Beberapa hari kemudian, setelah mencari tahu lebih banyak tentang program itu, “ah moal mungkin
bisa ngiluan yan, bahasa inggris ge kamana wae komo bahasa jepang. Pasti kudu boga duit loba oge
walaupun beasiswa !” yang artinya…. “gak mungkin bisa ikutan yan, bahasa inggris masih acak-acakan
apalagi bahasa jepang. Pasti harus punya uang banyak juga walaupun itu beasiswa !”, kata-kata itu yang
diucapkan pertama kali di dalam lubuk hati yang paling dalam. Heee* Maklum, waktu itu masih
semester 5 yang lagi padet-padetnya sama tugas tercintah. Tapi sudahlah, pada akhirnya enggak
kepikiran lagi tentang program pertukaran pelajar itu. Setelah beberapa minggu kemudian, baru taulah
dari temen sekelas ternyata yang kepilih dapet kesempatan belajar dengan program UK-SERP 2015
ternyata saudara treza dan saudari ochi, plus ada 6 orang lainnya yang dapet program 2 minggu buat
workshop, beruntung bangetlah jadi mereka...
Suatu saat, terjadi sebuah percakapan yang jadi salah satu alasan saya daftar beasiswa ini, buat program
selanjutnya, UK-SERP 2016. Ceritanya waktu itu lagi bantuin Bu Beta, dosen saya di mata kuliah
arsitektur tropis, bantuin buat nurunin alat penghitung sesuatu, entah angin, entah radiasi matahari
karena bulan purnama, entah apa saya lupa. Setelah selesai nurunin alat itu di rooftop gedung PKM
(Pusat Kegiatan Mahasiswa) UPI, kami kembali ke FPTK (Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan).
Saat di mobil, tiba-tiba Bu Beta melontarkan satu pertanyaan “yan, kamu ikutan yang exchange ke
jepang enggak ?” owww.. di Tanya juga ternyata, ya waktu itu kujawab dengan satu alasan, “Enggak Bu,
iyan enggak punya uang buat ongkosnya. waktu itu iyan nanya ke treza, ongkos pesawat buat
berangkatnya aja sekitar 4 jutaan.” Bu Beta pun spontan jawab “cobain aja dulu ikutan, jangan mikirin
duit. Duit mah bisa di cari!”,taraaa..* akhirnya kita janjian buat ngobrol lebih lanjut.z
Setelah diskusi beberapa kali, akhirnya saya lebih paham dengan detail program tersebut. Dan
sayangnya pada saat itu, sedih enggak bisa ikut program yang 6 bulan, soalnya bu beta bilang kalo
program tersebut hanya untuk mahasiswa berprestasi departemen pendidikan teknik arsitektur. Ok, tapi
keinginan buat pergi ke jepang tetep ada. Akhirnya, saya tetap membulatkan tekad buat ikut seleksi
program yang 2 minggu.
Sejak hari itu, saya berpikir keras gimana caranya supaya bisa ikut dan diterima, semuanya harus di
persiapkan sebelum proses seleksi dan wawancara. Dari mulai perjuangan belajar bahasa inggris, bahasa
jepang, ngumpulin dan nyusun portofolio, mikir keras gimana caranya supaya bisa ngumpulin duit dan
yang bikin happy banget itu punya temen yang selalu ngasih semangat, makasih Ai Neni dan Lidhia
Fairuz Harly yang juga udah nemenin dan ngerjain bareng semua persyaratannya.
Setelah perjuangan bergadang buat ngerjain motivation letter dll, akhirnya waktu buat wawancarapun
tiba. Saya lupa waktu itu hari apa, tapi yang pasti ada 15 orang yang ikut seleksi, dan baru tahu di hari
itu juga siapa aja yang ikut seleksi. Buseett, ternyata orang-orang hebat semua yang pada ikut, jujur
minder banget pas liat mereka, entah gimana hasilnya, at least udah nyoba dululah dan bikin rasa
penasarannya hilang.
Satu persatu nama kita di panggil, owww my body was trembled. Akhirnya nama sayapun dipanggil dan
ternyata Bu Tutin yang mewawancarai saya, Bu Tutin adalah salah satu dosen yang sering membantu
dalam proses belajar bahasa inggris saya, dosen yang baik dan dosen favorit. I can’t thank you enough
for your helping Ma’am. Pada saat itu, Bu tutin melontarkan pertanyaan satu persatu dalam bahasa
inggris, aaa… untung ngerti dan saya jawab pertanyaan-pertanyaan tersebut sambil gemeteran. Karena
dulu saya submit dokumen buat program yang 2 minggu, nah tiba-tiba ada satu pertanyaan yang bikin
saya kaget, bu tutin bertanya “rian, are you ready if we choose you to join in for six months program?”
Kira-kira seperti itulah pertanyaannya, otomatis pada saat itu saya jawab “yes ma’am I am ready for it,
and I’ll always ready to face my future!” Seneng bangetlah liat ekspresi bu tutin yang tersenyum pada
saat itu. Alhamdulilah saya bisa jawab semua pertanyaan dari beliau, walaupun pertanyaannya tidak
sebanyak dan sesulit yang saya bayangkan dan lega banget rasanya setelah keluar dari ruangan dosen.
Menunggu hasil seleksi, ini merupakan fase yang paling menegangkan. Selama hampir kurang lebih
seminggu, rasanya enggak enak ngapa-ngapain, tidur tak nyenyak makan tak enak, ya iyalah pasti orang
menunggu kepastian...haha. Hari itupun tiba, pagi-pagi ada sms masuk dan taraaaa, sms
menggembirakan datang dari Dosen yang hebat, Bu Trias yang isinya itu saya bakalan berangkat ke
jepang, tapi beliau belum memberitahu kami akan mendapatkan program yang mana. Tidak peduli mau
dapat program yang mana, denger udah kepilih aja bersyukur banget. Alhamdulillah....
Waktu menunjukkan pukul 11 siang, semua yang terpilih program ini kumpul di ruang departemen. Kami
yang terpilih gugup banget plus deg-degan mendengar pengumuman siapa yang terpilih buat program 6
bulan. Bu Betapun datang ke ruangan, duduk dan mengutarakan sedikit pembukaan, lalu Surprise….. Bu
Beta sebut nama saya dan sahabat saya faris untuk mengikuti program 6 bulan. Seneng, kaget, terharu
semua campur aduk. Padahal waktu itu saya daftar buat program yang 2 minggu soalnya enggak
mungkin banget bisa dapet yang 6 bulan. Tapi ketika kita sungguh-sungguh dalam suatu hal, berdoa dan
minta doa dari semua orang terutama dari orang tua itu harus banget, Inshaa Allah semua hasilnya yang
terbaik buat kita. Di akhir pertemuan, Bu Beta menjelaskan mengenai hasil seleksi ini, ternyata hasilnya
bukan ditentukan oleh Bu Beta saja, tapi oleh beberapa dosen yang ikut berpartisipasi juga. Waaa
senangnya….
Sejak saat itu, saya jadi orang yang sok sibuk, serasa tak ada waktu buat bersantai lagi, soalnya semua
harus dipersiapkan dengan matang. Pokoknya, saya sangat berterima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan mendukung. Terima kasih untuk orang tua dan keluarga, Terima kasih untuk
semua Dosen yang telah memilihku, terimak kasih dwiki yang nganter pulang-pergi ke ciparay jauh-jauh
huhujanan dari UPI Cuma buat ambil selembar kartu keluarga, terima kasih ari putra yang sudah
mengikhlaskan bagian upah proyeknya buat nambahin uang bekelku ke jepang. Terima kash Lidhia, Ai
Neni dan semua. Semoga allah bisa membalas kebaikan semuanya. Aamiin
Salah satu alasan lain buat cerita dengan judul ini, soalnya dulu teman saya bertanya hal tersebut, dia
tau kalau saya enggak punya keinginan dan enggak kepikiran buat belajar di jepang. Saya rasa saya
bahasa jepang sulit banget.. Pokonya semua serba enggak mungkinlah. Apa yang saya alami pada
kehidupan saya terkadang sesuai dengan kata-kata ini “I do what I want, but actually I get what I need”
Saya memilih program yang 2 minggu, tetapi saya terpilih mendapatkan program yang 6 bulan. Sungguh
merasa sangat beruntung. Semua bukan merupakan hal yang kebetulan, Allah SWT. sudah
merencanakan semuanya. Semua orang menilai kita, menilai usaha kita dan apa yang kita lakukan.
“Kepribadian yang baik, sikap yang baik itu yang harus menjadi modal utama” merupakan pesan dari
dosen tercinta. Usaha saya dari kecil sampai sekarang untuk membanggakan orang tua, Alhamdulilah
ada hasilnya. Seorang anak laki-laki dari keluarga sederhana, berasal dari kampung, yang berjuang untuk
membanggakan dan membahagiakan kedua orang tuanya, kayaknya ini judul yang paling pas buat edisi
curhat kali ini.... haha.
Sampai bertemu di postingan selanjutnya, berikutnya saya akan membahas tentang UK-SERP 2016 dan
program-program di dalamnya. ja mata nee..
Faculty of Environmental Engineering, The University of Kitakyushu, Japan