Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ester Oktaria

NIM : 223030502073
Mata Kuliah : Pelestarian dan Pengembangan Arsitektur

KONSERVASI BANGUNAN GEREJA KOINONIA, JAKARTA TIMUR

Nama bangunan baru : Gereja Koinonia


Nama bangunan lama : Gereja Bethel/De Betelkerk
Alamat : Jl. Matraman Raya 126 Kel. Balimester Kecamatan Jatinegara, Jakarta
Timur
Pemilik : Yayasan Gereja Koinonia
Arsitektur : Historik Belanda Modern

A. Sejarah Singkat

Tampak Gereja pada masa lalu

Bangunan gereja ini merupakan gereja pertama di kawasan timur Batavia. Gereja merupakan
salah satu bangunan peribadatan tinggalan kolonial. Gereja yang ada di wilayah Meester Cornelis
merupakan salah satu gereja penting sejak wilayah tersebut berkembang pesat menjadi wilayah
pinggiran kota yang maju dan dikatakan mandiri pada masanya. Gereja ini bernama Gereja “Bethel”,
sekarang lebih dikenal dengan nama Gereja “Koinonia” (GPIB).
Terletak di Jalan Matraman Raya No. 216 dan terletak di persimpangan Jalan Matraman Raya
dari Jalan Jatinegara Barat. Gereja Koinonia diperkirakan berdiri sekitar tahun 1911 atau 1916
berdasarkan foto dan peta yang ada pada masa Kolonial namun setelah menelaah surat dan berkas
penting diketahui bahwa Gereja Koinonia berdiri pada tanggal 28 Maret 188.
Gedung Gereja Bethel ini pada awalnya dibangun sekitar tahun 1889, didirikan setelah
seorang mantan Ketua Mahkamah Tinggi Pemerintah KOlonial Belanda marah besar dan merasa
tidak setju dengan khotbah seorang pendeta ultra liberal pada perayaan Paskah awal 1900-an di
Gereja Emmanuel yang saat itu masih bernama Willems Kerk.
Kemudian direnovasi pada tahun 1911-1916 dan diberi nama Bethelkerk. Dipakai oleh De
Protestantse Kerk in Westelijik Indonesie, kemudian menjadi GPIB (Gereja Protestan Indonesia Barat)
Bethel Jemaat Djatinegara dan pada 1 Januari 1961 menjadi GPIB Jemaat “Koinonia” Jakarta.
Koinonia berarti “Persekutuan” (dari Bahasa Yunani).
Arsitekturnya bergaya vernacular, penerapan gable Belanda dan penerapan salib Yunani
pada pediment tympanium. Denah gereja dipengaruhi aturan geometrik. Bentuk segi empatnya
dibagi tepat menjadi sembilan bagian, dimana empat sudut terluar berfungsi sebagai ruang tangga,
sehingga bagian dalam gereja berbentuk salib simetri. Ruang-ruang tangga dari luar terlihat seperti
menara. Bangunan Gereja ini termasuk kedalam bangunan konservasi karena memiliki nilai
keagamaan dan sejarah yang cukup tinggi. Diharapkan dengan menjaga bangunan ini tetap utuh
dapat menjadi bangunan cagar budaya yang merupakan salah satu bukti otentik sejarah yang
bernilai keagamaan dalam bentuk bangunan dari segi arsitekturnya.
Bangunan ini termasuk kedalam bangunan konservasi atau cagar budaya golongan A, dimana
bangunan ini:
1. Bangunan dilarang dibongkar dan atau diubah
2. Apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak dapat dilakukan
pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya.
3. Pemeliharaan dan perawatan bangunan harus menggunakan bahan yang sama/sejenis atau
memiliki karakter yang sama, dengan mempertahankan detail ornament bangunan yang
telah ada.
4. Dalam upaya revitalisasi dimungkinkan adanya penyesuaian/perubahan fungsi sesuai
rencana kota yang berlaku tanpa mengubah bentuk bangunan aslinya.
5. Di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan
tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama.
Bangunan Gereja Koinonia sejak pertama kali berdiri belum mengalami perubahan fisik
bangunan secara menyeluruh. Keaslian bangunan masih dipertahankan sampai sekarang. Jika
melihat dari tahun berdiri hingga saat ini maka diperkirakan umur bangunan Gereja Koinonia sudah
lebih dari ratusan tahun namun bangunan ini tetap terawat dan terjaga keasliannya. Keaslian
bangunan Gereja Koinonia yang masih terawat sampai saat ini memperlihatkan bahwa bangunan ini
merupakan salah satu aset sejarah perkembangan kota Jakarta.

B. Gaya dan Desain Bangunan


Bangunan Gereja Koinonia memiliki desain gereja Protestan pada umumnya, yaitu memiliki
denah persegi, dengan hiasan yang sederhana. Bentuk denah gereja dipengaruhi oleh aturan
geometri, yaitu bagian bangunan terdiri atas empat ruangan yang merupakan ruang tangga terdapat
di keempat sudut gereja, satu ruang utama gereja, kemudian empat buah. Porch dengan bentuk
sama di keempat sisi gereja yang menempel sejajar dengan bangunan ruang tangga.
Tampak Gereja pada masa kini

Bagian atap gereja memiliki desain bentuk limas segi empat yang berjumlah lima
buah bagian atap, yaitu bagian atap yang terdapat pada masing-masing ruang tangga ada empat
buah dan satu buah atap pada bagian ruang utama. Kemudian pada tiap-tiap porch juga terdapat
atap yang berbentuk pelana dengan ujung meruncing mengikuti bentuk porch.
Bagian halaman gereja ini tidak seperti gereja pada umumnya, halaman yang dimiliki dengan
melihat foto lama dari awal berdirinya hingga saat ini tidak mengalami perubahan yang cukup
signifikan yaitu memiliki ukuran yang tidak besar. Sehingga batas antara bangunan utama dengan
lingkungan sekitar terlihat dekat dan hanya dibatasi oleh pagar keliling.

Gereja Koinonia merupakan gereja beraliran Protestan dengan desain dan bentuk yang
sederhana serta tidak rumit. Bentuk denah bangunan memiliki pola simetris. Bangunan gereja
Koinonia memiliki tiga lantai, lantai pertama merupakan tempat ruang utama berada, pada lantai
kedua merupakan tempat menampung jemaat apabila lantai pertama atau ruang utama tidak bisa
menampung jemaat lagi, maka jemaat dapat menempati lantai kedua ini. Selain itu fungsi lain dari
lantai kedua ini adalah sebagai tempat untuk paduan suara jika hari ibadah tiba atau hari-hari besar
datang. Sedangkan lantai ketiga dari bangunan Gereja Koinonia merupakan ruang doa, tempat ini
merupakan tempat khusus tidak sembarang orang bisa masuk kedalamnya tanpa izin dari pengelola
gereja Koinonia.

Ruangan lainnya yang terdapat di dalam bangunan Gereja Koinonia adalah ruang konsistori
yang terdapat di lantai pertama, tepatnya di bagian belakang dari bangunan. Ruangan ini letaknya
berada di belakang mimbar tempat pendeta melakukan khutbah. Hal ini sesuai dengan fungsinya
sebagai tempat pendeta melakukan persiapan sebelum melakukan khutbah.
Interior Gereja Koinonia

Selain tiga lantai dengan masing-masing fungsinya yang telah disebutkan ruangan lainnya
yang terdapat pada bangunan Gereja Koinonia adalah empat ruangan tangga yang berada di setiap
sudut bangunan. Empat ruang tangga ini merupakan penghubung tiap lantainya. Dua buah ruang
tangga yang berada di sisi depan bangunan merupakan penghubung antara lantai satu dengan
lantai kedua, sedangkan dua buah ruang tangga yang terdapat di belakang bangunan gereja
merupakan penghubung antara lantai pertama dengan lantai ketiga. Empat ruang tangga ini yang
berada di setiap sudut bangunan gereja membuatnya terlihat seperti empat buah menara yang
mengapit bangunan utama apabila terlihat dari luar bangunan.

C. Perubahan pada Bangunan

Gereja Atap Koinonia

Perubahan yang terjadi pada bangunan tidak pernah sampai mempengaruhi keadaan asli
saat bangunan pertama kali didirikan. Tercatat perubahan yang pernah dialami adalah bagian atap.
Hal tersebut dilakukan karena bagian atap dari bangunan Gereja Koinonia terbuat dari bahan kayu
atau bahan organik yang mudah rusak jika digunakan dala periode waktu yang cukup lama. Bentuk
atap yang mengalami perubahan yaitu bentuk atap bangunan utama, yaitu bagian tengah bangunan
atau atap dari lantai ketiga bangunan gereja. Akan tetapi perubahan ini tidak begitu jauh
perbedaannya. Bentuk atap semula sudah berbentuk limas, kemudian diubah dan tetap
menggunakan atap limas dengan posisi agak datar. Pengecatan pada dinding gereja juga dilakukan
berkala untuk memelihara fisik bangunan,

Kemudian setelah diambil alih oleh GPIB bangunan Gereja Koinonia berhak menentukan
jalannya sendiri untuk kewenanganya dalam upaya pelayanan kepada masyarakat. Mengingat
setelah hal tersebut kini Gereja Koinonia menjadi salah satu gereja penting di wilayah Jakarta,
khususnya Jakarta Timur. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mendirikan bangunan
tambahan yang berfungsi sebagai sarana pendukung bagi kelancaran kegiatan pelayan gereja
terhadap umatnya

Adapun bangunan tambahan yang ada di lingkungan Gereja Koinonia salah satunya adalah
bangunan gedung kantor Sekretariat Gereja Koinonia. Bangunan tambahan ini berada di belakang
bangunan utama (Bangunan Gereja Koinonia). Bangunan tambahan yang dibangun sebagai sarana
pendukung pelayanan jemaat ini terdiri dari ruangan aula pertemuan, ruangan pendeta, ruangan
rapat dan ruangan yang berfungsi sebagai Gudang penyimpanan properti kegiatan keagamaan di
Gereja Koinonia. Kemudian bangunan pendopo (tempat penjaga) yang diletakkan di dekat pintu
masuk utama yang berada di samping bangunan Gereja Koinonia.

Perbandingan Tampak Gereja Koinonia pada Masa Lampau dengan Masa Kini

Pada saat ini bangunan masih tetap utuh, dan berada di lokasi aslinya, hanya terdapat
perbedaan material bangunan agar bangunan ini dapat tetap berdiri dengan kokoh, bentuk secara
keseluruhan maupun detail bangunan masih tetap dipertahankan seperti aslinya.

Sumber :
http://al-terity.blogspot.com/2010/10/gereja-koinonia-jatinegara.html
https://pinkkorset.com/2014/ketika-jakarta-bersalin-rupa/gereja-koinonia-jatinegara/
https://pratiwinurrahmaddi.blogspot.com/2019/03/konservasi-arsitektur.html?m=1
https://pratiwinurrahmaddi.blogspot.com/2019/03/konservasi-arsitektur-tugas-2.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai