Anda di halaman 1dari 8

STUDI KASUS I

M. JABBIR AVICENNA
NUR AMALIA P
DEFRI RELIA
DWI GUSTINA SARI
GEMA HAQQUR
Suatu kejadian dimana Konsultan diminta untuk merancang Rusunawa (Rumah
Susun Sederhana Sewa), pada saat merancang DED Konsultan sudah membuat
gambar detail tangga kebakaran, sesudah dilaksanakan tender, karena perlu
optimasi biaya maka Kontraktor mengajukan usulan shop drawing dengan
menghilangkan railing tangganya, baik yang kearah dinding maupun yang
ditengah.

Terjadi konflik antara beberapa arsitek yang merancang DED tersebut, ada yang
menerima dengan mencarikan solusi, ada yang menolak, bahkan ada yang sampai
ingin mengundurkan diri dari proyek tersebut.
Subjek yang terlibat
Owner
Kontraktor
Konsultan
• Setuju
• Setuju dengan solusi
• Tidak setuju
• Ingin mengundurkan diri.
Sikap Setuju dengan solusi.
Jika seorang arsitek, menyetujui usulan perubahan design dari
kontraktor, maka arsitek tersebut mengabaikan kode etik, antara lain:
1. Kaidah Tata Laku 2.105
Apabila dalam proses pengerjaan proyeknya, arsitek
mengetahui bahwa keputusan yang diambil oleh pengguna jasa
melanggar atau bertentangan dengan hukum serta kaidah yang
berlaku, dan mengancam keselamatan masyarakat umum, maka
arsitek wajib:
• Mengingatkan dan menyarankan pengguna jasa agar
mempertimbangkan kembali keputusannya.
• Menolak pelaksanaan keputusan tersebut
• Melaporkan perkara ini kepada pihak berwewenang yang berfungsi
sebagai pengawas bangunan atau petugas lain yang terkait untuk
meninjau kembali, terkecuali arsitek penerima tugas dapat
memberikan jalan keluar pemecahan lain.
Sikap Setuju dengan solusi.
Sikap ini dianggap tidak melanggar kode etik, jika usulan
solusi yang disampaikan diketahui dan disetujui oleh
owner. Apabila Arsitek secara sepihak merubah usulan
design makan arsitek tersebut melanggar kode etik:
Kaidah Tata Laku 3.105
Arsitek tidak dibenarkan untuk mengubah atau mengganti lingkup
ataupun target/program kerja suatu penugasan tanpa persetujuan
pengguna jasa.

Kaidah Tata Laku 3.304


Arsitek berkewajiban memberitahu pengguna jasa tentang kemajuan
pelaksanaan tugasnya dan masalah-masalah yang berpotensi
mempengaruhi kualitas, biaya, dan waktu.
Sikap Menolak
Sikap ini dianggap melanggar kode etik, ketika anggaran
biaya yang diajukan konsultan ternyata berbeda dengan
usulan kontraktor sampai harus merubah design, maka
arsitek tersebut melanggar kode etik:
Kaidah Tata Laku 2.101
Dalam menjalankan kegiatan profesinya, arsitek mematuhi
hukum serta tunduk pada kode etik dan kaidah tata laku profesi,
yang berlaku di Indonesia dan di negara tempat mereka bekerja.
Arsitek tidak dibenarkan bertindak ceroboh dan mencemarkan
integritas dan kepentingan profesi.
Sikap Ingin Mengundurkan diri dari proyek
Sikap ini dianggap melanggar kode etik, yakni

Kaidah Tata Laku 3.303


Arsitek akan melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan
penugasan.

Kaidah Tata laku 3.401


Arsitek berkewajiban menjaga dan menjunjung tinggi integritas
dan martabat profesinya
Pesan moral

 Idealisme seorang arsitek akan designnya itu memanglah penting, tetapi


ketika muncul permasalahan terkait design tersebut maka idealism tersebut
harus dikesampingkan sesaat untuk bersama sama mencari win win solution,
karena pada dasarnya apa yang kita rancang akan berdampak pada orang lain.
Pencarian solusi tersebut harus tetap berdasar aturan yang berlaku dan kode
etik sebagai seorang arsitek.

Anda mungkin juga menyukai