Anda di halaman 1dari 13

Etika Profesi

Studi Kasus III : Pembukaan Penawaran Publik

Suatu dewan sekolah yang berkomisi dengan biro arsitektur ABC


merencanakan untuk mendesain suatu penambahan sekolah dasar di
Small Town, Amerika. Budget untuk proyek tersebut mencapai $ 1,2
juta. Tugas arsitek mencakup melakukan perubahan (penambahan
dan pengurangan) di dalam paket penawaran untuk memberikan
klien yang fleksibel, sehingga dapat melakukan penyesuaian lingkup
pekerjaan, jika diperlukan sekali ketika penawaran diterima.
Pembukaan penawaran diselenggarakan di kantor arsitek itu. Ini
merupakan pembukaan publik, dan masing-masing dari lima
kontraktor mempresentasikan angka-angka dengan suara keras.
Daftar di bawah ini merupakan perusahaan dan angka penawaran
yang diajukan, termasuk juga tambahannya. Penawar terendah yang
terlihat, perusahaan E, dengan penawaran dasar $ 1.090.000, sudah
dikenali dari awal pembukaan lelang. Penghargaan penawaran
berdasarkan dari penawaran dasar. Bahwa apabila ditambah dengan
perkiraan pembengkakan dana sebesar $ 61.000, perusahaan E masih
sebagai penawar terendah, bagitupun yang lain mengikuti
Studi Kasus III : Pembukaan Penawaran Publik

Hari berikutnya, perusahaan E menghubungi si arsitek dan


memberitahukan bahwa subkontraktor listriknya membuat
kesalahan fatal dalam sub bidang perusahaan E. Menurut
kontraktor utama, sub kontraktor tersebut mengurangi biaya
perkakas penerangan. Biaya ini mencapai $ 20.000. Kontraktor
utama mengajukan kemungkinan untuk menarik kembali
penawarannya apabila biaya sebesar $ 20.000 tidak
ditambahkan/disediakan oleh pihak pemilik proyek. Kontraktor
tersebut beranggapan, bahkan dengan adanya biaya tambahan
sebesar $ 20.000, pihaknya masih tetap penawar termurah.
Kontraktor meminta pada si arsitek untuk menerima perubahan
penawarannya atau untuk menerima biaya tambahan sebanyak
$ 20.000 selama masa kontrak. Arsitek terebut sudah pernah
bekerja dengan kontraktor utama sebelumnya, dan menilai
bahwa kontraktor yang bersangkutan jujur dan terhormat.
Mereka belum pernah bekerja dengan penawar terendah kedua.
Arsitek mempertimbangkan harus berbuat apa.
Studi Kasus III : Pembukaan Penawaran Publik

Bahan Diskusi :
1. Haruskah perusahaan E diizinkan untuk menaikkan harga penawaran
sebesar $ 20.000 untuk kesalahan perhitungan elektrikal yang
dilakukan oleh sub kontraktor?
2. Perlukah arsitek memberitahu perusahaan E bahwa penawaran tersebut
sudah sah dan tidak dapat ditarik kembali atau diganti?
3. Perlukah arsitek memberitahukan kepada pemilik proyek bahwa
penawaran yang diberikan perusahaan E invalid dan menyarankan
pemilik proyek untuk mengalihkan penawaran kepada Perusahaan C
(penawar terendah kedua), daripada harus membayar $ 20.000
(tambahan biaya dari $ 47.702 - $ 67.702)?
4. Apakah (itu) cukup untuk menentukan tanggungjawab hukum di sini,
atau lakukan pertimbangan etis mempersulit pengambilan keputusan?
5. Apakah pada kenyataannya, mengerjakan suatu proyek publik dapat
mempersulit suatu pengambilan keputusan?
6. Apakah ada kemungkinan terjadinya konflik kepentingan di sini?
7. Apakah ada kemungkinan kasus ini dibawa ke pengadilan oleh pihak
lain?
1 Haruskah perusahaan E diizinkan untuk menaikkan harga penawaran
sebesar $ 20.000 untuk kesalahan perhitungan elektrikal yang dilakukan
oleh sub kontraktor?
Sesuai dengan :
Kaidah Tata Laku 3.105
Arsitek tidak dibenarkan untuk mengubah atau mengganti lingkup ataupun
target / program kerja suatu penugasan tanpa persetujuan Pengguna Jasa.
Kaidah Tata Laku 3.304
Arsitek berkewajiban untuk memberitahu pengguna jasa tentang kemajuan
pelaksanaan tugasnya dan masalah-masalah yang berpotensi
mempengaruhi kualitas, biaya dan waktu.
Jadi kami menyimpulkan bahwa untuk perizinan penaikan harga
penawaran HARUS dengan persetujuan pengguna jasa yang bersangkutan
karena pengguna jasa merupakan pemilik proyek. Arsitek tidak memiliki
wewenang untuk memberikan izin tanpa persetujuan pengguna jasa, arsitek
hanya wajib memberitahu pengguna jasa tentang progres proyek tersebut
apakah sudah mengalami kemajuan atau ada kendala yang dihadapi.
Perlukah Arsitek Memberitahu Perusahaan E Bahwa Penawaran
2 Tersebut Sudah Sah Dan Tidak Dapat Ditarik Kembali Atau Diganti?
Menurut pendapat kami bahwa arsitek tersebut harus
memberitahu perusahaan E bahwa penawaran yang
mereka buat sudah sah dan tidak dapat ditarik ataupun
diganti lagi, karena ini masuk kedalam Standar Etika 2.1
TATA LAKU yang dimana berisi
Arsitek wajib menjunjung tinggi tatanan hukum dan
peraturan terkait dalam menjalankan kegiatan
profesinya.
Apabila kesalahan Setiap perjanjian yang dibuat akan
menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang
membuat perjanjian. Timbulnya hak dan kewajiban
tersebut dinamakan dengan akibat hukum dari suatu
perjanjian/kontrak.
3
Perlukah arsitek memberitahukan kepada pemilik proyek bahwa penawaran yang
diberikan perusahaan Einvalid dan menyarankan pemilik proyek untuk mengalihkan
penawaran kepada Perusahaan C (penawar terendah kedua), daripada harus membayar
$ 20.000 (tambahan biaya dari $ 47.702 - $ 67.702)?

Mengacu kepada standar Etika 4.1 tentang


Kejujuran Dan Keadilan
Menurut opini kami TIDAK PERLU karena secara etika sebagai seorang
arsitek tidak etis jika mengarahkan si pemilik proyek untuk menyerahkan
atau menawarkan proyek yang sudah ada kontraknya dengan perusahaan
E lalu di sarankan pindah ke perusahaan lain (yang di luar kontrak) .akan
lebih baik jika si arsitek menyarankan perubahan E untuk memberi
penjelasan yang sebenarnya kepada pemilik proyek bahwa terjadi
penambahan biaya lalu mencari jalan keluar dari persoalan tersebut,
karena walaupun terjadi penambahan biaya tapi tetap perusahaan E masih
menjadi penawaran lelang terendah dari perusahaan lain.
4 Apakah itu cukup untuk menetukan tanggung jawab hukum disini,
atau lakukan pertimbanagan etis mempersulit pengambilan
keputusan?
Menurut kaidah tata laku Kaidah Tata Laku
3.102
Arsitek hanya akan menerima penunjukan akan suatu
pekerjaan, jika ia mempunyai kualifikasi dan
meyakini memiliki cukup kecakapan serta
kepakaran, sumber pendanaan dan sumber daya
ketrampilan teknis yang mampu mendukung
pelaksanaan setiap bagian kewajiban dari penugasan.
Arsitek yang ingin menangani bidang yang bukan
merupakan keahliannya, harus menempuh
pendidikan dan pelatihan tambahan, atau dapat
melibatkan konsultan lain yang memiliki keahlian
yang dibutuhkan.
Jadi, dengan permasalahan tersebut arsitek sebaiknya
melaporkan ke jalur hukum dan tetap mengganti
kontraktor/subkontraktor lain yang lebih
berpengalaman dan lebih ahli dibidang tersebut.
5 Apakah pada kenyataannya, mengerjakan suatu proyek publik dapat
mempersulit suatu pengambilan keputusan?
Pada setiap proyek pasti memiliki suatu kendala tersendiri
mulai dari lokasi site, cuaca, atau pun human error. Pada
suatu kontrak yang sudah disepakati, menandakan bahwa
pihak arsitek dan kontraktor harus terbuka dan bertanggung
jawab penuh atas proyek yang dikerjakan (opini )
Dalam standart etika 3.1
“Tugas arsitek harus dilaksanakan secara professional dengan
penuh tanggung jawab, kecakapan dan kepakaran”
-Dalam kasus ini arsitek dan kontraktor sudah saling kenal
dan sudah pernah bekerja sama sebelumnya, namun mereka
bekerja sama dalam proyek dengan penawaran yang
normal/lebih tinggi dari proyek ini. Seharusnya arsitek
tersebut dapat menguasai proyek dengan penawaran lebih
rendah dari yang biasanya karena sudah menguasai bidang
yang terkait dgn penawaran tsb.
Berdasarkan kaidah tata laku 1.201
”Dalam berkarya, arsitek wajib menampilkan kepakaran,
kecakapannya secara taat azas. “
6 Apakah ada kemungkinan terjadinya konflik kepentingan di sini?
Kemungkinan terjadinya konflik kepentingan di sini, tentu ada.
Apabila arsitek tersebut menolak kontraktor utama dimana kontraktor
utama meminta perubahan penawarannya atau untuk menerima biaya
tambahan sebanyak $ 20.000 selama masa kontrak dan lebih memilih
Perusahaan C dimana Perusahaan C menjadi penawar terendah ke
dua setelah Perusahaan E.
Untuk menghindari terjadinya konflik, Standar Etika 3.4
menjelaskan :
PERBEDAAN KEPENTINGAN
Arsitek wajib menghindari terjadinya pertentangan atau perbedaan
kepentingan dalam kegiatan profesinya dan senantiasa secara terbuka
menyampaikan semua konflik kepentingan.
Kaidah Tata Laku 3.401
Arsitek wajib menghindari pertentangan atau perbedaan kepentingan
dengan menolak suatu penugasan dan memberi penjelasan secara
terbuka kepada pengguna jasa, semua pertentangan kepentingan yang
diperkirakan atau yang tidak dapat dihindarkan akan merugikan
pengguna jasa, masyarakat dan lingkungan. Arsitek dapat
mengadakan kerjasama dalam bentuk asosiasi (partnership) dengan
bidang jasa industri konstruksi lain selama tidak terdapat
pertentangan kepentingan.
Uraian : Kaidah ini dimaksudkan untuk menunjukkan cara bersikap
arsitek dalam menghadapi keadaan, atau sebagai sikap keprofesian
mengenai situasi yang menimbulkan pertentangan kepentingan bagi
arsitek dalam hubungannya dengan pengguna jasa, pemilik, masyarakat,
karyawan, pelaksana konstruksi atau pihak lain yang akan terkena
dampak tindakan atau keputusannya. Jika arsitek tidak mampu secara
efektif mengkomunikasikan pertentangan yang timbul ini secara langsung
kepada para pihak, maka ia harus memastikan ada pihak lain yang lebih
kompeten yang bisa secara efektif menyampaikannya.
7 Apakah ada kemungkinan kasus ini dibawa ke pengadilan oleh pihak
lain?
• Apabila dari pihak klien, arsitek dan kontraktor
menemukan titik terang atau solusi untuk masalah
diatas kemungkinan kecil untuk mengarah
kepengadilan. Namun, apabila dari kedua belak pihak
terdapat perbedaan pendapat dan tikak dapat
menemukan titik tengan kemungkinan besar kasus ini
akan dibawah kejalur hukum pengadilan oleh orang
lain sebagai kesempatan untuk perusahaan mereka
mendapatkan kontrak tersebut.
Kaidah Tata Laku 3.401 Arsitek wajib
menghindari pertentangan atau perbedaan
kepentingan dengan menolak suatu penugasan dan
memberi penjelasan secara terbuka kepada pengguna
jasa, semua pertentangan kepentingan yang
diperkirakan atau yang tidak dapat dihindarkan akan
merugikan pengguna jasa, masyarakat dan lingkungan.
THANK YOU :)

Anda mungkin juga menyukai