KASUS 1
DISUSUN OLEH:
KUPANG
2022
PENDAHULUAAN
A. LATAR BELAKANG
Secara umum etika kita kenal sebagai tata atur hubungan antara manusia yang menyangkut
hubungan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban di dalam berbagai lini kehidupan, baik dalam
sebuah rumah tangga, dalam lingkungan perumahan, dalam lingkungan kerja maupun dalam
lingkungan bernegara. Etika yang menjadi fokus dalam telaah ini adalah etika yang berkaitan
dengan profesi seorang arsitek. Lingkup pengaturan ini berupa hubungan antara arsitek dengan
owner, arsitek dengan sesama arsitek, arsitek dengan profesi lain yang memiliki keterkaitan
pekerjaan.
Profesi arsitek sangat berperan penting dalam pembangunan dan masyarakat. Arsitek
dapat berperan di segala hal, mulai dari pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan
atau di luar dari bidang kearsitekturan.
Berbicara tentang arsitektur tidak hanya sekedar berbicara mengenai suatu konsep atau
design rancangan atas suatu bangunan. Arsitektur brbicara pula mengenai kekuatan dan
kekokohan bangunan, estetika, daya tampung, jenis serta material bangunan yang hendak
dipergunakan. Oleh karena perihal arsitek ini memerlukan kecermatan dan ketelitian maka
keberadaan profesi arsitek demikian urgen. Seorang arsitek bertanggung jawab terhadap bangunan
dan keselamatan penggunaan atas bangunan tersebut. Pertanggungjawaban seorang arsitek tidak
hanya sebatas perdata berupa penggantian kerugian sebesar 10% dari objek bangunan atau setara
dengan honorarium yang diterima melainkan juga turut bertanggungjawab secara pidana apabila
terbukti melakukan kelalaian atau kealpaan sehingga menyebabkan kesalahan konstruksi
bangunan.
Dalam menjalankan tugas profesinya arsitek dibatasi dengan etika profesi. Namun hanya
arsitek yang menjadi anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) saja yang terikat dengan aturan kode
etik yang tercurah dalam Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek Ikatan Arsitek
Indonesia (IAI), juga negara mulai memasuki pada wilayah ini sejak diberlakukannya Undang-
undang Jasa Konstruksi (UUJK) No. 18 tahun 1999 dan Undang-undang Bangunan Gedung
(UUBG) no. 28 tahun 2008, serta beberapa peraturan pemerintah dan petujuk operasionalisasi
kedua Undang-undang tersebut, saat ini turut mengatur kode etik secara tidak langsung. Serta
harapannya kedepan bahwa Undang-Undang Arsitek dapat mengimbangi pada sisi lain. Karena
bila melihat pada kedua undang-undang tadi maka lebih memfokuskan kewajiban dari seorang
arsitek dan belum mengatur hak-hak arsitek. Tentunya kondisi perundangan yang demikian saat
ini merupakan sebuah kelemahan perlindungan terhadap seorang perencana.
B. RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana Kode Etik Kaidah Tata Laku Keprofesian Arsitektur Terhadap Kasus Meneruskan
Pekerjaan Arsitektur Lain?
C. TUJUAN
1.Mengetahui Kode Etik Kaidah Tata Laku Keprofesian Arsitektur Terhadap Kasus Meneruskan
Pekerjaan Arsitektur Lain.
PEMBAHASAN
Ikatan Arsitek Indonesia dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab merumuskan Kode
Etik Arsitek sebagai berikut :
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Seorang arsitek harus menempatkan diri, menata pikiran dan hasil karyanya, bukan sebagai
tujuan melainkan sarana yang digunakan secara maksimal dalam mencapai tujuan
kemanusiaan denganberupaya hemat sumber daya serta menghindar dampak negatif
Pasal 4
Atas dasar kepercayaan atas keutuhan integritas, keahlian, kujujuran, kearifan dan rasa
sosial yangdilimpahkan kepadanya, maka seorang arsitek mendahulukan tanggung jawab
dan kewajiban dari padahak dan kepentingan diri sendiri.
Pasal 5
Tanpa mengurangi hak dan kepentingan pemberi tugas, seorang arsitek berusaha
memahami dan memperjuangkan kepentingan umat manusia dan masyarakat pemakai,
sekalipun pihak ini bukanpemberi imbalan jasa secara langsung.
Pasal 6
Arsitek sebagai budayawan harus berupaya mengangkat nilai-nilai sosial budaya melalui
karyanya dan tidak semata-mata menggunakan pendekatan teknis.
Pasal 7
Pada tahap manapun dalam proses pembangunan, arsitek harus menunaikan tugasnya
secara bijak dan konsisten.
Arsitek apabila didekati dan ditawari oleh seorang pemberi tugas untuk melaksanakan
suatu proyek atau jasa profesional yang diketahuinya masih dalam penunjukan arsitek lain,
wajib memberi tahu arsitek yang bersangkutan.
Pada dasarnya penyimpangan dari apa yang tetera dalam Kode Etik dan Kaidah dan Tata
Laku Profesi IAI tidak ada sangsi hukumnya, yang ada adalah sangsi organisasi yaitu berupa
teguran lesan, teguran tertulis, penonaktifan sebagai anggota dan yang paling berat adalah
dikeluarkan sebagai anggota IAI. Sangsi yang diberikan oleh organisasi (IAI) ini akan berdampak
pada profesi dan psikologis bagi anggota yang kena sangsi, bahkan kemungkinan tidak
mendapatkan pekerjaan sebagai profesi arsitek. Namun apabila pelanggaran ini menyangkut
hukum terkait dengan pelanggaran undang-undang, peraturan pemerintaha dan lain sebagainya
maka penyelesaiannya lewat pengadilan.
Seorang pemberi tugas menunjuk Anda untuk meneruskan perancangan gedung kantornya,
melelangkan pekerjaan dan mengawasi pembangunannya sampai selesai. Pra-rancangan
gedung tersebut sudah diselesaikan oleh arsitek sebelumnya, dan ditetapkan oleh pemberi
tugas untuk diteruskan.
2. Anda menemukan bahwa beberapa bagian penting dari prarancangan tidak dapat
diteruskan karena menurut Anda tidak sesuai dengan peraturan. Tindakan apa yang akan
Anda lakukan untuk menyelesaikan perancangan tersebut?
= Kode Etik dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek bagi anggota IAI disusun dengan tujuan untuk
mengatur para arsitek dalam melaksanakan tugas profesionalnya sesuai dengan prilaku dan moral
sebagai arsitek yang beretika. Artinya bahwa seorang arsitek profesional dalam menjalankan tugas
profesionalnya dilandasi dengan panggilan hati nurani, didasarkan pada moral agama yang
dianutnya untuk melaksanakan bidang ilmu yang dikuasainya dengan taat azas kepada para
pengguna jasa dengan penuh tanggung jawab. Menyimpang dari aturan yang tercantum dalam
Kode Etik dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek para arsitek akan mendapatkan sangsi organisasi.
Namun pelanggaran tersebut apabila masuk ke ranah hukum akan diselesaikan secara hukum pula
di Pengadilan.
Aturan yang ada di Kode Etik tersebut sudah jelas, namun dalam prakteknya banyak para
arsitek yang melanggar etika ini. Secara moral para arsitek yang baik berkewajiban untuk
mengingatkan dan memberi pengertian pada rekan sejawatnya yang mungkin kurang memahami
tentang etika yang tercantum dalam Kode Etik dan Kaidah Tata laku Profesu Arsitek bagi para
Arsitek.
Pemberian pemahaman dan pengertian tentang arsitek yang beretika dapat melalui
penataran kode etik dan kaidah tata laku profesi arsitek bagi para arsitek dan calon arsitek
profesinal. Tujuan pelatihan atau penataran kode Etik dan Kaidan Tata Laku Profesi Arsitek bagi
para Arsitek adalah untuk memberikan bekal bagi calon arsitek dan arsitek professional, agar
dalam menjalankan praktek profesionalnya mempunyai sikap prilaku serta moral yang baik dan
bertanggng jawab terhadap profesinya
3. Menurut Anda, siapa yang seharusnya bertanggungjawab atas karya arsitektur ini? Anda
atau arsitek sebelum Anda?
= Yang Bertanggungjawab Ialah Arsitektur sebelumnya, dikarenakan :
a. Dalam Kaidah Tata Laku 2 Menjelaskan Bahwa Apabila dalam proses pengerjaan
proyeknya, arsitek mengetahui bahwa keputusan yang diambil oleh pengguna jasa
melanggar atau bertentangan denganhukum serta kaidah yang berlaku, dan mengancam
keselamatan masyarakat umum, maka arsitek wajib:
-Mengingatkan dan menyarankan pengguna jasa agar mempertimbangkan kembali
keputusannya.
-Menolak pelaksanaan keputusan tersebut
-Melaporkan perkara ini kepada pihak berwewenang yang berfungsi sebagai pengawas
bangunan atau petugas lain yang terkait untuk meninjau kembali,terkecuali arsitek
penerima tugas dapat memberikan jalan keluar pemecahan lain
Sehingga disimpulkan bahwa arsitektur sebelumnya harus melaporkan perkara ini kepada
pihak berwewenang yang berfungsi sebagai pengawas bangunan atau petugas lain yang
terkait untuk meninjau kembali.
KESIMPULAN
Dari uraian studi kasus diatas dapat disimpulkan bahwa Arsitek hanya akan menerima
penunjukan akan suatu pekerjaan, jika:
• mempunyai kualifikasi dan meyakini memiliki cukup kecakapan serta kepakaran
• sumber pendanaan dan sumber daya ketrampilan teknis yang mendukung pelaksanaan
setiap bagian kewajiban dari penugasan.
• memberitahukan pada arsitek yang terdahulu apabila meneruskan/mengganti pekerjaannya
• memahami permasalahan yang terjadi jika diberikan penunjukan untuk meneruskan
pekerjaan arsitektur lain sehinngga arsitek mengetahui bahwa keputusan yang diambil oleh
pengguna jasa melanggar atau bertentangan denganhukum serta kaidah yang berlaku, dan
mengancam keselamatan masyarakat umum, dan Melaporkan perkara ini kepada pihak
berwewenang.