Anda di halaman 1dari 45

KONSERVASI ARSITEKTUR

ERIKA AZALIA 22318269


FADIAH RAHMAN 22318370
FAJAR SIDIQ R 22318443
FARRAH QONITA 2231859
FATULLAH SYACH MALIK AKBAR 22318601
HAMZAH ALATAS 22318025
Konservasi merupakan suatu upaya yang dapat menghidupkan kembali vitalitas lama yang telah pudar. Termasuk upaya
konservasi bangunan kuno dan bersejarah. Peningkatan nilai-nilai estetis dan historis dari sebuah bangunan bersejarah
sangat  penting untuk menarik kembali minat masyarakat untuk mengunjungi kawasan atau  bangunan tersebut.
Sebagai bukti sejarah dan peradaban dari masa ke masa. Upaya konsevasi bangunan bersejarah dikatakan sangat
penting. Selain untuk menjaga nilai sejarah dari bangunan, dapat pula menjaga bangunan tersebut untuk bisa
dipersembahkan kepada generasi mendatang.

Konservasi merupakan suatu upaya yang dapat menghidupkan kembali vitalitas lama yang telah pudar. Termasuk
upaya konservasi bangunan kuno dan bersejarah.

Konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara
dengan baik (Piagam Burra, 1981).
Konservasi arsitektur adalah penyelamatan suatu obyek/bangunan sebagai bentuk apreasiasi pada
perjalanan sejarah suatu bangsa, pendidikan dan pembangunan wawasan intelektual bangsa antar
generasi.

Dalam Burra Charter konsep konservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan
kesepakatan yang telah dirumuskan dalam piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses
pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya
terpelihara dengan baik. Pengertian ini sebenarnya perlu diperluas lebih spesifik yaitu pemeliharaan
morfologi (bentuk fisik) dan fungsinya. Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan
sesuai dengan kondisi dan situasi lokal maupun upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih
lanjut.
 
TUJUAN KONSERVASI
Konservasi secara umum memiliki suatu tujuan, yaitu:
1)      Untuk memelihara maupun melindungi tempat-tempat yang dianggap bernilai supaya tidak
hancur, beralih, berganti, bersalinbertukar atau punah.
2)      Untuk menekankan kembali pada pemakaian bangunan lama supaya tidak terlantar, disini
maksudnya apakah dengan cara menghidupkan kembali guna yang sebelumnya dari bangunan
tersebut atau mengganti guna lama dengan fungsi anyar yang memang diperlukan.
3)      Untuk melindungi benda-benda sejarah ataupun benda jaman purbakala dri kehancuran atau
kerusakan yang diakibatkan oleh faktor alam, mikro organisme dan kimiawi.
4)      Untuk melindungi benda-benda remover alam yang dilakukan sebagai selaku, ala, menurut,
langsung yaitu dengan teknik membersihkan, memelihara dan membaguskan baik itu secara fisik
maupun secara langsung dari pengaruh berbagai macam aspek, misalnya seperti faktor kawasan yang
bisa merusak benda-benda tersebut.
JENIS – JENIS KONSERVASI ARSITEKTUR
Dalam pelaksanaan konservasi terhadap kawasan/ bangunan cagar budaya, maka ada tindakan-tindakan
khusus yang harus dilakukan dalam setiap penanganannya (Burra Charter, 1999), antara lain:
1)      Konservasi yaitu semua kegiatan pemeliharaan suatu tempat sedemikian rupa sehingga
mempertahankan nilai kulturalnya.
2)      Preservasi adalah mempertahankan bahan dan tempat dalam kondisi eksisting dan memperlambat
pelapukan.
3)      Restorasi / Rehabilitasi adalah upaya mengembalikan kondisi fisik bangunan seperti sediakala
dengan membuang elemen-elemen tambahan serta memasang kembali elemen-elemen orisinil yang
telah hilang tanpa menambah bagian baru.
4)      Rekonstruksi yaitu mengembalikan sebuah tempat pada keadaan semula sebagaimana yang
diketahui dengan menggunakan bahan lama maupun bahan baru dan dibedakan dari restorasi.
5)      Adaptasi / Revitalisasi adalah segala upaya untuk mengubah tempat agar dapat digunakan untuk
fungsi yang sesuai.
6)      Demolisi adalah penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang sudah rusak atau
membahayakan.
7) Renovasi adalah upaya atau suatu tindakan mengubah interior bangunan baik itu sebagian maupun
kesuluruhan sehubungan dengan adaptasi bangunan tersebut terhadap penggunaab baru atau konsep
modern.
ASPEK ASPEK KONSERVASI:

• KRITERIA ARSITEKTURAL
• KRITERIA HISTORIS
• KRITERIA SIMBOLIS
PRESERVASI
adalah mempertahankan bahan dan tempat dalam kondisi
eksisting dan memperlambat pelapukan.
Nama Bangunan Lama   :     British Institute
Nama Bangunan : Heritage Factory Outlet –Bandung
Alamat                                :Jl.
     L. L. R.E. Martadinata No.63, Citarum, Kec.
Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40115
Heritage yang pada awalnya merupakan rumah dinas
direktur Gouvernements Bedrijven dibangun pada
1898 dengan gaya Art Deco
Heritage mempunya pilar ionik yang menjadikannya
ciri khas dari bangunan tersebut. Fasad bangunan
menampilkan empat pilar utama yang menyangga
kubah pendek setengah lingkaran sebagai pintu
masuk
Heritage mempunyai bagian sayap dengan desain
melingkar yang pada saat ini dipergunakan sebagai
Heritage Food Market dan Kafe Mama Kitchen.
Bagian sayap sebelah kanan merupakan cascade
yang memiliki konsep arsitektur bergaya modern

Interior bangunan mempertahankan gaya klasik


dengan dinding berwarna putih dan juga penggunaan
batu bata berukuran besar
Heritage mulai diinisiasi pada 1999, memiliki
halaman parkir yang luas dengan pepohonan yang
cukup rindang

Konsep belanja yang diusung Heritage Factory Outlet


adalah One Stop Shopping, di mana tidak hanya
memajang etalase penuh tumpukan barang, tetapi
melalui sentuhan rekreatif yang dapat memanjakan
mata pengunjung.
Heritage Factory Outlet merupakan hasil konservasi dimana bangunan berubah fungsi namun
tetap mempertahankan struktur maupun fasad bangunan sehingga nilai sejarah yang ada di
dalamnya tidak hilang.
Dengan adanya konservasi pada bangunan Heritage Factory Outlet bangunan tersebut tidak hanya
memiliki nilai sejarah namun juga memiliki nilai komersial yang dapat dinikmati oleh masyarakat
sekitarnya.
KONSERVASI
yaitu semua kegiatan pemeliharaan suatu tempat
sedemikian rupa sehingga mempertahankan nilai
kulturalnya.
Konservasi Arsitektur adalah pada bangunan Gereja
Koinonia, Jakarta Timur

• Nama Bangunan Baru            : Gereja Koinonia


• Nama Bangunan Lama          : Gereja Bethel / De
Betelkerk
• Alamat                                : Jl. Matraman Raya 126 Kel.
Balimester Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur
• Pemilik                                    : Yayasan Gereja Koinonia
• Arsitektur                           : Historik Belanda Modern
Kompleks gereja yang berada di ujung Jalan Matraman ini
merupakan gereja pertama di kawasan timur Batavia, saat
Meester Cornelis Senen membuka Pos Pelayanan berbahasa
Melayu di kawasan ini tahun 1656-1661.

Bangunan Gereja ini termasuk kedalam  bangunan konservasi karena memiliki nilai keagamaan dan sejarah yang cukup
tinggi. Diharapkan dengan menjaga bangunan ini tetap utuh dapat menjadi bangunan cagar budaya yang merupakan
salah satu bukti otentik sejarah yang berbilai keagamaan dalam bentuk bangunan dari segi arsitekturnya.
Gedung Gereja Bethel ini pada
awalnya dibangun sekitar tahun
1889, didirikan setelah seorang
Arsitekturnya bergaya
mantan Ketua Mahkamah Tinggi vernacular, penerapan gable
Pemerintah Kolonial Belanda Belanda dan penerapan salib
marah besar dan merasa tidak Yunani pada pediment
setuju dengan khotbah seorang tympanium. Denah gereja
pendeta ultra liberal pada dipengaruhi aturan geometrik.
perayaan Paskah awal 1900-an di Bentuk segi empatnya dibagi
Gereja Emmanuel yang saat itu
tepat menjadi sembilan bagian,
masih bernama Willems Kerk.
dimana empat sudut terluar
berfungsi sebagai ruang
Kemudian direnovasi pada tahun tangga, sehingga bagian dalam
1911-1916 dan diberi nama gereja berbentuk salib simetri.
Bethelkerk. Dipakai oleh De Ruang-ruang tangga dari luar
Protestantse Kerk in Westelijk terlihat seperti menara.
Indonesie, kemudian menjadi GPIB
Bethel Jemaat Djatinegara dan
pada 1 Januari 1961 menjadi GPIB
Jemaat “Koinonia” Jakarta. 
Koinonia berarti “Persekutuan”
(dari bahasa Yunani).
Bangunan ini termasuk kedalam bangunan
konservasi atau cagar budaya golongan A, dimana
bangunan ini:
1.·         Bangunan dilarang dibongkar dan atau
diubah
2.·         Apabila kondisi fisik bangunan buruk,
roboh, terbakar atau tidak layak tegak dapat
dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali
sama seperti semula sesuai dengan aslinya.
3.·         Pemeliharaan dan perawatan bangunan
harus menggunakan bahan yang sama / sejenis
atau memiliki karakter yang sama, dengan
mempertahankan detail ornamen bangunan yang Pada saat ini bangunan masih tetap utuh, dan berada
telah ada di lokasi aslinya, hanya terdapat perbedaan material
4.·         Dalam upaya revitalisasi dimungkinkan bangunan agar bangunan ini dapat tetap berdiri
adanya penyesuaian / perubahan fungsi sesuai dengan kokoh, bentuk secara keseluruhan maupun
rencana kota yang berlaku tanpa mengubah detail bangunan masih tetap dipertahankan seperti
bentuk bangunan aslinya aslinya.
5.·         Di dalam persil atau lahan bangunan cagar
budaya dimungkinkan adanya bangunan
tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh
dengan bangunan utama
RESTORASI
upaya mengembalikan kondisi fisik bangunan seperti sediakala
dengan membuang elemen-elemen tambahan serta memasang
kembali elemen-elemen orisinil yang telah hilang tanpa
menambah bagian baru.
• Roemah Langko merupakan salah satu contoh restorasi
bangunan lama yang berhasil di Indonesia. Gedung ini
merupakan sebuah restoran yang berada di Jalan Raya
Langko, Kota Mataram, Lombok. Usaha restorasi yang
dilakukan oleh arsitek Nyoman Popo Priyatna Danes,
berhasil mengantarkannya meraih penghargaan dari
Ikatan Arsitek Indonesia, IAI Awards 2018 dalam kategori
pelestarian.
Sebagai salah satu gedung peninggalan masa kolonial, tentu
banyak perbaikan yang harus dilakukan. Apalagi ketika
pertama kali dibeli oleh seorang pengusaha yang juga teman
Popo, rumah ini berada dalam kondisi separuh rusak. Sebagian
bagian atap yang sudah roboh. Kaca patrinya juga banyak yang
pecah.

• Bangunan juga tenggelam sedalam satu meter dari jalan.


Sehingga, ketika tim arsitek merekonstruksi rumah, hal
utama yang dilakukan adalah menaikkan ketinggian
bangunan.
Meski merekonstruksi ulang, namun Popo dan timnya tetap
mempertahankan bentuk bangunan lama. Popo menambahkan
beberapa bangunan minor untuk melengkapi struktur utama.
Ruangan yang dulu berfungsi sebagai tempat tidur dan dapur juga
turut dibongkar. Struktur rumah lawas ini juga terbuat dari
material lama, yakni batu bata dan campuran pasir serta kapur.
Bangunan juga tenggelam sedalam satu meter dari jalan.
Sehingga, ketika tim arsitek merekonstruksi rumah, hal utama
yang dilakukan adalah menaikkan ketinggian bangunan.

Beberapa bagian seperti pintu dan jendela masih asli. Namun untuk genting, ubin,
dan kaca patri, tim arsitek harus membuat ulang barang tersebut. Genting rumah
misalnya, didapatkan dari pembongkaran bangunan tua di Bandung. Sedangkan ubin
teraso, direproduksi dari sebuah pabrik di Pasuruan. Uniknya, bentuk dan motif ubin
memiliki tampilan serupa dengan aslinya.

Tidak hanya ubin dan genting saja, kaca patri yang menghias ruangan juga
direproduksi. Popo menambahkan, bangunan asli hanya menyisakan dua keping kaca
yang masih utuh. Kaca tersebut kemudian dijadikan contoh atau master untuk
membuat barang dengan pola serupa.
• Tidak hanya ubin dan genting saja, kaca patri yang menghias
ruangan juga direproduksi. Popo menambahkan, bangunan
asli hanya menyisakan dua keping kaca yang masih utuh. Kaca
tersebut kemudian dijadikan contoh atau master untuk
membuat barang dengan pola serupa. Perjuangan Popo dan
timnya tak berhenti sampai disitu. Untuk mereproduksi kaca,
mereka harus memesannya di Surabaya. Setelah berbagai hal
dilalui, tempat ini akhirnya berubah menjadi restoran modern
yang menegaskan suasana lawas.

pasad bangunan memancarkan kesan gaya kolonial. Bukan tanpa


alasan, sebab rumah ini merupakan salah satu peninggalan
Belanda di Lombok.

Interior gedung memiliki keselarasan dengan arsitektur bangunan,


termasuk perabot yang ada di dalamnya. Setiap furnitur kayu di
dalam ruangan menegaskan kesan art deco yang kental. Warna
putih menghiasi hampir keseluruhan baik eksterior maupun
interior restoran. Dinding gedung memiliki tekstur unik khas
bangunan klasik. Setiap ruangan ditata apik dengan tempat duduk
terbuka.
RENOVASI
adalah upaya atau suatu tindakan mengubah interior
bangunan baik itu sebagian maupun kesuluruhan sehubungan
dengan adaptasi bangunan tersebut terhadap penggunaab
baru atau konsep modern.
SANTA CROCE DI FLORENCE, ITALIA

Gerakan revolusi menyebabkan reaksi yang kuat juga di Italia dalam


bentuk Counter Reformasi, yang dimulai pada 1530-an dan secara
bertahap datang untuk mempengaruhi perubahan gereja yang ada
bangunan mengikuti ‘Pedoman’ dari Dewan Trent setelah tahun 1563.
Interior yang membuka, rood screen (dinding pemisah antara tempat duduk
jemaat dengan kapel) dan hambatan lainnya telah dihapus dan kapel
diletakkan ulang menjadi salah satu perubahan terbesar dalam renovasi
gereja di negara – negara Eropa, contohnya Gereja Santa Croce yang
direnovasi oleh Giorgio Vasari pada saat itu.
Kemudian pada tahun 2008, pembersihan dan perawatan
Perawatan dan pemulihan Santa jendela kaca patri di kapel utama yaitu dengan membersihkan
Croce tetap berlangsung hingga abad dan menghilangkan semua noda yang ada pada jendela dan
ke – 20. Pada tahun 2005, perawatan mengembalikan warna pada jendela kaca patri tersebut
pada fasad gereja tersebut dilakukan sehingga terlihat seperti baru.
dengan tetap mempertahankan
keaslian fasad pada bangunan.
Pada 2011, peremajaan pada bagian kapel yaitu lukisan
dinding / mural “Stories of The True Cross” karya Agnolo
Gaddi.                                                      
                                                                        
                                                
Revitalisasi
Revitalisasi adalah segala upaya untuk mengubah
tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang sesuai.
Menara Syahbandar, Jakarta

Ada 3 ruangan yang ada di dalam menara. Sebuah ruangan di


lantai dasar sebagai pintu masuk ke Menara Syahbandar, sebuah
ruangan di bagian tengah merupakan bangunan kosong dengan
lebar kurang lebih 6x7 meter, dan sebuah ruangan lagi di bagian
atas sebagai ruang pengamatan yang dilengkapi dengan empat
jendela. Di bagian bawah lantai dasar, terdapat ruangan yang
dulunya digunakan sebagai penjara yaitu ruang tahanan bagi
awak kapal yang melanggar peraturan. Sesuai dengan fungsinya,
di sekitar Menara Syahbandar terdapat tujuh meriam. Tiga
diantaranya mengarah ke Pasar Ikan.
Di sekitar menara terdapat bangunan lain, yaitu sebuah gedung yang
dulunya dipakai untuk kantor urusan perdagangan, bangunan yang
difungsikan sebagai gudang tepat di depan menara, dan bangunan di
samping menara yang dulunya digunakan untuk urusan pabean yang
tingginya 18 meter dengan luas bangunan 10x6 meter.
Gaya arsitektur The Empire Style adalah suatu gaya
arsitektur neo-klasik yang melanda Eropa (terutama
Prancis, bukan Belanda) yang diterjemahkan secara Atap pelana merupakan gaya arsitektural
bebas. Di Indonesia gayanya menghasilkan gaya baru yang cocok untuk bangunan beriklim tropis
yang disebut gaya Hindia Belanda (Indonesia) artinya
dengan curah hujan yang tinggi. Sehingga
bergaya kolonial namun disesuaikan dengan
lingkungan lokal dengan iklim dan tersedianya gaya arsitek tropis pada atap pelana dipakai
material pada waktu itu (Akihary dalam Handinoto, sebagai struktur atap bangunan kawasan ini.
1996: 132). Ciri-cirinya antara lain: denah yang
simetris, satu lantai dan ditutup dengan atap perisai
Elemen lengkung “arch” sangat menonjolkan
bangunan khas Eropa pada saat itu, model Kolom kolom bergaya Yunani
lengkung yang sama juga merupakan gaya yang berkesan kokoh juga
yunani. Yang diadopsi ke dalam bangunan ini. terdapat pada Bangunan.
Tidak itu saja pada dinding terdapat list plank
yang hadir mengesankan garis-garis tegas dan
kokoh yang bergaya Eropa
DEMOLISI
adalah penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang
sudah rusak atau membahayakan.
TAMAN WIHELMINA
Taman Wilhelmina atau Wilhelmina Park adalah
salah satu taman yang dibangun pemerintah Belanda
pada abad ke-19. Taman yang satu ini dikenal sebagai
taman terluas yang pernah ada di Batavia, bahkan
Taman modern terbesar di Asia kala itu. Lokasi taman
ini berada di depan Gereja Katedral Jakarta, sekarang
lokasi ini sudah menjadi Masjid Istiqlal.
Hal menarik yang dapat diceritakan dari Taman Wilhelmina
adalah,karena letaknya yang sangat dekat dengan Sungai
Ciliwung pengunjung dapat mendengar suara gemericik air
mengalir. Selain itu, di lokasi ini terdapat benteng bernama
“Benteng (Citadel) Prins Frederik Hendrik”, yang oleh warga
pribumi sering kali disebut sebagai “Gedung Tanah”, serta
sebuah Monument “Waterloo” atau dikenal juga dengan nama
“Atjeh Monument”. Sebuah monument yang dibangun untuk
memperingati tewasnya para serdadu Belanda dalam perang
diwilayah Nagroe Aceh Darussalam, “Batavia grondleggers gezag
noord Sumatra”
Sayang, seiring perkembangan zaman kondisi Taman Wilhelmina
semakin hari makin tidak terawat. Bahkan pada awal tahun
1950-an taman indah ini sempat berubah menjadi sebuah lokasi
telantar dan sangat kotor. Hingga akhirnya atas permintaan
Presiden Soekarno seluruh taman beserta bangunan yang
terdapat di dalamnya ditata ulang. Dan areal bekas “Benteng
Frederik Hendrik” didirikan Masjid Istiqlal oleh Bung Karno.
REKONSTRUKSI
adalah penyusunan kembali peragaan (contoh ulang) (menurut
perilaku/tindakan dulu),pengulangan kembali (seperti semula)
atau pemulihan infrastruktur pascabencana
Rekonstruksi Arsitektur Majapahit 
Arsitektur Majapahit adalah lingkungan binaan
berupa bangunan yang pernah ada di masa
kerajaan Majapahit. Karya arsitektur ini hampir
serupa dengan arsitektur kerajaan Kadiri maupun
Singhasari di Jawa Timur, akan tetapi jika dicermati
akan memiliki perbedaan karakter dan yang paling
jelas tertuang dalam ornamentasi dan dekorasinya.
Untuk merekonstruksi arsitektur majapahit yang
telah hilang oleh perkembangan jaman, maka
dilakukan penelusuran bentuk-bentuk arsitektur
pada relief-relief candi-candi Majapahit. Bentuk
tersebut diperkuat dengan artefak-artefak bersejarah
yang tersimpan di Museum Trowulan, Mojokerto.
Artefaknya selain berupa miniatur rumah Majapahit,
juga berupa benda nyata seperti pecahan genteng,
lantai rumah, pasangan bata dan pipa saluran air
dari terakota. Dengan sketsa-sketsa dapat
diwujudkan sebuah rekonstruksi bentuk arsitektur
yang telah hilang, yang ikut serta memperkaya
khazanah pengetahuan arsitektur tradisional di
Indonesia.
Bahkan dengan petunjuk gambar pada relief candi peninggalan Kerajaan
Majapahit dapat diketahui secara lengkap keberadaan gugusgugus
bangunan pada suatu lansekap. Di gambar 3 dapat dilihat tipe pintu
gerbang paduraksa ternyata memiliki pagar dinding yang tinggi dan panjang
mengelilingi gugus-gugus bangunan berbentuk balai. Jika disesuaikan
dengan temuan pada situs Kerajaan Majapahit, maka tipe gerbang
paduraksa ini bisa cocok dengan Candi Bajang Ratu di Kecamatan Trowulan,
kabupaten Mojokerto.
Jika diamati, maka gugus-gugus bangunan di dalam pintu gerbang berbentuk
paduraksa ini mirip dengan arsitektur tradisional Bali. Hal ini bisa dimaklumi
karena memang konon masyarakat Majapahit di akhir kekuasaan kerajaan
terdesak oleh serangan kerajaan Demak dan melakukan eksodus besar-
besaran ke Pulau Bali. Masyarakat Bali sendiri sebagian besar juga mengakui
bahwa mereka adalah keturunan dari masyarakat Majapahit.
Metode
Penelitian untuk penulisan artikel ini menggunakan metoda kualitatif, yakni
pengamatan di lapangan pada candi-candi dan artefak peninggalan Kerajaan
Majapahit di kabupaten Mojokerto, Kediri, Blitar dan Malang.

Metode Pengumpulan
Data Data berupa foto-foto artefak dan relief candicandi peninggalan Kerajaan
Majapahit dikumpulkan untuk dianalisa. Struktur dan konstruksi arsitektur kuno
Kerajaan Majapahit dicari dengan membandingkan tektonika pada arsitektur
tradisional di Bali yang dikumpulkan dengan foto-foto pula. Tatanan lansekap
arsitektur didapatkan dari sumber tertulis pada kakawin Negara Kertagama
(Desawarnana) karangan Empu Prapanca yang hidup di era pemerintahan
raja Hayam Wuruk. Tatanan ini juga didasarkan pada data foto satelit kawasan
kerajaan.

Metode Analisis Data


Data berupa foto-foto tersebut diupayakan untuk direkonstruksi dan
diwujudkan dalam bentuk sketsa-sketsa. Sketsa tersebut sedapat mungkin
perwujudannya disesuaikan dengan penggambaran nuansa arsitektur yang
terpadapt pada kakawin Negara Kertagama.
Analisis dan Interpretasi Dari pengamatan terhadap artefak
miniatur rumah yang ada di Museum Trowulan, Kabupaten
Mojokerto, didapatkan bentuk rumah tinggal dengan atap yang
diperkirakan bahannya dari genting. Pecahan atap genting ini
artefaknya juga terdapat di Museum tersebut. Konstruksi atap
tradisional berbeda dengan konstruksi gaya Belanda yang biasa
dipelajari di tempat pendidikan arsitektur.

Foto satelit yang dibuat


oleh Bakosurtanal (Badan
koordinasi Survey dan
Pemetaan Tanah Nasional)
menghasilkan temuah
bahwa kota kerajaan
majapahit berbentuk Grid.
Hal ini juga diperkuat
dengan orientasi dari situs-
situs yang ada di
Kecamatan Trowulan
ternyata memiliki orientasi
yang sama, yaitu miring
10o dari arah Utara ke arah
Timur.
Analisa kemudian dilanjutkan dengan menerapkan teks Selanjutnya dilakukan penelusuran bentukbentuk lain dari
yang terdapat pada kakawin Negara Kertagama. Pada arsitektur kuno Kerajaan Majapahit seperti bentuk balai tempat
pupuh 8.5 tertulis : “Di dalam, di selatan ada lagi paseban prajurit, bentuk balai Mangguntur (tempat singgasana raja),
memanjang ke pintu keluar pura yang kedua. Dibuat dan lain-lain. Segala data selalu disesuaikan dengan artefak,
bertingkat-tangga, tersekat-sekat, masing-masing berpintu situs di Kecamatan Trowulan - Mojokerto, relief candi dan
sendiri. Semua balai bertulang kuat bertiang kokoh, papan perbandingan dengan arsitektur tradisional Bali.
rusuknya tiada tercela. Para prajurit silih berganti, bergilir
menjaga pintu, sambil bertukar tutur”. Dengan data
tersebut maka dibuatlah sketsa arsitekturnya.
Henry Mc laine Pont membuat sketsa kerajaan Majapahit dan
membandingkannya dengan keraton Jogjakarta. Hal ini mungkin sebuah
kesalahan, karena keraton jogja adalah pusat pemerintahan yang dilandasi
agama Islam, sedangkan Kerajaan Majapahit adalah pusat pemerintahan
yang dilandasi dengan agama Siwa Budha. Maka selayaknya jika mengambil
contoh untuk dipadankan, maka disesuaikan dengan kerajaan yang
berlandaskan Siwa budha juga, contohnya kerajaan-kerajaan yang ada di
Bali. Kerajaan di Bali sejak berabad lampau menggunakan tatanan Sanga
mandala untuk memetakan denah kerajaan.

Dengan dasar ini, maka penulis mencoba membuat sketsa kota majapahit berdasarkan satu
blok grid kanal yang ada pada foto satelit Bakosurtanal tahun 1983. Satu blok tersebut
tepatnya pada blok tempat situs lantai segi 6 (situs rumah bangsawan), situs umpak 18 (situs
balai pertemuan) dan situs candi kedaton (dugaan situs taman sari dan istana raja). Dari blok
tersebut tampilah sebuah kota kerajaan yang dikelilingi kanal/sungai. Kemudian diterapkan
aturan sanga mandhala untuk menetapkan berbagai fasilitas keraton yang disesuaikan
dengan pembacaan pada kakawin Negara Kertagama. Ukuran luas keraton ditemukan sekitar
500 meter X 700 meter (35 hektar), lima kali lipat lebih luas ukuran keraton terbesar
kerajaan di Bali, tetapi tidak seluas analisis Henry Mc. Laine Pont yang sampai ratusan
hektar. Tampak di gambar 13, bird eye view istana Kerajaan Majapahit yang memiliki
ebrbagai fasilitas keraton sesuai dengan teks di kakawin Negara Kertagama. Bentuk-bentuk
yang ditampilkan disesuaikan dengan gambar pada relief candi.
Tingkat Perubahan
Kegiatan
Tidak ada Sedikit Banyak Total
Konservasi
Preservasi
Restorasi
Rekonstruksi
Adaptasi
Demolisi
PERUBAHAN PADA SETIAP BANGUNAN

Heritage Factory Outlet –Bandung Arsitektur Majapahit


- Fungsinya berubah. - Pemeliharaan bangunan
- Interior mengalami sedikit perubahan. - Membangun kembali seperti awalnya
- Bentuk Bangunan tidak mengalami perubahan.

Gereja Koinonia
- Tidak Mengalami perubahan apapun

Roemah Langko
- Tidak ada yang berubah dari bentuk bangunan.
- Perubahan hanya ada pada material yang digunakan.

Santa Croce Di Florence


- Tidak ada perubahan
- Hanya melakukan perawatan

TAMAN Wihelmina
- Perubahan Total
- Fungsi dan bangunannya dirubah
- Menjadi tempat ibadah

Anda mungkin juga menyukai