Anda di halaman 1dari 7

MEMBUAT DESAIN MASJID AL KHAROMAH

Disusun Oleh :

1.Akbar (Ketua)
2.Idham (desain)
3.Nuning (Menghitung)
4.Minan (Proposal)

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)


TARA DEPOK CIREBON

Jl. Nyimas pakungwati Blok Cibogo Desa warujaya Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon 45155
Telp. (0231)325967 website : wwwsmktaradepok.sch.i.d e-mail smk_tara@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR

Terimakasih kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena atas perkenan beliau
lah kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Semua itu
hanya karena berkat serta tutunan tuhan dalam kehidupan kami. Dalam makalah yang kami
susun dibeisi tentang pembuatan Desain masjid.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami
dalam penyusunan makalah ini dengan baik itu teman-teman, dan semua yang telah
membantu yang kami tidak bisa disebut satu persatu.

Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik, dan dapat digunakan dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini belumlah sempurna
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan untuk
pembuatan makalah selanjutnya, sesudah dan sebelumnya kami ucapkan terimakasih.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masjid merupakan tempat beribadah umat Islam. Masjid mengalami perkembangan


yang pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan peranannya. masjid pertama
yang didirikan oleh nabi muhammad saw adalah masjid Quba yang berarti masjid atas
dasar ketakwaan. Kebanyakan masjid yang terdapat diberbagai kota hanya berfungsi
sebatas untuk tempat beribadah semata.
Masjid al kharomah ini berdesain kurang lebih seperti Taj Mahal dari India. Masjid
tersebut mempunyai ruang persegi empat dengan dinding disekelilingnya. Dibagian
dalam terdapat ruang utama sholat untuk para jama’ah, beratap terbuat dari marmer.
Begitupula, terdapat serambi dibagian depan, kanan, dan kiri masjid.
Masjid al karomah ini dibagian ruang untuk sholat terdapat penghalang untuk
memisahkan antara laki-laki dan perempuan ketika shalat atau beribadah lainnya dimesjid
ini. Bagian luar depan atau biasa disebut bagian serambi masjid terdapat bedug, kotak
amal, jam dinding alarm. Diruang ini terdapat kaligrafi dibagian dindingnya sehingg
menambah keindahan masjid al karomah tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, rumusan


masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Apa saja persiapan saat mendesain masjid al karomah dari pertama sampai
selasai.
2. Bagaimana cara mendesain masjid Al Kharomah
3. Bagaimana cara menghitung luas tanah, bangunan, dan seluruh ruangan
didalam masjid al karomah ini.

C. Tujuan

1) Menyediakan tempat yang mampu menampung para jama’ah.


2) Menjadikan kita untuk labih terampil dalam mendesain dan menghitung.
3) Untuk memiliki persyaratan dari pak fadil untuk mengikuti PTS
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Masjid

Masjid merupakan rumah atau tempat ibadah umat muslim,Penggunaan kata


masjid diambil dari kata sajada yang berarti bersujud. Yaitu ,sujud merupakan
aktifitas-aktifitas shalat yang menjadikan seorang hamba berada pada posisi paling
dekat dengan robbnya. Pada dasarnya masjid bukan hanya berfungsi sebagai tempat
shalat saja, namun juga merupakan pusat kegiatan sosial kemasyarakatan, serta
pusat pendidikan agama.

Dalam sejarah perkembangan umat muslim, masjid dinilai memiliki peranan


yang begitu penting dalam penegakan agama islam. Adapun istilah masjid menurut
syara’ ialah tempat yang disediakan untuk shalat dan bersifat tetap, atau bukan
untuk sementara. Meski dalam kehidupan sehari-hari masjid sering diartikan
sebagai sebuah bangunan tempat shalat untuk kaum muslim. Namun masjid juga
memiliki peranan penting untuk membangun tata letak serta identitas kebudayaan
umat muslim.

Masjid pertama kali dibagun didunia ialah masjid Quba. Saat itu rosulullah
saw. Dalam perjalanan hijrah dari mekkah menuju ke madinah kemudian nabi
mendirikan masjid untuk pertama kalinya diperkampungan Quba. Masjid yang
dibangun pada 8 rabiul awal atau 23 september 622 masehi. Ini memiliki sejarah
penting bagi perkembangan umat muslim.

1. Orientasi di Dalam Ruang Sholat


Orientasi bangunan Dalam penulisan ini yang dimaksud dengan orientasi
bangunan masjid adalah arah hadapan mihrob masjid, atau bagian masjid yang
menunjukan arah hadapan orang dalam sholat. Orientasi bangunan secara umum
dapat dikaitkan dengan beberapa aspek, pertama orientasi terhadap konteks iklim,
yakni arah lintasan matahari harian mupun tahunan serta arah dan kecepatan angin.
Orientasi bangunan masjid termasuk dalam kategori orientasi terhadap obyek tentu
yang di tetapkan dalam agama islam.

2. Orientasi Toilet
Orientasi didalam ruang sholat sebagai tembat ibadah utama sepatutnya
mengikuti arah orientasi aktifitas sholat, yakni menghadap ke arah kiblat. Kiblat
dibangun melalui tata letak dinding, dan garis-garis pada ruang sholat. Sementara
pada ruang sholat yang orientasinya yang tidak langsung terlihat oleh jama’ah,
persepsi arah kiblat hanya dibentuk oleh garis-garis shof sholat, maka reaksinya
kekhusyukannya juga tidak sekuat pada kondisi dengan banyak ruang sudah
mengarah ke kiblat.

3. Orientasi tempat berwudhu


Berwudhu merupakan kegiatan penting dalam persiapan jama’ah yang akan
melaksanakan sholat. Berwudhu mengarah ke kiblat hukumnya tidak wajib.
Didalam perancangan tempat wudhu dalam sebuah masjid, ada kalanya kondisi tata
ruang yang ada tidak memungkinkan pengaturan orientasi tempat wudhu sesuai arah
kiblat seluruhnya. Dalam syariat islam tidak diwajibkan berwudhu dengan
menghadap kearah kiblat, hukumnya boleh, tidak diharamkan maupun
dimakruhkan.

4. Orientasi Toilet
Toilet dalam masjid merupakan servis untuk memfasilitasi jama’ah yang
akan membuang hadas kecil. Jama’ah yang datang ke masjid rata rata sebelum
berwudhu juga akan membuang hajat (buang air besar/kecil) atau hadas kecil.
Standar perancangan toilet sebagai fasilitas umum yang dinyatakan dalam standar
toilet umum indonesia. Selanjutnya tentang orientasi terkait arah hadapan pengguna
dalam melakukan aktifitas buang hajat memang tidak ada pengaturannya didalam
standar tersebut.

5. Bentuk dan Penampilan Bangunan


Bentuk bangunan yang berkarakter sakrar atau agung pada majid tercapai
ketika dipenuhi fungsi masjid sebagaimana mestinya. Masjid sebagai tempat sholat
berjama’ah harus menampung sejumlah jama’ah secara bersamaan, maka akan
memerlukan ruang sholat yang relatif luas tanpa penghalang atau meminimalkan
adanya kolom. Masjid sebagai pusat pembinaan umat islam secara otomatis adalah
identitas. Masjid harus tampil sacara spesifik islami agar mudah dikenali.

6. Keunikan
Pada dasarnya setiap masjid pasti mempunyai keunikannya tersendiri.
Keunikan tersebut yang membuat masjid ini berbeda dari masjid pada umumnya.
Keunikan dari masjid yang kami desain adalah mempunyai halaman masjid
transparan atau terbuat dari kaca, pinngiran halaman terdapat pohon pinus, dibagian
dindingnya terdapat tulisan kaligrafi, toilet dan tempat wudhunya berdesain hampir
mirip seperti perahu.

Luas tanah = 42m2 x 30m2

= 1.260m2

Luas bata = luas tanah : 14

= 1.260 : 14

= 90m2

Panjang masjid = 24,5 m2

Lebar masjid =18m2

Luas bangunan =24,5 m2 x 18m2

=441 m2

Luas toilet kanan dan kiri


PxL = 2m2 x 3m2
= 6 m2
Luas tempat wudhu kanan dan kiri
PxL = 2 m2 x 3 m2

= 6 m2

Luas Ruang Shalat Utama


PxL = 15 m2 x 15 m2
= 225 m2
Luas serambi depan, kanan, dan kiri
PxL = 5 m2 x 2 m2
= 10 m2
Luas Teras kanan dan kiri
PxL = 5,5 m2 x 3,5 m2
= 19,25 m2
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Masjid merupakan pusat komunitas dan pusat pendidikan masyarakat khususnya


masyarakat muslim, baik laki-laki maupun perempuan berhak ikut berpartisipasi dalam kegiatan
di masjid. Namun kenyataannya peran serta perempuan dalam kegiatan masjid masih rendah. Hal
ini dapat dipengaruhi oleh tata ruang masjid yang menimbulkan persepsi yang berbeda-beda dari
pengguna sehingga akan muncul pola perilaku pengguna di dalam bangunan. Pada penelitian
yang dilakukan di masjid Al Karomah, penggunaan ruang di masjid Al Karomah tidak
berimbang. Jama’ah laki-laki terlihat lebih dominan. Penggunaan ruang oleh jama’ah laki-laki
sebesar 60,3%, sedangkan penggunaan ruang oleh jama’ah perempuan sebesar 39,7%.

Perletakan ruang pun dianggap kurang mendukung perempuan untuk ikut berkontribusi
dalam kegiatan masjid, karena perletakan ruang lebih dekat dengan wilayah ruang laki-laki.
Persepsi jama’ah perempuan mengenai signage di masjid Al Karomah sudah jelas, terlihat dari
pintu masuk yang sudah terpisah antara laki-laki dan perempuan. Pemisahan laki-laki dan
perempuan yang dalam kasus ini tidak selamanya menguntungkan kedua kelompok secara adil.
Karena pemisahan tersebut, perempuan enggan, atau bahkan tidak mau menggunakan ruang
rapat perpustakaan, serta aula untuk melaksanakan sholat karena dianggap ruang untuk laki-laki

Berdasarkan deskripsi pembahasan permasalahan dapat disimpulkan bahwa persepsi


terhadap tata ruang masjid, mempengaruhi partisipasi perempuan di masjidAl Karomah. Dari
hasil analisis regresi, diketahui bahwa persepsi tentang tata ruang masjid Al Karomah memiliki
pengaruh sedang terhadap partisipasi perempuan di Masjid Al Karomah, yakni sebesar 27,8%,
dan 72,2% dipengaruhi oleh faktor lain. Ini menunjukkan bahwa tata ruang membentuk persepsi
tentang ruang dan penggunaannya, dan selanjutnya mempengaruhi keterlibatan pengguna pada
kegiatan yang dilaksanakan di ruang tersebut. Tata ruang merupakan salah satu alat untuk
mengkomunikasikan inklusi dan ekslusi.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengajukan saran yang dapat
dipertimbangkan untuk ditinjau langsung guna menjadikan tata ruang masjid lebih nyaman untuk
digunakan oleh semua jender. Saran-saran tersebut antara lain:

Anda mungkin juga menyukai