Kelas : 4TB04
NPM : 23316405
Pasal 1
1
Pasal 2
Pasal 3
Seorang arsitek harus menempatkan diri, menata pikiran dan hasil karyanya,
bukan sebagai tujuan melainkan sarana yang digunakan secara maksimal dalam
mencapai tujuan kemanusiaan denganberupaya hemat sumber daya serta
menghindar dampak negatif
Pasal 4
Pasal 5
Tanpa mengurangi hak dan kepentingan pemberi tugas, seorang arsitek berusaha
memahami dan memperjuangkan kepentingan umat manusia dan masyarakat
pemakai, sekalipun pihak ini bukanpemberi imbalan jasa secara langsung.
Pasal 6
Pasal 7
2
SANKSI PIDANA DAN PERDATA KODE ETIK ARSITEK
Pada pasal 9 Pedoman Hubungan Kerja antara Arsitek dan Pemberi Tugas,
menyatakan bahwa arsitek brtanggung-jawab atas kerugian akibat kesalah-
kesalahan yang dibuat arsitek, hal ini diberikan ancaman juga pada UUBG Bab
VIII.
Ada 5(lima) kewajiban yang harus dipenuhi oleh arsitek professional (kewajiban
secara umum, kewajiban pada masyarakat, kewajiban pada profesi, kewajiban pada
pengguna jasa, kewajiban pada teman sejawat). Tidak terpenuhinya 5(lima)
kewajiban tersebut oleh arsitek dianggap suatu penyimpangan atau pelanggaran
kode etik.
3
1. Penyimpangan/Pelanggaran terhadap kepentingan Umum.
4
3. Penyimpangan/Pelanggaran terhadap Pengguna Jasa.
5
5. Penyimpangan/Pelanggaran terhadap teman sejawat.
Pada dasarnya penyimpangan dari apa yang tetera dalam Kode Etik dan Kaidah
dan Tata Laku Profesi IAI tidak ada sangsi hukumnya, yang ada adalah sangsi
organisasi yaitu berupa teguran lesan, teguran tertulis, penonaktifan sebagai
anggota dan yang paling berat adalah dikeluarkan sebagai anggota IAI. Sangsi yang
diberikan oleh organisasi (IAI) ini akan berdampak pada profesi dan psikologis bagi
anggota yang kena sangsi, bahkan kemungkinan tidak mendapatkan pekerjaan
sebagai profesi arsitek. Namun apabila pelanggaran ini menyangkut hukum terkait
dengan pelanggaran undang-undang, peraturan pemerintaha dan lain sebagainya
maka penyelesaiannya lewat pengadilan.
6
Sebelumnya, KPK menetapkan sembilan orang tersangka dalam kasus suap
perizinan proyek Meikarta. Lima orang dari jajaran Pemerintah Kabupaten Bekasi
sebagai penerima suap, yakni Bupati Bekasi Neneng Hassanah Yasin, Kepala Dinas
PUPR Kabupaten Bekasi Jamaludin, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Pemkab
Bekasi Sahat MBJ Nahor, Kepala Dinas DPMPTSP Kabupaten Bekasi Dewi
Tisnawati, dan Kepala Bidang Tata Ruang Dinas PUPR Kabupaten Bekasi Neneng
Rahmi
7
Awalnya, pada 2017 Neneng Rahmi menerima sejumlah uang yang
kemudian diberikan ke beberapa pihak untuk memperlancar proses pembahasan
Perda RDTR. Setelah Rancangan Perda diajukan, Neneng Rahmi diajak oleh
Sekretaris Dinas PUPR bertemu pimpinan DPRD.