Anda di halaman 1dari 5

PENATARAN

KODE ETIK ARSITEK &


KAIDAH TATA LAKU
PROFESI ARSITEK

Truntum Hotel, Padang Sabtu : 21 Oktober 2023


STUDI KASUS
Seorang Arsitek (sebut saja : Mawar) mendapatkan penugasan dari pengguna jasa (client) untuk
mendesain sebuah bangunan “Klinik Praktek Dokter Bersama” di sebuah lahan. Pengguna jasa
mengharapkan bangunan tersebut berupa bangunan 5 lantai dengan kapasitas yang memadai
secara fungsi dan visual bangunan yang cantik dan menarik.

Arsitek Mawar, kemudian segera menerima penugasan tersebut. Selain karena sedang/sudah
lama tidak mengerjakan proyek, Klinik Praktek Dokter Bersama ini dinilai akan menambah
value/reputasi sebagai seorang arsitek didaerahnya.

Oleh karena perasaan exited/semangat, Arsitek Mawar langsung melaksanakan tahapan


pekerjaan tanpa terlebih dahulu membuat kesapakatan kerjasama dengan pengguna jasa
secara tertulis (kontrak). Dalam pikirannya, hal ini dapat dibicarakan sambal jalan, yang penting
ada proyek dulu.

Sepuluh hari berselang, Arsitek Mawar telah menyelesaikan dokumen pra-desain ( preliminary :
denah awal, perspektif visual, usulan teknis (spesifikasi bahan) dan perkiraan kebutuhan biaya.
Setelah berdiskusi dan melakukan presentasi dengan pengguna jasa, arsitek mawar
menyerahkan dokumen pra-desain tersebut kepada pengguna jasa. Penggunan jasa kemudian
berjanji akan melakukan diskusi terlebih dahulu dalam rapat manajemen sebelum pra-desain
tersebut ditindaklanjuti ke tahapa berikutnya. Pada saat itu, Arsitek Mawar baru menyerahkan
lembar penawaran imbalan jasa untuk pekerjaan tersebut kepada pengguna jasa.

===interlude…..

Seminggu kemudian, Arsitek Mawar dihubungi oleh pengguna jasa melalui sambungan telepon,
memberitahukan bahwa dokumen pra-desain tersebut belum dapat di setujui oleh manajamen,
karena dinilai mahal dan visual bangunan tidak menarik dan memutuskan membatalkan proyek
tersebut untuk sementara waktu. Arsitek Mawar kemudian menyampaikan dapat melakukan
revisi atau manyampaikan alternatif usulan desain lain yang sesuai keinginan manajemen, asal
jangan dibatalkan. Tapi pengguna jasa tetap pada keputusan manajemen. Arsitek Mawar
akhirnya tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak mendapat imbalan karena belum ada kontrak
Kerjasama

Interlude :
Dalam waktu yang “seminggu” ( sejak Arsitek Mawar menyerahkan dokumen), pengguna jasa
bertemu dengan seorang arsitek lain Bernama Anggrek. Kemudian pengguna jasa
memperlihatkan dokumen pra-desain hasil karya Arsitek Mawar kepada Arsitek Anggrek dan
meminta komentar mengenai itu.

Arsitek Anggrek kemudian menyanggupi untuk melakukan Analisa terhadap pra-desain


tersebut, dan meminta waktu 4 hari untuk menyampaikan komentarnya.

Setelah 4 hari Arsitek Anggrek mendatangi Pengguna Jasa, dengan membawa 1 gambar
perspektif visual dengan merubah tampilan fasade, tapi tetap berdasarkan pra-desain hasil
karya Arsitek Mawar. Pada saat itu juga, Arsitek Anggrek menyampaikan bahwa dia dapat
melaksanakan pekerjaan tersebut dengan imbalan jasa lebih rendah dari yang di sampaikan
oleh Arsitek Mawar.
Tugas Kelompok :
1. Masing-masing kelompok melakukan diskusi analisa bersama anggota kelompok
mengenai cerita diatas, dan menentukan 1 fokus permasalahan dirasa bersinggungan
dengan Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek.
2. Masing-Masing kelompok membuat argumentasi etis pada fokus permasalahan yang di
pilih dengan menyertakan kaidah-kidah apa saja yang bersinggungan dengan fokus
permasalahan tersebut.
3. Masing-masing kelompok membuat bahan presentasi durasi 10 menit, untuk
disampaikan pada forum penataran dan mendiskusikannya bersama kelompok lain.

Tugas Personal :
Setiap Peserta, wajib membuat tulisan bebas (esay) sebanyak 2 lembar A4 dengan format
standar (12 – 1 ½), mengenai fokus permasalahan sesuai dengan kelompoknya. Tulisan ini
diserahkan 1 minggu setelah penataran kepada panitia dengan dengan format PDF.

TANGGAPAN STUDI KASUS


Argumentasi Anggota Kelompok :
 Arsitek Mawar kurang profesional dalam menjalankan profesinya
 Arsitek Mawar tidak membuat kontrak dengan pengguna jasa (Kaidah Tata Laku 3.104)
 Arsitek Mawar kurang update (Kaidah Tata Laku 3.103)
 Arsitek Anggrek tidak menunjukkan cara bersikap sebagai profesional arsitek dalam
menghadapi (Kaidah Tata Laku 3.401)
 Arsitek Anggrek mengakui sebagian atau seluruh karya yang sesungguhnya bukan hasil
karyanya (Kaidah Tata Laku 4.201)

Argumentasi Personal :
 Arsitek Mawar kurang profesional dalam menjalankan profesinya

Uraian Tambahan :
Kekurang profesionalan arsitek mawar dalam menjalankan profesinya, adalah karena
saking senangnya mendapatkan kegiatan setelah lama fakum dalam kegiatan
perencanaan, sehingga lupa untuk membuat komitmen atau kesepakatan tentang
kegiatan perencanaan dengan pengguna jasa, (siapa yang bertanggung jawab dalam
menerima hasil karya arsitek mawar). Ini mengakibat kerugian pada arsitek mawar pada
saat arsitek mawar menyerahkan hasil karyanya pada pengguna jasa, dimana pengguna
jasa akan memutuskan hasil karyanya melalui rapat manajemen pengguna jasa

 Arsitek Mawar tidak membuat kontrak dengan pengguna jasa


(Kaidah Tata Laku 3.104)
Dengan tetap menjaga kemandirian berpikir dan kebebasab bersikap, arsitek
mempunyai kewajiban membaktikan seluruh kecakapan dan kepakarannya dengan
penuh ketekunan dan kehati-hatian, mengikuti “Buku Minimum Penyajian” (Minimum
Standard of Performance) yang direkomendasikan / dipujikan IAI, dan berdasarkan
ikatan hubungan kerja yang jelas meliputi antara lain :
1. Lingkup Penugasan
2. Pembagian wewenang dan tanggung jawab, hak dan kewajiban
3. Batas-batas wewenang dan tanggung jawab, hak dan kewajiban
4. Perhitungan Imbalan Jasa
5. Tata cara penyelesaian penugasan

Uraian Tambahan :
Arsitek Mawar tidak membuat kontrak sebelum melaksanakan pekerjaan dengan
pengguna jasa, sehingga belum adanya batas-batas wewenang dan tanggung jawab,
tentang hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan antara arsitek mawar dan
pengguna jasa.

 Arsitek Mawar kurang update


(Kaidah Tata Laku 3.103)
Arsitek harus selalu meningkatkan kecakapan dan kepakarannya dengan mengikuti
program pengembangan profesi lanjutan yang diselenggarakan atau telah disetujui IAI.

Uraian Tambahan :
Terlihat dari kasus ini arsitek mawar kurang mengikuti perkembangan aturan atau
regulasi yang ada pada saat kasus ini terjadi.

 Arsitek Anggrek tidak menunjukkan cara bersikap sebagai profesional arsitek dalam
menghadapi permasalahan dengan pengguna jasa
(Kaidah Tata Laku 3.401)
Arsitek wajib menghindari pertentangan atau perbedaan kepentingan dengan menolak
suatu penugasan dan memberi penjelasan secara terbuka kepada pengguna jasa, semua
pertentangan kepentingan yang diperkirakan atau yang tidak dapat dihindarkan atau
merugikan pengguna jasa, masyarakat dan lingkungan. Arsitek dapat mengadakan kerja
sama dalam bentuk asosiasi (partnership) dengan bidang jasa industri konstruksi lain
selama tidak terdapat pertentangan kepentingan.

Uraian :
Kaidah ini dimaksudkan untuk menunjukkan cara bersikap arsitek dalam menghadapi
keadaan, atau sebagai sikap keprofesian mengenai situasi yang menimbulkan
pertentangan kepentingan bagi arsitek dalam hubungannya dengan pengguna jasa,
pemilik, masyarakat, karyawan, pelaksana konstruksi, atau pihak lain yang akan terkena
dampak tindakan atau keputusannya. Jika Arsitek tidak mampu secara efektif
mengkomunikasikan pertentangan yangtimbul ini secara langsung kepada para pihak,
maka ia harus memastikan ada pihak lain yang lebih kompeten yang bisa secara efektif
menyampaikannya.

Uraian Tambahan :
Arsitek Anggrek seharusnya menunjukkan cara bersikap sebagai profesional arsitek
dalam menghadapi permasalahan dengan pengguna jasa, dengan menanyakan kepada
pengguna jasa sampai sejauh mana hubungan kerja antara pengguna jasa dengan
arsitek yang telah merencanakan sebelumnya. Arsitek anggrek menurut kami
seharusnya tidak langsung mengambil alih perencanaan ini sesuai dengan keinginan
pengguna jasa.

 Arsitek Anggrek mengakui sebagian atau seluruh karya yang sesungguhnya bukan hasil
karyanya
(Kaidah Tata Laku 4.201)
Arsitek tidak dibenarkan membuat pernyataan yang menyesatkan, keliru, atau palsu
mengenai kualifikasi keprofesian, pengalaman kerja, atau penampilan kerjanya, serta
mampu menyampaikan secara cermat lingkup dan tanggung jawab yang terkait dengan
pekerjaan yang diakui sebagai karyanya.
Uraian :
Kaidah ini dimaksudkan untuk mencegah arsitek mengakui sebagian atau seluruh karya
yang sesungguhnya bukan hasil karyanya, memberikan informasi yang menyesatkan,
dan juga mendorong arsitek untuk mengakui partisipasi pihak lain dalam suatu proyek,
sesuai dengan kapasitas yang telah diberikannya. Dalam dokumen-dokumen hasil kerja
sama, nama pihak-pihak dan mitra yang turut terlibat harus dicantumkan.

Uraian Tambahan :
Arsitek Anggrek seharusnya tidak mengakui sebagian atau seluruh karya yang telah
direncanakannya sebagai hasil karyanya, karena pada saat pertemuan arsitek anggrek
dengan pengguna jasa, pengguna jasa meminta pendapat tentang perencanaan yang
telah di desain oleh arsitek sebelumnya. Sebaiknya arsitek anggrek bersikap
menjelaskan kepada pengguna jasa, bahwa arsitek anggrek tidak dapat melanjutkan
perencanaan tersebut sebelum mendapat persetujuan dari arsitek sebelumnya, karena
ini menyangkut kepada hak intelektual dan hak cipta dalam perencanaan.

Padang, 26 Oktober 2023

Ttd

( MURYALDI MUZAR, ST )

Anda mungkin juga menyukai