Anda di halaman 1dari 5

Masjid Pintu Seribu Tangerang

Posted by Harry Prasetyo at 21.06


Anda tahu bangunan Lawang Sewu yang berada di kota Semarang bukan?Yang konon
katanya kenapa diberikan julukan lawang sewu karena jumlah pintunya mencapai seribu.
Atau mungkin mengenal dengan Masjid Seribu Tiang di Jambi.Nah, di Tangerang tepatnya di
Kampung Bayur, Priuk, Tangerang juga ada bangunan yang mempunyai seribu pintu,
namanya Masjid Seribu Pintu.

Cukup menarik juga karena jarang sekali ada sebuah masjid di Indonesia yang
mempunyai pintu sebanyak seribu buah dan mungkin hanya masjid ini saja yang mempunyai
pintu sebanyak itu. Berikut ini ada ulasan singkat masjid seribu pintu yang di dalamnya juga
ada sebuah Al-Aquran berukuran besar.

Sejarah
Masjid yang berdiri di atas tanah seluas 1 hektar ini didirikan sekitar tahun 1978. Pendirinya
adalah seorang warga keturunan Arab yang warga sekitar menyebutnya dengan sebutan Al-
Faqir. Al Faqir ini adalah salah satu santri dari Syekh Hami Abas Rawa Bokor yang
memulai pembangunan masjid itu dengan membuat Majelis Ta’lim terlebih dahulu di daerah
tersebut. Ia pun membangun masjid ini dengan merogoh koncek kantongnya dari sendiri.
Warga sekitar pun untuk menghormatinya lantas memberikannya gelar Mahdi Hasan Al-
Qudratillah Al Muqoddam. Al-Faqir ini kabarnya tidak membangun majis di Tangerang saja
melainkan juga membangun masjid serupa di Karawang, Madiun, dan beberapa kota lain di
Indonesia.

Arsitektur Luar dan Dalam Masjid


Tidak seperti saat kita membangun sebuah bangunan yang harus didahului dengan membuat
rancang bangunnya atau blueprintnya terlebih dahulu. Masjid seribu pintu ini pembangunan
justru tidak memakai gambar rancang.
Jadi tidak desain dasar yang bisa menampilkan corak arsitektur tertentu. Bisa
dikatakan masjid ini campur aduk desain arsitekturnya bila dilihat dari adanya pintu-pintu
gerbang yang sangat ornamental mengikuti ciri arsitektur zaman Baroque, tetapi ada juga
yang bahkan sangat mirip dengan arsitektur Maya dan Aztec. Masjid ini memang memiliki
banyak sekali pintu, namun tidak memiliki kubah besar sebagaimana masjid pada umumnya.
Di beberapa pintu masjid tampak ornamen dengan angka 999. Angka 999 itu
merupakan penggabungan jumlah asma Allah yang berjumlah 99 dan 9 wali songo. Di antara
pintu-pintu masjid terdapat banyak lorong sempit dan gelap yang menyerupai labirin. Di
ujung lorong ada beberapa ruang bersekat-sekat hingga membentuk ruangan seperti mushola
dan setiap ruangan (mushola) yang luasnya adalah sekitar 4 meter diberikan nama. Ada
mushola Fathulqorib, Tanbihul-Alqofilin, Durojatun Annasikin, Safinatu-Jannah,
Fatimah hingga mushola Ratu Ayu.
Setiap lorong di masjid ini sudah dilengkapi dengan penunjuk jalan. Dan, salah satu
ruang dari sekian banyak lorong itu menuju ruang bawah tanah yang disebut ruang tasbih.
Ruang ini biasa digunakan oleh Al Faqir dan jamaah lainnya untuk ber-istiqomah.

Tasbih Berukuran Besar


Selain memiliki seribu pintu, di dalam ruang bawah tanah masjid ini ada tasbih raksasa yang
terbuat dari kayu terpajang di salah satu sudut ruang berteralis besi. Ukuran masing-masing
butir tasbihnya berdiameter 10 cm atau sekitar kepalan orang dewasa dan di 99 butir tasbih
tersebut tertulis asma'ul Husna.

Lokasi Masjid
Lokasi masjid ini berada di RT 01 RW 03, Kampung Bayur, Priuk Jaya, Jatiuwung,
Kabupaten Tangerang, Banten. Untuk mencapainya caranya cukup mudah dijangkau dengan
mobil dan hanya beberapa menit dari pusat Kota Tangerang. (berbagai sumber)

Sejarah Masjid Pintu Seribu Tangerang

Masjid Nurul Yaqin/Masjid Pintu Seribu


Masjid Pintu Seribu yang berada di kota Tangerang yang termasuk dalam provinsi banten
yang kala itu adalah merupakan pusat penyebaran agama Islam di ujung barat Pulau Jawa.
Maka tak heran, potensi wisata Banten di era modern begitu di dominasi wisata religi. Salah
satunya adalah Masjid Pintu Seribu nama aslinya Masjid Nurul Yakin.
Area Depan Masjid
Lokasinya berada di kampung Bayur, Priuk Jaya, Jatiuwung, Kabupaten Tangerang,
Banten. Cukup mudah untuk dijangkau dengan mobil, hanya beberapa menit dari pusat Kota
Tangerang. Masjid ini dinamakan Masjid Seribu Pintu karena tidak ada yang tahu berapa
jumlah sebenarnya pintu masjid ini. Bahkan, pengelola masjid pun tidak tahu persis berapa
jumlah pintu yang ada. Karena mereka tidak pernah menghitung jumlah pintu yang ada di
masjid itu. Masjid pintu seribu ini, didirikan tahun 1978 oleh almarhum Syekh Al-Bakhir
Mahdi seorang warga keturunan Arab yang warga sekitar menyebutnya dengan Al-Faqir.
Semua pembiayaan pembangunan dia tanggung sendiri, Al-Fakir meninggal pada tanggal 1
Ramadhan 2012 lalu. Selanjutnya, kepengurusan masjid berpintu seribu ini dilanjutkan oleh
keempat putra almarhum, yakni Khairul Zaman, Khainul Yakin, Fatwa Paku Alam,
dan Khairullah.

Sebagai penghormatan, warga sekitar memberinya gelar Mahdi Hasan Al-Qudratillah Al-
Muqoddam. Kabarnya, Al-Faqir juga sedang membangun masjid serupa di Karawang,
Madiun, dan beberapa kota lain di Indonesia. Pembangunan masjid ini bahkan tidak memakai
gambar rancang. Tidak ada disain dasar yang bisa menampilkan corak arsitektur tertentu. Ada
pintu-pintu gerbang yang sangat ornamental mengikuti ciri arsitektur zaman Baroque, tetapi
ada juga yang bahkan sangat mirip dengan arsitektur Maya dan Aztec.

Para peziarah terutama akan datang pada saat hari-hari kebesaran Islam, atau saat menjelang
bulan Ramadan.Ratusan peziarah yang terlihat ini, pada umumnya berasal dari Bandung,
Kerawang, Jakarta. Selain itu, ada juga berbagai peziarah dari Kalimantan dan Aceh.

H. Abdul Karim, salah seorang pengurus di masjid tersebut mengungkapkan, kebanyakan


para peziarah memilih untuk datang ke masjid Nurul Yaqin ini pada saat hari besar Islam
seperti Maulid Nabi, Isra dan Miraj, juga saat menjelang puasa Ramadan. "Banyak juga para
peziarah yang datang pas acara hari besar islam untuk mengikuti acara tersebut," ungkapnya.

Salah satu ruang bawah tanah itu ada yang agak luas. Di sini terdapat sebuah tasbih super
besar dari kayu. Garis tengah masing-masing butir tasbihnya sekitar 10 sentimeter. Atau
sekitar kepalan orang dewasa. Ruang ini biasa dipakai Al Faqir untuk berzikir. Biasanya,
pemandu sengaja mematikan lampu di ruangan itu, dan mengajak yang hadir untuk
membayangkan saat-saat di alam kubur yang begitu sempit, pengap, dan gelap. Kemudian ia
mengajak berdoa bersama dalam keheningan dan kegelapan. Semua lorong-lorong itu
akhirnya menuju sebuah ruang terbuka yang mirip stadion sepak bola. Di tempat inilah
dilakukan shalat berjamaah.

Lorong dibawah Masjid Pintu Seribu

Masjid Nurul Yakin atau lebih dikenal dengan sebutan masjid Sewu (seribu) memiliki
keunikan tersendiri dibandingkan dengan masjid lain di Banten. Selain memiliki seribu pintu,
tasbih berukuran raksasa terpajang di salah satu sudut ruangan. Tak ada keterangan tertulis,
apa makna dibalik aristektur bangunan itu.

Terletak di Rt 01/Rw.03, Kampung Bayur, Priuk, Kota Tangerang. Pendiri masjid adalah
seorang penyebar Islam kelahiran Arab bernama Al-fakir Syekh Mahdi Hasan Al-qudrotillah
Al-muqoddam. Salah satu keunikan masjid ini adalah ruangannya yang disekat-sekat hingga
membentuk ruangan seperti mushola. Setiap ruangan (mushola) diberi nama. Ada mushola
Fathul qorib, Tanbihul Alqofilin, Durojatun Annasikin, Safinatu-Jannah, Fatimah hingga
mushola Ratu Ayu. Masing-masing luas area mushola sekitar 4 meter.

Jalan Lorong Bawah Tanah Masjid


Selain mushola, keunikan lain adalah tasbih berukuran raksasa terpajang di dalam ruangan.
Memiliki 99 butir berdiameter 10 centimeter. Setiap butir bertuliskan nama Asma’ul-
Husna. Konon, tasbih itu merupakan terbesar di Indonesia. Di beberapa pintu masjid dan
pagar depan, tampak terlihat angka 999. Angka ini menurut pengurus masjid, merupakan
penggabungan jumlah nama Allah dan nama sembilan wali (wali songo). Setiap lorong di
masjid ini sudah dilengkapi dengan penunjuk jalan. Dan, salah satu ruang dari sekian banyak
lorong itu menuju ruang bawah tanah yang disebut ruang tasbih. Ruang ini biasa digunakan
oleh Al Faqir dan jamaah lainnya untuk beristiqomah.

Selain memiliki seribu pintu, di dalam ruang bawah tanah masjid ini terdapat tasbih
berukuran sebesar kepala bayi yang berjumlah 99 butir tasbih yang bertulisan asmaul husna.
Awalnya, masjid ini kurang begitu populer karena digerus zaman, akan tetapi, setelah mulai
dipublikasikan banyak media, masjid itu kemudian banyak dikunjungi masyarakat dari
berbagai penjuru, bukan saja nasional tapi masyarakat internasional.

Masjid seribu pintu diyakini sebagai salah satu tempat penyebaran Islam oleh pendirinya.
Konon, penyebaran dilakukan dengan cara pembagian sembako untuk fakir miskin dan anak
yatim piatu, “Sejarah di dalam masjid ini karena mempunyai pintu sebanyak seribu, selain
itu cara penyebaran Islamnya dari beberapa generasi dengan cara pembagian sembako rutin
setiap Jum’at,” ujar Supandi.

Sayangnya masjid pintu seribu ini masih banyak pembangunannya yang harus diselesaikan,
Masjid ini masih perlu uluran tangan pemerintah supaya pembangunan di masjid ini bisa
diselesaikan dengan baik. perlunya peran pemerintah daerah untuk menunjang salah satu
wisata religi di daerah Tangerang agar menjadikan

Anda mungkin juga menyukai