Anda di halaman 1dari 5

BAB I – PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Arsitek merupakan profesi yang sangat spesifik, karena dalam melakukan praktik arsitektur
harus mampu menangkap suatu pesan ataupun keinginan daripada pengguna jasa, agar dapat
diwujudkan menjadi suatu karya bangunan yang fungsional beserta lingkungan binaannya.
Arsitek dalam keprofesiannya juga harus memperhatikan kondisi sekitar perancangannya
dibangun, apakah ada pihak yang dirugikan baik manusia, sumber daya alam, budaya kedaerahan
sekitar. Bahkan arsitek haruslah mampu mengikuti perubahan perkembangan dunia yang terus
terjadi, jelas bukan keahlian yang mudah tanpa dilator belakangi oleh pendidikan dan
pengalaman. Di Indonesia sendiri pendidikan arsitektur dimulai sekitar tahun 1950-an, kemudian
diikuti oleh bebrapa organisasi keprofesian dan semakin berkembang kepada munculnya
sejumlah spesialisasi keahlian. Beraitan dengan hal tersebut, apresiasi masyarakat pada keahlian
ini pun tumbuh dengan pesat, sehingga pembangunan sarana dan prasarana kian menjadi andalan
untuk melakukan pembangunan ekonomi. Kini peran profesi arsitek di Indonesia telah banyak
mewarnai pembangunan fisik negeri ini, bahkan sudah sampai tahap memfasilitasi pembangunan
bagi masyaraat kurang mampu di daerah kumuh, perumahan dan pemuiman korban bencana
alam sehingga tidak hanya dinikmati kalangan maysrakat mampu. Cepatnya pertumbuhan
pembangunan dan jasa konstrusi ternyata disertai juga dengan banyaknya bermunculan kasus

asus ataupun perilaku kurang terpuji sejumlah oknum dan badan usaha yang merugian pengguna
jasa, lingkungan, masyarakat sekitar bahan sampai kepada hilangnya nilai

nilai budaya karena rusakknya situs bangunan yang merupakan cagar budaya / bagunan
bersejarah. Hal tersebut dilatar belakangii karena belum memadainya peraturan perundang

undangan tentang profesiarsitek, sehinga oknum ahli ataupun yang mengaku ahli semakin
berpotensi meluas bahkan nantinya bias saja jadi tidak terkendali.

TKA 623
PRAKTIK ARSITEK ILEGAL
147020008 I
YESHI ULINA UTAMI Br GINTING

2
Oleh sebab itu, sudah selayaknya profesi arsitek mendapatkan pengakuan dalam bentuk
konstitusi negara sebagaimana peran profesi lainnya yang telah dahulu memiliki kejelasan
hukum, seperti dokter, akuntan, notaris sampai advokat sehingga dapat menghasilkan karya

karya yang tidak merugikan, justru dapat lebih bermanfaat bagi pengguna jasa serta lingkungan
binaannya. Karena peran arsitek jelas memiliki keterkaitan atas berembangnya pembangunan
kota dan daerah pelosok menjadi lebih maju, terorganisir dan merata dengan hasil yang dapat
memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi masyarakat Indonesia. Sampai saat ini
pengaturan tentang profesi arsitek dan praktik arsitektur di Indonesia masih belum jelas dalam
peraturan Undang

Undang, titik terang dimulai dari UU No. 18 / 1999 tentang Jasa Konstruksi dan UU No.28 /
2002 tentang Bangunan Gedung sebagai pengganti UU dari masa colonial Belanda. Akan tetapi
tidak ada rincian lebih lanjut tentang siapakah penyedia jasa, cakupan yang ada juga sebatas
bangunan pemerintah saja, belum sampai sektor swasta. Kurang pahamnya banyak pihak tentang
kegiatan arsitek dan praktik arsitektur ini juga menyebabkan masih samarnya peran dan
tanggung jawab arsitek dalam pembangunan, terlebih tentang belum adanya kejelasan pengertian
tentang profesi, pemberian gelar kesarjanaan, karena semakin meningkatnya jumlah sarjana
arsitektur saat ini yang telah berpratik sebagai arsitek tanpa memiliki sertifikat keahlian dan
lisensi kerja dan ketidak jelasan perundang

undangan di bidang jasa konstruksi dimanfaatkan banyak pihakmelakukan pembangunan yang
semena

mena. Jelas hal ini memiliki dampak yang berujung merugikan banyak pihak, baik pengguna
jasa, pelaku bidang perencanaan, termasuk lingkungan dan budaya. Seperti Undang

Undang yang telah dimiliki oleh semua Negara. Dimana Undang

Undang ini yang nantinya dapat mengarahkan penyelenggaraan pembangunan secara lebih
tertib, lebih professional dan benar

benar dapat dipertanggung jawabkan oleh semua pihak / pelaku pembangunan sehingga tidak
ada lagi kasus

kasus merugikan baik pengguna jasa maupun pelaku keprofesian arsitek itu sendiri.

TKA 623
PRAKTIK ARSITEK ILEGAL
147020008 I
YESHI ULINA UTAMI Br GINTING

3
Pengaturan praktik arsitektur yang lebih tertib dengan mempertimbangkan segi keahlian,
keselamatan manusia dan lingkungan serta dilandasi etika berprofesi yang benar, saat ini hanya
bisa dilakukan dan diharapkan kepada sekelompok yaitu arsitek yang terdaftar pada organisasi
keprofesian saja. Sementara peraturan organisasi Arsitek tidak menjangkau pelaku praktik
arsitektur lainnya yang bukan anggota organisasi tersebut. Selama negara ini tidak memiliki UU
tentang Arsitek, maka tidak ada ketentuan yang melarang terjadinya praktik arsitektur ilegal yang
tidak melindungi masyarakat serta lingkungan secara tidak bertanggungjawab.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Adakah perundang

undangan yang siap mengatur arsitek yang setara dengan negara lain ?

Adakah kejelasan terperinci tentang siapakah pengguna, penyedia, caupan ataupun ruang
lingkup juga hak dan kewajiban dalam berpraktik arsitetur ini?

Seberapa penting lisensi bagi prakti keprofesian?
1.3 TUJUAN
Diharapkan akan timbul kesadaran dari berbagai pihak bahwa benar perlu adanya kepastian
hukum atas keprofesian ini, sehingga :

Meminimalisasi ketidak tahuan masyarakat yang notabene awam atas hukum, hak dan
kewajiban dalam menggunakan jasa arsitek

Terproteksinya pelaku dan pengguna jasa dengan hasil perancangan yang tidak hanya baik,
melainkan benar

benar dapat dipertanggung jawabkan.


Dapat mendukung pembangunan nasional kedepan, meningkatkan kualitas arsitek Indonesia
agar memiliki daya saing global tanpa mengurangi sumber daya alam dan nilai budaya nusantara.


Terciptanya kesadaran atas perlunya etia dalam berpofesi, disini dikhususkan dalam bidang
eteknikan / perencanaan
Kaidah dalam KODE ETIK ARSITEK DAN KAIDAH TATA LAKU PROFESI ARSITEK IAI mencakup
Kaidah Dasar, Standar Etika, Kaidah Tata Laku Profesi, dan Uraian, sehingga kode etik dan kaidah tata
laku ini tersusun dalam tiga tingkat:
1. KAIDAH DASAR, merupakan kaidah pengarahan secara luas sikap ber-etika seorang
Arsitek.
2. STANDAR ETIKA, merupakan tujuan yang lebih spesifik dan baku yang harus ditaati dan
diterapkan oleh anggota dalam bertindak dan berprofesi.
3. KAIDAH TATA LAKU, bersifat wajib untuk ditaati, pelanggaran terhadap kaidah tata laku
akan dikenakan tindakan, sanksi keorganisasian IAI. Adapun kaidah tata laku ini, dalam
beberapa kondisi/ situasi merupakan penerapan akan satu atau lebih kaidah maupun standar
etika. URAIAN pada beberapa kaidah tata laku, dimaksudkan untuk mengklarifikasi atau
menjelaskan intisari suatu kaidah yang dimaksud. Adapun uraian/catatan ini bukan
merupakan bagian dari kode etik melainkan untuk membantu mereka yang ingin
mencocokkan tata lakunya dengan kode etik dan mereka yang menghadapi sanksi
keorganisasian.

Anda mungkin juga menyukai