Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH ARSITEKTUR 02

Historical urban Landscape


Gereja St. Ignatius Don Bosco Manado
Grifta liunsanda // 61190485 // B
Analisis Lokasi

Peta kota kawasan lama manado 1922


Peta kota kawasan lama manado 2013

Kawasan kota lama manado merupakan kawasan pusat kegiatan masyarakat Manado yang
sangat strategis seperti daerah perdagangan pendidikan, dsb. Semakin berkembangnya
zaman, seiring berkembangnya potensi dari Kota Manado sendiri, terbentuklah kawasan pusat
kegiatan yang baru. Dapat dilihat di perbadingan dua gambar diatas, dimana pada tahun 2013
Kota manado sudah berkembang dengan pesat, ditandai dengan banyaknya pembangunan
di daerah-daerah yang lebih padat dibandingkan pada tahun 1922. Pada tahun 1922 juga,
ketika Belanda memasuki wilayah Indonesia, Arsitektur Kolonial juga mulai berkembang pada
konstruksi bangunan saat itu.

Kawasan Gereja Katolik Don Bosco Manado terletak di Kecamatan Wenang, yang mana
merupakan bagian dari Kota Tua Manado menjadi pusat perdagangan dan pendidikan kala itu
mulai mengadopsi gaya arsitektur Kolonial pada konstruksinya termasuk pada Bangunan Gereja
St. Ignatius Don Bosco Manado sebagai sarana tempat ibadah bagi masyarakat yang dibangun
antara tahun1928-1929.
Deskripsi Bangunan
Gereja St. Ignatius Manado Gereja Paroki St. Ignatius
merupakan bangunan gereja milik Nama Bangunan Don Bosco Manado
yayasan Don Bosco Manado dan Jl. W.R. Supratman No.Kelurahan,
masih digunakan sampai saat ini Lokasi Lawangirung, Kec. Wenang, Kota Manado,
Sulawesi Utara 95123

salah satunya untuk mendukung


fasilitas sekolah dari Yayasan Don Yayasan Don Bosco
Pemilik Manado
Bosco itu sendiri. Bangunan ini
memiliki gaya arsitektur Kolonial Tempat Ibadah
Fungsi
Modern (1915-1940) yang sangat
berkembang kala itu di kota
Waktu Pembangunan +- antara 1928-1929
Manado dan dapat dilihat dari
bentuk, material, dan penataan
ruang yang tercipta. Bangunan ini Perancang -

sudah tidak sesering digunakan


namun tetap dipelihara dengan
melapisi dinding dan renovasi di
beberapa bagian merespon iklim
trpis daerah Manado, Sulawesi
Utara.
ANALISIS BANGUNAN
14.00
DENAH
14.00

Pembentukan denah pada


bangunan gereja ini termasuk
Altar
sederhana dan simetris.
Ruang-ruang pada bangunan
ini terdiri atas altar, ruang
peribadatan jemaat, ruang
untuk pengakuan dosa. Tidak
Ruang
terdapat teras yang
duduk mengelilingi bangunan ini
peribadatan
34.00
34.00

jemaat karena area gereja ini masih


menjadi satu dengan area
sekolah namun memiliki satu
jalur/ akses masuk dari depan
untuk sirkulasi.

Ruang pengakuan Area Ruang pengakuan


dosa Penerimaan dosa

Teras

DENAH
DENAH

Sistem Konstruksi
Menerapkan sistem konstruksi
beton dengan rangka
menggunakan dinding
sebagai penutup bangunan.
sumber
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/SABUA/article/viewFile/8279/7838

Bentuk atap yang digunakan


menggunakan atap pelana
untuk merespon iklim tropis
pada daerah manado.
Terdapat bagian atap beton
sebagai balkon pada bagian
gereja st. Ignatius sebagai
hiasan tambahan bangunan
Material
Bangunan menggunakan material
ringan : batu bata sebagai
material konstruksi utama (kolom
dan dinding) Kayu sebagai kuda-
kuda atap dan kosen pintu. Pada
fasad menggunakan material
batu alam dengan guna
melindungi dinding dari sinar
matahari dan hujan/ iklim tropis.
Penggunaan kaca pada bangunan
ini tidak dominan, mengikuti gaya
arsitektur kolonial modern yang
berkembang di daerah manado.
Kaca digunakan hanya sebagai
material bukaan berupa jendela

Bukaan
Terdapat bukaan-bukaan sederhana dengan cross
sirculation dibagian samping untuk sirkulasi udara
bangunan dan bagian depan(arah timur) sun-
shading untuk memberikan pencahayaan alami
langsung pada bangunan.

Tampak
Pada bagian tengah bukaan yang Tower lonceng memberi kesan massa independen
berfungsi untu sunshading dengan struktur yang berdiri sendiri, namun juga
penerangan alami dan memberikan terkesan masih bagian dari bangunan. Terdapat
aksen pada fasad bangunan. Ini lubang-lubang untuk memasukkan cahaya pada
gambar salib yang ada memberikan ruang. Aksen salib di bagian atas juga mendukung
identitas bagi bangunan sebagai identistas bangunan.
bangunan religius.

TAMPAK DEPAN
SKALA 1 : 100
14.00

34.00

DENAH
TAMPAK DEPAN
SKALA 1 : 100

TAMPAK SAMPING KIRI


SKALA 1 : 100
Interior & Eksterior

Interior didominasi material beton, arsitektur kolonial Minim bahan kaca dan hanya
modern digunakan untuk penghawaan
dan pencahayan alami untuk
menambah kesan syahdu saat
peribadatan

Penggunaan skala ‘majestic’


pada bangunan sesuai dengan
fungsi bangunan religius memberi
keterangan status manusia.

Aksen salib pada fasad memberikan identitas pada


bangunan religius dan masih dengan material didominasi
beton mendukung kuatnya pengaruh arsitektur kolonial
modern saat gereja ini dibangun. Bangunan ini masih
dipertahankan walaupun di sekitarnya sudah banyak
menganut gaya arsitektur yang lebih modern
Sumber
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/SABUA/article/viewFile/8279/7838

https://docplayer.info/94977107-Adaptasi-bangunan-gaya-arsitektur-kolonial-belanda-
terhadap-iklim-tropis-kota-manado.html

https://idalamat.com/alamat/239923/gereja-katolik-st-ignatius-manado-sulawesi-utara

Dokumentasi dan analisis pribadi

Anda mungkin juga menyukai