DISUSUN OLEH:
YOGI ADE PUTRA PALAY
304180001
PRODI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GORONTALO
2023/2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang mana telah memberikan
taufik dan hidayah-Nya, serta kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Makalah dari
mata kuliah Etika Profesi ini. Proposal ini membahas tentang Etika Professi Arsitek
Saya menyadari Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan memiliki berbagai
kekurangan dan kelemahan, karna itu Saya berharap adanya kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan Proposal ini.
2
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan ·························································································· 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
• Etika
Etika, lazim diketahui secara luas, menjadi tulang punggung profesi. Ini merupakan
persetujuan bersama yang mengatur secara moral tentang bagaimana sebuah profesi akan
bertahan dan berkembang. Etika merupakan kesepakatan tentang prinsip ahlak dan tata laku. Ia
mengacu pada sistem nilai tertentu, dan meliputi standar tata laku perorangan maupun kelompok
• Arsitek
Kata Arsitek berasal dari bahasa Yunani, Architekton yang merupakan rangkaian dua
kata yaitu Archi yang berarti pemimpin atau yang pertama, dan Tekton yang berarti membangun.
Jadi Arsitek adalah pemimpin pembangunan (master builder). Sumber : Budiharjo. E.1997, Jati
Diri Arsitek Indonesia. Penerbit Alumni. Bandung. Sedangkan menurut Keputusan Direktorat
Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Nomor 023/KPTS/CK/1992, yang disebut
perencana / arsitek / konsultan perencana / konsultan ahli adalah perorangan atau badan hukum
yang melaksanakan tugas konsultasi dalam bidang perencanaan karya bangunan atau
perencanaan lingkungan beseerta kelengkapannya. Dalam buku Pedoman Hubungan Kerja
Antara Arsitek dan Pemberi Tugas (Ikatan Arsitek Indonesia, IAI) disebutkan bahwa Arsitek
adalah Perorangan ataupun Badan usaha yang dengan mempergunakan keahliannya dan
berdasarkan suatu pemberian tugas mengerjakan perencanaan, perancangan dan pengawasan
pembangunan, memberikan nasehat atau jasa-jasa lain yang berhubungan dengan perancangan
4
dan pengawasan gedung, tata ruang dalam pertamanan, perancangan kota, pembagian kota dan
jalan-jalan dan jembatan.
B. Rumusan Masalah
• Apa pengertian dari etika profesi Arsitek?
• Apa contoh praktik dari profesi Arsitek?
• Apa kode etik seorang Arsitek?
• Apa kaidah tata laku seorang Arsitek?
C. Manfaat
• Untuk mengetahui pengertian dari etika profesi Arsitek?
• Untuk mengetahu apa saja contoh praktik dari profesi Arsitek?
• Untuk mengetahui dan memahami kode etik seorang Arsitek?
• Untuk mengetahui kaidah tata laku seorang Arsitek?
5
BAB II
ISI
A. Profesi Arsitek
Keberadaan profesi arsitek sangat erat dengan perkembangan sejarah dan kebudayaan.
Hubungan antara profesi arsitek dengan sejarah dan kebudayaan itu tampak nyata dari pola
rancang bangunan yang mengalami perkembangan seiring dengan tingkat perkembangan
pengetahuan, keilmuan dan sejarah manusia. Tata kelola bangunan, pemukiman, penataan lahan
dan bangunan merupakan esensi yang tidak terpisahkan dari suatu sitem arsitektur. Sejarah dan
kebudayaan yang berbeda antara tiap negara atau tiap region dalam suatu negara turut membawa
keberagaman dalam khasanah ilmu arsitektur.
Oleh sebab itu, sudah selayaknya profesi arsitek mendapatkan pengakuan dalam bentuk
konstitusi negara sebagaimana peran profesi lainnya yang telah dahulu memiliki kejelasan
hukum, seperti dokter, akuntan, notaris sampai advokatsehingga dapat menghasilkan karya –
karya yang tidak merugikan, justru dapat lebih bermanfaat bagi pengguna jasa serta lingkungan
6
binaannya. Karena peran arsitek jelas memiliki keterkaitan atas berembangnya pembangunan
kota dan daerahpelosok menjadi lebih maju, terorganisir dan merata dengan hasil yang
dapatmemberikan kenyamanan dan keselamatan bagi masyarakat Indonesia.
Sampai saat ini pengaturan tentang profesi arsitek dan praktik arsitektur diIndonesia
masih belum jelas dalam peraturan Undang – Undang, titik terang dimulai dari UU No. 18 / 1999
tentang Jasa Konstruksi dan UU No.28 / 2002 tentang Bangunan Gedung sebagai pengganti UU
dari masa colonial Belanda. Akan tetapi tidak ada rincian lebih lanjut tentang siapakah penyedia
jasa, cakupan yang ada jugasebatas bangunan pemerintah saja, belum sampai sektor swasta.
Kurang pahamnyabanyak pihak tentang kegiatan arsitek dan praktik arsitektur ini juga
menyebabkan masih samarnya peran dan tanggung jawab arsitek dalam pembangunan, terlebih
tentang belum adanya kejelasan pengertian tentang profesi, pemberian gelar kesarjanaan, karena
semakin meningkatnya jumlah sarjana arsitektur saat ini yangtelah berpratik sebagai arsitek
tanpa memiliki sertifikat keahlian dan lisensi kerja dan ketidak jelasan perundang – undangan di
bidang jasa konstruksi dimanfaatkan banyak pihak melakukan pembangunan yang semena –
mena. Jelas hal ini memiliki dampak yang berujung merugikan banyak pihak, baik pengguna
jasa, pelaku bidang perencanaan, termasuk lingkungan dan budaya.
Pengaturan praktik arsitektur yang lebih tertib dengan mempertimbangkan segi keahlian,
keselamatan manusia dan lingkungan serta dilandasi etika berprofesi yang benar, saat ini hanya
bisa dilakukan dan diharapkan kepada sekelompok yaitu arsitek yang terdaftar pada organisasi
keprofesian saja. Sementara peraturanorganisasi Arsitek tidak menjangkau pelaku praktik
arsitektur lainnya yang bukan anggota organisasi tersebut. Selama negara ini tidak memiliki UU
tentang Arsitek, maka tidak ada ketentuan yang melarang terjadinya praktik arsitektur ilegal
yang tidak melindungi masyarakat serta lingkungan secara tidak bertanggungjawab.
B. Praktik Arsitektur
7
Pada setiap tahap pekerjaan arsitek memberi perhatian tentang apa yang harus dilakukan,
mana yang lebih baik, apa manfaatnya bagi pemberi tugas, bagaimana dampaknya bagi
lingkungan, dan sebagainya. Arsitek harus memutuskan pilihan-pilihan, bagaimana memberikan
pilihan solusi dengan baik, bagaimana mengkomunikasikan pilihan-pilihan secara adil dan
terbuka.
Karya arsitektur adalah proses kolaborasi yang melibatkan banyak pihak dengan banyak
kepentingan. Dapat dipahami bahwa dalam praktik arsitektur banyak mengandung potensi
konflik kepentingan.
Dengan demikian, berpraktik dengan baik sebagai arsitek sesungguhnya sudah
merupakan tindakan yang etis.
Menyadari profesinya yang luhur, arsitek membaktikan diri kepada bidang perencanaan,
perancangan, dan pengelolaan lingkungan binaan dengan segenap wawasan, kepakarannya, dan
kecakapannya.
Sebagai profesional, arsitek selalu menaati perangkat etika, yang bersumber pada nilai
luhur keyakinan spiritual yang dianutnya, sebagai pedoman berpikir, bersikap, dan berperilaku
dalam menunaikan kewajiban dan tanggung jawab profesionalnya. Demikianlah Ikatan Arsitek
Indonesia dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab merumuskan kode etik dan kaidah tata
laku sebagai berikut:
1. Kaidah Dasar 1
Kewajiban Umum
Para arsitek menguasai pengetahuan dan teori mengenai seni-budaya, ilmu, cakupan
kegiatan, dan keterampilan arsitektur, yang diperoleh dan dikembangkan baik melalui
pendidikan formal, informal, maupun nonformal.
8
meningkatkan nilai-nilai budaya dan arsitektur, serta menghargai dan ikut berperan serta
dalam mempertimbangkan segala aspek sosial dan lingkungan untuk setiap kegiatan
profesionalnya, dan menolak hal-hal yang tidak profesional.
9
Kaidah Tata Laku 1.404
Arsitek mengusahakan penggunaan sumber daya secara efisien, meningkatkan
mutu sumber daya manusia, mempertahankan dan memperkaya keanekaan hayati,
serta kelestarian lingkungan, khususnya pembangunan berkelanjutan.
2. Kaidah Dasar 2
10
memuji diri sendiri, apalagi yang bersifat menyesatkan dan mengambil bagian
dari kegiatan publikasi dengan imbal jasa, yang mempromosikan
/merekomendasikan bahan–bahan bangunan atau perlengkapan / peralatan
bangunan.
Kaidah Tata Laku 2.103
Arsitek tidak dibenarkan terlibat dalam pekerjaan yang bersifat penipuan atau
yang merugikan kepentingan pihak lain.
Kaidah Tata Laku 2.104
Arsitek tidak dibenarkan menawarkan/menjanjikan dan atau memberikan uang
atau pemberian lain kepada seseorang atau pihak-pihak tertentu yang bertujuan
memperoleh proyek yang diminati.
Kaidah Tata Laku 2.105
Apabila dalam proses pengerjaan proyeknya, arsitek mengetahui bahwa
keputusan yang diambil oleh pengguna jasa melanggar atau bertentangan dengan
hukum serta kaidah yang berlaku, dan mengancam keselamatan masyarakat
umum, maka arsitek wajib:
• Mengingatkan dan menyarankan pengguna jasa agar mempertimbangkan
kembali keputusannya.
• Menolak pelaksanaan keputusan tersebut
• Melaporkan perkara ini kepada pihak berwewenang yang berfungsi sebagai
pengawas bangunan atau petugas lain yang terkait untuk meninjau kembali,
terkecuali arsitek penerima tugas dapat memberikan jalan keluar pemecahan
lain.
3. Kaidah Dasar 3
11
Kaidah Tata Laku 3.101
Arsitek harus melengkapi diri dengan sertifikat profesi arsitek sesuai dengan
undang-undang yang berlaku, dan selalu memerhatikan peraturan dan
perundangan-undangan pada setiap tahap pelaksanaan tugas perencanaan dan
perancangan.
Kaidah Tata Laku 3.102
Arsitek hanya akan menerima penunjukan akan suatu pekerjaan, jika ia
mempunyai kualifikasi dan meyakini memiliki cukup kecakapan serta kepakaran,
sumber pendanaan dan sumber daya ketrampilan teknis yang mendukung
pelaksanaan setiap bagian kewajiban dari penugasan.
Kaidah Tata Laku 3.103
Arsitek harus selalu meningkatkan kecakapan dan kepakarannya dengan
mengikuti program pengembangan profesi lanjutan yang diselenggarakan atau
telah disetujui IAI.
Kaidah Tata Laku 3.104
Dengan tetap menjaga kemandirian berpikir dan kebebasan bersikap, arsitek
mempunyai kewajiban membaktikan seluruh kecakapan dan kepakarannya
dengan penuh ketekunan dan kehati-hatian, mengikuti “Baku Minimum
Penyajian” (Minimum Standard of Performance) yang
direkomendasikan/dipujikan IAI, dan berdasarkan ikatan hubungan kerja yang
jelas meliputi antara lain:
• LingkupPenugasan
• Pembagian wewenang dan tanggung jawab, hak dan kewajiban
• Batas-batas wewenang dan tanggung jawab, hak dan kewajiban
• Perhitungan Imbalan Jasa
• Tata cara penyelesaian penugasan.
Kaidah Tata Laku 3.105
Arsitek tidak dibenarkan untuk mengubah atau mengganti lingkup ataupun
target/program kerja suatu penugasan tanpa persetujuan pengguna jasa.
Kaidah Tata Laku 3.106
Arsitek akan menerima imbalan jasa maupun bentuk imbalan lainnya hanya yang
sesuai dengan kesepakatan yang tertera dalam perjanjian hubungan kerja atau
penugasan, dan tidak dibenarkan menerima ataupun meminta kepada pihak lain
dalam bentuk apapun.
12
Arsitek akan menjaga kerahasiaan, kepentingan pengguna jasa, dan tidak
dibenarkan memberitahukan informasi rahasia, kecuali seijin pengguna jasa atau
yang telah memperoleh kewenangan hukum, misalnya didasarkan atas keputusan
pengadilan.
13
(partnership) dengan bidang jasa industri konstruksi lain selama tidak terdapat
pertentangan kepentingan.
4. Kaidah Dasar 4
Kewajiban Kepada Profesi
Arsitek berkewajiban menjaga dan menjunjung tinggi integritas dan martabat profesinya
dan dalam setiap keadaan bersikap menghargai dan menghormati hak serta kepentingan
orang lain.
Standar Etika 4.1
Kejujuran dan Keadilan
Arsitek wajib menjalankan profesinya dengan menjunjung tinggi nilai kejujuran dan
keadilan.
Kaidah Tata Laku 4.101
Arsitek yang mengetahui adanya kelalaian ataupun pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh rekan arsitek lain yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
kejujuran, kebenaran, atau kemampuan arsitek, wajib
menyampaikan/melaporkannya kepada Dewan Kehormatan IAI.
Kaidah Tata Laku 4.102
Arsitek tidak dibenarkan menandatangani atau mengesahkan gambar, spesifikasi,
laporan ataupun dokumen kerja lainnya yang tidak berada di bawah tanggung
jawab yang terkendali.
Kaidah Tata Laku 4.103
Arsitek dalam kapasitas profesionalnya, tidak boleh secara sadar membuat
pernyataan yang keliru atas fakta materiil.
14
Pengembangan Diri
Arsitek harus senantiasa mengembangkan diri.
Kaidah Tata Laku 4.301
Sebagai seorang profesional, Arsitek harus terus-menerus mengembangkan
kepakarannya, ketrampilan, dan wawasan keprofesiannya.
Kaidah Tata Laku 4.302
Arsitek dengan segala kesungguhan dan kemampuannya, berkewajiban untuk
berperan serta dalam pengembangan Ilmu dan pengetahuan, wawasan
kearsitekturan, kebudayaan, dan pendidikan.
5. Kaidah Dasar 5
Kewajiban Terhadap Sejawat
Arsitek berkewajiban mengakui hak-hak dan menghargai aspirasi profesional serta
kontribusi dari rekan-rekan sesama arsitek dan atau pihak lain selama proses pekerjaan
maupun pada hasil-akhir karyanya.
15
Arsitek hendaknya menyediakan suatu lingkungan kerja yang layak bagi mitra
kerja dan karyawannya, memberikan kompensasi/imbalan yang wajar, serta
memfasilitasi pengembangan kecakapan profesionalnya.
Kaidah Tata Laku 5.104
Arsitek menyampaikan pengaduan pelanggaran kode etik IAI hanya kepada
Dewan Kehormatan IAI dengan itikad baik dan bukan untuk
merugikan/mencemarkan nama baik sesama rekan arsitek.
16
Arsitek saat menawarkan jasanya sebagai konsultan bebas tidak akan mengubah
usulan imbalan jasa yang telah diajukannya demi mendapatkan keuntungan
kompetitif, setelah melihat proposal imbalan jasa yang diusulkan oleh arsitek lain
untuk pekerjaan yang sama, agar pemberi tugas dan masyarakat terlindungi dari
pengurangan dan penambahan lingkup jasa yang tidak berada di bawah tanggung
jawabnya.
17
s
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
o https://www.academia.edu/36954571/ETIKA_PROFESI_ARSITEK
o https://abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/410/2019/07/etprof-4.pdf
o https://www.academia.edu/35563045/makalah_etika_profesi_docx
o https://www.academia.edu/13823228/Makalah_etika_profesi_finish_2
o https://id.scribd.com/document/515151030/5-Makalah-Kode-Etik-Profesi-Arsitektur
o https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/74247/Mzg2NjQ0/Pelaksanaan-pekerjaan-
mock-up-kamar-pada-proyek-hotel-Grand-Ambarrukmo-Yogyakarta-bab_1.pdf
o https://www.academia.edu/8697257/KASUS_ETIKA_PROFESI_ARSITEK
19