2. Sesuai dengan Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek Ikatan Arsitek
Indonesia Kaidah Tata Laku 2.105 ada 3 hal yang dapat dilakukan yaitu:
a. Mengingatkan dan menyarankan pengguna jasa agar mempertimbangkan kembali
keputusannya.
b. Menolak pelaksanaan keputusan tersebut.
c. Melaporkan perkara ini kepada pihak berwewenang yang berfungsi sebagai
pengawas bangunan atau petugas lain yang terkait untuk meninjau kembali, terkecuali
arsitek penerima tugas dapat memberikan jalan keluar pemecahan lain.
3. Syarat:
a. Peserta: bebas terbuka bagi semua peserta yang berbenttuk badan usaha/atas nama
sendiri
b. Proyek dengan nilai lima puluh milyar rupiah hingga seratus milyar rupiah
disyaratkan hanya untuk peserta dengan kualifikasi usaha besar non BUMN.
c. Proyek dengan nilai diatas 100 millyar rupiah disyaratkan untk peserta dengan
kualifikasi usaha besar
d. Proyek dengan nilai 50 millyar rupiah hingga 100 millyar rupiah disyaratkan untuk
peserta dengan kualifikasi Usaha Besar BUMN apabila tender gagal karena tidak
ada peserta dengan kualifikasi Usaha Besar non-BUMN yang memasukkan
dokumen kualifikasi dan/atau dokumen penawaran.
e. KSO dapat dilakukan antar: a. Badan Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi
Terintegrasi; atau b. Badan Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi yang melakukan KSO
dengan Badan Usaha Jasa Perencana/ Perancang Konstruksi.
Kelemahan:
Seorang arsitek tidak hanya dapat mendesain dan membangun proyek, tetapi
juga dapat melihat peluang dan nilai dari suatu lahan maupun bangunan. dengan
pertimbangan dari seorang arsitek, suatu lahan kosong dapat dijadikan suatu proyek
dengan fungsi dan nilai tertentu. Suatu bangunan dengan fungsi tertentu tidak dapat di
bangun sembarangan sehingga dengan peran arsitektur dalam menilai bidang
property, morfologi dan tipologi suatu Kawasan kota dapat terbentuk dan berkembang
menjadi lebih baik. Kawasan urban kota yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat didalamnya sehinngga perekonomian dapat terus berkembang.