Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ikhwan Nursetiawan

Kelas : 4TB04

NPM : 23316405

KODE ETIK PROFESI ARSITEK

Dalam menjalankan tugas profesinya arsitek dibatasi dengan etika profesi.


Namun hanya arsitek yang menjadi anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) saja
yang terikat dengan aturan kode etik yang tercurah dalam Kode Etik Arsitek dan
Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), juga negara mulai
memasuki pada wilayah ini sejak diberlakukannya Undang-undang Jasa Konstruksi
(UUJK) No. 18 tahun 1999 dan Undang-undang Bangunan Gedung (UUBG) no.
28 tahun 2008, serta beberapa peraturan pemerintah dan petujuk operasionalisasi
kedua Undang-undang tersebut, saat ini turut mengatur kode etik secara tidak
langsung. Serta harapannya kedepan bahwa Undang-Undang Arsitek dapat
mengimbangi pada sisi lain. Karena bila melihat pada kedua undang-undang tadi
maka lebih memfokuskan kewajiban dari seorang arsitek dan belum mengatur hak-
hak arsitek. Tentunya kondisi perundangan yang demikian saat ini merupakan
sebuah kelemahan perlindungan terhadap seorang perencana.

Demikianlah Ikatan Arsitek Indonesia dengan penuh kesadaran dan tanggung


jawab merumuskan Kode Etik Arsitek sebagai berikut :

Pasal 1

Dalam menunaikan tugas profesional yang dipercayakan kepadanya, seorang


arsitek bertanggung kepada diri sendiri dan mitra kerja, profesi dan ilmu
pengetahuan, masyarakat dan umat manusia sertabangsa dan negara, sebagai
pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa.

1
Pasal 2

Dalam menunaikan tugas, seorang arsitek membaktikan seluruh kemampuan,


ketrampilan,pengetahuan dan perasaan yang dimilikinya di dalam proses
pembangunan demi kesejahteraan umatmanusia lahir dan bathin, dengan tetap
menjaga kemandirian berpikir dan kebebasan bersikap.

Pasal 3

Seorang arsitek harus menempatkan diri, menata pikiran dan hasil karyanya,
bukan sebagai tujuan melainkan sarana yang digunakan secara maksimal dalam
mencapai tujuan kemanusiaan denganberupaya hemat sumber daya serta
menghindar dampak negatif

Pasal 4

Atas dasar kepercayaan atas keutuhan integritas, keahlian, kujujuran, kearifan


dan rasa sosial yangdilimpahkan kepadanya, maka seorang arsitek mendahulukan
tanggung jawab dan kewajiban dari padahak dan kepentingan diri sendiri.

Pasal 5

Tanpa mengurangi hak dan kepentingan pemberi tugas, seorang arsitek berusaha
memahami dan memperjuangkan kepentingan umat manusia dan masyarakat
pemakai, sekalipun pihak ini bukanpemberi imbalan jasa secara langsung.

Pasal 6

Arsitek sebagai budayawan harus berupaya mengangkat nilai-nilai sosial budaya


melalui karyanya dan tidak semata-mata menggunakan pendekatan teknis.

Pasal 7

Pada tahap manapun dalam proses pembangunan, arsitek harus menunaikan


tugasnya secara bijak dan konsisten.

2
SANKSI PIDANA DAN PERDATA KODE ETIK ARSITEK

Pada pasal 9 Pedoman Hubungan Kerja antara Arsitek dan Pemberi Tugas,
menyatakan bahwa arsitek brtanggung-jawab atas kerugian akibat kesalah-
kesalahan yang dibuat arsitek, hal ini diberikan ancaman juga pada UUBG Bab
VIII.

Pasal 44 bahwa kesalahan yang diperbuat tersebut merupakan kesalahan yang


disebabkan oleh kelalain maka akan terkena sangsi sebesar-besarnya 1 tahun
kurungan dan 1% dari harga bangunan bila kelalaiannya tersebut mengakibatkan
kerugian harta benda, dan kurungan 2 tahun dan/atau 2% dari nilai bangunan bila
akibat kelalaiannya mengakibatkan cacat seumur hidup, serta 3 tahun kurungan
dan/atau 3% nilai bangunan bila mengakibatkan korban jiwa. Namun bila kesalahan
tersebut diakibatkan karena kesengajaan maka dikenai sangsi sebesar-besarnya 5
tahun penjara dan/atau 20% dari nilai bangunan bilama akibat kesalahannya
tersebut mengakibatkan korban jiwa.

Dalam menjalankan tugas profesinya arsitek dibatasi dengan etika profesi.


Namun hanya arsitek yang menjadi anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) saja
yang terikat dengan aturan kode etik yang tercurah dalam Kode Etik Arsitek dan
Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).

Ada 5(lima) kewajiban yang harus dipenuhi oleh arsitek professional (kewajiban
secara umum, kewajiban pada masyarakat, kewajiban pada profesi, kewajiban pada
pengguna jasa, kewajiban pada teman sejawat). Tidak terpenuhinya 5(lima)
kewajiban tersebut oleh arsitek dianggap suatu penyimpangan atau pelanggaran
kode etik.

3
1. Penyimpangan/Pelanggaran terhadap kepentingan Umum.

 Seorang arsitek tidak semaksimal mungkin untuk menampilkan


kepakaran dan kecakapannya secara maksimal dalam menangani
pekerjaan .
 Mendesain bangunan tanpa meneliti bahwa lokasi perencanaan
merupakan kawasan yang mempunyai nilai sejarah dan budaya tinggi
yang harusnya dilestarikan.
 Bersikap masa bodoh atau membiarkan bahwa ada suatu kegiatan
renovasi/pembangunan pada suatu bangunan yang mempunyai nilai
sejarah dan budaya tinggi yang seharusnya dilestarikan
 Menggunakan SDM yang tidak sesuai dengan keahliannya dan tingkat
kemampuan dan pengalamannya bidang arsitektur dalam menangani
perancangan bangunan.
 Memberikan pelayanan teknis keahlian yang berbeda karena factor
SARA, golongan dan gender.

2. Penyimpangan/Pelanggaran terhadap kepentingan masyarakat.

 Melanggar hukum dengan mengabai-kan undang-undang/ peraturan


yang terkait dengan proyek pembangunan.
 Menjanjung dan mempromosikan dirinya untuk mendapatkan pekerjaan
baik secara lesan atau lewat media.
 Menyebut suatu produk bahan dalam pekerjaan proyeknya dengan
mendapat imbalan.
 Melakukan penipuan / kebohongan terkait dengan tugas profesi arsitek.
 Menyuap kepada pihak tertentu untuk mendapatkan pekerjaan.

4
3. Penyimpangan/Pelanggaran terhadap Pengguna Jasa.

 Melaksanakan pekerjaan bidang arsitektur tanpa memiliki Sertikat


Keahlian Arsitek.
 Menerima pekerjaan bidang arsitektur diluar jangkauan kemampuannya.
 Mengajukan imbalan jasa yang tidak sesuai standard /hubungan kerja
/standar IAI bidang arsitektur.
 Tidak melasanakan tugas pekerjaan sesuai dengan kontrak yang berisi
tentang lingkup penugasan, produk yang diminta, imbalan jasa yg
disepakati, tugas dan tanggung jawab yang diembannya, hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi.
 Mengubah/mengganti lingkup/program/target penugasan tanpa seijin
pemberi tugas
 Membuka rahasia dan menginformasikan pada pihak lain tanpa
persetjuan pemberi tugas.
 Menawarkan atau mengarahkan suatu pemberian kepada calon pengguna
jasa atau penggunaan jasa untuk memperoleh penunjukan.
 Menyarankan kepada pengguna jasa untuk melakukan pelanggaran
hukum atau kode etik dan kaidah tata laku profesi untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik.

4. Penyimpangan/Pelanggaran terhadap Profesi.

 Menandatangani suatu pekerjaan sebagai arsitek yang bukan dari hasil


desainnya.
 Membuat pernyataan yang keliru/menyesatkan/palsu atas fakta materiil,
kualifikasi keprofesian, pengalaman kerja atau penampilan karya
kerjanya serta mampu menyampaikan secara cermat lingkup dan
tanggung jawab yang terkait dengan pekerjaan yang diakui sebagai
karyanya.
 Bermitra dengan orang yang tidak terdaftar dalam asosianya.

5
5. Penyimpangan/Pelanggaran terhadap teman sejawat.

 Tidak memberitahukan pada arsitek yang terdahulu apabila


meneruskan/mengganti pekerjaannya
 Meniru/mengambil alih karya arsitek lain tanpa seijin arsitek yang
bersangkutan.
 Mengambil alih pekerjaan arsitek lain sebelum ada pemutusan hubungan
kerja dengan pihak pengguna jasa.
 Mengubah usulan imbalan jasanya demi mendapatkan keuntungan
kompetitif dari arsitek lain.
 Mengikuti sayembara yang tidak direkomendasikan IAI.

SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI

Pada dasarnya penyimpangan dari apa yang tetera dalam Kode Etik dan Kaidah
dan Tata Laku Profesi IAI tidak ada sangsi hukumnya, yang ada adalah sangsi
organisasi yaitu berupa teguran lesan, teguran tertulis, penonaktifan sebagai
anggota dan yang paling berat adalah dikeluarkan sebagai anggota IAI. Sangsi yang
diberikan oleh organisasi (IAI) ini akan berdampak pada profesi dan psikologis bagi
anggota yang kena sangsi, bahkan kemungkinan tidak mendapatkan pekerjaan
sebagai profesi arsitek. Namun apabila pelanggaran ini menyangkut hukum terkait
dengan pelanggaran undang-undang, peraturan pemerintaha dan lain sebagainya
maka penyelesaiannya lewat pengadilan.

CONTOH KODE ETIK ARSITEK

Kasus Suap dalam perizinan proyek Meikarta,Cikarang,Bekasi

Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan lembaganya telah


mengidentifikasi enam proses perizinan berbau praktik suap. Perizinan tersebut di
antaranya lzin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT), lzin Prinsip Penanaman
modal dalam negeri, Izin Lingkungan dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB),
hingga Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Bekasi.

6
Sebelumnya, KPK menetapkan sembilan orang tersangka dalam kasus suap
perizinan proyek Meikarta. Lima orang dari jajaran Pemerintah Kabupaten Bekasi
sebagai penerima suap, yakni Bupati Bekasi Neneng Hassanah Yasin, Kepala Dinas
PUPR Kabupaten Bekasi Jamaludin, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Pemkab
Bekasi Sahat MBJ Nahor, Kepala Dinas DPMPTSP Kabupaten Bekasi Dewi
Tisnawati, dan Kepala Bidang Tata Ruang Dinas PUPR Kabupaten Bekasi Neneng
Rahmi

Kemudian empat orang swasta sebagai pemberi suap, yakni Direktur


Operasional Lippo Group Billy Sindoro, konsultan Lippo Group Taryadi dan Fitra
Djaja Purnama, serta Pegawai Lippo Group Henry Jasmen. Para tersangka dari
jajaran pemkab Bekasi diduga menerima Rp 7 miliar sebagai bagian dari fee fase
pertama dengan total Rp 13 miliar

Berlanjut hari berikutnya, KPK memeriksa Bupati Bekasi Neneng Hassanah


Yasin dan langsung menetapkannya sebagai tersangka. Setelah itu, KPK melakukan
penggeledahan di 10 lokasi, di antaranya rumah pribadi Bupati Bekasi Neneng
Hassanah Yasin, Kantor Bupati Bekasi, Kantor DPMPTSP Kabupaten Bekasi,
rumah Billy Sindoro, hingga Gedung Matahari Tower di Tangerang. Sembilan
orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka ini pun diproses di Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Bandung. Maret 2019, Hakim menetapkan empat
orang pihak perusahaan, yakni Billy Sindoro, Hendry Jasmin P Sitohang, Taryadi
dan Fitra Djaja Purnama, bersalah melakukan tindakan suap untuk memuluskan izin
proyek Meikarta.

Belakangan, KPK kembali menetapkan dua tersangka, yakni Sekretaris


Daerah Jawa Barat Iwa Karniwa dan Presiden Direktur PT Lippo Cikarang Tbk.
Bartholomeus Toto. Wakil Ketua KPK Saut Situmorang menjelaskan Iwa diduga
meminta uang Rp1 miliar kepada Neneng Rahmi Nurlaili terkait pengurusan
Peraturan Daerah RDTR Kabupaten Bekasi 2017. RDTR itu menjadi bagian
penting untuk mengurus pembangunan proyek Meikarta, di Kabupaten Bekasi.

7
Awalnya, pada 2017 Neneng Rahmi menerima sejumlah uang yang
kemudian diberikan ke beberapa pihak untuk memperlancar proses pembahasan
Perda RDTR. Setelah Rancangan Perda diajukan, Neneng Rahmi diajak oleh
Sekretaris Dinas PUPR bertemu pimpinan DPRD.

Setelah disetujui oleh DPRD, Raperda ini dikirim ke Pemerintah Provinsi


Jawa Barat, untuk dibahas. Namun, Raperda itu tidak segera dibahas oleh kelompok
kerja (Pokja) Badan Koordinasi Penataan ruang Daerah (BKPRD). Neneng Rahmi
mendapatkan informasi bahwa Iwa Karniwa meminta uang Rp 1 miliar untuk
memperlancar pembahasan Raperda RDTR di tingkat pemprov. Permintaan ini pun
diteruskan kepada salah satu karyawan Lippo Cikarang. Beberapa waktu kemudian,
pihak Lippo menyerahkan uang kepada Neneng Rahmi. "Sekitar Desember 2017
dalam dua tahap, Neneng Rahmi melalui perantara menyerahkan uang pada
tersangka IWK (Iwa) dengan total Rp 900 juta terkait dengan pengurusan RDTR di
Provinsi Jawa Barat," kata Saut.

Pada contoh kasus diatas pelanggaran kode etik yaitu pelanggaran

 Penyimpangan/Pelanggaran Terhadap kepentingan masyarakat,


 Penyimpangan/Pelanggaran terhadap pengguna Jasa
 Dan Penyimpangan/Pelanggaran terhadap Profesi.
Melakukan Penipuan/kebohongan terkait dengan tugas profesi arsitektek,
Melakukan Suap kepada pihak tertentu, Melanggar hokum dengan mengabaikan
undang undang/Peraturan yang terkait dengan proyek pembangunan (IMB), Tidak
melasanakan tugas pekerjaan sesuai dengan kontrak yang berisi tentang lingkup
penugasan, produk yang diminta, imbalan jasa yg disepakati, tugas dan tanggung
jawab yang diembannya, hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Karena jika
dilakukan dengan benar dan sesuai rencana yang diatur dengan peraturan izin
membangun yang telah dibuat dan juga diawasi oleh ahlinya, maka kejadian ini
tidak akan terjadi dan tidak akan bermasalah seperti ini.
Sumber :
https://katadata.co.id/telaah/2019/08/02/kasus-meikarta-yang-mengarah-ke-
kejahatan-korporasi

Anda mungkin juga menyukai