakat dengan saya bahwa itu kental dengan nuansa Melayu
dan Dayak. Juga ukiran di setiap sudut atap bangunan utama dan
menara.

Tempat bola lampu pada langit-langit di serambi. Apa yang


terbayang ketika anda melihat bentuknya? Pastinya bentuk
persegi empat dari empat kayu yang tersusun tersebut memiliki
makna tersendiri mengapa dibuat seperti demikian.

Sementara unsur Jawa terlihat pada kubah yang berbentuk


limas, Serta ukiran pada tiang tangganya, dimana bentuk
semacam ini banyak dijumpai pada bangunan serta rumah-
rumah khas Jawa.

Keberadaan sebuah jam dinding besar tak seberapa jauh dari


mimbar juga menambah kaya khasanah. Jika sekilas anda
perhatikan, Bentuk jam tersebut seperti jam dinding di masa
Hindia Belanda dengan ornament menyerupai dua ekor naga.
Namun coba perhatikan lebih seksama, maka akan anda liat jam
tersebut beraksara arab.

Satu lagi. Lampu gantung yang terdapat di serambi lantai dua.


Walau terlihat telah usang dan sedikit tak terawat. Namun
lampu gamtung ini memiliki makna ceritanya sendiri sebagai
salah satu bentuk hasil kebudayaan indies.
Kembali ke lantai dasar, keberadaan sebuah taman juga turut
memperindah keberadaan mesjid. Di sebelah sisi kanannya,
terdapat sebuah gentong berukuran besar. Awalnya gentong
besar ini difungsikan menampung air sebagai salah satu tempat
berwudhu. Namun sekarang keberadaan Gentong ini tidak lagi
dipergunakan fungsinya. Di sebalah barat laut (kiri depan)
mesjid terdapat sebuah menara setinggi kurang lebih 20 meter.

Ada juga terdapat ruang perpustakaan. Tepatnya di serambi


sebelah kiri mesjid. Bergeser sedikit, terdapat pintu masuk
menuju ruang utama. Selain dari sisi tengah ini, pintu masuk
juga terdapat di sisi kiri dan sisi kanan. Masuklah ke ruang
utama mesjid. Didalamnya terdapat tulisan Kaligra yang
menghiasi dinding. Didalam ruang utama mesjid ini juga
terdapat mimbar dengan atap berwarna kuning. Luas lantai
dasar mesjid tercatat 135,50 meter persegi.

Sebagai salah satu bangunan yang memiliki ciri khas dan


menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan sejarah
kota. Sudah sepatutnya bangunan ini terus dijaga, di rawat dan
dilestarikan. [dimuat di Borneo Tribune, Jumat, 16 November
2012]

Iklan

Kategori: Berciri khas

Tag: mesjid jihad, pontianak heritage, sejarah kota pontianak, wisata pontianak,
wisata sejarah pontianak

Tinggalkan sebuah Komentar

Pontianak Heritage
Blog di WordPress.com. Kembali ke atas

Anda mungkin juga menyukai