Anda di halaman 1dari 26

Apa sih tugas Arsitek?

Tulisan pendek ini saya buat untuk meluruskan kesalahpahaman yang sering dimiliki orang awam yang menganggap
bahwa seorang Arsitek adalah seorang tukang gambar. Pada kenyataannya, dalam sebuah tim desain, seorang juru
gambar (Drafter) adalah anak buah seorang Arsitek. Menggambar bukanlah pekerjaan utama seorang Arsitek, lantas
apa sebenarnya pekerjaan arsitek?
Seorang Arsitek adalah seorang ahli dalam bidang desain bangunan. Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) menyaratkan
bahwa untuk bisa menyebut diri sendiri sebagai seorang Arsitek dan bisa berprofesi sebagai Arsitek di tengah-
tengah masyarakat, seseorang harus memenuhi semua persyaratan berikut: 1) Sudah menyelesaikan pendidikan
formal di bidang Arsitektur, 2) Memiliki pengalaman bekerja dengan seorang Arsitek Madya atau Utama
(diterangkan kemudian) atau di sebuah perusahaan desain arsitektur (sering disebut dengan Biro Konsultan
Arsitektur), 3) Mengikuti program-program penataran yang diadakan IAI, dan 4) Lulus ujian Sertifikasi Keahlian
Arsitek (SKA) yang diadakan IAI.
Berdasarkan keahlian dan sertifikat yang dipegangnya, seorang Arsitek dibedakan menjadi: Arsitek
Pratama (junior), Arsitek Madya (menengah), dan Arsitek Utama (senior). Sertifikat yang dipegang seorang
Arsitek akan menentukan bangunan-bangunan yang boleh dan tidak boleh didesain seorang Arsitek, dilihat
berdasar kompleksitasnya. Sementara Arsitek Utama boleh mendesain bangunan-bangunan rumit seperti bandar
udara, rumah sakit, dsb, seorang Arsitek Pratama hanya boleh mendesain rumah dan bangunan-bangunan lain yang
memiliki kerumitan rendah.
Di Indonesia, pendidikan S1 Arsitektur berlangsung selama 4 tahun, dimana setelah itu seorang lulusan
Arsitektur harus lebih dulu mengikuti program-program penataran yang diadakan IAI dan memiliki pengalaman
kerja sebelum dapat mengikuti ujian SKA. Sementara di Amerika Serikat, pendidikan S1 Arsitektur berlangsung
selama 5 tahun, dimana setelah itu lulusan Teknik Arsitektur dapat langsungmengikuti ujian SKA Amerika Serikat.
Selama kuliah S1-nya, seorang mahasiswa Arsitektur umumnya mempelajari hal-hal berikut: proporsi tubuh
manusia, psikologi manusia dalam ruang, pengolahan ruang, pengolahan bentuk, dasar-dasar seni rupa, cara kerja
berbagai tipe bangunan (kantor, pusat perbelanjaan, dll), dasar ilmu Struktur, dasar ilmu Utilitas Bangunan
(penerapan ilmu Elektro dan Mesin dalam bangunan), dasar desain interior, dasar manajemen proyek, dan teknik
menggambar.

Dengan bekal pendidikannya, pekerjaan seorang Arsitek di antaranya adalah:

1. Menata letak bangunan-bangunan yang memiliki keterikatan fungsi dalam sebuah site dan mendesain site
tersebut.

2. Mengolah tata ruang sebuah bangunan

3. Menentukan konsep desain interior sebuah bangunan (termasuk perletakan furniturenya, dll).

4. Mengolah bentuk luar dan tampak sebuah bangunan.


5. Menentukan jenis dan letak sistem struktur pada bangunan.

6. Menentukan jenis dan letak instalasi listrik pada bangunan.

7. Menentukan jenis dan letak instalasi pipa air dan jalur penghawaan udara.

8. Menentukan jenis dan letak alat-alat transportasi dalam bangunan (lift, dsb).

9. Menghitung biaya konstruksi sebuah bangunan.

B. Kolaborasi Arsitek dan Insinyur Lainnya


Setelah mengetahui hal-hal yang dipelajari seorang mahasiswa Arsitektur selama perkuliahan S1 nya, kini dapat
diketahui bahwa objek desain Arsitek bukan hanya rumah, sebagaimana yang sering dipahami orang awam,
tapi segala macam bangunan yang terdapat aktivitas manusia di dalamnya, seperti sekolah, kampus, gedung
perkantoran, hotel, apartemen, pusat perbelanjaan, stadion bola, fasilitas olahraga, bandar udara, pelabuhan, stasiun
kereta api, tempat ibadah, hingga rumah sakit.
Seorang Arsitek dapat bekerja sendiri untuk melahirkan desain bangunan-bangunan yang memiliki kompleksitas
sederhana. Akan tetapi, seorang Arsitek perlu bekerja sama dengan insinyur-insinyur teknik dari disiplin ilmu
lainnya untuk melahirkan desain bangunan-bangunan yang memiliki kompleksitas tinggi, seperti bandar udara,
rumah sakit, ataupun gedung-gedung tinggi. Dalam sebuah tim desain bangunan, umumnya seorang Arsitek
bertindak sebagai Kepala Desainer (Chief Designer), dimana para insinyur teknik lain harus mengikuti desain yang
sudah dibuatnya. Pada tahap Konsep Desain, Arsitek akan memperlihatkan ide-ide yang dimilikinya menyangkut
bentuk bangunan, desain interiornya, sistem struktur, mekanikal, dan elektrikal untuk bangunan tersebut dalam
bentuk sketsa-sketsa, gambar 2 dan 3 dimensi. Selanjutnya, dalam tahap Pengembangan Desain, Arsitek akan
memberikan gambar-gambar tersebut untuk diperiksa aspek teknisnya dan dikembangkan oleh Insinyur Sipil,
Elektro, Mesin, Desainer Interior, dan pakar-pakar lainnya.
Ketika mendesain sebuah bangunan yang memiliki kerumitan tinggi, adalah tidak mungkin bagi Arsitek untuk
mengembangkan gambar-gambar tersebut seorang diri. Selain akan memakan terlalu banyak waktu, hal tersebut
juga tidak didukung oleh bekal pendidikan Arsitek sendiri. Selama perkuliahan S1 nya, seorang mahasiswa Arsitek
hanya mempelajari dasar dari ilmu Struktur dan Utilitas Bangunan. Detail masing-masing ilmu tersebut tidak
dipelajari mahasiswa Arsitektur dan merupakan pelajaran mahasiswa Teknik Sipil, Elektro, dan Mesin.

Sebagai contoh, walaupun seorang Arsitek dapat mengira-ngira ukuran-ukuran tiang (biasa disebutkolom) untuk
sebuah bangunan tinggi, seorang Arsitek tidak dapat mengetahui jenis beton, detail tulangan besi, ataupun mutu besi
yang harus ada di dalamnya. Ini karena mahasiswa Arsitektur tidak mempelajari Mekanika Teknik, karakteristik
material beton, maupun besi secara mendalam, yang merupakan pelajaran mahasiswa Teknik Sipil.
Gaji Arsitek - Tahu lebih lanjut tentang
membayar arsitek bangunan
Pertumbuhan bangunan gedung perkantoran, apartemen, pusat perbelanjaan memang terlihat
berkembang pesat di kota-kota besar di Indonesia. Permintaan pasar kerja akan sumber daya
seorang arsitek pun akhirnya semakin meningkat.

Arsitek adalah orang yang terlibat dalam perencanaan, merancang, dan


mengawasi konstruksi bangunan atau seringkali disebut dengan perancang bangunan. Perusahaan
biasanya berani membayar mahal jasa para arsitek bangunannya, tapi orang awam sering tidak
mengetahui jumlah gaji yang bisa diterima arsitek.

Berdasarkan hasil Survei Gajimu, berikut adalah besaran gaji arsitek rata-rata per bulan dilihat dari
tahun pengalaman

Jenis Tahun Pengalaman


Pekerjaan

Tidak ada pengalaman Kurang dari 5 5 – 10 tahun Lebih dari 10 tahun


(dalam Rupiah) tahun (dalam (dalam Rupiah) (dalam Rupiah)
Rupiah)

Arsitek 2.032.642 2.244.172 - 3.520.266 - > 4.880.445


Bangunan 2.923.953 4.665.693

Gaji arsitek rata-rata per bulan fresh graduate dilihat dari tingkat pendidikan.

Jenis Pekerjaan Tingkat Pendidikan

Diploma 3 Program Sarjana Program Sarjana Program Magister


Kejuruan S1 S2

Arsitek < 2.735.287 2.032.642 > 2.735.287


Bangunan 2.032.642

Hasil data Survei Gajimu juga mengungkapkan bahwa :

· 64% orang yang berprofesi sebagai arsitek berjenis kelamin laki-laki dan 35% lainnya
perempuan.

· 11% yang berprofesi sebagai arsitek berumur sekitar dibawah 23 tahun, 47% berumur 23 –
29 tahun, 29% berumur 30-39 tahun, sisanya berumur diatas 40 tahun.

· 88% arsitek mempunyai gelar Sarjana (Strata Satu).

· Keuntungan profesi arsitek : 12% arsitek mendapat mobil dari perusahaan, 35% mendapat
bonus akhir tahun dan 7% mendapat bonus prestasi.

Bantu Gajimu untuk membuat hasil Cek Gaji lebih akurat dengan mengisi Survei Gaji. Kami tunggu
partisipasinya.

Sumber:Gajimu. Survei Gaji


SENIN, 08 NOVEMBER 2010

Profesionalisme Seorang Arsitek

ARSITEK INDONESIA MENGHADAPI DUNIA DALAM PROSES PEMBANGUNAN

Arsitektur adalah sebuah disiplin ilmu yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari manusia
dan bagaimana ia berhubungan dengan lingkungannya. Dalam hal ini, ilmu arsitekturdipandang telah
ada bahkan sejak dahulu kala, sebelum Vitruvius dinyatakan sebagi arsitek di Roma pada masanya.
Karena pada masyarakat tradisional sebelum itu pun, pengetahuan membangun telah dialihkan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sebagai sebuah proses berkelanjutan, hal ini mungkin lebih
kerap disebut-sebut sebagai arsitektur vernakular.

Namun pendidikan formal arsitek sendiri, yang menghasilkan profesional di bidang arsitektur baru
muncul pada saat menjelang abad revolusi industri mulai dikenal. Dalam perjalanan sejarah,
pendidikan profesi ini sering disatukan dengan pendidikan seni rupa.

Selain itu, ilmu arsitektur juga merupakan perpaduan antara ilmu seni dan teknik bangunan yang
memenuhi keinginan praktis dan ekspresif dari peradaban manusia dari zaman ke zaman. Kita dapat
melihat dari literatur sejarah bagaimana hampir semua masyarakat yang telah hidup menetap memiliki
keteknikan membangun tersendiri yang akhirnya menghasilkan arsitektur mereka. Dari
sini,arsitektur kemudian dianggap penting bagi kekayaan sebuah kebudayaan karena bukan hanya
tentang melakukan pertahanan terhadap lingkungan alam saja, tetapi juga terhadap lingkungan
manusia, arsitektur kemudian menjadi prasyarat dan simbol dari perkembangan peradaban dari
kebudayaan tersebut. Kali ini tidak akan diperdebatkan apakah ilmu arsitektur merupakan ilmu seni
atau ilmu teknik, dan mencoba mengkompromikan kedua sisi tersebut. Ide Vitruvius tentang venustas
(keindahan), firmitas (keterbangunan) dan utilitas(fungsi)nya disampaikan sebagai penegasan terhadap
perdebatan tersebut.
Oleh karena itu, arsitek tidak hanya semata-mata seorang ahli bangunan saja,
ia juga merupakan seorang profesional yang memahami betul pembangunan secara luas. Hal ini yang
menyebabkan akhirnya terdapat banyak tuntutan yang dihadapkan kepada seorang calon arsitek dan
perlu dipenuhinya agar ia dapat secara profesional menjadi arsitek.

Arsitektur sebagai sebuah bidang profesi, banyak berhubungan dengan beberapa isu penting dalam
kehidupan masyarakat saat ini, misalnya seperti pengeksplorasian cara-cara baru dalam berkehidupan,
penelitian terhadap teknologi-teknologi dan material baru and meyakinkan bahwa apa yang dibangun
oleh si arsitek telah berkelanjutan terhadap lingkungan. Tetapi berbicara secara umum tentang profesi
arsitektur, ia mencakup bagaimana merancang sesuatu yang dapat digunakan dengan baik oleh manusia
namun tidak lupa juga tetap diindah dipandang secara visual.

Hal tersebut di atas menandakan bahwa seorang arsitek harus mempelajari ranah yang cukup luas
untuk menguasai berbagai macam kemampuan yang berkaitan dengan pemenuhan tuntutan terhadap
dirinya dalam perjalanannya menuju profesi arsitektur, meski kemudian harus melintasi dan berdiri di
atas batas antara ilmu seni dan ilmu sains.

Profesi arsitek seperti telah disebutkan sebelumnya, telah ada sejak zaman Mesir dan Yunani Kuno.
Vitruvius merupakan salah satu yang terbaik yang dikenal sebagai arsitek dari Romawi dengan aspek
teorinya terhadap profesi ini bahwa pemahaman tentang liberal arts cukup penting bagi arsitek sebagai
ilmu lanjutan bagi teknologi bangunan. Sehingga banyak arsitek di masa ini yang berlatar belakang dari
pengrajin, seniman, tukang kayu, atau tukang batu yang turut serta dalam sebuah proses konstruksi
pembangunan. Kemudian perkembangan profesi ini terus dilanjutkan di Abad Pertengahan, baik di
Barat maupun Timur. Tetapi teori Vitruvius pada praktik arsitektur di masa ini tidak lagi digunakan,
melainkan diganti dengan teori bahwa arsitek adalah seorang master-builder, seorang yang benar ahli
dalam masalah membangun. Perubahan ini secara mendasar tidak merubah poin mendasar dari tugas
utama yang dilakukan oleh arsitek, dan begitu pula hingga saat ini, yaitu melakukan konsepsi dan
pengawasan terhadap pembangunan suatu bangunan.
Untuk dapat melakukan pekerjaan utamanya mulai dari mengonsepkan rancangannya hingga
membangun rancangan tersebut, terdapat beberapa pengetahuan yang harus dikuasai oleh seorang
arsitek. Dalam proses perancangan saja, isu-isu yang dipertimbangkan bukan hanya saja term-term
yang disebutkan oleh Vitruvius: venustas, firmitas, dan utilitas, melainkan juga isu mengenai dimensi-
dimensi yang berkaitan pada manusia, seperti dimensi sosial misalnya. Selain itu isu lingkung alam di
tempat bangunan itu akan dibangun juga merupakan satu hal yang perlu diperhatikan. Pada tahap
perancangan ini, arsitek harus dapat membayangkan bagaimana ruang dan tempat yang akan dibangun
ini dapat memberikan baik kenyamanan maupun perlindungan bagi penghuninya, bagaimana arsitektur
yang dirancangnya dapat memberikan pengaruh baik terhadap bagaimana manusia berkehidupan, dll.
Setelah pengonsepan terhadap ruang dan fungsi, perhatian dicurahkan pada pemilihan sistem struktur
yang dipilih untuk digunakan ketika merancang. Dan tentu saja pengetahuan tentang sistem-sistem
utilitas yang akan bekerja pada bangunan tersebut juga merupakan satu hal yang perlu diketahui
dengan baik oleh seorang arsitek.

Sebagai penelur para calon arsitek, institusi pendidikan formal arsitektur


hingga saat ini memang masih terus berusaha mencari format yang tepat, baik dari metode
pendidikannya maupun dari bentuk institusi pendidikannya sendiri. Masih tentang apa yang harus
dipelajari dalam arsitektur, apa yang bisa didapatkan dari pendidikan arsitektur, dan bagaimana sejauh
mana pendidikan dapat mengantarkan para mahasiswa calon arsitek ke dunia profesi arsitektur
merupakan sedikit dari beberapa pertanyaan kuno untuk ilmu yang berbasis baik di sosial maupun
keteknikan ini.

Menilik pada kajian-kajian yang dilakukan oleh Niels Prak dan Roger Lewis, ternyata banyak
permasalahan yang diutarakan oleh seorang arsitek setelah ia memasuki dunia profesi arsitektur yang
sesungguhnya, permasalahan yang sebenarnya pun dipengaruhi pula oleh sistem pendidikan yang
mereka alami sebelumnya. Lewis memaparkan ada beberapa tipe arsitek setelah mereka menjalani
dunia arsitekturalnya, dari tipe arsitek yang memiliki semangatenterpreneurship sampai arsitek bertipe
artist dan poet-philosophers yang menguatkan diri pada basis tradisi seni dan interpretasinya, sebagai
pengayaan khazanah arsitektur. Di lain kesempatan, Prak hanya memaparkan dua tipe arsitek yaitu
arsitek yang praktisi atau fungsionalis dan arsitek yang artis atau pembaharu. Kemudian diambillah
kesimpulan bahwa seorang arsitek sejati sesungguhnya merupakan gabungan antara kedua tipe arsitek
tersebut; seraya mampu memanifestasikan pemikiran tersebut ke dalam bentuk nyata yang dapat
diterima oleh masyarakat.

Namun pola pendidikan arsitektur yang bercita-cita melahirkan arsitek ideal tersebut kemudian
menjadi dilematis, antara pendidikan arsitektur yang menampung sisi pendidikan praksis arsitektural
dan pengayaan teori arsitektur. Untuk menyelesaikan kedilematisan ini, perlu diadakan sebuh
penyeimbangan yang dilakukan secara subyektif sehingga dapat menyeimbangkan keduanya. Namun
penyeimbangan ini tergantung pada paradigma dari institusi tersebut.

Union Internationale des Architects (UIA), persatuan arsitek-arsitek internasional, menuntut


kemampuan profesional seorang arsitek dengan kriteria kinerja profesionalisme yang tinggi. Kriteria ini
terdiri atas tiga tingkat kemampuan dengan tiga puluh tujuh butir materi. Butir-butir ini diberlakukan
menimbang tugas dari seorang arsitek bukan hanya sekedar mendesain bangunan, tetapi perlu diingat
bahwa dimulai dari proses perancangan sampai konstruksi dan penyempurnaan tahap akhir, si arsitek
sering diminta untuk terus terlibat. Hubungan yang erat antara karya arsitektur dengan lingkungan
hidup di sekitarnya serta keamanan dan kenyamanan manusia juga perlu diperhatikan.

Ada beberapa ketentuan mengenai standar profesionalisme arsitek yang ditentukan oleh UIA. Yang
pertama adalah mengikuti pendidikan untuk menjadi arsitek profesional selama lima tahun, bila di
Indonesia yaitu program strata satu/S1). Yang kedua adalah menjalani magang di kantor selama
minimal dua tahun. Selanjutnya adalah mampu melewati kualifikasi kompetensi dengan penguasaan
tiga belas pengetahuan dan kemampuan dasar arsitektural.

Hal semacam ini juga dijalankan oleh Royal Institute of British Architect (RIBA), asosiasi arsitek Inggris,
namun dengan cara yang sedikit berbeda. Di Inggris, program pendidikan (full time course in
architecture) dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama, apabila ditempuh secara normal, dapat
diselesaikan selama tiga tahun dan mereka yang telah lulus tahap ini akan mendapatkan gelasr
kehormatan, untuk selanjutnya meneruskan dengan satu tahun pengalaman magang. Pada bagian
kedua, peserta yang telah menyelesaikan akan mendapat gelar Diploma atau Bachelor of Architecture,
di bagian yang berlangsung selama dua tahun ini sering diberlakukan sela waktu antara tahun ketiga
dan keempat bagi siswa yang mengambil program magang pada biro konsultan arsitektur yang terdaftar
di RIBA. Di bagian ketiga, siswa menyelesaikan ujian praktek professional (Professional Practice
Examination), yang sering berlangsung paruh-waktu selama periode kedua pemagangan. Setelah semua
itu, di akhir masa tujuh tahun, siswa diperkenankan mendaftar secara resmi sebagai arsitek
melalui Architects Registration Council of the United Kingdom (ARCUK) dan mengajukan keanggotan
pada asosiasi professional yang diakui RIBA.

Sedangkan American Institute of Architects (AIA) sebagai asosiasi profesi arsitek di Amerika Serikat
memiliki cara yang berbeda dengan UIA dan RIBA. Di sini terdapat National Council of Architectural
Registration Boards (NCARB) yaitu dewan yang bertugas memantau anggota AIA dalam menjalankan
profesinya sebagai arsitek; serta menjaga keamanan, kesehatan dan kesejahteraan public yang dilayani
oleh arsitek. Gelar arsitek profesional itu sendiri hanya diberikan kepada para lulusan yang berasal dari
sekolah arsitektur yang telah mendapat akreditasi dari National Architectural Accrediting
Board (NAAB). Untuk memperoleh lisensi atau sertifikasi profesi, maka diperlukan juga adanya
pengalaman kerja dengan periode tertentu dan sesudah itu harus mengikuti ujian profesi yang
dilaksanakan oleh Architect Registration Examination (ARE).

Karena Indonesia dikelilingi oleh negara-negara yang berbasis RIBA, misalnya Malaysia, Singapura serta
Australia dengan Royal Australian Institute of Architects (RAIA)-nya yang juga bermula dari RIBA, maka
pembahasan mengenai sistem dan metode yang digunakan oleh baik UIA maupun RIBA perlu sedikit
dibahas. Karena tanpa sertifikasi sebagai pengakuan kompetensi internasional yang diberikan oleh
asosiasi setempat maka seorang arsitek tidak mempunyai hak untuk berpraktik di negara lain tersebut.

Selain itu, Indonesia juga merupakan salah satu dari sembilan puluh delapan negara anggota UIA di
Region IV (Asia dan Australia), maka menjadi wajib baginya untuk mengikuti kualifikasi yang telah
ditetapkan secara internasional, untuk mempersiapkan arsitek-arsiteknya bersaing di kancah
internasional. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sistem pendidikan di Indonesia untuk program
strata satu diberlakukan secara umum oleh Departemen Pendidikan Nasional hanya berlangsung selama
empat tahun, padahal tuntutan dari UIA adalah minimal lima tahun pendidikan universitas. Bila
dibandingkan, dengan ketentuan 144-160 sks selama menjalani program strata satu tentunya dianggap
tidak memenuhi standar internasional. Karena sejak pemadatan kurikulum ini diberlakukan pada enam
tahun yang silam, terjadilah banyak pemangkasan beberapa mata kuliah dan studio.
Seyogyanya, kurikulum pendidikan arsitektur empat tahun yang kini berlaku di Indonesia disesuaikan
menjadi lima tahun seperti yang dituntut oleh UIA, sehingga studio perancangan arsitektur dapat
dilaksanakan selama sepuluh semester secara berkesimbungan dan menjadi tulang punggung
pendidikan arsitektur. Kemudian setelah itu baru pendidikan lima tahun tersebut dilanjutkan dengan
magang minimal dua tahun setelah lulus. Namun sayangnya, hal ini masih berupa wacana yang terus
diperbincangkan. Beberapa institusi pendidikan arsitektur mencoba menyelesaikan permasalahan ini
dengan mengadakan program penambahan satu tahun yang sempat terdengar dengan nama pendidikan
profesi.

Sistem penambahan satu tahun ini diserahkan kepada masing-masing institusi pendidikan oleh
legitimasi yang dilakukan oleh IAI dan Departemen Pendidikan Tinggi (Depdikti) dengan cakupan 20-40
sks. Setelah lulus program penambahan ini, seseorang akan memperoleh gelar Sarjana Arsitektur.
Kemudian untuk mendapatkan lisensi profesi IAI, seorang sarjana arsitektur tadi harus mengikuti ujian
yang dilakukan oleh Dewan Keprofesian Arsitek yang bisa diambil apabila telah menjalani proses
pemagangan selama minimal dua tahun. Jenis keanggotaan yang diterima pada tahap ini adalah
keanggotan biasa atau lisensi tingkat C. Setelah melewati tahun ke empat, baru dilakukan penilaian
lagi untuk memperoleh lisensi tingkat B melalui evaluasi oleh Dewan Keprofesian Arsitek dan Dewan
Lisensi Arsitek. Pada tahun ke delapan, akan dilakukan penilaian lagi untuk memperoleh rekomendasi
IAI untuk tingkat A.

Namun program penambahan ini dipandang seakan-akan diadakan hanya untuk sekedar memenuhi
tuntutan formal yang diminta UIA, sehingga akhirnya muncul isu baru, mengapa program ini tidak
langsung saja dimasukkan ke sistem pendidikan sebelumnya, yaitu sistem pendidikan empat tahun,
sehingga bisa genap menjadi pendidikan arsitektur lima tahun dengan sistem studio perancangan
arsitektur yang bisa lebih komprehensif.

Para lulusan dari sistem pendidikan saat ini yang masih menggunakan sistem empat tahun pun sangat
dianjurkan untuk menjalani program magang di biro arsitektur agar dapat mempelajari lebih banyak
dan mengenal lebih luas dunia keprofesian arsitektur, sehingga menjadi semacam latihan dan
gambaran nyata bagi para lulusan baru bagaimana dunia arsitektur itu. Kemudian setelah pemagangan
ini, serentetan proses pengujian kualifikasi diadakan sebelum seorang lulusan baru tersebut dapat
berprofesi sebagai arsitek professional.
Sertifikasi ini adalah proses penilaian untuk mendapatkan pengakuan atas kompetensi dan kemampuan
dari seseorang, untuk memenuhi persyaratan peraturan perundangan sebelum memperoleh
lisensi/SIBP, atau yang saat ini disebut dengan Surat Ijin Pelaku Teknis Bangunan (SIPTB). Dalam hal ini
sertfikasi yang dimaksud adalah Sertifikat Keahlian Arsitek (SKA), dan peraturan perundangan adalah
Undang-Undang Jasa Konstruksi no. 18 tahun 1999 dan PP no. 28, 29 & 30 tahun 2000. Proses ini sendiri
bukanlah merupakan sesuatu hal yang berat untuk diraih oleh para calon arsitek profesional tersebut,
tetapi tetap ada standar kompetensi sebanyak tiga belas butir kemampuan dasar yang harus dimiliki
arsitek profesional. Kemampuan-kemampuan dasar inilah yang akan menjadi panduan penilaian
terhadap permohonan sertifikasi. Tiga belas butir ini diturunkan dari 37 kemampuan dasar yang harus
dikuasai fresh graduate menurut standar AIA, badan ikatan profesi arsitek Amerika Serikat.

Ketiga belas butir tersebut antara lain adalah:

1. Kemampuan untuk menghasilkan rancangan arsitektur yang memenuhi ukuran estetika dan
persyaratan teknis, dan yang bertujuan melestarikan lingkungan. (Ability to create
architectural designs that satisfy both aesthetic and technical requirements, and which aim to
be environmentally sustainable)
2. Pengetahuan yang memadai tentang sejarah dan teori arsitektur termasuk seni, teknologi dan
ilmu-ilmu pengetahuan manusia. (Adequate knowledge of the history and theories of
architecture and related arts, technologies, and human sciences)
3. Pengetahuan tentang seni dan pengaruhnya terhadap kualitas rancangan arsitektur. (Knowledge
of the fine arts as an influence on the quality of architectural design)
4. Pengetahuan yang memadai tentang perancanaan dan perancangan kota serta ketrampilan yang
dibutuhkan dalam proses perancanaan itu. (Adequate knowledge on urban design, planning,
and the skills involved in the planning process)
5. Mengerti hubungan antara manusia dan bangunan, dan antara bangunan dan lingkungannya,
serta kebutuhan/niat menghubungkan bangunan-bangunan dengan ruang di antaranya untuk
kepentingan manusia dan skalanya. (Understanding of the relationship between people and
buildings and between buildings and their environments, and of the need to relate spaces
between them to human needs and scale)
6. Pengetahuan yang memadai tentang cara mencapai perancangan yang dapat mendukung
lingkungan yang berkelanjutan. (An adequate knowledge of the means of achieving
environmentally sustainable design)
7. Mengerti makna profesi dan peran arsitek dalam masyarakat terutama pada hal-hal yang
menyangkut kepentingan masalah-masalah sosial. (Understanding of the profession of
architecture and the role of sarchitects in society, in particular in preparing briefs that
account for social factors)
8. Mengerti persiapan untuk sebuah pekerjaan perancangan dan cara-cara pengumpulan data.
(Understanding of the methods of investigation and preparation of the brief for a design
project)
9. Mengerti masalah-masalah perancangan struktur, konstruksi dan enjinering yang berhubungan
dengan rancangan bangunan. (Understanding of the structural design, construction, and
engineering problems associated with building design)
10. Pengetahuan yang memadai tentang masalah fisika bangunan, teknologi dan fungsi bangunan
dalam kaitannya dengan kenyamanan bangunan dan perlindungan terhadap iklim. (Adequate
knowledge of physical problems and technologies and of the function of buildings so as to
provide them with internal conditions of comfort and protection against climate)
11. Memiliki ketrampilan merancang yang memenuhi kebutuhan bangunan dalam batas-batas yang
diberikan oleh anggaran biaya dan peraturan bangunan. (Necessary design skills to meet
building user�s requirements within the constraints imposed by cost factors and buildign
regulations)
12. Pengetahuan yang memadai tentang industri, organisasi, dan prosedur dalam penerjemahan
konsep rancangan menjadi wujud bangunan serta menyatukan rencana ke dalam suatu
perencanaan menyeluruh. (Adequate knowledge of the industries, organizations, regulations,
and procedures involved in translating design concepts into buildings and integrating plans
into overall planning)
13. Pengetahuan yang memadai mengenai pandangan manajemen proyek dan pengendalian biaya.
(Adequate knowledge of project financing, project management and cost control)

Dengan kata lain, selama proses magang yang dijalaninya begitu ia lulus, seorang lulusan baru dari
pendidikan arsitektur tidak serta merta dapat memiliki sertifikat. Dan apabila ia ingin ke depannya
dapat bekerja secara professional di bidang arsitektur, maka pada proses magangnya ia harus bekerja
pada sebuah tempat dimana ia dapat bertugas melakukan proses desain seperti tugas seorang arsitek.
Karena IAI hanya memberikan Sertifikat Keahlian Arsitek kepada sarjana arsitektur yang bekerja
sebagai arsitek-designer (yang umumnya bekerja di biro arsitek). Ada banyak pilihan yang bisa dipilih
oleh para lulusan sarjana arsitektur baru tersebut, di antaranya adalah dengan menjadi drafter pada
biro konsultan atau pada arsitek yang lebih senior, bekerja pada developer menjadi in-house arsitek,
menjadi dosen, menjadi PNS pada bidang terkait bangunan gedung, dll.

Namun setelah melewati proses pemagangan dan telah memiliki lisensi atau SIPTB (Surat Ijin Pelaku
Teknis Bangunan) maka pilihan baginya akan semakin besar terbuka, yaitu dapat memilih untuk
berpraktek sendiri dengan membuka biro. Hal ini telah dapat dilakukan karena dengan adanya lisensi
dari asosiasi tersebut, maka ia telah mendapatkan kepercayaan bahwa ia adalah seorang yang ahli di
profesi ini.

Isu yang kemudian dihadapi oleh arsitek yang membuka biro adalah pertarungan dengan para
profesional lainnya yang berasal dari dunia internasional. Bisakah para arsitek ini, yang baru akan mulai
bertugas dengan, kalau bisa dikatakan, studio arsitekturnya?

Ada baiknya bisa sejenak melihat salah satu contoh yaitu HOK Architects Inc, sebuah biro yang dapat
dikatakan berhasil dan tetap bertahan setelah sekian lama bermain di kancah dunia profesional
arsitektur. HOK Architect didirikan oleh tiga orang, yaitu Helmuth, Obata dan Kassabaum pada tahun
1955 di St. Louis AS. Pada saat itu mereka hanya memperkerjakan 28 orang, namun kemudia
perusahaan ini berkembang sangat pesat hingga mampu memperkerjakan 2000 orang yang tersebar di
24 kantor cabang. Sebagai biro arsitektur yang telah lama berdiri dan dinilai cukup sukses sehingga
dinobatkan menjadi firma arsitektur terbesar di dunia, ada beberapa poin penting yang dilakukan
dalam rangka menghadapi arus global.

Poin-poin dapat ditinjau bersama sebagai saran praktis sederhana yang bisa disikapi dengan baik dari
perspektif professionalisme arsitektur. Yang pertama adalah dengan mulai aktif membangun jaringan,
baik dengan pihak luar negeri maupun dengan para kolega di daerah-daerah yang potensial. Kemudian
melebarkan jangkauan pasar dengan memperbesar divisi marketing secara agresif melalui berbagai
media potensial agar arsitektur dapat dilihat sebagai bisnis yang terus berkelanjutan. Teknologi
informasi yang hingga saat ini sudah berkembang begitu pesatnya dapat menjadi alat bantu sebagai
sarana marketing, publikasi, komunikasi dll. Untuk itu pemberdayaan komputer semaksimal mungkin.
Menggunakan standar-standar tertentu misalnya dalam pengerjaan drafting menggunakan software
AutoCAD, akan sangat membantu dalam hal kecepatan kerja dan mengoptimalkan delivery time. Di
masa depan kinerja profesionalitas kerja akan diukur dari kecepatan dan keoptimalan delivery time ini.
Poin lain yang tidak kalah pentingnya adalah dengan mencoba berkonsentrasi pada kekuatan desain
yang dimiliki dan mengenali pangsa pasar yang paling diminati. Demikian, agar para professional
setidaknya dapat lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia profesional internasional.

Saat ini kita sedang menghadapi sesuatu bernama free trade zone. Maka, para arsitek asing akan
membanjiri Indonesia lagi dan lagi, menyusul arus masuk rekan-rekan mereka yang sudah mulai
berkarya di pelosok Nusantara sebelumnya. Karena akan semakin banyak proyek perencanaan dan
konstruksi yang dipercayakan untuk dikerjakan oleh perusahaan internasional. Karena sentimen-
sentimen lokal telah dikalahkan oleh profesionalisme dalam menjadi tolak ukur yang global. Arsitek
Indonesia tentu saja tidak ingin kalah menghadapi dunia profesi internasional terutama di dalam negeri
kita sendiri, untuk itu perlu baik para arsitek senior maupun calon arsitek yang masih berada di jenjang
pendidikan dapat dipersiapkan dengan baik dengan sejak awal.

Hal ini tentu tidak hanya dibebankan kepada IAI sebagai ikatan profesi saja, karena sejauh ini dalam
hal menggiatkan diadakannya sertifikasi sebagai salah satu cara meningkatkan kinerja profesionalitas di
bidang arsitektur ini. Hal lain yang sebaiknya dilakukan adalah diadakannya kerjasama antara IAI dan
institusi pendidikan arsitektur dalam mengakreditasi sistem pendidikan arsitektur di Indonesia sehingga
pelaksana pendidikan arsitektur bisa lebih menyadari dan tidak terjebak pada kuantitas lulusan saja
melainkan pada kualitas. Persiapan peneluran calon arsitek sebaiknya dilakukan dengan pembekalan
pendidikan yang kondisional dan proporsional, sehingga setelah lulus dari pendidikan arsitektur di
tingkat perguruan tinggi, para calon arsitek ini dapat langsung beradaptasi dan belajar kembali dengan
baik pada proses pemagangan minimal dua tahun itu.

Dimulai dari sini, arsitek dan bidang arsitektur Indonesia dalam menghadapi dunia profesi internasional
tidak lagi tergagap-gagap dalam memenuhi standar yang berlaku di tatanan dunia global internasional
tentang performa profesionalisme.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, IAI telah cukup mempersiapkan proses sertifikasi dan
penerbitan lisensi arsitek Indonesia di berbagai tempat. Selanjutnya, langkah nyata yang sedang giat
diperjuangkan adalah adanya Architect Act sebagai undang-undang yang mengatur lingkup kerja
arsitek, yang diberlakukan secara lokal, sehingga seorang arsitek tak dapat berpraktik tanpa sertifikat
setempat. Hal ini akan memperkuat posisi arsitek Indonesia dalam menghadapi persaingan dengan
dunia profesi internasional di dalam negeri kita sendiri. Namun isu lainnya yang masih harus dipikirkan
ke depannya adalah bagaimana kinerja profesionalisme kita bila dibawa ke luar dan dibandingkan
dengan standar performa profesional yang mereka miliki. Sudah siapkah kita, arsitek Indonesia,
memasuki dunia profesi internasional dengan standar yang sejauh ini belum sepenuhnya dapat dipenuhi
oleh baik sistem pendidikan arsitektur kita maupun oleh ikatan asosiasi?

Sumber pustaka:

1. Architecture, A Profession for the Future, (www.he.courses-careers.com/architecture.htm)


2. Johannes Widodo, “Pendidikan Arsitektur Indonesia : MasaTransisi” dipublikasikan di website
Desain!Arsitektur, (http://darsitektur.tripod.com/art4.html)
3. Martin Luqman Katoppo dan Tony Sofian, “Pendidikan Arsitektur yang Membebaskan dan
Memanusiakan”, dipublikasikan di website Desain!Arsitektur, (http://darsitektur.tripod.com/art3.html)
4. Membangun Filsafat Arsitektur, (http://www.unhas.ac.id/~rhiza/mystudents/debbie/arsitek.html )
5. M. Ridwan Kamil, “Arus Kapitalisme Global dan Masa Depan Arsitektur Indonesia” dipublikasikan di
website Desain!Arsitektur. (http://darsitektur.tripod.com/art6.html)
6. Website Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) (www.iai.or.id)
7. Yulianti Tanyadji, “Menera Pendidikan Arsitektur Indonesia : Tuntutan, Tekanan dan Tergagap-
gagap”, dipublikasikan di website Desain!Arsitektur (http://darsitektur.tripod.com/art5.html)
8. Ilmu, Teknologi Dan Seni Dalam Arsitektur (http://www.gunadarma.ac.id/~jbptgunadarma-gdl)
9. The Architect, Spiro Kostof , Oxford University Press 1977

ARSITEK PROFESIONAL DAN PERANNYA DALAM DUNIA KERJA


Dwiyanto, Agung (2008) ARSITEK PROFESIONAL DAN PERANNYA DALAM DUNIA KERJA. Jurnal
Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman, 7 (1). pp. 1-10. ISSN 1412-7768

PDF - Published Version


70Kb

Abstract

Seperti halnya dokter, akuntan dan pengacara, arsitek adalah profesi yang menjual jasanya kepada
masyarakat. Keberadaan arsitek diakui untuk mengurusi segala permasalahan mengenai rancang
bangun, mulai dari penyusunan konsep perancangan hingga pengawasan berkala sampai akhirnya
menjadi sebuah produk arsitektural. Selain itu, seorang arsitek juga mempunyai tanggung jawab secara
moral seumur hidup terhadap karya-karyanya. Peran arsitek di dalam kehidupan masyarakat sangat
penting karena arsitek sebagai salah satu komponen masyarakat yang berperan di dalam pembentukan
peradaban kehidupan manusia. Arsitek sebagai profesi yang menciptakan ruang bagi aktifitas dan
kelangsungan hidup manusia dituntut selalu peka terhadap perkembangan zaman dan teknologi serta
sedapat mungkin selalu membela kepentingan masyarakat umum. Seiring dengan kemajuan dan
pembangunan yang terjadi di Indonesia, profesi arsitek juga semakin mendapat tempat di masyarakat.
Meskipun tidak sepopuler dokter, peran kerja arsitek dalam pengabdian kepada masyarakat semakin
dihargai. Untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, arsitek dituntut menguasai ilmu
arsitektur yang dipadukan dengan berbagai disiplin ilmu lain yang selalu berkembang dengan dinamis.
PENDAHULUAN Profesi arsitek sangat berperan penting dalam pembangunan dan masyarakat. Arsitek
dapat berperan di segala hal, mulai dari pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan atau di
luar dari bidang kearsitekturan. Banyak tantangan yang dijalani oleh seorang lulusan sarjana arsitektur
dewasa ini, demi memulai kariernya sebagai seorang arsitek profesional. Banyaknya lulusan sarjana
arsitektur di Indonesia, lapangan kerja yang makin menyempit serta persaingan dengan tenaga kerja
arsitek asing yang makin banyak dijumpai, mengingat dunia kerja nantinya akan lebih cenderung
mempersyaratkan standar-standar kemampuan dari sebuah profesi professional macam arsitek. Pada
umumnya, fresh graduate s1 jurusan arsitektur yang ingin menjalani karir profesionalnya sebagai arsitek
profesional akan bergabung dengan konsultan perencana dan perancangan untuk bekerja mencari
nafkah sekaligus ilmu yang bersifat praktek untuk nantinya menjadi bekal bagi dirinya untuk menjadi
arsitek profesional. Selain itu, para lulusan baru ini juga dapat bergabung dengan konsultan pengawas
serta perusahaan pengembang perumahan (Real Estates development) yang secara kangsung sangat
memerlukan keahlian para arsitek. Untuk itu sangap penting mulai dari sekarang mahasiswa arsitektur
yang nantinya berkeinginan untuk menjadi arsitek professional mengetahui langkah-langkah menjadi
arsitek professional serta perannya dalam dunia kerja. Selain itu mahasiswa diharapkan memperkaya
dan memperdalam ilmu dan pengalaman dalam bidang arsitektur. TINJAUAN PROFESI ARSITEK
Pengertian Arsitek Kata Arsitek berasal dari bahasa Yunani, Architekton yang merupakan rangkaian dua
kata yaitu Archi yang berarti pemimpin atau yang pertama, dan Tekton yang berarti membangun. Jadi
Arsitek adalah pemimpin pembangunan (master builder). Sumber : Budiharjo. E.1997, Jati Diri Arsitek
Indonesia. Penerbit Alumni. Bandung. Sedangkan menurut Keputusan Direktorat Jendral Cipta Karya
Departemen Pekerjaan Umum Nomor 023/KPTS/CK/1992, yang disebut perencana / arsitek / konsultan
perencana / konsultan ahli adalah perorangan atau badan hukum yang melaksanakan tugas konsultasi
dalam bidang perencanaan karya bangunan atau perencanaan lingkungan beseerta kelengkapannya.
Dalam buku Pedoman Hubungan Kerja Antara Arsitek dan Pemberi Tugas (Ikatan Arsitek Indonesia, IAI)
disebutkan bahwa Arsitek adalah Perorangan ataupun Badan usaha yang dengan mempergunakan
keahliannya dan berdasarkan suatu pemberian tugas mengerjakan perencanaan, perancangan dan
pengawasan pembangunan, memberikan nasehat atau jasa-jasa lain yang berhubungan dengan
perancangan dan pengawasan gedung, tata ruang dalam pertamanan, perancangan kota, pembagian
kota dan jalan-jalan dan jembatan. Sejarah Pendidikan Arsitektur di Indonesia Profesi arsitek di Indonesia
tergolong masih baru. Dimulai dengan berdirinya “ Technische Hoge School (THS) “ di zaman sebelum
Perang Dunia Ke II yang kemudian menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB). Pada saat itu di ITB hanya
ada jurusan Sipil dimana Bung Karno pernah menjadi mahasiswa di sana. Di Technische Hoge School
(THS) negeri Belanda sendiri hanya ada jurusan yang disebut Bouwkunde (Ilmu Bangunan) yang
menghasilkan arsitek-arsitek tetapi lebih condong ke ilmu bangunan sipil. Sumber : Budiharjo.E.1997,
Arsitek dan Arsitektur Indonesia Menyongsong Masa Depan. Penerbit Andi. Jogjakarta. Pendidikan
arsitektur di Indonesia pada dasarnya telah dimulai sebelum dibukanya “ Bouwkundige Afdeeling “ pada
Fakultas Teknik Universitas Indonesia 1950. sebagai jurusan baru pada Fakultas yang menganut sistem
pendidikan Belanda, maka sistem pendidikan Arsitektur pada watu itu pada hakikatnya mengikuti sistem
Belanda. Program pendidikannya mengarah pada persiapan sarjana teknik bangunan dengan lama
pendidikan 5 tahun. Sejak tahun 1960 pendidikan Arsitektur mulai lahir di luar kampus Ganeca, baik yang
dikelola oleh pemerintah ataupun swasta. Jurusan baru tersebut selalu berorientasi pada sistem
pendidikan arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang sejak tahun 1959 menjadi seksi
Arsitektur Bagian Arsitekrur dan Seni Rupa. Peran arsitek lulusan pendidikan arsitektur dapat dilihat dari
hasil karya mereka. Banyak karya yang dpat dikatakan berhasil, tetapi banyak pula yang dipertanyakan
oleh masyarakat. Di samping itu hanya 20 – 25 % lulusan arsitektur yang berprofesi dibidangnya sedang
yang lain berkarya diluar bidang profesi arsitektur. Macam pekerjaan yang dapat ditekuni oleh para
arsitek cukup banyak, walaupun latar pendidikannya adalah teknik arsitektur. IKATAN ARSITEK
INDONESIA (IAI) Pengertian Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) merupakan
Lembaga resmi tertinggi dalam dunia arsitektur profesional yang mengatur tata laku profesi arsitek
Indonesia. IAI didirikan secara resmi pada tanggal 17 September 1959 di Bandung. Pada usianya yang
ke-46, IAI telah beranggotakan lebih dari 9000 arsitek yang terdaftar melalui 26 kepengurusan daerah
dan 2 kepengurusan cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. IAI aktif dalam kegiatan internasional
melalui keanggotaannya di ARCASIA (Architects Regional Council of Asia) sejak tahun 1972 dan di UIA
(Union Internationale des Architectes) sejak tahun 1974, serta AAPH (Asean Association Planning and
Housing) di mana IAI merupakan salah satu pendirinya. Di dalam negeri pun selain bermitra dengan
pemerintah, IAI tetap aktif bergaul dengan asosiasi profesi lain, seperti melalui keanggotaan dalam
Lembaga Pegembangan Jasa Konstruksi dan Forum Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi. Sejarah
berdirinya IAI Di penghujung tahun 50-an dikeluarkan instruksi membentuk Gabungan Perusahaan
Sejenis yang dimaksudkan selain untuk memudahkan komunikasi antara pemerintah dengan dunia
pengusaha, juga diharapkan dapat menentukan suatu standar kerja bagi para pelakunya. Dengan begitu,
dapat dipastikan bahwa pemerintah sebagai pemberi tugas paling besar pada masa itu, dapat
memastikan perolehan barang dan jasa yang bermutu. Penataan di bidang usaha perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan fisik diserahkan kepada Kementerian Pekerjaan Umum. Pada bulan April
1959, Menteri mengadakan suatu Konferensi Nasional di Jakarta untuk membentuk Gabungan
Perusahaan Perencanaan dan Pelaksanaan Nasional (GAPERNAS). Konferensi ini dihadiri oleh
beberapa arsitek, baik tua maupun muda (baru lulus) dari berbagai lingkup kegiatan. Dalam konferensi
tersebut, para arsitek yang mewakili bidang perencanaan merasa sangat tidak puas karena mereka
berpendapat bahwa kedudukan perencanaan dan perancangan tidaklah sama dan tidak juga setara
dengan pelaksanaan. Pekerjaan perencanaan- perancangan berada di dalam lingkup kegiatan
profesional (konsultan), yang mencakupi tanggung jawab moral dan kehormatan perorangan yang
terlibat, karena itu tidak semata-mata berorientasi sebagai usaha yang mengejar laba (profit oriented).
Sebaliknya pekerjaan pelaksanaan (kontraktor) cenderung bersifat bisnis komersial, yang
keberhasilannya diukur dengan besarnya laba. Lagi pula tanggung jawabnya secara yuridis/formal
bersifat kelembagaan atau badan hukum, bukan perorangan, serta terbatas pada sisi finansial saja.
Waktu itu, Ir. Soehartono Soesilo yang mewakili biro arsitektur PT Budaya dan Ars. F. Silaban tidak bisa
berbuat apa-apa. Ketidakpuasan mereka terpendam dalam hati, akan tetapi justru pertemuan dan
ketidakpuasan itulah yang kemudian memicu lahirnya organisasi profesi bagi para arsitek Indonesia. Di
gedung Harmonie Jakarta itulah mereka sepakat berbagi tugas untuk mengadakan pertemuan lagi
dengan mengajak rekan-rekan arsitek lainnya. Ars. F. Silaban akan menghubungi para arsitek senior,
sedangkan Ir. Soehartono Soesilo akan menggalang para arsitek muda lulusan ITB yang hingga tahun
1958 itu telah meluluskan 17 orang arsitek muda. Ars. F. Silaban adalah seorang arsitek otodidak;
pendidikan formalnya hanya setingkat STM, tetapi ketekunannya membuahkan beberapa kemenangan
sayembara perancangan arsitektur, sehingga dunia profesi pun mengakuinya sebagai arsitek. Pada
waktu itu dia masih menjabat sebagai Kepala Pekerjaan Umum Bogor. Di samping jabatannya itu, dia
pun berpraktik sebagai arsitek, dan telah memenangkan sayembara Gerbang Taman Makam Pahlawan
Kalibata (1953) dan perancangan Mesjid Istiqlal (1954), dan sedang mengerjakan beberapa gedung milik
Bank Indonesia di Jakarta. Soehartono Soesilo lulus dari ITB tahun 1958 dan langsung bekerja di biro
arsitek Budaya di Bandung yang didirikan oleh ayahnya, Ars. M. Soesilo. Selama revolusi kemerdekaan,
dia bergabung dalam Polisi Tentara (CPM) di Resimen Tangerang dan setelah penyerahan kedaulatan,
dia kembali melanjutkan sekolah. Ketika masih mahasiswa tahun pertama, dia memrakarsai pendirian
Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma dan menjadi ketua pertamanya. Jelaslah, walaupun masih
muda, tetapi kesadaran profesionalnya sudah matang. Akhir kerja keras dua pelopor ini bermuara pada
pertemuan besar pertama para arsitek dua generasi di Bandung pada tanggal 16 dan 17 September
1959. Pertemuan ini dihadiri 21 orang, tiga orang arsitek senior, yaitu: Ars. F. Silaban, Ars. Mohammad
Soesilo, Ars. Lim Bwan Tjie dan 18 orang arsitek muda lulusan pertama Jurusan Arsitektur ITB tahun
1958 dan 1959. Pertemuan pertama diadakan di Jalan Wastukancana, di rumah saudara Ars. Lim Bwan
Tjie di seberang pompa bensin Wastukancana, ini dilakukan sebagai penghormatan kepada beliau,
arsitek paling senior. Menjelang malam kedua, tanggal 17 September, pertemuan dipindah ke rumah
makan Dago Theehuis (sekarang Taman Budaya Jawa Barat) di Bandung Utara agar suasananya lebih
netral. Dalam kedua pertemuan tersebut dirumuskan tujuan, cita-cita, konsep Anggaran Dasar dan dasar-
dasar pendirian persatuan arsitek murni, sebagai yang tertuang dalam dokumen pendiriannya, Menuju
Dunia Arsitektur Indonesia yang Sehat. Pada malam yang bersejarah itu resmi berdiri satu-satunya
lembaga tertinggi dalam dunia arsitektur profesional Indonesia dengan nama: Ikatan Arsitek Indonesia.
ARSITEK DALAM KONSULTAN PERENCANA Hirarki profesi arsitek dalam konsultan perencana
Sumber : Kuliah Umum Bersama Manajemen Bagi Arsitektur ( Pembicara : Ir. Sulistyo Wicaksono, IAI )
Berdasarkan Kep. Dir. Jen Cipta Karya Dep. PU no. 023/KPT S/CK/1992 yang disebut
Perencana/Konsultan Perencana adalah perorangan atau badan hukum yang melaksanakan tugas
konstruksi dalam bidang perencanaan karya bangunan atau perencanaan lingkungan beserta
kelengkapannya. Adapun tugas konsultan perencana adalah : - Membuat skema/konsep pemikiran awal
(maksud & tujuan). - Membuat desain pra-rencana (situasi, denah, tampak & potongan). Termasuk di
dalamnya pekerjaan penyelidikan data lapangan/kondisi tapak/lingkungan, menyusun usulan kerja
(uraian tentang persyaratan setempat). - Membuat gambar pelaksanaan lapangan, gambar detail dan
bestek (uraian Rencana Kerja dan Syarat). - Mengikuti penjelasan gambar rencana dan bestek pekerjaan
(Aanwijsing). - Mengikuti proses pelelangan pekerjaan (tender). - Melakukan pengawasan berkala
(kesesuaian bestek pada pelaksanaan pekerjaan di lapangan, dan kesesuaian dari sudut arsitektur).
Lingkup Pekerjaan Pokok Konsultan Perencana dan Perancangan menurut “ Pedoman Hubungan Kerja
Antara Arsitek dan Pemberi Tugas Ikatan Arsitek Indonesia tahun 1991 “ : Tahap Konsepsi Perancangan
Pemberi tugas diharapkan untuk memberikan informasi dan data-data kepada arsitek tentang maksud
dan tujuan proyek. Arsitek akan mengolah data-data serta informasi yang diterimanya dan menyusun
suatu Program Rancangan yang akan digunakan sebagai dasar perancangan setelah diperiksa dan
disetujui oleh Pemberi Tugas. Tahap Pra-perancangan Tahap Penyusunan Pra-Rancangan ini arsitek
akan mencari konsepsi dasar desain/rancangan yang terbaik yang mampu memenuhi persyaratan
Program Rancangan. Pola dan bentuk arsitektur bangunan diwujudkan dalam bentuk gambar dan nilai
fungsional dalam bentuk diagram-diagram. Informasi penggunaan bahan dan system, biaya dan waktu
pelaksanaan pembangunan disajikan dalam bentuk laporan tertulis. Tahap Rancangan Pelaksanaan
Sasaran rancangan pelaksanaan adalah : - Untuk memastikan dan menguraikan ukuran serta wujud
karakter proyek secara menyeluruh dan terpadu. - Untuk mematangkan konsepsi desain/rancangan
secara keseluruhan, terutama ditinjau dari keselarasan system yang terkandung di dalamnya baik dari
segi kelayakan dan fungsi, estetika dan ekonomi bangunan. - System konstruksi/struktur bangunan dan
instalasi teknik mekanikal dan elektrikal dipertimbangkan kelayakan baik secara tersendiri maupun
secara menyeluruh. Tahap Pembuatan Dokumen Pelaksanaan Sasaran pembuatan dokumen
pelaksanaan : - Untuk memperoleh kejelasan teknik pelaksanaan pembangunan, agar supaya konsep
desain/rancangan yang tercermin dalam rancangan tetap diwujudkan secara fisik dengan baik. - Untuk
memperoleh kejelasan kuantitatif, agar supaya biaya dan waktu pelaksanaan pembangunan dapat
dihitung dengan seksama dan dapat dipertanggungjawabkan. - Untuk melengkapi kejelasan teknis dalam
bidang administrasi pelaksanaan pembangunan dan memenuhi persyaratan juridis yang terkandung
dalam Dokumen Pelelangan dan Dokumen Kontrak. Arsitek akan menyajikan Dokumen Pelaksanaan
dalam bentuk gambar kerja dan tulisan spesifikasi dan syarat-syarat teknik pembangunan yang jelas,
lengkap dan teratur. Tahap Pelelangan Sasaran pelelangan : - Untuk memperoleh penawaran biaya dan
waktu pelaksanaan pembangunan yang wajar dan memenuhi syarat sehingga pelaksanaan pembanguna
dapat dilakukan dengan baik. Tahap Pengawasan Berkala Sasaran pengawasan berkala adalah : - Untuk
membantu pemberi tugas dalam merumuskan kebijakan pada waktu pelaksanaan pembangunan,
khususnya masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rancangan yang dibuat oleh arsitek. -
Untuk membantu Pelaksana, Pengawasan terpadu yang ditunjuk pemberi tugas khususnya dalam
menghadapi masalah pelaksanaan pembangunan yang erat hubungannya dengan rancangan yang
dibuat oleh arsitek. - Untuk ikut memastikan bahwa pelaksanaan pembangunan dilakukan sesuai dengan
ketentuan kualitatif yang terkandung dalam rancangan yang dibuat oleh arsitek. Posisi arsitek di dalam
suatu konsultan perencana adalah sebagai konseptor dasar dari suatu proyek. Pada pelaksanaan proyek
sendiri arsitek bertindak sebagai team leader yang membawahi beberapa divisi dari bidang keilmuan
selain arsitektur. Missal membawahi bag. Sipil, Mechanical Engineering, dll. Keahlian yang dibutuhkan
arsitek dalam suatu konsultan perencana adalah : - Keahlian dalam manajemen pribadi dikarenakan
arsitek akan bertindak sebagai team leader suatu proyek. - Mengetahui tentang peraturan yang berlaku
serta melaksanakan kode etik dan kaidah tata laku profesi arsitek. - Mampu mengeksplorasi dan
menampilkan ide-ide kreatif dalam hal desain tanpa melupakan lingkungan binaan di sekitarnya.
Tanggung jawab seorang arsitek dalam Konsultan Perencana menurut “ Pedoman Hubungan Kerja
Antara Arsitek dan Pemberi Tugas Ikatan Arsitek Indonesia tahun 1991 “ : - Arsitek bertanggung jawab
untuk kerugian atas kesalahan yang dibuat oleh arsitek atau orang yang bekerja kepadanya pada waktu
pelaksanaan tugas. - arsitek tidak bertanggung jawab atas hasil pekerjaan perancangan ataupun
pengawasan yang dilakukan oleh Ahli-ahli khusus lain. - Tanggung jawab arsitek untuk kesalahan –
kesalahan tidak dapat lebih besar dari jumlah imbalan jasa yang harus diterima olah ahli untuk
melaksanakan tugasnya. - Setelah tanggung jawab dari arsitek akan gugur dengan sendirinya tiga tahun
setelah tanggal penyelesaian bagian terakhir dari penugasan. ARSITEK DALAM KONSULTAN
PENGAWAS Konsultan Pengawasan adalah badan hukum/perusahaan yang bergerak dalam
pengawasan menyeluruhan dari awal sampi akhir pelaksanaan pembangunan dan meliputi seluruh
bidang-bidang keahlian yang diperlukan. (Pedoman Hubungan Kerja Antara Arsitek dan Pemberi Tugas
Ikatan Arsitek Indonesia tahun 1991) Posisi arsitek dalam Konsultan Pengawas mewakili pihak pemberi
tugas dalam segala hal yang menyangkut pengawasan dan pemanduan antara kesesuaian antara
gambar bestek, syarat teknis dalam pelaksanaan proyek. Arsitek juga bertugas sesuai keahliannya
mengawasi seluruh kegiatan konstruksi mulai dari persiapan, penggunaan, mutu bahan/material,
pelaksaan pekerjaan, dan finishing hasil pekerjaan sebelum diserahkan kepada pemberi tugas. Tugas
Konsultan Pengawas menurut “Pedoman Hubungan Kerja Antara Arsitek dan Pemberi Tugas Ikatan
Arsitek Indonesia tahun 1991 (pasal 15)” : A. Pengelolaan Pengawasan mencakup : Pengendalian umum
atas pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh pemborong. Pengelolaan di dalam organisasi
pemborong bukan menjadi tanggungjawab Pengawas. Pengesahan Sub. Pemborong meliputi penelitian
kemampuan teknis keuangan maupun administrasi dari yang bersangkutan. Menetapkan, meyediakan
dan mengkoordinir tenaga ahli khusus meliputi bidang keahlian yang diperlukannya untuk melaksanakan
tugas pengawasan tersebut. Meminta keputusan arsitek perencana tentang hal-hal yang menyangkut
estetika dan perubahan-perubahan yang perlu dilakukan. Meminta penjelasan tentang hal-hal yang
kurang jelas dalam rancangan kepada perancang. B. Pengawasan Teknik : 1. Melakukan pengawasan
kualitas atas bahan, tenaga, peralatan, hasil pekerjaan, serta waktu dan cara pelaksanaan sesuai
dengan perjanjian pemborongan. 2. Melakukan pengawasan kualitas atas bagian-bagian pekerjaan
sesuai dengan perjanjian pemborongan. Posisi arsitek dalam konsultan pengawasan bertindak sebagai
pimpinan pada pelaksanaan proyek di lapangan. Arsitek bertanggung jawab penuh terhadap proses
pelaksanaan proyek dari tahap awal sampai akhir. Hak dan Wewenang Konsultan Pengawas yang
ditetapkan dalam “Pedoman Hubungan Kerja Antara Arsitek dan Pemberi Tugas Ikatan Arsitek Indonesia
tahun 1991 : Segala bentuk komunikasi antara Pemberi Tugas atau Perancang dengan pemborong harus
melalui Pengawas. Mengeluarkan perintah-perintah, teguran dan peringatan kepada Pemborong.
Menentukan Penilaian Mutu atas bahan-bahan, tenaga, peralatan dan pekerjaan Pemborong. ARSITEK
DALAM PERUSAHAAN PENGEMBANG PERUMAHAN (REAL ESTATES DEVELOPMENT) Perusahaan
pengembang perumahan merupakan perusahaan yang membangun perumahan beserta kelengkapan
fasilitasnya pada sebidang lahan untuk kemudian dijual kepada konsumen. Perusahaan ini juga
melakukan pengelolaan terhadap kawasan proyeknya. Dalam perusahaan ini arsitek berperan sangat
penting sebagai perencana keseluruhan kawasan. Posisi arsitek dalam perusahaan berada di
departemen perencanaan, tetapi tidak menutup kemungkinan arsitek juga bisa berada di departemen
lain, seperti departemen marketing maupun departemen proyek. Tugas Arsitek dalam Developer : -
Merencana suatu kawasan ( perumahan ) secara umum beserta fasilitas penunjang lainnya. -
Pengawasan terhadap pelaksanaan proyek dari tahap awal sampai akhir. - Arsitek dapat bertindak
sebagai marketing, dalam hal ini untuk mempresentasikan produk perumahan kepada calon pembeli. -
Setelah berproses dalam kariernya seorang arsitek juga dapat menduduki sebagai Project Manager /
General Manager yang bertugas sebagai team leader dalam perusahaan developer. Selain itu juga
bertanggung jawab terhadap keseluruhan divisi – divisi lain dalam perusahan developer tersebut.
Keahlian yang diperlukan seorang arsitek yang bekerja di perusahaan Developer : - Keahlian dalam
mendesain suatu kawasan beserta fasilitas penunjangnya. Selain itu juga harus memperhatikan
lingkungan binaan di sekitarnya. - Keahlian dalam komunikasi dengan calon pembeli. Ilmu ini diterapkan
bagi arsitek yang bekerja pada divisi marketing. Ini dikarenakan arsitek harus mempresentasikan
produknya kepada calon pembeli. - Keahlian di bidang manajemen bagi arsitek yang menempati posisi
sebagai Project Manager / General Manager. Ilmu ini perlu dikuasai dikarenakan dibutuhkannya keahlian
untuk mengatur keseluruhan divisi pada perusahaan Developer. PANDANGAN PARA ARSITEK
MENGENAI PROFESI ARSITEK PROFESIONAL DAN PERANNYA DALAM DUNIA KERJA Dalam
wawancara mengenai profesi arsitek dan perannya dalam dunia kerja serta pandangan terhadap
mahasiswa arsitektur dalam menapaki dunia kerja profesional ini dilaksanakan kepada Ir. Pudjo Raharjo,
MSP, IAI (Direktur PT. Sarana Budi), Ir. R. Sulistyo Wicaksono, IAI ( General Manager PT. Karunia
Sarana Binangun ), Ir. Budhy Manan, MT ( Direktur PT. Prosys Engineers International ) diambil analisa
sebagai berikut : Pertanyaan untuk wawancara Ir. Pudjo Raharjo, MSP, IAI Ir. R. Sulistyo Wicaksono, IAI
Ir. Budhy Manan, MT Pandangan terhadap mahasiswa teknik arsitektur dilihat dari kesiapan kerja secara
profesional setelah meraih gelar sarjana teknik Mahasiswa arsitektur masa kini belum begitu
berpengalaman untuk terlibat langsung dalam suatu proyek dikarenakan keterbatasan kemampuan
dalam merencana dan pengetahuan ilmu arsitektur. Mahasiswa arsitektur sekarang belum siap dilihat
dari kemampuan dan pengalaman. Kurikulum di perkuliahan arsitektur yang belum sepenuhnya
membekali mahasiswa pengetahuan dan pengalaman untuk dapat terjun langsung di dunia kerja.
Mahasiswa arsitektur masa kini tidak siap menjadi tenaga profesional karena ilmu yang didapat
diperkuliahan tidak langsung bisa diterapkan di lapangan. Sehingga lulusan baru sarjana teknik arsitektur
tidak pernah dilibatkan langsung secara intens dalam suatu proyek. Yang perlu dipersiapkan Sarjana
Arsitektur untuk memulai karier sebagai seorang Arsitek profesional Membekali diri dengan cara
memperdalam pengetahuan ilmu arsitektur dan melakukan magang ( praktek kerja ) kepada arsitek yang
lebih senior agar didapat pengalaman secara nyata dalam suatu proyek Sarjana teknik arsitektur harus
merintisa karier sedini mungkin dengan menunjukkan kemampuan terbaiknya untuk dapat bersaing
dengan para arsitek muda lainnya. Dengan cara meningkatkan keahlian, wawasan dan teknologi di
bidang arsitektur. Sarjana arsitektur harus bergabung dalam Ikatan Arsitek Indonesia ( IAI ) sebagai
wujud nyata keseriusan menjalankan profesi arsitek secara profesional di dalam dunia kerja. Langkah-
langkah yang harus dipersiapkan sebagai berikut : Penguasaan yang baik tentang ilmu arsitektur karena
berkaitan erat dengan maksimal atau tidaknya sebuah karya arsitektur. mempunyai portofolio yang
excellent sehingga memudahkan calon pemberi tugas untuk melihat karya-karya yang pernah dibuat.
Pandangan mengenai profesi arsitek profesional dan perannya dalam dunia kerja Profesi arsitek harus
mampu melayani kepentingan masyarakat luas dan memperhatikan lingkungan binaan di wilayah proyek
yang direncanakan. Profesi arsitek adalah sebagai pelayanan jasa bagi klien yang membutuhkan ide
kreatif dalam perencanaan dan perancangan arsitektur Profesi arsitek adalah sebagai perantara untuk
menangkap keinginan dari pemberi tugas untuk diwujudkan dalam gambar rancangan serta mampu
memberikan nasehat mengenai apa saja yang dibutuhkan dalam suatu proyek kepada pemberi tugas.
Pandangan mengenai arsitek profesional Wujud profesional seorang arsitek ditunjukkan melalui
eksistensi dalam karya-karyanya serta tergabung dalam asosiasi resmi arsitek Indonesia dalam hal ini
IAI. Selalu mengembangkan diri melalui karya-karyanya dan menambah ilmu di bidang arsitektur.
Seorang arsitek profesional menjalankan profesi dilandasi oleh prinsip-prinsip etika yang menuntut
seorang profesional memelihara tata laku standar yang ditetapkan oleh hukum. Arsitek profesional harus
mampu terus berkarya dab tergabung dalam asosiasi arsitek dan dibatasi oleh kode etik dan kaidah tata
laku profesi arsitek. Arsitek profesional harus memiliki kemampuan meng-exposure dirinya serta
dilengkapi dengan aspek-aspek pendukung semacam persyaratan legal formal dalam bentuk sertifikasi
keahlian dari asosiasi arsitek. Pandangan mengenai kepuasan kerja menjadi arsitek profesional Mampu
mengungkapkan kebenaran kepada pemberi tugas dalam hal ini pemerintah. Kepuasan kerja menjadi
arsitek profesional adalah ketika, selalu berkarya mempersembahkan yang terbaik dan tidak cepat puas.
arsitek mampu mengeksplorasi dan menterjemahkan keinginan pemberi tugas secara maksimal dalam
bentuk karya terbaiknya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Seorang arsitek profesional harus
bergabung dalam asosiasi resmi arsitek dalam hal ini IAI. Ini menunjukkan adanya setifikasi legalitas
seorang arsitek untuk mendapat ijin berkerja sebagai arsitek profesional. Peran Arsitek dalam dunia kerja
arsitektur dapat berada di Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas, Developer. Tugas arsitek dalam
Konsultan Perencana : Membuat skema/konsep pemikiran awal (maksud & tujuan). Membuat desain pra-
rencana (situasi, denah, tampak & potongan). Termasuk di dalamnya pekerjaan penyelidikan data
lapangan/kondisi tapak/lingkungan, menyusun usulan kerja (uraian tentang persyaratan setempat).
Membuat gambar pelaksanaan lapangan, gambar detail dan bestek (uraian Rencana Kerja dan Syarat).
Mengikuti penjelasan gambar rencana dan bestek pekerjaan (Aanwijsing). Mengikuti proses pelelangan
pekerjaan (tender). Melakukan pengawasan berkala (kesesuaian bestek pada pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, dan kesesuaian dari sudut arsitektur). Keahlian yang dibutuhkan arsitek dalam suatu konsultan
perencana adalah : Keahlian dalam manajemen pribadi dikarenakan arsitek akan bertindak sebagai team
leader suatu proyek. Mengetahui tentang peraturan yang berlaku serta melaksanakan kode etik dan
kaidah tata laku profesi arsitek. Mampu mengeksplorasi dan menampilkan ide-ide kreatif (selalu
berkarya) dalam hal desain tanpa melupakan lingkungan binaan di sekitarnya. Tugas arsitek dalam
Konsultan Pengawas : Pengendalian umum atas pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh
pemborong. Pengelolaan di dalam organisasi pemborong bukan menjadi tanggungjawab Pengawas.
Pengesahan Sub. Pemborong meliputi penelitian kemampuan teknis keuangan maupun administrasi dari
yang bersangkutan. Menetapkan, meyediakan dan mengkoordinir tenaga ahli khusus meliputi bidang
keahlian yang diperlukannya untuk melaksanakan tugas pengawasan tersebut. Meminta keputusan
arsitek perencana tentang hal-hal yang menyangkut estetika dan perubahan-perubahan yang perlu
dilakukan. Meminta penjelasan tentang hal-hal yang kurang jelas dalam rancangan kepada perancang.
Hak dan Wewenang Konsultan Pengawas : Segala bentuk komunikasi antara Pemberi Tugas atau
Perancang dengan pemborong harus melalui Pengawas. Mengeluarkan perintah-perintah, teguran dan
peringatan kepada Pemborong. Menentukan Penilaian Mutu atas bahan-bahan, tenaga, peralatan dan
pekerjaan Pemborong. Tugas arsitek dalam Developer : Merencana suatu kawasan ( perumahan )
secara umum beserta fasilitas penunjang lainnya. Pengawasan terhadap pelaksanaan proyek dari tahap
awal sampai akhir. Arsitek dapat bertindak sebagai marketing, dalam hal ini untuk mempresentasikan
produk perumahan kepada calon pembeli. Setelah berproses dalam kariernya seorang arsitek juga dapat
menduduki sebagai Project Manager / General Manager yang bertugas sebagai team leader dalam
perusahaan developer. Selain itu juga bertanggung jawab terhadap keseluruhan divisi – divisi lain dalam
perusahan developer tersebut. Keahlian yang diperlukan seorang arsitek yang bekerja di perusahaan
Developer : Keahlian dalam mendesain suatu kawasan beserta fasilitas penunjangnya. Selain itu juga
harus memperhatikan lingkungan binaan di sekitarnya. Keahlian dalam komunikasi dengan calon
pembeli. Ilmu ini diterapkan bagi arsitek yang bekerja pada divisi marketing. Ini dikarenakan arsitek harus
mempresentasikan produknya kepada calon pembeli. Keahlian di bidang manajemen bagi arsitek yang
menempati posisi sebagai Project Manager / General Manager. Ilmu ini perlu dikuasai dikarenakan
dibutuhkannya keahlian untuk mengatur keseluruhan divisi pada perusahaan Developer. Kesimpulan dari
hasil analisa wawancara yang dilakukan kepada beberapa tokoh arsitek adalah sebagai berikut :
Pandangan terhadap mahasiswa teknik arsitektur dilihat dari kesiapan kerja secara profesional setelah
meraih gelar sarjana teknik Mahasiswa arsitektur belum siap dalam menghadapi dunia kerja dikarenakan
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman di bidang arsitektur dan dunia kerja ( praktek kerja ).
Kurikulum di perkuliahan arsitektur yang belum sepenuhnya membekali mahasiswa pengetahuan dan
pengalaman untuk dapat terjun langsung di dunia kerja. Yang perlu dipersiapkan Sarjana Arsitektur untuk
memulai karier sebagai seorang Arsitek profesional Sarjana arsitektur harus membekali diri dengan
wawasan, teknologi di bidang arsitektur serta meng-exposure kemampuan terbaiknya di bidang arsitektur
agar dapat bersaing dengan arsitek muda lainnya. Bergabung dalam aosiasi resmi arsitek untuk
menunjukkan keseriusan bekerja sebagai arsitek profesional. Pandangan mengenai profesi arsitek
profesional dan perannya dalam dunia kerja Profesi arsitek adalah sebagai perantara untuk menangkap
keinginan dari pemberi tugas yang diwujudkan dalam gagasan kreatif ( gambar rancangan ). Mampu
melayani kepentingan masyarakat luas dan memperhatikan lingkungan binaan di wilayah proyek yang
direncanakan. Pandangan mengenai arsitek profesional Seseorang dapat dikatakan menjadi seorang
arsitek profesional apabila selalu terus berkarya dan dilengkapi dengan persyaratan legal formal dalam
bentuk sertifikasi keahlian dari asosiasi arsitek. Ini menunjukkan bahwa arsitek profesional harus
bergabung dalam asosiasi arsitek untuk dapat berkecimpung secara resmi di dunia kerja di bidang
arsitektur. Pandangan mengenai kepuasan kerja menjadi arsitek profesional Kepuasan kerja menjadi
seorang arsitek apabila mampu memberikan yang terbaik melalui karya-karyanya. Saran Kepada
Mahasiswa arsitektur yang kelak akan meniti karier sebagai arsitek profesional diharapkan menguasai
dan memperdalam ilmu akademis di bidang arsitektur secara optimal. Adanya komunikasi yang baik
antara institusi pendidikan arsitektur dengan Ikatan Arsitek Indonesia ( IAI ) sebagai asosiasi resmi
arsitek Indonesia agar sarjana teknik arsitektur mengetahui langkah-langkah menjadi seorang arsitek
profesional. Pendidikan arsitektur di Indonesia diharapkan selalu meningkatkan kualitasnya dalam
menghasilkan calon-calon arsitek profesional yang tangguh dan berkualitas. Arsitek profesional Indonesia
harus selalu meningkatkan keprofesionalannya dengan mengembangkan diri dalam ilmu dan teknologi di
bidang arsitektur. Ini terkait dengan persaingan di era pasar bebas. DAFTAR PUSTAKA Kirana.
A.1996,Etika Bisinis Konstruksi,Kanisius,Yogjakarta. Keraf, Sonny.A.2001,Etika
Bisnis,Kanisius,Yogjakarta. Budiharjo.E.1997,Jati Diri Arsitek Indonesia,Penerbit Alumni,Bandung.
Budiharjo.E.1997,Arsitek dan Arsitektur Indonesia Menyongsong Masa Depan,Penerbit Andi,Yogjakarta.
Pedoman Hubungan Kerja Antara Arsitek dan Pemberi Tugas Ikatan Arsitek Indonesia.1991.
www.iai.or.id
Item Type: Article
Subjects: N Fine Arts > NA Architecture

Divisions: Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering


Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering

ID Code: 20141

Deposited Admin arsitek undip


By:

Deposited 12 Aug 2010 08:16


On:

Last 20 Sep 2011 08:58


Modified:

Program Studi Arsitektur - Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan


Pengembangan Kebijakan
Setiap saat kita melihat bangunan-bangunan nan indah, berseni dan megah di sekitar kita, pikiran kita akan
melayang pada satu kata yang tidak asing lagi : ARSITEK. Ya benar sekali, arsitek memang sangat erat kaitannya
dengan bangunan-bangunan indah di sekitar kita. Seseorang dapat disebut arsitek setelah menyelesaikan
pendidikan di program studi Arsitektur.

Arsitektur sendiri merupakan ilmu dan seni dalam mendesain dan merancang bangunan dan struktur. Pada intinya,
Arsitektur bertujuan untuk menciptakan sebuah ruang untuk kebutuhan manusia. Desain dan rancangan seorang
arsitek memiliki karakteristik tertentu yaitu kegunaan, kekokohan dan keindahan. Jadi, suatu bentuk yang dirancang
oleh seorang arsitek haruslah memiliki fungsi dan juga memiliki nilai estetika (keindahan). Dan hal itu tidak mudah,
seringkali kita temukan bangunan yang indah namun fungsinya tidak terlalu diperhatikan, ataupun sebaliknya suatu
bangunan yang hanya mementingkan fungsi namun tidak memperhatikan keindahannya. Konsep-konsep tersebutlah
yang akan teman-teman pelajari pada program studi Arsitektur.

Keilmuan Arsitektur tidak berdiri sendiri namun terkait dengan ilmu-ilmu lainnya. Misalnya saja untuk mengetahui
temperatur ruangan yang sesuai maka teman-teman saat menjadi mahasiswa Arsitektur harus mempelajari fisika
bangunan yang merupakan bahan kajian Teknik Fisika. Sedangkan untuk mendesain sistem mekanikal-elektrikal,
dibutuhkan kerjasama dengan teman-teman dari Teknik Elektro dan Teknik Mesin. Namun yang paling berkaitan erat
adalah dengan program studi Teknik Sipil serta Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK).

Selama masa kuliah, teman-teman akan menghabiskan waktu paling banyak di studio. Karena fokusnya adalah pada
mendesain. Selain proses pengerjaan desain di studio dan belajar teori di ruang kuliah, teman-teman juga akan
belajar dan melihat kondisi luar pada saat ekskursi. Karena seorang calon arsitek sangat membutuhkan banyak
sumber-sumber ide, dan dengan semakin banyak melihat kondisi serta bangunan-bangunan yang sudah ada, akan
semakin banyak pula ide yang disimpan oleh mahasiswa tersebut.
Prospek Kerja

 Instansi Pemerintah
o Sorang alumni Arsitektur biasanya berperan sebagai perencana dan manajer proyek. Contoh :
Dinas Pekerjaan Umum, Badan Perencanaan Daerah, dsb.
 Architect in house
o Pada beberapa perusahaan, terutama perusahaan besar biasanya memiliki beberapa arsitek
khusus yang dipekerjaan untuk membangun kantor, rumah dinas, dan prasarana lain yang
dibutuhkan oleh perusahaan tersebut. Contoh : Pertamina, Bank Indonesia, dll.
 Konsultan Arsitektur
o Seorang lulusan Arsitektur dapat bekerja dan memberikan jasa profesional sebagai desainer dan
konsultan.
 Pendidikan dan penelitian
o Seorang lulusan Arsitektur dapat melanjutkan jenjang sekolah dan menjadi pengajar, ataupun
menjadi peneliti khusunya di bidang urban development.
 Kontraktor dan Manajemen proyek
 QuantitySurveyor
o Seorang lulusan Arsitektur dapat berperan sebagai Quantity Surveyor (QS). Seorang QS mengenal
bahan-bahan bangunan dengan baik. Ia dapat memberikan masukan mengenai bahan terbaru
pada saat arsitek merancang. Pada saat bangunan telah selesai dirancang, QS menghitung
berapa biaya yang diperlukan untuk membangunnya.
 Properti
o Seorang lulusan Arsitektur dapat berprofesi sebagai marketing associate dan project manager
 Multimedia, TV, tim kreatif Production House
o Karena basis keahliannya dalam mendesain, seorang alumni Arsitektur dapat pula terjun di bidang
kreatif seperti multimedia, dsb.
 Bidang lainnya
o Banyak lulusan Arsitektur yang berprofesi di bidang lainnya misanya perbankan, ataupun menjadi
wiraswasta.

Gelar Sarjana yang Berpotensi Mudah


Dapatkan Pekerjaan
Rabu, 20 February 2013 | 14:47 WIB
Ilustrasi -- ANTARA/R. Rekotomo/wt

TERKAIT
 Daihatsu Berbagi Ilmu di Empat SMK Jakarta

 UNS Kembali Raih Dua Sertifikat ISO 9001:2008


 Universitas Oxford Digugat Calon Mahasiswa Pascasarjana
 Buku 'Porno' Ditemukan di Perpustakaan SD di Kendal

 8 Pekerjaan 'Aneh', Berminat Melakoninya?

Metrotvnews.com: Banyak sarjana kesulitan menemukan pekerjaan yang tepat sesuai dengan latar belakang
pendidikannya. Itu pula yang terjadi di Amerika Serikat. Nah, sebelum itu terjadi, sebaiknya cari tahu jenis pendidikan
yang mudah menemukan prospek pekerjaan yang menguntungkan, sebagai berikut:

Ahli komputer
Dunia bergantung pada pertumbuhan teknologi. Ilmu pengetahuan komputer tentunya memenuhi pertumbuhan
tersebut.

Banyak posisi yang ditawarkan bagi pemilik gelar sarjana ilmu komputer seperti: analis sistem komputer, manajer
sistem komputer dan informasi, analis pengamanan informasi, web developer, dan arsitek jaringan komputer.

Ratusan ribu pekerjaan tersedia bagi sarjana ilmu komputer. Di Amerika Serikat, rata-rata penghasilan tahunan
mereka sekitar US$ 75 ribu.

Teknik sipil
Sebagian orang mulai peduli dengan lingkungan dan infrastruktur pemelihara alam. Maka, permintaan untuk keahlian
seorang insinyur di bidang teknik sipil meningkat.
Pada 2020, diperkirakan jumlah proyeksi pekerjaan baru bagi lulusan teknik sipil mencapai lebih 100 ribu orang.
Seorang ahli teknik sipil biasanya mendapatkan penghasilan skeitar US$ 478 ribu per tahun.

Administrasi kesehatan
Orang-orang lebih peduli dengan kesehatan. Mereka pun membutuhkan seorang administrasi kesehatan untuk
merawat dan mengatur pola hidup sehat seseorang. Ia juga berperan mengoordinasikan dan mengarahkan layanan
medis seseorang.

Mulai 2010 hingga 2020, diperkirakan lebih 303 ribu pekerjaan membutuhkan keahlian tersebut. Penghasilan rata-
ratanya sekitar US$ 84 ribu per tahun.

Arsitek
Seorang arsitek bertugas merencanakan dan membangun bangunan. Pada 2020, diperkirakan lebih 113 ribu
pekerjaan terbuka untuk para arsitek. Penghasilan tahunan mereka rata-rata US$ 72 ribu.

Pengalaman kerja tentunya memberikan dukungan keberhasilan seorang arsitek. Namun, kreativitas seorang arsitek
tentunya lebih memberikan peran mendapatkan peluang kerja yang menjanjikan.

Akuntan
Mereka yang lulus dengan prediket sarjana akutansi tentunya berpeluang bekerja sebagai akuntan, auditor, atau
analis keuangan. Akuntan dan auditor bekerja untuk rekaman keuangan perusahaan dan mengecek akurasinya.

Sementara analis keuangan mengukur kinerja saham, obligasi, dan investasi. Ia juga membantu memberi bimbingan
tentang keputusan investasi.

Pendapatan rata-rata dari masing-masing pekerjaan yang sangat baik. Penghasilan tahunannya rata-rata US$ 61
ribu .

Perawat
Tugas seorang perawat yaitu menyediakan dan mengoordinasikan perawatan kesehatan untuk pasien. Perawat yang
memiliki gelar kesarjanaan lebih berpeluang mendapatkan pekerjaan yang bagus. Rata-rata penghasilan mereka
yaitu US$ 64 ribu per tahun.

Pengajar khusus
Guru atau pengajar khusus biasanya tak hanya mengajar siswa 'normal'. Mereka juga berkomunikasi dengan siswa
yang bermasalah dengan emosi, mental, dan ketidakmampuan fisik.

Seiring waktu, permintaan akan jasa pengajar khusus terus meningkat. Biasanya, keahlian mereka berguna di
pendidikan prasekolah, taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga sekolah menengah. Penghasilan tahunan mereka
rata-rata US$ 53 ribu.

Pekerja sosial
Kebutuhan jasa pekerja sosial juga meningkat. Tugas mereka seperti mengawasi anak-anak dan menjadi asisten
rumah tangga.

Seorang pekerja sosial dengan gelar sarjana kemungkinan akan bekerja sebagai petugas sosial atau asisten
kesehatan mental. Jika tujuan Anda adalah untuk menjadi seorang pekerja sosial klinis, bagaimanapun, Anda akan
membutuhkan gelar master.(Ehow/Rrn)

Anda mungkin juga menyukai