Anda di halaman 1dari 6

Tugas Kode Etik Arsitek

Esay Individu
Oleh
Nama : Fajar Eri Yulianto,
Wa : 081390077117
No : 13
Kelompok : 2
Studi kasus
Sarjana arsitektur baru
merancang Hotel 13 lantai
BAB 1

Pendahuluan

Latar belakang Permasalahan

Sarjana arsitektur baru merancang Hotel 13 lantai

Setelah melihat video dan karya rancangan tugas akhir bangunan hotel yang
dinilai bagus dan menarik, maka investor meminta kepada seorang sarjana arsitektur
baru yang belum memiliki STRA untuk merancang hotel 12 lantai yang akan
dibangunnya di Semarang.

Dengan segala semangatnya, maka sarjana arsitektur tersebut langsung


sanggup dan mulai merancang bangunan hotelnya.

Investor senang dengan bentuk rancangan bangunannya, serta merasa


beruntung karena untuk membayar lulusan baru tersebut dengan biaya sangat murah.

Setelah selesai proses penggambaran, ternyata mulai ditemui banyak kendala,


terutama terkait dengan system plumbing air kotor yang bermasalah. Luasan KLB
melebihi ketentuan. Pembuatan tangga darurat juga tidak memenuhi standar. Sistem
kelistrikan yang tidak wiring diagramnya. Akibatnya rancangannya tidak bisa
mendapat PBG dan bangunan tidak bisa dibangun.

Akhirnya investor harus mengeluarkan biaya perencanaan baru pada suatu


biro dan arsitek professional. Akibatnya harus dilakukan perubahan dan penambahan
banyak detail perencanaan.

Selanjutnya investor tidak mau membayar penuh biaya perencanaan arsitek


yang lama. Merasa dirugikan, maka arsitek pertama menggugat kepada investor hotel
dan melaporkan ke kepolisian.
BAB II

Identifikasi dan analisis permasalahan

Sarjana arsitek dan profesi arsitek adalah sesuatu yang berbeda, seseorang
dapat disebut sebagai arsitek apabila memenuhi persyaratan yang diatur dalam
undang undang

Undang undang dimaksudkan untuk melindungi pengguna jasa dan juga untuk
menjamin kompetensi dari praktik arsitek di masyarakat, sehingga diharapkan kan
masyarakat mendapat pelayanan yang sesuai dengan standart.

Menurut peraturan pemerintah tentang peraturan pelaksanaan undang undang


nomor 6 tahun 2017 tentang arsitek.

Pasal 1

1. Arsitektur adalah wujud hasil .penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
secara utuh dalam menggubah ruang dan lingkungan binaan sebagai bagian
dari kebudayaan dan peradaban manusia yang memenuhi kaidah fungsi,
kaidah konstruksi, dan kaidah estetika serta mencakup faktor keselamatan,
keamanan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.
2. Praktik. Arsitek adalah penyelenggaraan kegiatan untuk menghasilkan karya
Arsitektur yang meliputi perencanaan, perancangan, pengawasan, dan/atau
pengkajian untuk bangunan gedung dan lingkungannya, serta yang terkait
dengan Kawasan dan kota.
3. Arsitek adalah seseorang yang telah memenuhi syarat dan ditetapkan
oleh dewan untuk melakukan Praktik Arsitek.
4. Arsitek Asing .adalah Arsitek berkewarganegaraan asing yang melakukan
Praktik Arsitek di Indonesia.
5. Surat Tanda . Registrasi Arsitek yang selanjutnya disingkat STRA adalah
bukti tertulis bagi Arsitek untuk melakukan Praktik Arsitek.
6. Lisensi 'adalah bukti tertulis yang berlaku sebagai surat tanda penanggung
jawab Praktik Arsitek dalam penyelenggaraan izin mendirikan bangunan
gedung dan perizinan lain.

Seorang sarjana arsitektur harus melalui beberapa persyaratan untuk mendapatkan


STRA, seperti proses magang, mengikuti Pendidikan Arsitektur bagi yg lulus setelah
2016 atau bagi yang sesudah 2016 dapat mengikuti proses RPL, dan uji kompetensi

Kaidah dasar yang berkaitan dengan permasalahan diatas adalah

A. Kaidah Dasar 2, Kewajiban terhadap masyarakat


Standart Etika 2.1 tata laku
Wajib menjunjung tinggi tatanan hukum dan aturan terkait,

Sarjana arsitek diatas tidak taat hukum karena belum ber STRA namun sudah
berpraktik sehingga rawan akan terjadinya mal praktek, semua pihak akan dirugikan
termasuk sarjana arsitek tersebut, terlebih lagi pihak pengguna jasa.

B. Kaidah dasar 3 Kewajiban kepada Pengguna Jasa


Standar etika 3.1 Kompetensi
Tugas arsitek harus dilaksanakan secara professional dengan penuh tanggung
jawab dengan kepakaran dan kecakapan.
1. Arsitek melengkapri STRA, Lisensi perizinan lainnya
2. Arsitek hanya menerima penugasan yang sesuai dengan kualifikasinya
3. Arsitek selalu mengembangkan kepakarannya melalui PKB / PKA IAI.
BAB III
Kesimpulan

Tindakan seharusnya dilakukan arsitek dan stakeholder yang terlibat dalam


kasus ini adalah, semua pihak harus taat terhadap hukum undang undang yang
berlaku agar terhindar dari permasalahan dikemudian hari.

Dari pihak arsitek, sarjana arsitek harus mau bersabar menyelesaikan proses
sesuai dengan prosedur yang ada, karena dari proses tersebut agar arsitek memiliki
kompetensi yang diakui dan menyesuaikan standart yang berlaku di dunia
internasional, sehingga reputasi arsitek Indonesia dapat terjaga.

Dari pihak investor hendaknya juga tidak hanya mengejar harga yang murah
namun kualitas yang tidak dapat dipertanggung jawabkan, profesi arsitek
membutuhkan pengalaman, tidak hanya cukup teori dibangku kuliah saja, arsitek
membutuhkan pengalaman yang didapat dari kerjasama tim multi disiplin, seperti
Teknik sipil, elektro, Teknik lingkungan untuk plumbingnya.

Tujuan diadakannya undang undang agar terjadi keharmonisan antara


arsitek,dengan peraturan tata kota yang ada, dalam proses stra dan lisensi arsitek
diberikan wawasan dari instansi yang terkain seperti dinas tata ruang, dinas
pertanahan, jadi diharapkan arsitek dapat memberikan nasihat kepada klien sesuai
dengan peraturan yang berlaku agar klien terlindungi dari permasalahan perizinan
dikemudian harinya.

Anda mungkin juga menyukai