Sejarah
Masjid di Kota Minyak ini berdiri pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun
1940-an M. Para pendirinya adalah Al Habib Ghasim Bahasim, Al Habib Ali Assegaf,
H. Abdul Malik, H. Kai Kintang, H. Bahrun, H. Abdul Ghani, H. Abdul Ramli, H.
Sulaiman, H. Asnawi Arbain, H. Tharmiji Abbas, H. Abdul Hasan dan para ulama
dan masyarakat lainnya.
Pada waktu perang dunia ke-2 (1946), masjid sempat dibom tentara sekutu dan
bangunannyapun luluh lantah. Akibat porak-porandanya bangunan masjid tersebut,
maka dengan inisiatif masyarakat kota Balikpapan pada tahun 1950 dibangun kembali
bangunan masjid, namun untuk menghindari terjadinya abrasi pantai lokasinya
dipindahkan ke wilayah daratan sebelah utara yang jaraknya beberapa ratus meter
didepannya.
Hingga saat ini, masjid sudah empat kali direnovasi. Seiring dengan renovasi, nama
masjid pun berubah-ubah. Awalnya tahun 1950-an M bernama Masjid Jami’ At
Taqwa Balikpapan. Lalu, pada tahun 1970-an M, Masjid Jami At Taqwa Balikpapan
dibangun kembali oleh Panitia Pembangunan yang saat itu di pimpin Bpk. H. Asnawi
Arbain, H. Rusma Antur, Kol. H. Hambali, Kol. Amin, Mayor. H. Idris, H. Nadalsyah,
H. Syahruni Hasbullah dan lain sebagainya, sehingga berubah nama menjadi Masjid
Raya At Taqwa Balikpapan.
Kemudian pada tahun 1998 M Masjid Raya At Taqwa Balikpapan berubah nama lagi
menjadi Masjid Agung At Taqwa Balikpapan sampai sekarang. Terakhir, Juli 2004 M,
Masjid Agung At Taqwa Balikpapan dibentuk kembali Panitia Pembangunan untuk
membangun masjid menjadi lebih besar dan lebih megah yang dipimpin Bpk. H.M.
Roem Arbain B.Sc, H. Amirullah Usman. ST, H. Muhammad Idrus. BE, H. Syahrani,
ST.MM, H.M. Yusuf Sabran, dan lainnya.
Pada tahun 1970an dan tahun 1990 Masjid At-Taqwa dilakukan renovasi sehingga
semula bernama Masjid Jami berubah menjadi Masjid Agung At-Taqwa Balikpapan.
Selanjutnya dengan upaya pengurus masjid membentuk Panitia Pembangunan Masjid
pada tahun 2004 dengan pimpinan H.M. Roem Arbain, H. Amirullah Usman, H.
Muhammad Idrus, H.M. Yususf Sabran dan lainnya, telah mendirikan
bangunan masjid yang megah dengan area bangunan yang diperluas dan dipercantik
seperti yang tampak megah berdiri saat ini.
Arsitektur
Tempat ibadah umat Islam ini mengadopsi gaya arsitektur Timur Tengah, yaitu
gabungan dari Masjid Nabawi dan Turki Ustmani. Hal ini terlihat dari adanya menara
yang berada di empat pojok bangunan masjid. Bentuk manara hampir sama dengan
yang ada di Nabawi Madinah.
Sedangkan gaya arsitektur turki terlihat dari bentuk kubahnya. Kubah masjid
berbahan enamel steel panel warna biru berdiameter 16 m. Bahan ini mengkilat
sehingga berkilau-kilau saat tertimpa sinar lampu atau matahari, memantulkan aura
biru. Kubah juga didekorasi dengan ornamen warna kuning. Kubah berukuran lebih
kecil, dengan warna dan ornamen yang sama juga menutup bagian ujung empat
menara.
Dari depan masjid, bangunan pada lantai dasar ini akan tertutup oleh tangga yang
merupakan jalan untuk menuju latai 1. Di bagian bawah tangga ini terdapat tempat
wudhu dan juga toilet yang bersih. Setelah melewati beberapa anak tangga berlantai
marmer, sampailah kita ke lantai 1. Pada bagian ini, mi'rob masjid berada.
Lantai masjid menggunakan marmer berwarna putih dan kemerah-merahan.
Sedangkan dinding bagian mi'rob didominasi batu marmer hitam kombinasi merah
bata, dengan hiasan kaca tembus pandang bermotif di bagian kiri dan kanannya.
Plafonnya sendiri berbentuk kotak-kotak dengan warna dasar putih kombinasi orange.
Adapun bahan dasar plafon terbuat dari gypsum. Sedangkan di bagian langit-langit
kubah diberi lukisan lafadz Allah dengan warna kombinasi coklat, ungu, kuning,
orange, dan biru. Juga terdapat lampu gantung unik di bagian tengahnya yang terbuat
dari tembaga dengan hiasan warna kuning dan hijau.
Keunikan lain dengan adanya ornamen yang berbeda pada bagian teras samping
masjid. Pada teras samping bagian kiri terdapat ornamen sederhana yang sepintas
menyerupai huruf X berbeda dengan teras samping kanan. Perbedaan lain kedua sisi
teras tersebut, pada ujung teras bagian kanan terdapat sebuah bedug dengan ukuran
standart. Bedug ini kelihatan seperti bedug di masjid-masjid pada umumnya.
Meskipun memiliki perbedaan ornamen, namun kedua teras ini memiliki persamaan.
Yakni sama-sama bisa dijadikan akses menuju tangga naik (ke lantai 2) maupun turun
(ke lantai dasar) dan tempat wudhu. Bagian tangga didominasi marmer berwarna
hitam, dengan kombinasi putih sebagai hiasannya. Tangga dan pagar terbuat dari
logam stainliss.
Keindahan masjid ini juga akan lebih menarik jika di malam hari. Lampu-lampu yang
meneranginya membuat masjid ini nampak bercahaya jika dilihat dari kejauhan.
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid seluasr 5.268 m2 ini memiliki tiga lantai. Lantai
dasar dipergunakan untuk berbagai acara keagamaan dan aktivitas kemasyarakatan.
Lantai 1 dan 2 untuk melaksanakan sholat berjamaah, baik sholat 5 waktu, sholat
Jum'at, ataupun sholat Idul Adha maupun Idul Fitri.
Maskipun pada lantai dasar diperuntukkan untuk acara keagamaan, namun banyak
juga yang memakainya untuk sholat. Yang sholat di sini biasanya orang-orang yang
lewat dan mampir untuk sholat, lantas beristirahat sebentar sembari melepas lelah.
Selain itu, diluar masjid terdapat selasar yang cukup luas. Adanya halaman penunjang
dan taman yang cukup asri, disertai adanya beberapa bangunan penunjang seperti
lapangan parkir yang luas. Ruang sekretariat dan beberapa bangunan tempat aktifitas
pendidikan dan pembelajaran.