Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK 6

Anggota :

1. Rafi Ahnaf Abu Bakar D300210034


2. Bimantara Rizendra P D300210039
3. Awwy Nanda Havika D300210106
4. Bima Aji Harjono D300210211
5. Maulana Ibnu F D300210220
6. Devina Olga Azari D300210225

Tabel Komparasi Bangunan/ Lanskap Masjid Kraton Surakarta dan Masjid Gede Kauman :

Komponen Masjid Agung Surakarta Masjid Gede Kauman Analisis (jelaskan


Analisis persamaannya apa saja,
perbedaannya apa saja)

Fungsi dan Masjid Ageng Karaton Masjid Gedhe Kauman sebagai Persamaan pada kedua
Filosofi Surakarta Hadiningrat, pada masjid jami’ kerajaan masjid ini merupakan
masa pra-kemerdekaan mempunyai fungsi sebagai masjid dengan kategori
selain berfungsi sebagai tempat beribadah, tempat jami’, yaitu masjid yang
tempat ibadah juga sebagai upacara-upacara keagamaan, di digunakan untuk salat
pusat syiar Islam bagi warga pusat syiar agama, dan tempat berjamaah dengan
kerajaan. Masjid ini penegakan tata hukum ukuran makmum
merupakan masjid dengan keagamaan. banyak. Kedua masjid
katagori masjid jami’, yaitu ini juga memliki fungsi
masjid yang digunakan untuk yang sama yaitu sama
salat berjamaah dengan sama digunakan untuk
ukuran makmum banyak tempat ibadah, pusat
misalnya salat Jumat dan syiar agama serta
salat Ied. Masjid ini juga tempat upacara
berfungsi mendukung segala keagamaan.
keperluan kerajaan yang
terkait dengan keagamaan,
seperti Grebeg dan festival
Sekaten. Raja berfungsi
sebagai panatagama
(pengatururusan agama) dan
masjid ini menjadi pelaksana
dari fungsi ini.
Tata Ruang Tata ruang Masjid Agung Tata ruang masjid ini Perbedaan utama
dan Filosofi Surakarta terdiri dari mengikuti konsep tata ruang antara Masjid Gede
beberapa bagian utama, ibu kota kerajaan pada masa Surakarta dan Masjid
antara lain: itu, yang dikenal sebagai catur Gede Kauman terletak
gatra tunggal atau catur pada lokasi geografis
Halaman: Masjid Agung sagotra. Konsep ini mereka. Masjid Gede
Surakarta memiliki halaman menggambarkan kesatuan Surakarta terletak di
yang luas dan terbuka. antara politik, keagamaan, Solo, sedangkan Masjid
Halaman ini digunakan ekonomi, dan sosial dalam Gede Kauman terletak
sebagai tempat berkumpul satu tata ruang. di Yogyakarta. Meskipun
dan beribadah bagi jamaah. keduanya mengikuti
Di tengah halaman terdapat Tata ruang Masjid Gedhe konsep tata ruang catur
kolam yang indah, Kauman mencakup beberapa gatra tunggal, ada
mencerminkan keindahan bagian utama, antara lain: kemungkinan
dan ketenangan. perbedaan dalam detail
Halaman: Masjid Gedhe arsitektur dan desain
Serambi Utama: Di sebelah Kauman memiliki halaman interior mereka.
barat halaman terdapat yang luas di depannya.
serambi utama yang luas. Halaman ini digunakan sebagai beberapa persamaan
Serambi ini merupakan tempat berkumpul dan yang dapat ditemukan:
tempat bagi jamaah untuk beribadah bagi jamaah. Di
beristirahat sebelum atau tengah halaman terdapat Halaman: Kedua masjid
sesudah melakukan ibadah. kolam yang memberikan kesan memiliki halaman yang
Di bagian tengah serambi ketenangan. luas di depannya.
utama terdapat tangga yang Halaman ini digunakan
mengarah ke pintu masuk Serambi: Setelah melewati sebagai tempat
utama masjid. pintu masuk utama, terdapat berkumpul dan
serambi yang luas. Serambi ini beribadah bagi jamaah.
Serambi Dalam: Setelah digunakan sebagai tempat
melewati pintu masuk beristirahat sebelum atau Serambi: Setelah
utama, terdapat serambi sesudah melakukan ibadah. Di melewati pintu masuk
dalam yang lebih kecil. serambi terdapat tangga yang utama, terdapat
Serambi dalam ini memiliki mengarah ke pintu masjid. serambi yang luas di
ukiran-ukiran yang indah di kedua masjid. Serambi
dinding dan langit-langitnya. Ruang Utama: Di dalam masjid ini digunakan sebagai
Di bagian tengah serambi terdapat ruang utama tempat tempat beristirahat
dalam terdapat mihrab, yang jamaah melaksanakan shalat. sebelum atau sesudah
merupakan tempat khatib Ruang ini dilengkapi dengan melakukan ibadah.
atau imam berdiri saat mihrab, yang merupakan
memberikan khutbah. tempat imam berdiri saat Ruang Utama: Di dalam
memimpin shalat. Di samping kedua masjid terdapat
Musala: Di sebelah timur mihrab terdapat maksura, ruang utama tempat
serambi dalam terdapat sebuah ruangan kecil yang jamaah melaksanakan
ruang utama masjid yang digunakan untuk pengamanan shalat. Ruang ini
disebut musala. Ruang ini raja saat shalat berjamaah di dilengkapi dengan
memiliki langit-langit tinggi masjid. mihrab, mimbar, dan
dan dihiasi dengan ukiran- tempat duduk untuk
ukiran yang indah. Di bagian Mimbar: Di dekat mihrab jamaah.
depan musala terdapat terdapat mimbar, tempat
mimbar, tempat khatib atau khatib atau imam berdiri saat Atap: Kedua masjid
imam berdiri saat memberikan khutbah Jumat menggunakan sistem
memberikan khutbah. atau ceramah agama lainnya. atap tumpang tiga
dengan mustaka yang
Ruang Tambahan: Di sebelah Atap: Atap Masjid Gedhe mengilustrasikan daun
utara dan selatan musala Kauman menggunakan sistem kluwih dan gadha.
terdapat ruang-ruang atap tumpang tiga dengan Sistem atap ini memiliki
tambahan, seperti ruang mustaka yang makna kesempurnaan
wudhu dan ruang mengilustrasikan daun kluwih hidup melalui tiga
pengajaran. Ruang wudhu dan gadha. Sistem atap ini tahapan kehidupan
digunakan untuk memiliki makna manusia.
membersihkan diri sebelum kesempurnaan hidup melalui
melakukan ibadah, tiga tahapan kehidupan
sedangkan ruang pengajaran manusia, yaitu syariat,
digunakan untuk kegiatan makrifat, dan hakikat.
pengajaran agama.
Filosofi Masjid Gedhe Kauman
Filosofi Masjid Agung Masjid Gedhe Kauman
Surakarta memiliki filosofi yang dalam
Masjid Agung Surakarta dalam perancangan tata
memiliki filosofi yang dalam ruangnya. Masjid ini
dalam perancangan tata merupakan simbol
ruangnya. Masjid ini harmonisasi antara
merupakan bagian dari kebudayaan khas Kerajaan
kompleks Keraton Surakarta Yogyakarta dan religiusitas
yang mengikuti konsep tata masyarakatnya. Masjid Gedhe
ruang catur gatra tunggal Kauman dibangun oleh Sri
atau konsep tata ruang pusat Sultan Hamengku Buwono I
kerajaan pada masa itu. pada tanggal 29 Mei 1773
sebagai kelengkapan Kerajaan
Konsep catur gatra tunggal Islam Ngayogyakarta
menggambarkan kesatuan Hadiningrat.
antara politik, keagamaan,
ekonomi, dan sosial dalam Dalam tata ruang dan
satu tata ruang. Dalam arsitektur Masjid Gedhe
konteks Masjid Agung Kauman, terdapat pengaruh
Surakarta, masjid menjadi budaya Jawa yang kuat. Hal ini
simbol keagamaan dalam terlihat dari pola atap masjid
kompleks kerajaan yang juga yang menggunakan pola susun
melibatkan keraton, pasar, tiga gaya tradisional Jawa
dan alun-alun. bernama Tajug Lambing
Teplok. Pola ini memiliki
Masjid Agung Surakarta juga makna tiga tahapan
memiliki nilai historis dan pencapaian kesempurnaan
budaya yang tinggi. hidup manusia, yaitu hakikat,
Dibangun oleh Sunan syariat, dan marifat.
Pakubuwono III pada tahun
1763 dan selesai pada tahun Masjid Gedhe Kauman juga
1768, masjid ini merupakan memiliki nilai sejarah yang
salah satu peninggalan tinggi. Masjid ini menjadi
Mataram Islam yang tempat ibadah bagi keluarga
berperan penting dalam raja dan rakyatnya, serta
sejarah Surakarta. merupakan salah satu
peninggalan bersejarah yang
Dengan menggabungkan mencerminkan keagungan dan
unsur-unsur arsitektur kebesaran Kerajaan
tradisional Jawa dan Islam, Yogyakarta.
tata ruang dan filosofi Masjid
Agung Surakarta Dengan menggabungkan
mencerminkan keindahan, kebudayaan khas Jawa dan
keagungan, dan nilai-nilai religiusitas Islam, tata ruang
agama yang dijunjung tinggi dan filosofi Masjid Gedhe
dalam budaya Jawa. Masjid Kauman mencerminkan
ini menjadi salah satu harmonisasi antara agama dan
warisan budaya yang sangat budaya dalam konteks
berharga bagi masyarakat Kerajaan Yogyakarta. Masjid
Surakarta dan Indonesia ini menjadi salah satu simbol
secara keseluruhan penting dalam kehidupan
masyarakat Yogyakarta dan
merupakan warisan budaya
yang sangat berharga.

Bentuk Atap Masjid yang dibangun pada Masjid Gede Kauman Mesjid yang dibangun
dan Filosofi era Paku Buwono III ini mengusung gaya arsitektur pada era Paku Buwono
mendapat pengaruh gaya rumah jawa dengan bentuk III mencerminkan
arsitektur Jawa Kuno dan atap limasan di area terasan pengaruh gaya
Belanda. Secara dan tumpeng pada bagian arsitektur Jawa Kuno
keseluruhan, bangunan utama yang bersusun tiga. dan Belanda,
berbentuk tajug dengan atap Rumah limasan tidak hanya menonjolkan tajug
tumpang tiga dan berpuncak merupakan bangunan fisik dengan atap tumpang
mustaka (kubah). Makna tetapi juga mewakili filosofi tiga dan mustaka
Jawa yang mendalam. sebagai simbol pokok-
Berdasarkan prinsip Kekijing, pokok tuntunan Islam.
rumah limasan memiliki lima Di sisi lain, Masjid Gede
tingkatan yang mewakili usia, Kauman mengusung
jenis kelamin, bakat, pangkat, gaya arsitektur rumah
dan martabat penghuninya. Ini Jawa dengan atap
tajug bertumpang tiga adalah aspek penting yang limasan, mengaitkannya
tersebut adalah pokok-pokok membedakan rumah limasan dengan prinsip Kekijing
tuntunan Islam, yakni iman, dari rumah tradisional lainnya yang mencakup aspek
Islam, dan ihsan. usia, jenis kelamin,
bakat, pangkat, dan
martabat penghuninya.
Meskipun keduanya
memiliki akar budaya
Jawa dan menyematkan
makna simbolis dalam
struktur mereka, desain
dan filosofi yang
diterapkan menciptakan
identitas unik untuk
setiap bangunan.
Struktur, Masjid Agung Surakarta Masjid Gede Kauman Persamaan pada kedua
Material dan menggunakan kayu sebagai menggunakan kayu sebagai masjid ini menggunakan
filosofi struktur utama dan batu struktur utama dan batu bata kayu sebagai struktur
bata sebagai pengisi dinding sebagai pengisi dinding utama dan batu bata
bangunan, pintu dan jendela bangunan, pintu dan jendela sebagai pengisi dinding
juga masih menggunakan juga masih menggunakan bangunan, pintu, dan
material kayu. Penyelesaian material kayu. Masjid Kauman jendela juga masih
material dinding Masjid Yogyakarta, menggunakan menggunakan material
Gedhe Surakarta sudah batu paras putih berbahan kayu.
mengalami perubahan, dasar batu pasir berspesi Perbedaan pada kedua
dinding dilapisi keramik. ukuran 30 cm x 5 cm. masjid tersebut, Masjid
Material yang digunakan Bangunan utama masjid Gede Kauman lebih
Kutab Minar adalah batu dengan denah berbentuk terjaga keaslian
bata merah yang disusun bujur sangkar dengan luas materialnya,
satu per satu sedangkan lantai 1.296 m2. Struktur dibandingkan Masjid
material pada Menara azan bangunan terdiri dari pondasi Gedhe Surakarta,
masjid Ageng Surakarta dari batu kali dan batu kecuali material lantai,
adalah beton bertulang. marmer, empat buah soko yang berubah dari
Masjid hendaknya guru sebagai kolom utama material batu kali
mencerminkan simbol ajaran yang mendukung atap, kolom- berwarna hitam
Islam. Seperti segitiga yang kolom tambahan sebagai menjadi lantai marmer
merupakan simbol dari Islam pendukung atap bertingkat, Itali hingga sekarang,
yang berarti Iman, Islam dan dan konstruksi tumpangsari yang diganti tahun
Ihsan merupakan pondasi pada balok pengikat kolom 1936. Sedangkan dalam
segi enam sebagai simbol dan struktur atap Tajug segi struktur masjid
Rukun Islam, dan lain-lain. bertingkat tiga. Berdasarkan gede kauman lebih
Kolom pada ruang mihrab sejarah perkembangan orisinal karena masih
yang mengalami bentuk, rumah Jawa terdiri terdapat soko-soko
pengulangan meninjukkan dari empat macam, yaitu sebagai pilar
ritme yang sama dengan Panggangpe, Kampung,
yang ditunjukkan pada ruang Limasan dan Joglo (Hamzuri,
shalat. 1982). Bentuk Tajug tidak
dipakai untuk rumah tempat
tinggal, tetapi untuk tempat
beribadah.

Ornamen - Ornamen pintu dan - Ornamen pintu dan - Ornamen pintu


pintu, jendela jendela dan jendela
jendela,
dinding, dan Pintu dan jendela dari
bouvenlicth kedua masjid memiliki
kesamaan bentuk
ornamen, yaitu
Ornament
geometris
berbentuk kaligrafi dan
Tlacapan berbentuk flora seperti
(deretan wajik. Sedangkan
segitigasam - Ornamen tiang
jendela pada kedua
a kaki Lung-
masjid pun sama, tidak
lungan
berornamen, jendela
- Ornamen tiang dengan jeruji dan daun
Ornamen jendela kayu.

bentuk

wajik

Sengkuluna
- Ornamen Tiang

Tiang Masjid Gedhe


Kauman Yogyakarta
- Ornamen Langit – memiliki ornamen Jawa,
langit seperti Padma, Saton,
Praban, Mirong, Sorotan
- Ornamen Langit – langit dan Tlacapan. Sedangkan
pada Masjid Agung
Surakarta hanya terdapat
beberapa motif saja yaitu
Mirong , Sorotan dan
Tlacapan. Terdapat hal
menarik pada tiang
serambi Masjid Agung
Surakarta bagian luar,
yaitu ornamen tiang
bangunan Yunani, yaitu
ornamen langgam doric

- Ornament langit
– langit

Ruang dalam masjid


Gedhe Kauman
Yogyakarta bagian
langit-langit bukan
hanya terdiri dari
blandar dan usuk saja,
tetapi terdapat
tumpangsari, yang
memiliki berbagai
macam ornamen Jawa.
Tumpangsari bermotif
banyu tetes, tlacapan,
lung- lungan dan
disudut pertemuan
blandar terdapat nanas
an. Masjid Gedhe
Surakarta, dengan
langit- langit atap tajug
bermotif hias putri
mirong dan bentuk
saton. Ornamen Jawa
pada tumpangsari
menempel juga pada
langit-langit serambi
masjid.

Anda mungkin juga menyukai