Anda di halaman 1dari 30

SEJARAH

PERKEMBANGAN
Universitas ARSITEKTUR
Nahdlatul Ulama pengaruh atau karakteristik
arsitektur islam dan cina di

Kalimantan Selatan indonesia

Melani
Teknik Arsitektur
17.111021.04.004
KARAKTERISTIK
ARSITEKTUR MASJID KUNO
DAN PERKEMBANGAN
ISLAM DI MALUKU
Wuri Handoko
Balai Arkeologi Ambon. Jl. Namalatu-Latuhalat. Ambon 97118
Email: wuri_balarambon@yahoo.com
Pada masa perkembangan Islam, masjid merupakan
salah satu bukti monumental bahwa Islam diterima
oleh masyarakat setempat. Masjid dapat dianggap
sebagai ikon atau ciri utama sebuah situs Kerajaan
Islam, Di dalam penelitian arkeologi Islam di
wilayah Maluku, masjid tampak sangat menonjol,
selain posisinya pada umumnya berada di tengah-
tengah kampung, bangunan masjid juga biasanya
lebih tinggi
Permasalahan

 Bagaimana karakteristik arsitektur masjid kuno di


Maluku?
 Bagaimana perkembangan Islam di Maluku
berdasarkan wajah arsitektur masjid kunonya?
Metode Penelitian
Penelitian ini menekankan
pada penelitian deskriptif
kualitatif dan bersifat
ekploratif. Pengumpulan data
dilakukan dengan
pengamatan empirik di
lapangan, pengambilan foto
atau gambar, serta wawancara
mendalam dengan
menitikberatkan pada
penggalian informasi,
khususnya tentang fisik
bangunan masjid beserta
aspek-aspek yang mengikut
seperti ornamen dan hiasan.
Teknik analisis data
menggunakan metode
deskripstik analitik, Fokus
Karakteristik Arsitektur Masjid Kuno di
Maluku

bentuk atap tumpang tiga atau bahkan lima susun


dari masjid,mulai muncul di akhir abad ke-16 M
Karakteristik :
Masjid Kuno Pelauw Di atas atap yang paling tinggi,
terdapat ‘tiang alif’,
Pintu masjid hanya terdiri dari satu
pintu yakni di bagian depan (sebelah
timur lurus dengan mihrab).
Bangunan masjid berdenah bujur
sangkar, berukuran 23 meter persegi
Di dalam ruangan terdapat empat
tiang penyangga (soko guru),
Atap lama terbuat dari rumbia, saat
ini sudah diganti dengan atap
sengTerdapat beranda atau serambi,
Di bagian serambi terdapat bedug di
sudut depan sebelah kiri dan
tempayan air berukuran besar
Masjid Kuno Kabauw
Di atas atap yang paling tinggi, terdapat
‘tiang alif’ Pintu masjid hanya terdiri dari
satu pintu yakni di bagian depan (sebelah
timur lurus dengan mihrab). Bangunan
masjid berdenah bujur sangkar,
berukuran 18 meter persegi.
Dalam ruangan masjid terdapat empat
tiang penyangga utama dan dua belas
tiang tambahan, Atap yang pada masa
lampau terbuat dari atap rumbia Terdapat
serambi yang merupakan bangunan
tambahanBedug dan tempayan terletak di
bagian dalam masjid,
Terdapat bangunan tembok yang
mengelilingi masjid, dengan pintu
Masjid Kuno di Negeri Pelauw, Kecamatan gerbang di bagian depan dan lurus
Pulau Haruku, Maluku Tengah. dengan pintu masuk masjid.
Masjid Hatuhahamarima di Desa Rohomoni

Masjid Kuno Hatuhahamarima di Negeri Rohomoni, Pulau Haruku, Maluku Tengah

Masjid hatuhahamarima merupakan simbol persekutuan dari keempat negeri


islam yakni pelauw, kabauw, kailolo, dan rohomoni sendiri, serta hulaliu (negeri
kristen). Oleh karena itu bangunan masjid tampak sebagai dua buah bangunan
yang menyatu. Bangunan masjid yang lebih besar sebagai simbol keempat
negeri islam tersebut, sedangkan bangunan masjid yang lebih kecil, sebagai
simbol negeri hulaliu. Secara keseluruhan konstruksi masjid ini masih
mempertahankan keasliannya,
“tiang alif” adalah simbol lakilaki

Atap Ketiga: Simbol Ma’rifat

Atap Kedua : Simbol Hakekat

Atap Pertama: Simbol Tarekat

Badan/ Ruang Mesjid: Simbol Syariat


Tiang Alif (dalam lingkaran warna
Tiang Alif di Masjid Kuno Rohomoni,
merah) Pada Masjid Kuno Kabauw, di
terbuat dari kayu Bintanggur yang sudah
Negeri Kabauw Pulau Haruku.
tidak digunakan lagi
Pintu masjid kuno Rohomoni yang Pintu masjid kuno Rohomoni
kaya akan ragam hias pada panel- yang kaya akan ragam hias pada
panel pintu panel-panel pintu.
Tempayan kuno berukuran besar di Masjid Kuno Pelauw, Rohomoni dan
Kabauw, sebagai simbol kesucian sebelum memasuki masjid yang terletak
di beranda masjid.
pintu (sebelah kiri) Majid Hatuhaha, pintu (sebelah kanan) Majid Hatuhaha,
Desa Rohomoni, Desa Rohomoni, Pulau Haruku, yang
Pulau Haruku, yang menggambarkan menggambarkan tubuh binatang (dalam
mahluk antropomorphis (dalam lingkaran merah).
lingkaran merah)
Aspek budaya pra islam
kesimpulan
Pada dasarnya, arsitektur masjid kuno di maluku, dapat
diidentifikasi untuk menghasilkan kesimpulan tentang
bagaimana pengaruh islam di maluku, dan dari mana
pengaruh itu muncul. Tampaknya produk rancang bangun
masjid turut menyumbangkan informasi penting tentang
perkembangan pengaruh islam di maluku. Bahwa islam di
maluku, juga disebarkan oleh penyebar islam lainnya
seperti arab, persia, cina, sumatra dan jawa juga sangat
besar kemungkinanannya, mengingat seluruh wilayah di
kepulauan maluku, merupakan pusat pertemuan para
pedagang islam pada masa keemasan maluku di masa
lampau.
Bangunan Bersejarah Tionghoa di
Jakarta dan
Bogor Dalam Upaya Konservasinya
Sri Rachmayantia, Amarena Nediaria, Nicholas
Rafaelitob
aJurusan Desain Interior, School of Design, Bina Nusantara
University,
Jakarta Barat 11480, Indonesia bKecapi Batara, Jakarta Barat
-11470, Indonesia Corresponding email: anediari@binus.edu
Latar Belakang
Bangunan bersejarah Tionghoa di Indonesia merupakan
peninggalan dari pemukiman Cina (Pecinan) yang
diperkirakan sudah ada di Pulau Jawa sejak zaman
Kerajaan Majapahit (1294-1527 M). Salah satu
peninggalan bersejarah dari masyarakat Tionghoa di
Nusantara adalah di bidang arsitektur yang tampak
pada bangunan rumah tinggal, rumah toko serta tempat
ibadah. Dengan dilakukannya konservasi terhadap
bangunan bersejarah Tionghoa ini diharapkan gene rasi
di masa mendatang masih dapat menikmati keindahan
dari arsitektur bergaya peranakan ini.
Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah berupa objek


arsitektur bangunan Tionghoa yang didirikan pada era
abad 17-19 dengan batasan wilayah Pecinan di sekitar
wilayah DKI Jakarta dan kota Bogor Jawa Barat.

Gereja Maria de Fatima dan bangunan Chandranaya di


wilayah Glodok, Jakarta Pusat serta Vihara
Dharmakaya di Bogor, Jawa Barat
Bangunan bersejarah Tionghoa di Indonesia
memiliki arsitektur yang unik. Hal ini terjadi karena
adanya perpaduan budaya yang tampak pada bentuk
arsitekturnya. Courtyard / chhimcne
Arsitektur dengan ciri utama memiliki courtyard
banyak dijumpai di Cina Utara. Courtyard
merupakan ruang terbuka/taman yang bersifat privat.
Penekanan dalam Bentuk Atap

Bentuk atap Ekor Walet (yanwei ), biasa


digunakan oleh kalangan pejabat
Bentuk atap Pelana Kuda (mabei ), biasa
digunakan oleh rakyat biasa
Elemen Struktural yang Terbuka
Elemen struktur pada bangunan Tionghoa seringkali tampak
diekspos. Konstruksi tou-kung yaitu kuda-kuda kayu yang
merupakan pertemuan antara balok pada rangka atap dan
tiang penyangga. Kayu yang dibiarkan terbuka ini memiliki
ukiran dengan detail yang rumit.
Penggunaan Warna yang Khas

Warna pada bangunan arsitektur Tionghoa yang umum


dijumpai adalah merah dan kuning keemasan. Warna ini
mempunyai makna simbolik, warna merah melambangkan
warna api dan darah dan juga dikaitkan dengan arah Selatan
sebagai sesuatu yang positif. Sementara warna kuning
melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan.
Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data di


lapangan adalah metode kualitatif dan wawancara.
a. Studi Literatur
b. Observasi / Pengamatan
c.Wawancara/Interview
d.Pengumpulan Gambar
e.Pengarsipan Data
Tinjauan Lokasi

Peta lokasi Gereja Santa de Fatima dan Peta lokasi Vihara Dharmakaya, di
Bangunan Candra Naya Bogor - Jawa Barat
Kediaman Keluarga Tjioe
Saat ini rumah kediaman Keluarga Tjioe telah beralih fungsi menjadi
sebuah Gereja Katolik yang bernama Santa Maria de Fatima. Bangunan
ini bergaya Hokkian yang dibangun pada awal abad ke 19. Diperkirakan
bangunan ini dibangun pada tahun 1850.

Tampak depan bangunan rumah


bangsawan keluarga Tjioe yang beralih
fungsi menjadi Gereja Santa
Maria de Fatima yang memiliki bentuk
atap yanwei
Kondisi inner courtyard bangunan
bersejarah Tionghoa dari keluarga Tjioe
yang sudah berubah fungsi menjadi
Gereja

Bangunan ini jugan memiliki courtyard


berbentuk segi empat yang bersifat
privat. Bangunan ini memiliki 3 bagian
utama. Bagian bangunan depan (outer
courtyard) dulu merupakan tempat
menerima tamu, kemudian diteruskan
dengan taman. Bagian bangunan tengah
(inner courtyard) berfungsi tempat
berkumpulnya keluarga, juga ada tempat
untuk bersembahyang. (Sekarang
bangunan depan dan bangunan tengah
sudah digabung menjadi aula gereja).
Rumah Kediaman Keluarga Khouw
Bangunan Candra Naya merupakan rumah tinggal kediaman Babah
Bangsawan Keluarga Khouw, yang dikenal sebagai rumah tinggal mantan
Mayor Cina terakhir Khouw Kim An di Batavia pada jaman kolonial
Belanda. diperkirakan dibangun pada tahun 1807 atau tahun 1867.
Vihara Dharmakaya
Vihara Dharmakaya terletak di Jl. Siliwangi yang merupakan
wilayah Pecinan di kota Bogor, Jawa Barat. Bangunan
bersejarah Tionghoa ini didirikan pada abad ke-19 sebagai
rumah tinggal.

Tampak Depan dari Vihara


Dharmakaya di
Bogor yang Memadukan Arsitektur
Cina dan Eropa
Altar pada bangunan inti, pengaruh Inner Courtyard yang Terbuka
gayaArt Deco tampak pada pola dan Memiliki Meja Altar
geometris ventilasi
udara pada pintu yang dicat warna
kuning
KESIMPULAN
 Bangunan bersejarah Tionghoa di wilayah Pecinan Jakarta dan
Bogor yang mengalami perubahan fungsi dari rumah tinggal
menjadi rumah ibadah umumnya adalah rumah para pejabat
 Tionghoa. Hal ini diketahui dari bentuk atap yanwei yang
menunjukkan status penghuni rumah sebagai pejabat serta
didukung oleh ciri-ciri arsitektur bangunan Cina seperti
bangunan memiliki taman dalam bersifat privat (courtyard),
penggunaan elemen struktural yang terbuka, serta warna
finishing yang khas.
 Adanya perubahan fungsi bangunan bersejarah Tionghoa yang
terjadi pada rumah pejabat Tionghoa secara tidaklangsung
menjadi upaya konservasi dalam mempertahankan serta
menjaga peninggalan sejarah bagi masyarakat Tionghoa di
Indonesia,

Anda mungkin juga menyukai