Anda di halaman 1dari 2

UAS ETIKA PROFESI

1. a. Ambil ahli pekerjaan arsitek lain:


Sesuai dengan kode etik Arsitektur, seorang arsitek boleh mengambil ahli
ekerjaan atau proyek arsitek lainnya jika telah dilakukan penyelesaian hubungan kerja
antara pengguna jasa dan arsitek yang digantikannya. Dalam contoh kasus ini telah
dinyatakan secara jelas bahwa proyek tersebut telah ditinggalkan oleh arsitek
sebelumnya. Bisa diminta surat-surat pernyataan atau bahkan berbicara kepada arsitek
sebelumnya untuk menambah kejelasan.
b. Mengubah usulan imbalan Jasa:
Arsitek tidak dapat menngubah usulan imbalan jasa jika sudah menyetujui
kesepakatan diawal. Arsitek harus memahami dan mengikuti "Baku Minimum
Penyajian" (Minimum Standard of Performance) yang direkomendasikan/dipujikan
IAI.
c. Mempromosikan diri lewat media:
Arsitek diperbolehkan mempromosikan diri atau jasa profesionalya di media
sosial asalkan tidak secara menyesatkan, tidak benar, atau menipu. Tidak boleh
memasang iklan atau sarana promosi yang menyanjung atau mengambil bagian dari
memuji diri sendiri, apalagi yang bersifat menyesatkan dan kegiatan publikasi dengan
imbal jasa.

2. Sesuai dengan Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek Ikatan Arsitek
Indonesia Kaidah Tata Laku 2.105 ada 3 hal yang dapat dilakukan yaitu:
a. Mengingatkan dan menyarankan pengguna jasa agar mempertimbangkan kembali
keputusannya.
b. Menolak pelaksanaan keputusan tersebut.
c. Melaporkan perkara ini kepada pihak berwewenang yang berfungsi sebagai
pengawas bangunan atau petugas lain yang terkait untuk meninjau kembali, terkecuali
arsitek penerima tugas dapat memberikan jalan keluar pemecahan lain.
3. Syarat:
a. Peserta: bebas terbuka bagi semua peserta yang berbenttuk badan usaha/atas nama
sendiri
b. Proyek dengan nilai lima puluh milyar rupiah hingga seratus milyar rupiah
disyaratkan hanya untuk peserta dengan kualifikasi usaha besar non BUMN.
c. Proyek dengan nilai diatas 100 millyar rupiah disyaratkan untk peserta dengan
kualifikasi usaha besar
d. Proyek dengan nilai 50 millyar rupiah hingga 100 millyar rupiah disyaratkan untuk
peserta dengan kualifikasi Usaha Besar BUMN apabila tender gagal karena tidak
ada peserta dengan kualifikasi Usaha Besar non-BUMN yang memasukkan
dokumen kualifikasi dan/atau dokumen penawaran.
e. KSO dapat dilakukan antar: a. Badan Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi
Terintegrasi; atau b. Badan Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi yang melakukan KSO
dengan Badan Usaha Jasa Perencana/ Perancang Konstruksi.

Kelemahan:

a. Komunikasi langsung antara pemilik dan kontraktor & penghematan yang


dihasilkan dalam waktu dan usaha dan potensi keuntungan yang lebih besar
(optimalisasi bagi kedua belah pihak).
b. Potensial kurang untuk perselisihan dengan orang yang lebih sedikit terlibat.
c. Lebih mudah untuk menempatkan tanggung jawab.
d. Komunikasi jalur cepat dengan kontraktor dan penghematan waktu dan biaya
proyek dan potensi keuntungan/penghematan yang lebih besar.
e. Biaya konstruksi yang lebih rendah dari hubungan yang lebih dekat antara
desainer dan kontraktor mengakibatkan desain ekonomi, dan karena itu potensi
keuntungan yang lebih besar.
f. Potensi untuk desain inovatif yang mengarah ke keuntungan yang lebih besar.

4. Arsitektur dalam bidang properti untuk perkembangan kota:

Seorang arsitek tidak hanya dapat mendesain dan membangun proyek, tetapi
juga dapat melihat peluang dan nilai dari suatu lahan maupun bangunan. dengan
pertimbangan dari seorang arsitek, suatu lahan kosong dapat dijadikan suatu proyek
dengan fungsi dan nilai tertentu. Suatu bangunan dengan fungsi tertentu tidak dapat di
bangun sembarangan sehingga dengan peran arsitektur dalam menilai bidang
property, morfologi dan tipologi suatu Kawasan kota dapat terbentuk dan berkembang
menjadi lebih baik. Kawasan urban kota yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat didalamnya sehinngga perekonomian dapat terus berkembang.

Anda mungkin juga menyukai