Anda di halaman 1dari 3

RUANG SAKRAL

ARSITEKTUR INDONESIA

Disusun oleh

Bunga Apriliandari

NIM

1805521031

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

BALI

2019
Masjid menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan rumah atau tempat
bersembahyang orang Islam. Masjid memiliki arti penting bagi umat Islam, hal ini karena
masjid sejak masa Rasulullah SAW telah menjadi sentra utama seluruh aktivitas umat Islam
generasi awal.

Fungsi masjid tidak hanya sekedar sebagai ‘tempat sujud’ atau beribadah dalam Islam,
tetapi juga memiliki fungsi lainnya sehingga dapat disebut dengan multifungsi. Pada masa
Rasulullah SAW, masjid berfungsi sebagai sentra kegiatan-kegiatan pendidikan, yakni tempat
pembinaan dan pembentukan karakter umat. Bahkan, masjid pada saat itu menjadi sentra
kegiatan politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Namun, hingga saat ini fungsi masjid semakin menyempit. Saat ini masjid hanya
berfungsi sebagai tempat untuk sembahyang atau shalat saja. Namun, di beberapa masjid juga
seringkali masih berjalan sekolah mengaji (membaca kitab Al-Qur’an) bagi anak-anak berumur
4 – 12 tahun.

Masjid tergolong sebagai tempat atau ruang yang sakral. Mengapa demikian?
Sebelumnya, mari jabarkan pengertian dari ruang sakral. Ruang sakral merupakan sebuah
tempat yang suci, yang dapat mennunjukkan kepada semua orang bahwa di tempat tersebut
kita dapat memiliki sebuah koneksi kepada sesuatu yang lebih Besar atau Agung. Ruang sakral
dapat diartikan juga sebagai ruang tempat pemujaan atau rumah Tuhan. Ruang sakral dapat
berupa sebuah bangunan yang memang difungsikan sebagai rumah untuk ibadah, atau berada
di suatu bangunan yang memiliki banyak fungsi (contoh: mal). Ruang sakral biasa dipisahkan
dengan menambahkan ornamen yang artistik, bersifat megah dan luar biasa. Sebuah ruang
dikatakan sakral jika ia dilengkapi dengan simbol bermakna yang identik dengan kepercayaan
itu sendiri.

Jika ingin mengkaji ruang sakral tersebut, mari ambil contoh dari Masjid Gedhe
Mataram di Kotagede, Yogyakarta. Dari segi fisik bangunan, masjid ini memang tidak terlihat
seperti masjid pada umumnya yang berbentuk kubah pada bagian atapnya. Atap pada Masjid
Gedhe berbentuk limasan. Dalam bahasa Jawa, kubah atau atap khas pada masjid disebut
Mustaka. Mustaka pada Masjid Gedhe Mataram ditopang oleh empat tiang. Bagian ini
merupakan simbol dari rukun Islam yang ada dalam agama Islam, yakni melambangkan salat,
puasa, zakat, dan haji. Selain itu, unsur lainnya yang terdapat pada sebuah masjid juga ada pada
Masjid Gedhe Mataram, yakni ruang utama, serambi, pawestren (ruang salat untuk wanita),
mihrab (dinding paling depan dalam ruangan masjid atau musala) sebagai tempat pemimpin
salat atau imam sekaligus penanda kiblat, serta mimbar (panggung kecil tempat khatbah) yang
biasa diletakkan di sisi depan masjid atau musala. Ruang salat pada masjid ini begitu luas tanpa
ada barang seperti meja dan kursi, dan sebagainya, yang merupakan ciri dari masjid pada
umumnya.

Tampak Depan Masjid Gedhe Mataram

Sumber: Ainon Holidays

Suasana Interior Masjid Gedhe Mataram Kotagede Yogyakarta

Sumber: Gudegnet

Anda mungkin juga menyukai