ETIKA PROFESI
Dosen :
M.M Hizbullah Sesunan S.T.,M.T.
DIANA LISA
OLEH:
Arsitek
PENGERTIAN
Arsitek adalah seorang ahli di bidang ilmu arsitektur, ahli rancang bangun atau
ahli lingkungan binaan.
Arti lebih umum lagi, arsitek adalah sebuah perancang skema atau rencana.
"Arsitek" berasal dari Latin architectus, dan dari bahasa Yunani: architekton
(master pembangun), arkhi (ketua) + tekton (pembangun, tukang kayu).
Dalam penerapan profesi, arsitek berperan sebagai pendamping, atau wakil dari
pemberi tugas (pemilik bangunan). Arsitek harus mengawasi agar pelaksanaan di
lapangan/proyek sesuai dengan bestek dan perjanjian yang telah dibuat. Dalam
proyek yang besar, arsitek berperan sebagai direksi, dan memiliki hak untuk
mengontrol pekerjaan yang dilakukan kontraktor. Bilamana terjadi penyimpangan
di lapangan, arsitek berhak menghentikan, memerintahkan perbaikan atau
membongkar bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang disepakati.
Sarjana arsitektur adalah seseorang yang telah lulus dalam bidang arsitektur dari
suatu pendidikan tinggi
Profesi arsitek adalah penerapan praktik arsitek sebagai sumber nafkah utama
secara purna waktu dan berkesinambungan
KELEMBAGAAN
1. APTARI dan IAI sepakat dan menyatakan bahwa profesi Arsitek adalah
berbeda dengan profesi Insinyur. Hal ini berdasarkan kajian bahwa
rujukan kelembagaan di tingkat internasional kedua profesi ini berbeda
(IAI ke Union International Architect – UIA – sementara insinyur ke
International Engineering Alliance – IEA). Kedua profesi mempunyai
masa studi yang menjadi standar minimal yang berbeda yaitu Arsitek
minimal 5 tahun pendidikan formal dan 2 tahun magang sementara
Insinyur tidak ada batasan yang spesifik tentang masa studi. Perbedaan
tersebut juga telah dikonfirmasi oleh PII. Rincian perbedaan kedua profesi
ini dapat dilihat pada Lampiran surat ini. Perkembangan pendidikan
arsitek yang mengarah pada pembedaan secara lebih tegas dengan
pendidikan insinyur tersebut tak lepas dari sejarah perkembangan
pendidikan arsitektur. Di awal mula pendidikan arsitek dan insinyur sipil
memang menjadi satu karena Indonesia berkiblat pada tradisi baukunde
Negeri Belanda. Di tahun 1996, terjadi perubahan besar dengan
pemberlakuan alur pendidikan akademik, yang ditandai perubahan dari
160 sks untuk S1 (pendidikan profesional 5 tahun) menjadi minimum 144
sks dengan masa studi menjadi 4 tahun. Selain itu, gelar Insinyur (Ir) yang
semula diberikan kepada lulusan S1 Arsitektur 5 tahun, berubah menjadi
Sarjana Teknik (ST). Selanjutnya sejak tahun 2000an berangsur-angsur
pendidikan arsitektur di Indonesia mengadopsi tradisi UIA dan mengubah
gelar menjadi Sarjana Arsitektur (S.Ars). Di tahun 2009, IAI
mengeluarkan kebijakan berupa penerbitan kerjasama pengembangan
program Pendidikan Profesi Arsitek selama 1 tahun dengan beberapa
universitas, dan oleh karenanya maka pembedaan kedua profesi tersebut
telah ditegaskan.
2. Karena urgensi pengakuan di tingkat Masyarakat Ekonomi ASEAN dan
internasional, maka APTARI danIAI memohon dengan sangat bahwa
masa studi untuk menjadi Arsitek profesional perlu diatur secara eksplisit
oleh Pemerintah melalui Peraturan Menteri. Peraturan ini akan memberi
legitimasi formal terhadap klaim APTARI dan IAI di tingkat internasional
bahwa masa studi formal untuk menjadi profesi Arsitek di Indonesia telah
selaras dengan persyaratan internasional (minimal 5 tahun) dengan skema
4 + 1 (4 tahun jenjang sarjana dan 1 tahun jenjang profesi). Rincian
Standar dan Syarat Pendirian telah terkaji secara mendalam dan telah
disepakati oleh seluruh elemen pendidikan dan profesi di Indonesia
melalui Program Revitalisasi Bidang Ilmu “Penyusunan Standar
Pendidikan, Kurikulum, dan Capaian Pembelajaran (Learning Outcome)
Pendidikan Profesi Arsitek” yang merupakan Hibah dari Direktorat
Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan tahun 2015. Kami juga
mengharapkan agar ijin pendirian prodi baru Profesi Arsitek dapat segera
direalisasikan terutama terhadap Universitas yang telah bekerja sama
dengan IAI.
Dalam hal berprofesionalisme, setiap para profesional mempunyai aturan dan hak
kewajiban masing – masing yang sudah diatur dalam UU, seperti halnya dalam profesi
seorang Arsitek, yang di atur dalam pasal 28 yang berlandaskan pada UUD pasal 27 ayat
2 yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan”.
Pasal 28
Kewajiban dan Hak Arsitek
Dalam melakukan tugas profesi, maka arsitek mempunyai kewajiban antara lain
sebagai berikut :
DASAR HUKUM:
Untuk bisa menjadi Arsitek profesional tentu ada prinsip- prinsip dan syarat- syaratnya.
Antara lain adalah:
Pemilihan seorang arsitek yang baik itu tidaklah mudah dan tidak segampang
seperti yang kita pikirkan dan kita kira, karena banyak hal yang penting yang
harus kita pikirkan saat memilih arsitek atau konsultan arsitek untuk rumah
impian Anda, berikut tulisan yang saya kutip dari website IAI (Ikatan Arsitek
Indonesia) :
Pengenalan
Dalam proses awal, maka ada beberapa panduan ringkas yang bisa Anda jalankan
sebagai tahap pengenalan akan tingkat kemampuan dan kualitas calon arsitek
Anda:
Pemilihan
Dalam proses memilih dan menyaring dari beberapa daftar calon konsultan
arsitek, Anda dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan dasar yang bisa
memberikan Anda kepastian tentang komitmen sang calon arsitek dalam melihat
prioritas proyek Anda dalam agenda kerjanya.
1. Apa yang paling penting untuk dibahas dan dipertimbangkan dalam proyek
Anda menurut sang Arsitek?
Penentuan
Dalam menentukan arsitek yang tepat bagi proyek Anda, maka Anda harus
mempertimbangkan bahwa nilai biaya jasa yang paling murah bukanlah
segalanya. Pekerjaan keprofesian arsitek adalah mengenai pemberian pelayanan
yang paling maksimal sesuai dengan standar minimal keprofesian yang harus
diberikan oleh sang Arsitek dalam proyek Anda.
Batas-batas pekerjaan konsultan arsitek harus dibahas secara jelas pada awal
perjanjian kerja sama agar terhindar kesalahpahaman profesi dan/atau kekeliruan
spesifikasi pekerjaan.
Para pengguna jasa dan arsitek yang digunakannya harus dapat saling memahami
lebih dulu tentang rencana dan rancangan yang dikehendaki oleh kedua pihak,
agar pada pelaksanaannya dapat terhindar biaya berlebihan karena kesalahan
konstruksi atau misinterpretasi desain. Oleh karena itu, para pengguna jasa harus
dapat menemukan calon Arsitek yang dapat berkomunikasi dengannya secara baik
dan dapat memahami keinginannya.