Prolog
Lemah! Kadang aku menyeru pada diriku sendiri. Sebenarnya ada suatu
hal yang ingin aku ceritakan pada-Mu. Meski aku tau, tanpa aku menceritakan
pada-Mu, Kau pasti telah mengetahuinya. Seraya kuangkat kedua tanganku dan
kutundukkan kepalaku, aku sempat berucap bahwa aku akan setia pada-Mu.
Bukan apa apa, terkadang aku merasa aku tidak adil pada-Mu. Namun Allah.. Kau
tau kan aku adalah gadis yang sangat perasa? Meski kebanyakan orang tau aku
adalah perempuan yg tegar dan kuat. Kadang aku ingin seperti mereka, tetapi aku
tau... Setiap orang memiliki jalannya masing-masing. Dan semua hanya sawang
sinawang. Namun Allah.. Aku juga ingin seperti mereka. Yang tidak perlu
memikirkan uang makan, buku, fotokopi, uang internet, biaya hidup, kebutuhan
orang tua, sampai biaya-biaya kecil. Apalagi di sini kondisiku semakin melemah.
organisasi jg harus jalan. Aku ingin masa bodoh dengan semua ini. Namun tidak
bisa.
Aku lupa kapan terakhir kali aku menerima uang dari kedua orangtuaku.
Aku bukan mengeluh. Aku justru sangat bersyukur. Tp jika aku membayangkan
kampus. Dan di sela-sela itu aku mengerjakan pekerjaanku untuk cari uang. Dan
aku menyaksikan teman-temanku tertawa bahagia tanpa beban. Yaa... Aku ikut
mereka. Aku seolah tertawa. Seolah baik-baik saja. Dan belum lagi jika ada
agenda UPM.. Ngajar.. MTC.. PGTPQ.. Allah Yaa Fath. Nikmat sekali. Jam 6
sampai jam 8 di masjid. Jam setengan 9 mulai kerjakan tugas-tugas. Jam 00.00
ngerjain artikel buat kerja. Dan aku sering berpikir.. Allah, ketika teman-temanku
sedang pulas tertidur, aku terjaga untuk mendapatkan uang dan banting tulang.
Kadang aku ingin tertawa.. Sebenarnya.. Posisiku itu sebagai apa. Mahasiswi kah?
Pelayan jamaah kah? Seorang pengajar kah? Santri kah? Atau seorang pekerja
Kadang aku marah pada mereka yang masih malas kuliah. Yang TA. Yang
membanggakan mereka di rumah. Aku selalu ingat... Apa yang kita lakukan pada
orang tua kita kini... Akan dilakukan oleh anak kita pada kita suatu saat nanti.
Jangan kecewakan mereka. Ketika kau mulai merasa lelah dan ingin menyudahi
pundakmu.
Dan ingat!!! Orang yang sukses adalah ia yang bangun ketika yang lain tidur. (A.
Heru Santosa).
Dimanapun kalian berada, selalu lah junjung tinggi nilai kejujuran. Karena
perlu bersyukur. Aku bukan anak orang berpendidikan tinggi. Aku bukan anak
orang yang berada. Aku bukan anak dari orang yang berpangkat. Tidak ada yang
bisa kuandalkan dari itu. Bukan suatu masalah. Aku harus mengandalkan
kualitasku. Maka dari itu aku selalu upgrade diri. Dan aku selalu berusaha untuk
itu. Karena aku punya dua hal yg sangat menguatkanku... Yaitu... ALLAH....
Ghaiyyatunaa...
Jumat, 02 Maret 2018
Perkuliahan Pertama
bersama Miss Ana dimulai lagi. Heran banget dah, tidak ada semester terlewati
tanpa Miss Ana. Bukan apa-apa sih, apa Miss Ana nggak bosen ketemu sama aku
gitu? Mungkin udah terpatri juga sih dalam pikiranku kalau mata kuliah yang
dimpu oleh Miss Ana adalah mata kuliah yang cukup menguras pikiran. Seperti
mata kuliah yang satu ini. Sungguh! Setelah mata kuliah Metodologi Ilmu Politik
(MIP) semester lalu yang cukup mantap dicaplok di semester 3, kini ada mata
kuliah yang namanya panjangnya bukan main. Ya kali… bayangin yak, mata
kuliah mah mentok-mentoknya 3 kata lah ya, misalnya Metodologi Ilmu Politik,
Pengantar Ilmu Politik, dan sejenisnya. Lah ini.. nama mata kuliah aja 6 kata. Tau
nggak ada berapa suku kata? DUA PULUH DUA SUKU KATA cuyyy…
Eduuunn.. Nyebutin mata kuliahnya udah kayak orang lagi ngerap dah. Nih.. TE
PO RER. Itung sendiri tuh cuy, bener kagak ada 22 suku kata. Baca sekali napas
bisa nggak tuh? Haha. Baiklah, untuk menyingkatnya, sebut saja ini mata kuliah
TPPKK. Asli dah! Nggak ada bedanya, itu aku ngetik singkatannya bener-bener
mikir banget. Intinya mah kalau aku bilang mata kuliah ini tuh yak namanya mata
seperti apa sih. Kalau diliat dari namanya, aku tuh ngira kalau mata kuliah ini ya
kayak membahas mengenai koloni-koloni gitu lah. Eduuun.. koloni? Setau aku
koloni itu ya koloni bakteri. Haha, satu kata yang memiliki dua arti nih. Gatau
nanti gimana aslinya nih mata kuliah. Di pertemuan awal mata kuliah ini sih tadi
udah sedikit nyinggung gimana itu TPPKK. Ya nggak heran lah gimana
pembawaan Miss Ana, asik gitu. Miss Ana itu nampilin power poin yang isinya
sebelumnya tuh TPPKK ada sekitar 3 tugas. Tugas-tuganya itu ya ini salah
satunya, yang lagi aku tulis, diary. Adahhh! Gak bosen-bosen apa yak Miss Ana
ngasih tugas diary. Bagus sihh sebenrnya ketika suruh mereview dengan bahasa
sendiri. Eh bukan bahasa sendiri juga sih, maksudnya dengan penjelasan sendiri,
kan jadinya mudah untuk dipahami. Tapi tuh bahayanya kalau nggak paham pas
perkuliahan dan pas bikin diary pasti klabakan, haha, nggak bisa menjelaskan apa
yang seharusnya dijelaskan. Semoga aja itu nggak terjadi sama aku. Pokoknya
aku tuh tadi bener-bener memantapkan dan meyakinkan diri bahwa akku pasti
bisa melampaui mata kuliah yang panjang banget namanya ini. Tugas yang
lainnya itu berupa review dan menjawab pertanyaan dalam bentuk essai biasanya.
Nam tadi tuh Miss Ana bilang kalau dosen pengampu mata kuliah yang
berkolaborasi dengan Miss Ana adalah Pak Luthfi Makhasin. Tau lah siapa beliau.
juga menyebutnya demikian. Haha. Maklum lah, dosen keluaran luar negeri, itu
buku bacaannya udah buanyak banget dan ngelotok di luar kepala. Haaa? Di luar
sama Pak Luthfi. Jangan kaget sama tugas-tugas yang diberikan sama beliau.
Karena tugas Pak Luthfi adalah tugas ekstrem yang berkelanjutan, yaitu review
bacaan tiap pertemuan. Bhahahaha.. pengin ngakak aku! Lah Miss Ana bilang
begitu, beliau nyadar gak sih, beliau juga gitu kan, review tiap pertemuan. Malah
dari semester satu. Kalau semisal Miss Ana bilang jangan kaget, yaaahhhh
ngapain harus kaget. Tugas diary ini sudah membuat hidupku menjadi sangat
putih abu-abu. Haha. Bagaimana tidak? Di tengah malam yang sunyi ini, melek
hari ini. Halah.. so penat sekali kan bung? Haha. Miss Ana dosen terunceh lah
pokoknya.
Tadi tuh pas di power point ada beberap tujuan adanya mata kuliah
TPPKK ini. Hal ini sebenernya penting banget buat disampaikan ke mahasiswa,
dan Miss Ana pasti selalu melakukannya. Namun kadang nggak semua dosen
begini. Kadang langsung aja nyrobot ke kontrak belajar membahas bab apa aja
yang bakal dibahas nantinya. Kan kalau misal kita tau tujuan mata kuliah ini,
tentunya bakalan ngerti gitu, nanti gunanya buat apa, setelah dapet mata kuliah ini
diharapkan bisa ngapain, nah gitu lah intinya. Coba aja kalau nggak disampein
tujuannya, kan yak bertanya-tanya (Kalau yang Tanya) sebenernya ini mata kuliah
buat apa sih. Gitu kan yak? Iya nggak sih? Asal kuliah dan dapet nilai aja gituh?
Helloww… lu pikir hidup ini cuman sekadar tentang nilai. Nggak bung!! Tujuan
demokrasi dan lain sebagainya. Intiya mah ruang lingkupnya luas, dan pikiran kita
nggak boleh stuck di satu ruang aja. Makanya, kalau bisa tuh yaa.. sejarah atau
masa lalu itu dikaitkan dengan yang terjadi sekarang. Karena begitupun dengan
TPPKK ini. Semua pasti memiliki implikasi antara sejarah dengan masa kini.
Dengan adanya TPPKK maka pengetahuan ilmu politik akan terus berkembang
dan berkembang. Paham nggak tujuan yang ini? Aku mah ngerti. Nggak tau deh,
yang baca diaryku paham atau enggak tulisanku. Wkwk. Maafin ya Miss.. ini
udah malem, ngantuk. Kalau banyak yang typo ya maafin deh, maklum. Manusia
tak pernah luput dari kesalahan. Yang penting substansinya nyampe deh. Maafin
ya Miss.. Ini kan diary, bukan scientist paper kan? Haha, so selow gapapa kali
yak.
secara umum dan signifikansinya dalam ilmu politik. Nah ini nih, penting banget
negara, masyarakat, partai politik, dan sejenisnya, maka TPPKK ini hadir sebagai
salah satu perantara untuk memahamkan tema secara general atau umum. Dan
tentunya antara kajian ilmu politik yang tadi udah aku sebutin, ada signifikansinya
dengan TPPKK. Nanti nih, kalau udah masuk ke materi, pasti tuh tau dan paham
ruh dari materi TPPKK ini. Jadi, kalau misal udah paham otomatis kan mau
Trus buat tujuan yang ketiga itu, nanti mahasiswa bisa menjelaskan tema
pokok yang jadi landasan dari TPPKK. Nah TPPKK itu kan sebenernya ada dua
pokok pembahasan tuh. Apa aja hayooo.. Coba deh baca lagi nama mata
Pascakolonial
TPPKK
Adahh… mantap kali tidak bung? Nah, jadi diharapkan nanti tuh bisa
paham mengenai dua hal ini. Namun nggak hanya paham, karena harapannya juga
Lah kan ilmu itu kan seharusnya didialogkan toh? Ini ilmu politik cuy! Bukan
ilmu kebatinan yang diempet sendiri. Haha. Percuma aja paham tapi kalau nggak
bisa menjelaskan. Nah lohh.. Makanya, konsentrasi dan fokus optimal dalam
Dalam TPPKK tentu didasarkan atas konsep politik juga. Nah Miss Ana tuh
semakin paham mengenai konsep politik lebih dalam lagi. Selain itu, dengan
belajar TPPKK itu nanti bisa paham signifikansi politik kebudayaan kontemporer
budaya kontemporer. Sebenernya kalau melihat tujuan yang ini, mahasiswa itu
diharapkan bisa kritis dan peka serta berpikir lebih dalam ketika mendapati suatu
fenomena. Maksudnya gini loh.. Mungkin kita sering menjumpai sesuatu yang
mana sesuatu itu dianggap biasa dan mungkin ya sering terjadi di saat-saat ini.
Namun kalau misal kita gali dan berpikir lebih dalam lagi dengan dasar kajian ini,
Misalnya aja adanya dominasi, adanya oposisi biner, dan lain sebagainya. Nah
loh, aku tuh tadi mikirnya begitu loh pas dijelaskan tujuan perkuliahan TPPKK
ini.
ilmu politik dalam kajian pascakolonial. Miss Ana bilang kalau ilmu itu pasti akan
selalu berkembang, termasuk juga dengan ilmu politik. Apalagi ilmu politik itu
adalah ilmu yang bersifat dinamis, karena fenomena-fenomena politik pasti selalu
politik ini, bisa dianalisis melalui kajian Pascakolonial. Asik kan asik kan? Gatau
deh nanti. Kalau aku paham ya asik, kalau nggak paham jadi nggak asik deh.
Wkwkwkwk…
Terus kalau misal kontrak belajar mengenai bab dan materi yang akan
disampaikan, itu masalah gampang kata Miss Ana. Karena tadi tuh sebernya udah
ada plot materinya, tapi kata Miss Ana belum dirapikan lagi. Jadwalnya pun
masih ngikut tahun lalu. Tadi juga sempet dikasih tau bahan buku bacaannya apa
aja yang terkait TPPKK. Tapi duh gusti.. langsung pindah slide, nggak tau deh
apa aja. Haha. Nah yang paling mengejutkan dari TPPKK itu…. Mata kuliah
TPPKK tuh ya belum tentu didapetin di semua universitas strata 1. Bahkan pas
angakatan berapa gitu yak aku lupa tadi Miss Ana bilangnya.. mereka belum dapet
Hal biasa yang selalu dilakukan Miss Ana.. adalah launching nilai. Tau lah
ya gimana kalau launching nilai Miss Ana. Semua aib bisa terbongkar. Miss Ana
juga memperlihatkan launching nilai angkatan yang lain. Pokoknya seru lah.
Bikin mahasiswa naik darah dan pengin kelas segera selesai. Haha. Nggak Miss,
bercanda doing, tapi serius ding. Akhirnya tadi kelas bisa berakhir dengan rasa
Edeww.. Gak enak banget deh jargon kali ini. Nyebut mata kuliahnya itu loh..
kepanjangen.
Jumat, 9 Maret 2018
Pertemuan Kedua
Sebenernya, di pertemuan kedua kali ini aku nggak ikut mata kuliah Miss
Ana. Yaa Allah gimana mau ikut. Lah wong aku tepar tergeletak di rumah sakit
selama seminggu. Jadi sakitku itu berawal dari pas malem Sabtu. Hari Sabtu aku
ada lomba wall climbing mewakili kelas politik angkatan 2016 di acara Pekan
Olahraga dan Seni FISIP. Nah malam hari sebelum wall climbing itu aku dapet
job artikel dari Admin banyak, sekitar ada 15 artikel. Dan sebenernya itu udah
nabrak deadline. Seharusnya dikirim jam 23.00 dan pas itu aku nglembur sampai
jam 0.30 pagi hari. Itu kondisi badanku udah mulai krasa nggak enak. Aku
ngerasa dingin banget. Kepalanya mulai sakit dan nggak karuan rasanya. Jam
03.00 sampai subuh aku tidur. Harusnya pas subuh aku sholat di masjid, tetapi
berhubung aku udah pusing banget, aku sholatnya di asrama. Sekitar jam 6 pagi,
Nindya ke asramaku nganterin celana buat aku wall climbing tuh. Keningku kan
merah aku gosok-gosok, kata Nindya aku mending ga usah ikut aja, mending
istirahat. Aduh, sayangnya aku udah janji dan udah dichat terus sama panitia. Toh
aku juga lagi pengin banget wall climbing. Udah lama nggak manjat. Terakhir
Kan udah tuh yak, aku berangkat kompetisi tanpa sarapan terlebih dahulu.
Eduuun… Lah aku anak UKI? Haha bodo amat. Gini gini dulunya aku jadi
preman sekolah loh. Sekarang aja keliatan kayak ukhti ukhti. Kagak tau aja
dulunya aku gimana. Ternyata panjat tebingnya itu 6 kali. Buset, aku kira cuman
sekali. So, aku manjat dalam keadaan sakit. Dan Alhamdulillah cuman dapet juara
3 doang. Nah itu selesai duhur. Sedangkan aku udah ada janji sama Bu Sofa buat
bimbingan KTI jam 13.30 buat mapres. Nah pas aku balik ke asrama, aku
langsung tumbang dan badannya panas banget. Aku nggak bisa bangkit sama
sekali. Aku ambil wudlu buat sholat pun udah nggak sanggup. Aku ngabruk di
lantai. Dan datanglah temenku. Aku langsung dipakein jaket dan dipakein kaos
kaki. Aku minta tolong mereka batalin janjiku sama Bu Sofa. Tapi ternyata sama
Bu Sofa nggak diangkat. Ya dengan terpaksa dalam keadaan yang drop banget,
aku ke rumah Bu Sofa. Udah tuh bimbingan, gatau deh paham atau enggak.
Ealah, ternyata aku lupa belum izin libur ngejob. Jadi jobku datang dan itu
ada 10 artikel. Adaaah!!! Siap-siap nglembur nih. Abis bimbingan aku balik
asrama dan aku langsung tidur. Aku udah nggak bisa apa-apa. Pas malemnya akuk
berusaha ngerjain job, itu dicicil sampai dapet 7 artikel. Itu nyicil sampai Minggu
pagi loh. Jadi tidurnya dikit-dikit. Nah aku udah nggak kuat banget dan pada
akhirnya aku tergeletak di lantai dan ibuku jemput aku sama paklikku. Akhirnya
aku dibawa pulang dan diopname. Tau nggak? Ternyata aku itu tipes sama
demam berdarah. Uwaww.. mantap. Padahal seminggu lagi ada presentasi KTI
sama wawancara buat mahasiswa berprestasi. Kata ibuku biarin aja, gausah mikir
dulu. Pokoknya kalau diceritain sampai aku bikin KTI dalam waktu semalam dan
aku presentasi Mapres dalam keadaan sakit, nggak bakal 50 halaman cukup deh.
Panjang banget ceritanya. Sebenernya aku bertekad buat lanjut seleksi mapres itu
Dan aku ternyata juga ketinggalan banyak banget materi kulilah. Termasuk
mata kuliah TPPKK ini. Ealah pas aku di jurpol ketemu Miss Ana, masa Miss An
selanjutnya harus njelasin materi sebelumnya.” Lah kemarin sakit tau Miss. Dikira
aku maen apa gimana yak. Haha. Trus aku minta catetan temen sama suruh
njelasin tuh materi selama seminggu. Tapi pada nggak mau njelasin, katanya
bingung apa yang harus dijelasin. Huuu.. dasar yak!! Akhirnya aku cuman pinjem
catetan dan memahami tulisan temenku. Asli! Aku masih bingung dengan
catetannya. Setelah aku baca catetan temenku dan baca beberapa referensi dari
jurnal, ya sedikit-sedikit ada yang masuk lah. Jadi pertemuan kedua itu mbahas
colonialisme. Hadeuuhh, colonial itu kan yang penjajah itu bukan sih yak? JAdi,
dipahami terlebih dahulu. Kolonialisme itu bisa diartikan sebagai tempat tinggal
yang ada di suatu negara baru, kumpulan orang yang ada dalam lokalitas baru,
dan mereka berkomitmen untuk membentuk suatu komunitas yang baru, yakni
hubungan negara asal tetap terbentuk atau terjaga. Nggak cuman itu, kolonialisme
juga bisa diartiken sebagai penaklukkan dan control tanah baru milik orang lain.
Intinya mah disini ada yang namanya hegemoni sesuatu terhadap sesuatu. Iya
nggak sih? Coba aja deh pahami kalimatnya. Menurutku itu sih udah cukup jelas
sih. Tapi terlepas dari itu setidaknya aku udah punya dasarnya lah, meskipun
Ini berarti Amerika ini menjadi negara penjajah Inggris, Inggris dijajah
oleh Amerika. Nah gitu. Penjajah terbesar itu adalah Portugal dan Spanyol. Ini
jika dilihat dari sejarah yang sudah ada. Nah Spanyol dan negara-negara penjajah
Spanyol => Spanyol melakukan penjajahan dengan cara mengambil emas sebesar-
Inggris => Inggris menjajah dengan cara mencari tanah baru, mencari rumah, dan
Kalau pengin lebih jelas dan paham lagi mengenai kolonialisme ini, maka ada
cara yang sangat asik. Nonton film asik nggak sih? Aku mah nggak suka nonton
film, kecuali film horror. Haha. Jadi, bisa tuh nonton film Far and Away buat
apbila imperialis sama dengan sistem ekonomi yang menekan dan mengontrol
kolonialisme itu memiliki frame yang sama. Perbedaan antara kolonialisme dan
seluruh bidangn kehidupan di dalam negara yang dijajah tersebut. Intinya begitu
lah. Semoga aja paham. Gini aja deh, kasih contoh. Contoh kolonialisme tuh misal
Inggris menjajah Indonesia dengan sistemnya culture stelsel atau tanam paksa.
Nah tanam paksa ini bertujuan untuk merampas tanaman kopi. Nah kalau yang
bisa nih memahami melalui dua pendekatan ini. Biar lebih gampang dibagi-bagi
aja ya dibawah ini, biar nyantol juga di otak. Karena aku nggak berangkat. Wkwk.
Kalau misal dilihat dari pendekatan ekonomi politik tuh ya, kolonialisme dan
imperialisme itu cenderung dipandang sebagai gejala ekonomi. Nah kalo kayak
gini kan akibatnya jadi hal yang sering dipersoalkan itu merupakan fakta tentang
kekuatan arus modal yang nggak menguntungkan buat negara periferi. Intinya
mah tentang modal, modal, dan modal, sehingga negara-negara yang nggak
Pendekatan Pascastruktural
Kalau dari pendekatan ini, kolonialisme dan imperialisme itu bisa diliat sebagai
gejala sosial yang beroperasi menggunakan strategi yang begitu halus, misalnya
aja melalui pencekokan pengetahuan dan sistem gagasan yang dibuat oleh
pemerintah colonial kepada kaum peribumi. Kalau dalam hal ini nih ya, masalah
Selain itu, di pertemuan kedua ini dijelaskan juga mengenai teori Literatur
Postkolonial itu ada. Ini bisa dikatakan sebagai dampak dari adanya kolonialisme.
Nah literature ini merupakan hasil dari interaksi antara budaya imperialisme dan
berbagai macam budaya yang berbeda. Dan kalau misal kita jeli lagi nih ya,
praktik kolonialisme itu nggak pernah berakhir, bahkan di Indonesia itu sendiri.
Dan sebenarnya kalau misal kita ngomongin pascakolonial itu sebenernya bukan
masalah waktu, tapi sebenernya itu kritik terhadap kolonialisme. Bukan karena
ada kata “pasca” nya, jadi nanti ngiranya pascakolonual itu sesudah zaman
konsep kunci. Ada banyak banget yang perlu dimengerti kalau pengin paham
sama yang namanya materi TPPKK ini. Ada universallity and difference,
consumption.
Tapi sebenernya ini tuh nggak dibahas semua. Namun untuk beberapa dari
Pertemuan Ketiga
bagiku di mata kuliah ini. Dan posisiku baru sembuh dari sakit. Dan tau nggak?
Pas masuk kelas Miss Ana tuh ya.. Miss Ana bilang selamat karena bisa dapet
mapres 3. Katanya tahun depan suruh ikut lagi. Aduh, kalau kasus teparnya sama
mah ogah banget ikut ginian. Ah tapi kan lumayan tuh dapet duit. Wkwk. Ditanya
juga tuh sama Miss Ana, kenapa nggak berangkat aku sama inggit. Lah Inggit kan
ke Sumatera, sedangkan aku sakit. Dan sebagai balasannya, aku suruh njelasin
Intinya mah aku njelasin mengenai kolonialisme dan imperialisme. Terus aku
jelasin kalau pascakolonialisme itu pada dasarnya bukan zaman setelah colonial,
tetapi merupakan kritik terhadap colonial itu sendiri. Nah pas aku ngerasa udah
gak tau mau njelasin apa lagi, aku nyuruh Inggit buat gentian. Ealah, Inggit malah
nggak mau. Adahhh.. yaudah, akhirnya Miss Ana lagi yang angkat bicara.
Selanjutnya itu kata Miss Ana kita harus cari tau dulu mengenai ruhnya itu
ada dimana dan bagaimana. Wadah, ruh apaan ini Miss? Wkwk. Iya iya, intinya
cari tau inti sarinya itu apa gitu kan? Sebenernya kalau pengin tau tentang
pascakolonial, kita itu harus tau dulu mengenai alasan kenapa ada kajian
pascakolonial dan kenapa itu lahir. Semua itu sebenarnya berangkat dari adanya
praktik kolonialisme. Sebenernya ini itu mirip kayak yang pas pertemuan kedua
loh sepahamnya aku. Mungkin Miss Ana lagi review kali yak. Praktik
kolonialisme yang dimaksud itu contohnya kayak penjajahan di Amerika yang
dilakukan oleh 4 negara, yaitu Portugis, Spanyol, Inggris, dan Perancis. Alasan
mereka mengoloni itu tentunya berbeda-beda. Ada yang karena ingin berdagang,
ada yang ingin mencari tempat kependudukan baru, dan berbagai alasan yang
lainnya. Nah ini nih yang perlu dipahami dan harus bener-bener dikunci paten.
pertanyaan di sini adalah… hubungannya apa gitu loh sama kolonialisme? Nah di
sini tuh ada dua hal yang perlu diketahui. Pertama adalah Tekstual dan Linguistik.
Untuk bentukan sendiri, dia lebih ke literary form. Sedankan kalau ingin melihat
persamaan dan perbedaan, maka bisa dengan bentuk linguistic. Kedua adalah
From Text to Context, dari teks ke konteks. Dan ini merupakan ruh dari teks.
Dalam hal ini ambil contoh misal social form, itu kan ada wacana dan berita. Nah
yang membedakan bentuk wacana dan berita itu apa sih. Kalau pas Guvinda
jawab mah… berita itu…… adah gatau dah dia ngomong apa. Intinya mah kalau
setiap Guvinda ngomong pasti muter-muter, dan gatau intinya apa. Ngomong
segitiga segitiga gitu lagi. Ga paham ih dia ngomong apa. Jadi, berita itu adalah
Terus Miss Ana lanjut lagi tuh njelasin mengenai kolonialisme. Kalau
misal mau ambil contoh di Indonesia pun bisa, misalkan adanya kuningisasi
golkar. Semuanya diwarnai jadi kuning, mulai dari tugu, jalan, pohon, dan
berbagai hal diwarnai menjadi warna kuning. Dalam hal ini berarti terjadi yang
namanya kolonialisasi oleh golkar. Kemudian apa aja sih contoh-contoh dari
pemikiran colonial? Nah kita sering nih menjumpai ini. Contoh dari pemikiran
colonial itu bisa berupa perspektif stereotyping. Dalam hal ini ada proses
kolonialisasi dimana daerah baru selalu terstereotip. Kalau misal mau dipahami
dengan bahasa lain lagi, kolonialisme itu merupakan dominasi terhadap sesuatu.
Atau kalau lebih ilmiahnya yak dominasi negara satu terhadap negara yang
lainnya atau sering disebut sebagai penindasan. Lah gini nih katanya Miss Ana.
Untuk mempermudah memahami lagi, kita analogikan gini aja deh. Dalam suatu
hubungan yang dijalani oleh sepasang kekasih, nah di situ tuh ada yang
perempuan pasti dilakukan, dan sejenisnya. Kalau dalam contoh ini berarti juga
terjadi kolonialisasi. Di sini berarti yang jadi koloninya itu si cewek. Nah loh.. ati-
ati tuh yang punya pacar. Jangan-jangan terjadi kolonialisasi di antara kalian lagi.
Kalau untuk jenis dari kolonialisme itu sendiri sebenernya ada 4. Yang
pertama ada invasi kolonialisme, kedua ada settlement kolonialisme, ketiga ada
Miss Ana nggak njelasi secara detail mengenai 4 jenis ini. Karena kata Miss Ana
ini cukup diketahui aja, dan fokusnya kita sebenernya bukan di sini. Jujur nih ya,
tadi pas nyampe slide ini, aku tuh masih agak nggrambyang sama apa yang
dijelasin Miss Ana. Jadi di otak tuh belum DONE gitu loh. Rasanya tuh pengin
Miss Ana ngulangin lagi penjelasannya. Aku tuh sambil baca-baca materi
sebelumnya tau nggak. Aku tuh tipe anak yang kalau misalnya belum tuntas
ngertinya, kalau dilanjut juga nggak akan nyambung. Nah tadi tuh aku berusaha
buat pahamin sendiri dulu maksud yang dijelasin Miss Ana. Yang bikin aku
puyeng itu bukan bagian kolonialismenya, tapi yang bagian Dari Bentuk ke Ra
situ loh. Asli! Aku belum paham yang itu. Bukan belum paham juga sih. Jadi
menganimasikan, tapi kalau suruh njelasin itu masih bingung harus gimana. Nah
padahal tujuan dari mata kuliah ini mampu memahami dan menjelaskan kan? Itu
tuh. Rasanya tuh kalau di otaku dah ngerti, tapi belum bisa mendialogkan, ya
sama aja. Tadi tuh aku terus memahami sambil Tanya ke temen sebelahku si
Inggit, diskusi sedikit sih. Alhamdulillah aku coba buat menjelaskan ya bisa,
meskipun gatau esok hari masih bisa mendialogkan ilmu ini atau enggak. Wkwk.
Setidaknya aku sudah berjuang untuk paham. Masalah hasil, biar Tuhan yang
Oke lanjut yak? Kolonialisme juga bisa tuh diawali dari yang namanya
migrasi. Migrasi ini menimbulkan adanya perbudakan. Jadi gini loh, ketika
tertindas. Oleh karena itu mereka diperbudak oleh penduduk asli. Misalnya adalah
fenomena yang ada di Amerika, yaitu kuli kontrak atau indentured servants. Dan
setelah tadi itu banyak mbahas masalah kolonialisme, sekarang kita pindah ke
imperialisme. Kadang kan kita dibingungkan dengan yang namanya colonial dan
imperial nggak sih? Tapi pas awal-awal udah dijelaskan kok mengenai keduanya
dan bedanya apa. Sekarang kita tinggal melanjutkan aja yak. Imperial sebenernya
berasal dari kata imperium yang artinya kekaisaran atau bisa diartikan sebagai
penjajah. Lah? Kok bisa? Kekaisaran kok diartikan penjajah? Nggak bisa gitu
dong. Hmmm, kalau dipikir-pikir iya sih. Kok kekaisaran disamain sama penjajah.
Eits, selaw bro. Kenapa itu bisa menjadi penjajah? Ada penjelasannya. Yangn
menjadi dasar dari imperialisme itu adalah budaya. Inget ya, budaya! Nah
sedangkan budaya itu bisa menjadi salah satu cara atau racun untuk menyebarkan
diutamakan. Dan semua harus mengikuti budaya kekaisaran. Nah itulah mengapa
arti kekaisaran dalam imperialisme itu diartikan sebagai penjajah. Can you get it?
Exactly !!!!
budaya dan neo-colonialism. Pertama adalah culture, yaitu definisi dari diri
sendiri atau orang lain yang didasarkan atas representasi pada realitas.
MASCULINE FEMININE
bermoral, cabul,
indusvious, malas,
rasional, takhayul,
demokratis irasional,
despotik
Menganggap yang termasuk dalam kelompok sendiri adalah yang secara
maka itu tidak termasuk dalam kelompoknya. Dalam hal ini terdapat yang
SELF OTHER
Putih Hitam
Tinggi Pendek
Dll. Dll.
karena adanya kekuatan ekonimi, satu budaya, dan dominasi dari kebuadayaan
lain. Ada yang namanya wacana kolonialisme, contohnya itu adalah orientalisme.
Misalkan lukisan, hijab, dan perbudakan. Nah pas ini tuh kita disajikan beberapa
gambar. Di gambar itu seperti ada yang namanya penindasan. Bangsa kulit hitam
yang dijadikan budak bangsa kulit putih, kemudian orang bercadar dan fullgar,
gadis kecil noni disandingkan dengan anak kecil berkulit hitam dan seperti
kekurangan gizi. Dengan melihat hal tersebut sangat terlihat dengan jelas yang
memang itu adalah ideology atau cultural colony, budaya dari penjajah itu sendiri.
Jadi misal gini nih. Seseorang memakai cadar dan sekujur tubuh tertutup rapat,
apakah ini bukan suatu hasil dari kolonialisme? Padahal budaya local tidaklah
Miss Ana juga nyuruh lagi buat nonton film yang menggambarkan adanya
penindasan ini. Misalkan film Far & Away, Twelve Years A Slaves, dan Tetralogi
Pulau Buru. Perkualiahan pun selesai. Dan aku pun kini mengantuk. Baiklah, kita
Pertemuan Keempat
keempat tuh bukan hari ini loh, tapi tanggal 23 Maret. Jadi ini adalah kuliah
pengganti. Aku tuh jujur nih ya, sebenernya males banget tau kalau ada kuliah
pengganti. Kan jadi selesainya nggak sesuai jadwal. Pokoknnya aku nggak suka
deh. Kalau aku mah meskipun libur mending ditabrak sekalian aja. Dari pada
ngulur waktu, bete tau ih. Sebenernya selain karena waktunya semakin mulur, itu
jadinya materi yang sebelumnya udah dipahami jadi nggak diangetin gitu loh.
Padahal setiap pertemuan kan pasti review tuh suruh njelasin, kan kalau misal
dilompat satu minggu jadinya agak lupa lupa gimana gitu yak. Wkwk. Kan sebel
ih jadinya.
Perlu kita tau nih kalau materi Pengetahuan dan Kekuasaan ini sebenernya adalah
teori dasar dari Pascakolonial. Jadi mau nggak mau kita tuh dituntut buat paham
semester satu, kekuasaan juga pernah di bahas di mata kuliah lain. Tapi kan kalau
di sini juga dijelasin mengenai signifikansinya juga sama pascakolonial, jadi lebih
jelas. Secara tradisional dan pemikiran awam itu, kekuasaan atau power diartikan
sebagai sesuatu yang bernilai negative, yakni bisa diartikan sebagai membatasi,
atau power itu diartikan sebagai sesuatu yang bernilai positif, dimana kekuasaan
itu mempu memproduksi pengetahuan, nilai-nilai atau norma sosial. Hal ini sering
situ ada produksi pengetahuan. Misalkan gini loh, ada kesenjangan antara GOJEK
dan OJEK. Tau kan lah ya, kesenjangannya gimana. Nah kalau misal ada
tersebut bisa menguasai transportasi. Kesenjangan ini tidak hanya terjadi pada
lembaga-lembaga politik formal aja toh? Nah itu tuh yang harus kita pahami. Dan
ini nih yang mencirikan kajian pascakolonial. Yang namanya kekuasaan ya nggak
juga ada yang namanya praktik kekuasaan. Praktik kekuasaan ini bisa terjadi di
mereka yang merupakan anak dari orang yang memiliki kedudukan atau memiliki
tingkat ekonomi tinggi, tentunya bisa lebih mengendalikan apa-apa yang terjadi di
pendidikan, maka pengetahuan itu bisa menjadi norma sosial. Namun kini
Rezim kebenaran itu mengklarifikasikan apa yang benar dan apa yang salah yang
diproduksi oleh orang-orang otoritatif dan diterima oleh masyarakat. Maksud dari
orang-orang otoritatif itu adalah tokoh masyarakat. Karena seperti yang kita tau
yak, kalau tokoh masyarakat itu memiliki kekuasaan dan memiliki pengaruh yang
besar. Sementara rezim kebenaran ini antara suatu masyarakat dengan masyarakat
yang lain itu tentu berbeda dalam menanggapi. Rezim kebenaran itu berupa
wacana atau discourse, yaitu sebuah ungkapan yang memiliki pengaruh tertentu.
Nggak cuman itu, rezim kebenaran juga memiliki koherensi dan kekuatan untuk
Namun pertanyaannya, apakah fakta bisa mempengaruhi wacana? Nah ini tuh bisa
dianalisis melalui kasus Aksi Bela Islam 212. Karena di sini banyak sekali yang
namanya fakta dan hoax. Ada wacana mengenai Islam itu anarkhis, Habib Rizieq
itu ternyata buruk, dan lain-lain. Karena pada dasarnya wacana itu bisa bergeser
menjadi fakta.
mendistribusikan berbagai kode perilaku dan prosedur sosial. Kalau misal mau
analisis kasus, maka cari tuuh siapa lembaganya dan siapa agennya. Dan
sebenarnya kita tuh hanya bisa berpikir tentang objek material dan dunia
mungkin dijalankan.
Menurut Mary Louise Pratt, otoritas colonial merasa perlu untuk
itu, sebenernya siapa sih yang jadi otoritas colonial itu? Apakah eksekutif? Atau
apa? Yang perlu kita ketahui tuh ini nih. Bahwa yang namanya otoritas colonial
itu nggak Cuma ada di tangan Belanda, Inggris, dan negara yang lainnya. Namun
otoritas ini juga hidup di masyarakat kita. Dimana ada dominasi, maka disitu ada
dilakukan melalui cara yang objektif, tapi juga melihat negara koloni itu
pengetahuan peribumi.
adalah kajian akademis mengenai timur dan barat. Kedua adalah perbandingan
koloni. Dan yang ketiga adalah emnciptakan stereotip dengan perbedaan ontology
dan epistemology barat dan timur. Misalkan adalah stereotip India dan Afrika
yang merupakan bangsa kulit hitam dan kucel. Menurut orang Barat, muslimah itu
wanita penggoda dan tukang selingkuh. Contoh lain adalah stereotip yang
kaum timur.
mengenai universality and difference. Dalam pembahasan ini nih, kita perlu tau
khusus yang dikaji oleh orang pascakolonial, termasuk Edward Said tuh, nah
konsep itu tuh menjadi homogeny, dari hakikat manusia mengenai karakter,
universalitas juga perlu dipahami, dimana adanya fitur dasar dari konstruksi
kekuasaan colonial. Nah dalam konsep universalitas ini, karakter mereka yang
standardisadi akan universalitas. Enak yak jadi penguasa, bisa menyetir segala hal
sesuai keinginannya. Sebenernya dalam konsepan ini tuh ada yang namanya
bahasa. Karena bahasa itu adalah wacana kekuasaan atau dalam bahasa inggrisnya
language is a discourse of power. Bahasa ini bisa dijadikan alat oleh colonial
untuk berkuasa. Contohnya adalah Inggris. Inggris itu melakukan penjajahan atau
Inggris pula pada akhirnya. Dengan demikian maka bagi bangsa yang tidak
menggunakan bahasa Inggris, maka tidak dianggap bangsa yang beradab. Dalam
hal ini berarti inggris yang memiliki bahasa mampu berkuasa. Untuk itu, ini
disebut sebagai bahasa adalah wacana kekuasaan. Bahasa juga punya asumsi
sendiri. Karena bahasa itu dijadikan sebagai cara pandang untuk melihat dunia,
sejarah, dan lain sebagainya. Kalau misal nggak menguasai bahasa, maka akan
menjadi tertindas, dianggap bodoh, tidak punya pengetahuan, sehingga tidak akan
arena drama di sini, yakni drama hubungan antara kolonialisme dan examinasi
dan resistensi. Di dalam area keseluruhan ada ruang yang disebut sebagai arena
drama. Jika ingin memahami representasi dan resistensi, maka bisa dilihat dari
teori-teori atau teks pascakolonial seperti Tetralogi Pulau Buru. Teks-teks yang
dimaksud bisa seperti novel, puisi, film, musik, dan syair. Okay, ngantukk..!
Pertemuan Kelima
Allahu akbar!!! Ini lama-lama jenuh serius deh bikin diary TPPKK begini.
Gimana nggak jenuh, aku job banyak banget, dan belum lagi tugas diary begini.
Wadah.. mantap jiwa deh. Di pertemuan kelima ini mbahas yang namanya
Postmodernisme dan Postcolonialisme. Nah kita tegasin lagi nih mumpung belum
jadi sarjana ilmu politik. Yang namanya postkolonialisme itu bukan berarti after
kolonialisme yak. Plis! Postkolonialisme itu ya sama aja proses kolonialisme itu
sendiri. Dan sebenernya, kolonialisme itu bisa dipahami dari kontak kolonialisme
perlawanan, dan lain-lain, dimana kolonialisme itu hadir. Konflik yang dimaksud
di sini adalah konflik yang terjadi karena kolonialisme. Hal ini tentu saja
postmodernisme itu adalah dekonstruksi dari yang central, besar, dan penting.
Contohnya adalah dekonstruksi narasi besar seperti halnya Islamisasi. Proyek dari
postkolonialisme adalah dismantling. Dan tujuan dari ini adalah untuk melihat apa
Fokus dalam hal ini adalah mengenai arti penting bahasa dan penulisan,
yakni teks. Karena metode yang digunakan adalah dekonstruksi. Selain itu juga
fokus pada strategi mimikri atau meniru, parody, dan juga ironi. Dalam hal ini,
ironi dalam bentuk paling ekstrem adalah Sarkasme. Dengan kesamaan fokus
sentuhan politik. Contoh dari kajian ini adalah Western Culture. Kalau dalam
Representasi.
Kalau misal ngomongin masalah representasi, ada juga nih yang namanya
Perspektif Subaltern. Pasti penasaran kan apa itu perspektif subaltern? Aku juga
baru denger pas itu sih. Taunya mah bukan subaltern, tapi subtema dan subjudul.
Haha. Subaltern itu sebenernya adalah perspektif nonelit yang ada di Asia Selatan.
Sejarah dari subaltern ini dituliskan kembali dengan cara mengkaji kaum-kaum
elit. Pertanyaan mendasar dari pembahasan ini adalah, siapa sih sebenernya
subaltern itu? Nah loh, bingung mbok? Subaltern itu adalah kaum strata terendah
di dalam masyarakat. Misalkan nih ada yang namanya kaum nonelit di colonial
India, yakni foreign elite. Kalau pengin tau lebih detail lagi mengenai subaltern,
maka bisa tuh baca bukunya Guha, yakni The Prose of Counte Insurgency.
yang sangat melanggar hukum atau illegal. Dengan demikian maka ia tidak
diakui. Selain Guha, juga ada pendapat dari Spivak loh. Kalau menurut Spivak tuh
ya, Spivak bertanya, Can The Subaltern Speak? Dan perlu kita ketahui juga nih,
bahwa Spivak itu adalah Neo-Marxian. Spivak menggunakan distinci pernyataan
Marx mengenai petani atau peasantry. Lalu bagaimana masyarakat subaltern itu?
SUBALTERN :
mereka inginkan.
marginal. Kelompok marginal dalam hal ini adalah kelompok yang diam dan
menerima nasib begitu saja. Namun dalam hal ini pun ternyata Marx masih
pembedaan, dimana petani juga masih ada petani laki-laki dan petani perempuan.
Dari keduanya, mana yang paling terbungkam? Yang paling terbungkam adalah
kaum petani perempuan. Contoh lain dari kaum subaltern adalah LGBT. Coba
Mengenai Subaltern. Namun ini lebih ke gelombang pemikiran dari Spivak itu
dengan teori strukturalis. Kedua, membaca tulisan Marx untuk melakukan proses
barat dijadikan dasar logika ekspansi ekonomi barat. Contohnya adalah ekspansi.
wanita.
Setelah dipahami, ternyata materi ini asik juga yak. Lebih asik lagi kalau
nggak ada tugas diary. Hahaha. Nggak ding. Bercanda. Tapi serius. Wkwkwkwk.
Pertemuan Keenam.
Sebenarnya aku udah bosen banget sama mata kuliah TP PKK ini, tapi mau
gimana lagi? Mau nggak mau TP PKK Kini harus diselesaikan dengan tuntas.
Dan sekarang udah masuk pertemuan ke-6 membahas mengenai hibriditas. Tapi
kayak biasanya sih sebelum masuk ke materi Miss Ana itu pasti selalu yang
yaitu kaum yang tidak bisa merepresentasikan keinginannya, sehingga mereka itu
terbungkam. Awalnya tuh Miss Ana tanya ke semua anak-anak di kelas, dan tidak
ada satupun yang bisa jawab termasuk aku. Kemudian misalnya menegaskan lagi
kalau subaltern itu adalah segala sesuatu yang membahas mengenai representasi.
Dan selanjutnya yang kami lakukan adalah menonton video yang nggak
jelas banget. Tahu sendirilah yaa.. disana .. gimana kalau Miss Ana menampilkan
video, pasti nggak akan ada satupun yang paham. Setelah menampilkan video
kayak biasanya Miss Ana pasti selalu tanya ke mahasiswanya apa yang dia
tangkap dari video yang udah ditayangkan. Ada dua video yang ditayangkan,
yang pertama adalah video tentang hujan yang nggak jelas pakai animasi kayak
gitu, dan yang kedua adalah video tentang identitas hibrid. Sebenarnya dua-
duanya sama-sama enggak jelas sih. Kemudian ada satu mahasiswa yang
menjawab mengenai video tentang hujan itu namanya Wine. Pada intinya video
itu menjelaskan mengenai perbaduan budaya atau akulturasi budaya. Nah ternyata
ini ada sangkut pautnya dengan materi hibriditas, dimana hibriditas ini adalah
percampuran dua budaya. Salah satu tokoh yang membahas mengenai hibriditas
adalah Homi K. Bhabha. Dia hidup di zaman abad 19an dan Iya biasanya
menggunakan pemikiran yang Marx sehingga dia disebut sebagai marxist atau
marxian.
kajian, misalkan ada di kajian musik pop. Dengan demikian hibriditas ini menjadi
alat yang sangat berguna untuk menjadikan wacana yang sangat menakutkan, di
abad 18. Kalau misal belum paham tentang hibriditas, misalnya gini deh. Misal
ada dua kaum yaitu kaum Elite dan kaum non elite, di mana kaum elite itu adalah
kaum berkulit putih, dan kaum non elite adalah kaum yang berkulit hitam.
Sedangkan di antara kaum elit dan kaum non elite ada kaum yang bernama hibrid,
atau percampuran. Jadi kaum hibrid itu adalah kaum yang berada diantara dua
kaum tersebut, intinya yang ada di tengah-tengah lah. Jadi kalau misal salah satu
di antara kalian itu merupakan persilangan ayah dari suatu daerah dengan ibu di
suatu daerah yang lainnya maka kamu itu adalah kaum hibrid. Dan sebenarnya
manusia hibrid itu sangat memprihatinkan, karena ia tidak menonjol dan tidak
pula tenggelam, dia berada di tengah-tengah dan biasanya kaum hibrid itu tidak
dianggap ada.
Terus selanjutnya tentang Bhaha. Dia lahir pada tahun 1949 dan dia
sekali teorinya yang membuat adanya perlawanan dari pihak lain. Dia juga
kolonialisme serta budaya yang ada di masa kini, bahwa ternyata kini masih ada
perspektif pasca strukturalis. Kalau misal teman-teman masih ingat apa itu
pascastrukturalis banget. Kalau misal lupa sama perspektif pasca strukturalis buka
Menurut Baba ada yang namanya perbedaan budaya dan ada yang
namanya keragaman budaya di mana keduanya itu memiliki arti yang sebenarnya
tidak sama. Jika keberagaman berarti yang disoroti disini adalah objek
epistemology, dimana budaya itu adalah objek yang didapatkan dari pengetahuan
secara empiris. Sedangkan perbedaan adalah suatu proses (yang bukan objek) dari
bisa menjadi mandiri. Biasanya dalam perbedaan budaya ini yang digunakan
adalah teori kritis, karena berorientasi pada ideologi dan nilai-nilai yang
Nah terus setelah itu Miss Ana itu nyuruh kita buat nulis silsilah keluarga
di Diary. OK! langsung aja aku jelasin mengenai silsilah keluarga aku. Aku itu
lahir dari sepasang suami istri yang bernama Mistar dan Tuminah. Dan sebelum
masuk ke silsilah, aku pengen bilang kalau aku itu bukan manusia hibrid. Pengen
tahu kenapa? Karena ibuku dan ayahku itu ada di daerah yang sama, bahkan
mereka itu satu kompleks rumahnya. Hanya saja dari kecil Ibuku itu diasuh oleh
tantenya sehingga Ibu kenal Ayah ketika sudah dewasa. Ibu dan ayah itu menikah
ketika tahun 1990 pada bulan Januari dan aku itu lahir di bulan Desember tahun
1998. Aku adalah anak pertama mereka dan bisa dibayangkan mereka nunggu
kelahiran seorang anak selama kurang lebih 8 tahun. Coba aja kalau manusia yang
nggak kuat imannya pasti udah cerai deh dan rumah tangga udah berantakan
pastinya. Aku tidak memiliki kakak. Jadi, aku ank tunggal. Aku lahir di sebuah
Ibu tidak memiliki pekerjaan karena dia hanyalah seorang ibu rumah
tangga dan biasanya dia hanya mengurusi kebun yang ada di dekat rumah.
Sedangkan ayah tidak memiliki pekerjaan tetap. Dia adalah seorang buruh
bangunan, bahkan buruh serabutan yang lainnyapun dilakukan. Kalau melihat dari
keluarga ibuku yang mengasuh ibu, keluarganya memang berada, tetapi Ibu tidak
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi karena Ibu hanya
tamatan SD begitu pula dengan ayah. Jadi meskipun keluarga Ibu adalah keluarga
berada, tetap saja aku lahir dari orang-orang yang berpendidikan rendah dan aku
sama sekali tidak menyesalinya. Justru aku bangga dengan mereka karena mereka
memiliki semangat yang tinggi untuk bisa memberikan pendidikan yang setinggi-
tingginya kepada putri mereka. Aku bukan manusia hibrid. Dan aku tidak mau
tertindas, maka dari itu aku sangat semangat sekali dalam menempuh pendidikan
di ilmu politik ini. Aku sudah tidak memiliki kakek dan nenek. Kakek dan nenek
dari Ayah sudah meninggal ketika aku belum, lahir bahkan ketika Ayah masih
kecil. Nenek dari Ibu meninggal ketika usia ibu itu 18 tahun. Dan kakek dari Ibu
meninggal ketika aku duduk di bangku kelas 2 SD dan parahnya aku itu tidak tahu
bahwa kakek yang meninggal itu adalah kakekku. Padahal ibu selalu mengatakan
padaku bahwa dia adalah kakekku, tapi aku tetap saja tidak percaya. Karena
kakekku itu memiliki istri dan dia bukan nenekku. Kakekku nikah lagi.
Dari kecil aku selalu semangat dalam belajar. Aku selalu ingin menempuh
Itulah cita-citaku. Aku tidak peduli kalau orang tuaku berpendidikan rendah dan
mereka tidak memiliki pengetahuan, yang aku tahu mereka itu sangat semangat
dalam memberikan pendidikan kepada aku. Mereka tidak ingin anak mereka
seperti orang tuanya. Mereka ingin anak mereka sukses dan ingin melihat anak
Universitas Jenderal Soedirman. Bertemu dengan nenek kakek ku saja aku tidak
sempat apalagi bertemu dengan nenek buyutku dan kakek buyutku. Itu tidak akan
mungkin itu terjadi kecuali jika kami dipertemukan di surga nanti. Berhubung ini
adalah mata kuliah TPPKK dan bab tentang hibriditas, jadi aku sudah
menjelaskan silsilahku dan aku tegaskan. disini aku bukan manusia hibrid. Haha..
Aku bukan manusia hibrid dan aku tidak akan tertindas dan tidak akan
membiarkan siapapun menindas aku dan keluargaku, meskipun kami tahu kami
adalah dari keluarga yang tidak mampu. Aku bukan manusia hibrid! Aku bukan
manusia hibrid! Aku bukan manusia hibrid! Ingat itu! Aku yang akan menolong
manusia hibrid nantinya. Bahahahhahaha. Oke, ini Miss, sudah kujelaskan yaa.
Pertemuan Ketujuh
lega banget pertemuan TPPKK di tengah semester ini bakal selesai. Tapi sedih
juga sih nanti ketemu sama Pak Lutfi, dan katanya beliau itu sungguh ribet dan
sulit untuk dipahami. Kalau kata aku sih nggak, biasa aja deh. Oke berhubung ini
pertemuan terakhir dan catatanku itu banyak banget, langsung aja kita masuk ke
materi ya diarynya.
kontemporer. Dan sebelum masuk, kita itu harus tahu dulu yang namanya konsep
kebudayaan. Nah sebenarnya konsep kebudayaan itu kayak gimana sih yang
itu mengacu pada pola tingkah laku serta kepercayaan yang dimiliki oleh setiap
anggota masyarakat. Kalau misal begini adanya berarti kebudayaan Itu adalah
sebuah aturan yang digunakan untuk memahami tingkah laku atau kebiasaan yang
terjadi. Nah kebudayaan itu bisa berupa kepercayaan, norma, nilai, asumsi,
ekspektasi, dan rencana tindakan yang akan dilakukan. Perlu kita ketahui
bahwasanya budaya itu dipelajari, tidak ada begitu saja. Kebudayaan itu bukanlah
karakter yang dibawa dari lahir. Seperti yang kita tahu bahwa orang itu belajar
mengenai spektrum warna kehidupan, dan ini terjadi di segala ruang dan waktu
bagi orang-orang di segala bentuk realitas yang ada. Kebudayaan itu dibagikan
dan ini merupakan adaptasi dari lingkungan. Kebudayaan itu ada untuk
berkembang dan belajar guna mengatasi lingkungan tersebut. Meskipun pada
dasarnya adaptasi itu tidak selalu menguntungkan. Misalnya saja adalah budaya
narkoba dan hal ini akan bisa menular kepada orang lain. Pada intinya budaya itu
adalah suatu hasil adaptasi. Dan perlu kita ketahui juga kalau setiap budaya itu
merupakan sistem yang dinamis. Apa maksudnya? Jadi sistem yang dinamis itu
adalah sistem yang bisa berubah-ubah dan tidak selalu bernilai positif. Tidak bisa
mempelajari budaya orang lain. Iya nggak sih? Rasain deh coba.
Pada dasarnya budaya itu mencakup tiga hal, yaitu nilai, sistem, dan
produk. Tapi dalam mata kuliah ini kita bakal mendalami tentang nilai budaya.
Untuk itu kita harus paham sebenarnya apa sih nilai budaya itu. Nilai budaya itu
merupakan konsepsi tentang apa yang diinginkan, misalnya asumsi tentang apa
yang dilakukan, dan ini membentuk aspek seluruh kehidupan manusia. Contoh
budaya juga menghasilkan suatu cara pandang tertentu. Ya nggak sih? Biasanya
beda budaya juga beda cara pandangnya. Padahal nilai itu hanya bermakna
apabila ia dihubungkan dengan nilai yang lain. Bener nggak? Coba deh, logikanya
gini, nilai bakal dimaknai baik karena ada yang buruk. Dan uniknya suatu nilai itu
bisa menjadi nilai inti. Misalnya nilai inti Banyumas adalah budaya cablak. Nilai
budaya juga sering terlihat eksplisit atau jelas, tidak terungkapkan tapi terlihat.
Namun tidak semuanya karena ada yang tersembunyi, bahkan ada yang sengaja
Contohnya adalah nilai-nilai pada LGBT. Tentu saja nilai ini disembunyikan dan
tidak dikenali oleh orang lain karena ada idealisme yang berbeda. Hebatnya dari
nilai budaya, ia bisa menyatukan masyarakat yang beragam. Namun di sisi lain
nilai juga bisa menimbulkan konflik. Hal ini bisa terjadi apabila idealisme nilai itu
hubungan antara politik sama kebudayaan? Gini deh, politik itu kan ada di dalam
masyarakat bahkan negara. Jadi tanpa adanya masyarakat nggak akan ada yang
yang bertujuan untuk mengatur masyarakat itu sendiri, Di mana mereka sangat
terlibat dalam politik. Budaya merupakan simbol atau nilai yang tentu ada kaitan
berhubungan dengan dimensi politik dari kebudayaan itu sendiri. Hal ini
Tidaklah heran apabila kebudayaan itu menjadi elemen penting dalam politik.
tambah paham. Identitas budaya itu membentuk faktor yang sentral dan terpusat
di dalam suatu negara. Contohnya gini, orang yang bersekutu untuk mencapai
Itu nggak cuma mempengaruhi politik domestik, tapi juga mempengaruhi politik
regional dan internasional. Untuk itu ada yang namanya negosiasi politik. Nah
yang jadi pertanyaan adalah apa sih yang di negosiasi. Dalam hal ini yang
dinegosiasi adalah nilai. Dan perlu diketahui bahwa kita nggak bisa menegosiasi
kepentingan dengan nilai yang beda. Contoh dari negosiasi nilai adalah negosiasi
nilai Pancasila. Karena ini menjadi titik tengah dari keberagaman yang ada di
Indonesia. Dan perlu kita ketahui juga kalau kebijakan negara sebagai dominasi
politik itu sangat dipengaruhi oleh yang namanya kebudayaan. Serius loh
dimana keduanya itu beradaptasi masing-masing. Dan pada dasarnya enggak ada
yang namanya kebudayaan yang sama. Kalau misal kebudayaan sama terus
menggambarkan diri. Maka dari itu setiap hal pasti memiliki budayanya masing-
mana kita itu memiliki kepentingan dan disitulah letak kebudayaan. Pada
dasarnya budaya itu mencakup segala hal. Namun apakah cultural studies ini
mempelajari banyak? Cultural studies disini meminjam bebas segala teori dan
metodologi. Adalah hal yang sulit untuk mendeskripsikan tentang cultural studies.
Karena kata dosenku itu, cultural studies enggak hanya cuma satu hal, tapi banyak
hal. Cultural studies juga bukan sekumpulan teori dan metodologi. Meskipun
cultural studies ini mencakup banyak hal tapi tidak semua hal itu bisa menjadi
cultural studies. Bikin Bingung nggak sih? Aku sih paham. Kayak analogi kubus
dan balok intinya. Hayoo gimana? Setiap kubus itu balok, tapi nggak semua balok
Selain itu kita juga perlu tahu mengenai karakteristik cultural studies.
Tujuan dari ini adalah untuk mempelajari subjek matter di dalam kerangka praktik
nggak sesederhana kajian budaya yang dilepas dari sosiologi politik. Tujuannya
sosiologi dan politik di mana dia muncul dan ada. Budaya cultural studies juga
menampilkan diri dalam dua fungsi. Yang pertama adalah sebagai objek kajian
dan lokasi dari tindakan, yang kedua adalah sebagai kritisme politik. Contohnya
adalah film Wanita Berkalung Sorban. Budaya cultural studies juga didefinisikan
secara politis daripada estesis. Karena budaya ini sangat bersifat politis sehingga
pengertian spesifik yaitu secara politis. Ranah dari ini adalah konflik pergumulan,
ranah konsensus, dan resistensi. Konser Rasta disk merupakan evaluasi moral
strukturalisme ada terpusat dan marginal. Dan ketiganya ini menolak oposisi
bermunculan. Cultural studies ini menganalisis banyak budaya seperti cyber, gat,
seperti iklan, arsitektur, musik, Film, Televisi, sastra, majalah, dan lain
sebagainya.
Materi terakhir adalah mengenai teks. Teks itu hanya bisa dimaknai dalam
konteks. Kita tidak akan bisa memahami hubungan kekuasaan jika kita tidak
memahami konteks dalam sejarah. Untuk itu kita harus mengetahui tanda dan
penanda yang dijadikan sebagai makna. Tanda dan penanda ini ada kode, dll.
Biasanya Tanda itu ada di dalam kode, bisa secara eksplisit maupun implisit, dan
dipahami oleh kelas sosial. Contohnya adalah meludah di depan suku Kubu dan
itu menandakan orang yang meludahi itu menjadi bagian dari mereka. Meludah
itu adalah kode. Nah perlu kita ketahui bahwasanya kumpulan komposisi tanda
dan kode dinamakan teks. Untuk memahami teks kita bisa menggunakan cara
video Jacques derrida. My dosen menjelaskan tentang Jacques derrida itu cepet
banget. Dan itu hanyalah pengenalan. Berhubung waktu udah molor akhirnya
pertemuan ke-7 pun selesai. Dan aku lega banget. Sedangkan untuk ujian adalah
Nur Wasilah/F1D016026
bisa diartikan sebagai penaklukan, meliputi berbagai segi kehidupan, baik dalam
kehidupan politik, sosial, kultur, ideologi, pendidikan, dan lain sebagainya. Dalam
ditimbulkan, juga bukan lagi masalah koersif atau kekerasan, tetapi cenderung
pada gagasan dan kesadaran. Dengan demikian maka ada dua subjek dalam
pascakolonial ini, yakni colony dan colonized. Colony ini adalah orang atau
kelompok yang menjajah, yang mengkoloni, atau yang memiliki kekuasaan untuk
praktik dari kolonialisme. Praktik dari kolonialisme ini tidak pernah berakhir,
tersebut. Dalam hal ini pascakolonial bukan lagi masalah persoalan waktu, tetapi
adalah kajian Western Culture (budaya barat), dimana budaya barat ini dianggap
sebagai budaya yang unggul, cerdas, bermarabat. Sedangkan budaya timur adalah
perspektif nonelit di Asia Selatan, yakni dengan cara mengkaji kaum elit. Kaum
subaltern ini adalah kaum yang tidak bisa merepresentasikan kepentingan mereka,
sehingga mereka bungkam. Dan ketika subaltern ini melakukan perlawanan, maka
hal itu dianggap sebagai sesuatu yang melanggar hukum atau ilegal. Gayatri C.
Spivak, yakni seorang Neo Marxian, mencari tau apakah subaltern bisa berbicara
dengan ekonomi yang rendah, memiliki pengetahuan dan pendidikan yang rendah,
bisa melawan kaum elite yang berkuasa. Contoh dari kaum subaltern ini adalah
kelompok LGBT dan kaum syiah. Mereka merupakan kelompok yang cenderung
termarginalkan.
hingga kini, dimana terdapat ajaran akulturasi, yakni percampuran dua budaya
Kajian hibriditas ini terus meluas dan bisa menjadi alat yang berguna untuk
kajian. Contohnya adalah kajian pop yang merupakan hasil hibrid. Secara
sederhana, hibrid itu adalah kelompok di antara kaum elit dengan kaum nonelit. Ia
terlalu terlihat. Contoh sederhana adalah wanita dengan paras sederhana, yakni
tidak cantik dan tidak jelek pula. Biasanya ia tidak terlihat karena tertutup dengan
karakter orang lain yang menonjol. Begitupun dengan anak dengan prestasi biasa,
biasanya tidak terlalu terlihat. Dalam kajian ini membahas apakah hibrid ini
1. Kardi Laksono, dkk., “Musik Hip-Hop sebagai Bentuk Hybrid Culture dalam Tinjauan
Estetika,” Jurnal Resital 16, no.2 (2015): 77, diakses pada 20 April 2018,
http://journal.isi.ac.id/index.php/resital/article/viewFile/1507/342.
pengetahuan tersebut didapatkan, bagaimana kultur bisa mandiri, dan lain
Dalam hal ini, hibrid tidak sekadar percampuran, tetapi bisa menjadi ruang
terbuka.
pascakolonial ini bisa meliputi kajian-kajian sastra, film, filsafat, musik (lirik
lagu), arsitektur, dan lain sebagainya. Dalam kajian sastra, ada banyak sekali hal
novel. Banyak hal yang berkaitan dengan kolonialisme dan itu terbongkar dalam
berbagai karya sastra melalui kajian pascakolonialisme. Dalam karya sastra juga
dalam film, dimana acap kali berbagai kejadian historis didokumentasikan dalam
sebuah film yang kemudian dikaji dari sisi pascakolonialisme. Banyak film yang
itu juga dalam kajian musik dan lirik lagu, yakni ada beberapa lirik lagu yang
mengkritisi hal tersebut. Dalam arsitektur pun demikian, dimana dari berbagai
konstruksi bangunan bisa dikaji secara mendalam. Konsep kunci dalam kajian
resistensi.
dasar dari pascakolonial itu sendiri. Dan kata language di sini tidak serta merta
melarang, menolak, dan menyensor terhadap segala sesuatu yang diinginkan oleh
dimaknai sebagai sesuatu yang positif, yakni suatu proses dalam memproduksi
pengetahuan, norma sosial, dan berbagai nilai baik.2 Kekuasaan ini pada dasarnya
memberikan sesuatu yang baru (new insigt), sehingga segala sesuatu bisa
mangkal. Dalam hal ini berarti ada produksi teknologi dan transportasi yang baru.
Kesenjangan yang terjadi tidak hanya pada driver, tetapi juga pada penumpang,
dikesampingkan. Dari asumsi ini menjelaskan adanya fitur dasar dari konstruksi
menjadi wacana kekuasaan , bisa diartikan sebagai bahasa merupakan alat para
Contohnya adalah bahasa koloni Inggris, dimana bahasa ini dijadikan sebagai
tolok ukur yang harus digunakan, sehingga bangsa lain perlu mengetahui bahasa
ini untuk mencapai standardisasi yang ditetapkan. Bahkan, kini bahasa Inggris
menjadi bahasa internasional, dan ini membukatikan bahwa bahasa bisa menjadi
wacana kekuasaan. Selain itu, bahasa memiliki asumsi sendiri, dimana bahasa ini
bisa menjadi suatu cara pandang untuk melihat dunia, sejarah, peristiwa, dan lain-
lain.
Bahasa itu perlu dikuasai. Karena jika bahasa ini tidak bisa dikuasai
dengan baik, maka bisa menjadi tertindas. Inilah salah satu makna dari bahasa
sebagai wacana dari kekuasaan. Mereka yang tidak menguasai bahasa maka tidak
bisa mendapatkan kekuasaan, bahkan bisa menjadi kaum marginal yang bodoh,
lemah, dan tidak memiliki pengetahuan. Dengan demikian, mereka yang tidak
pengetahuan ini diproduksi dan menghasilkan sesuatu, maka hasil ini akan
disebarkan ke masyarakat dan direproduksi dalam bentuk buku. Dari sinilah bisa
muncul norma-norma sosial. Bahkan kini bahasa bisa dikuasai melalui media dan
hal tersebut diproduksi oleh orang-orang otoritatif. Rezim kebenaran ini adalah
suatu wacana, yang merupakan ungkapan yang memiliki pengaruh tertentu serta
memiliki koherensi dan kekuatan. Dan salah satu kekuatan dari bahasa sebagai
wacana kekuasaan ini adalah karena wacana bisa mempengaruhi fakta dan wacana
ini bisa digeser menjadi fakta. Contohnya adalah di Aksi Bela Islam 212, dimana
ada banyak sekali berita fakta dan berita hoax. Ada yang mengatakan Islam itu
anarkhis, Habib Rizieq itu memiliki karakter yang buruk, dan lain sebagainya.
Yang demikian ini bisa menimbulkan wacana yang bergeser menjadi sebuah
fakta.
Jika ingin lebih mengkaji lebih dalam lagi mengenai pernyataan language
is a discourse of power ini, maka bisa melihat juga pada konsep representasi dan
resistensi. Ada arena drama dalam hal ini, yakni hubungan antara kolonialisme
ini bisa dilihat dari teori-teori atau teks pascakolonial. Contoh teks pascakolonial
adalah Tetralogi Pulau Buru dan skripsi White Anglo-Saxon Protestant (WASP)
dan Perjuangan Hak-Hak Sipil di Amerika Serikat (AS) dalam The Civil
perjuangan hak sipil yakni bagi mereka bangsa di luar WASP (Inggris) yang
nilai yang ada. Bangsa di luar WASP dianggap binatang dan tidak beradab,
begitupun dengan budak Afrika. Dari sinilah sudah terlihat jelas adanya mayoritas
gerakan lanjutan untuk memperjuangkan hak-hak sipil, hingga dalam The Civil
unsur penting dalam perilaku dan kepemimpinan politik. Oleh karena itu,
3. Adila Naily Huda, “White Anglo-Saxon Protestan dan Perjuangan Hak-Hak Sipil di
Amerika Serikat dalam The Civil Rights Movement pada tahun 1960an” (skripsi, Universitas
Jenderal Soedirman, 2012). 32.
memengaruhi politik domestic dan keberpihakan dalam politik regional dan
internasional.
Kebudayaan itu akan mengacu pada pola tingkah laku dan kepercayaan
yang ada pada masyarakat. Hal ini bisa membentuk peraturan yang mana berguna
untuk mengatur tingkah laku dan kebiasaan masyarakat yang sering dilakukan,
tindakan, dan norma.4 Begitupun dalam politik yang membutuhkan peraturan dan
kode etik dimana hal ini bisa mengatur tatanan politik yang ada. Kebudayaan itu
bisa dipelajari, dimana ini bukanlah sesuatu yang sudah melekat sejak lahir.
Dengan demikian, maka di dalam budaya tersebut terdapat suatu proses. Budaya
juga dibagikan dan merupakan hasil dari adaptasi dari lingkungan sekitar. Dalam
politik pun membutuhkan adaptasi, sehingga budaya ini sangat dibutuhkan dalam
politik. Seperti halnya politik, budaya merupakan sistem yang dinamis. Sistem
dan masyarakat. Tanpa adanya masyarakat, tidak akan pernah ada proses politik
4. Wirawan Sukarwo, “Krisis Identitas Budaya: Studi Poskolonial Pada Produk Desai
Kontemporer,” Jurnal Desain 4, no.3 (2017): 314, diakses pada 20 April 2018,
http://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Jurnal_Desain/article/view/1869/1519.
berhubungan dengan pengaruh dan peran kebudayaan dalam politik. Kebudayaan
central dalam negara atau politik. Contohnya adalah siapa lawan dan siapa kawan.
Budaya juga mempengaruhi politik domestik, regional, dan internasional. Hal ini
menyebabkan adanya negosiasi politik. Dalam hal ini, yang dinegosiasi adalah
nilai, yakni dengan menyamakan nilai yang ada. Tidak akan bisa menegosiasi
falsafah hidup bangsa yang menjadi titik tengah dar keberagaman. Hal inilah yang
Hubungan antara politik dengan kebudayaan ini tentunya tidak bisa lepas
dari nilai-nilai yang ada pada budaya itu sendiri. Budaya ini merupakan konsepsi
tentang apa yang diinginkan, yakni tentang asumsi apa yang dilakukan. Budaya
politik. Dalam hal politik, terutama dalam pengambilan keputusan, tentunya tidak
suatu cara pandang tertentu. Cara politisi dalam memandang sebuah fenomena
sosial masyarakat tentunya akan berbeda satu sama lain. Daari sinilah terjadi
kolaborasi antara politik dan budaya. Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh
wanita memakai jilbab. Hal ini bisa dikaitkan dengan perempuan Indonesia yang
berhasil lolos tes polisi adalah mereka yang beragama Islam dan berlatarbelakang
budaya yang religius, sehingga kini polisi wanita berjilbab sudah diizinkan.
keberadaan teks hanya dapat dipahami sepenuhnya dalam konteks. Ketika sebuah
hubungan sosial dan kekuasaan dikaji dalam sebuah teks, misalnya, hubungan
warga masyarakat.5 Dari pengertian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
sistem pola-pola perilaku hasil belajar yang dimiliki oleh masyarakat. Dimana
mencakup banyak hal, dan cultural studies juga mempelajari mengenai ini.
Meskipun pada dasarnya tidak semua hal bisa menjadi cultural studies. Ini
hubungannya dengan kekuasaan. Hal ini membuka hubungan kekuasaan dan juga
bentuk yang begitu kompleks dan menganalisis konteks sosial politik dimana hal
ini ada. Budaya ini menampilkan diri dalam dua fase, yakni sebagai objek kajian
dan lokasi dari tindakan, serta kritisme politik. Contohnya adalah film Wanita
Berkalung Sorban, dimana dalam hal ini bisa dimaknai sebagai kajian teks dalam
politik kebudayaan. Dimana perempuan dalam film ini diceritakan sebagai sosok
yang sangat penurut terhadap apa yang dikatakan oleh orang tuanya.
politis dibandingkan dengan estetis. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa teks
hanya bisa dipahami dalam konteks. Tidak akan bisa seseorang memahami
hubungan kekuasaan jika tidak memahami konteks, yakni dari sejarah. Analisis
praktis budaya bisa dilakukan pada iklan, arsitektur, musik, film, televisi, sastra,
majalah, dan lain sebagainya. Untuk menganalisis ini, maka perlu untuk
mengetahui tanda dan penanda, dimana ini adalah sebuah makna. Beberapa tanda
antara lain adalah kode dan teks. Tanda dalam kode itu bisa bersifat eksplisit
maupun implisit, dan ini dipahami oleh kelompok sosial. Contohnya adalah
dengan meludah di hadapan Suku Kubu, maka dengan kode demikian, secara
automatis orang yang meludah akan menjadi bagian dari Suku Kubu tersebut.
Sedangkan teks merupakan komposisi dari tanda dan kode. Cara untuk
hermeneutik, dan semiotika. Cara ini adalah cara yang digunakan untuk
justru anti metode anti argumentasi dan anti koherensi, karena pandangan ini
berbau ilmiah dan positivistik.6 Salah satu program dekonstruksi ditujukan kepada
sejarah asal-usul yang begitu yakin akan pengenalan langsung terhadap realitas,
kendati pengenalan kita selalu hanya berangkat dari sejarah. 7 Disini, sejarah akan
dianalisis dan akan menjadi konsep awal. Konsep dekonstruksi merupakan hasil
Dalam kajian ilmu politik, kajian teks itu sering digunakan, terutama
dalam menguak teks dalam novel, film, lirik lagu, dan yang lainnya. Di sini yang
difokuskan adalah isi dari teks tersebut. Contohnya adalah skripsi yang ditulis
oleh Luthfa Sabrina, yakni Raisisme Dan Gerakan Abolisi Dalam Film “12 Years
hidup Solomon setelah lepas dari perbudakan. Di liat dari 11 adegan yang ada
terdapat berbagai tanda dan penanda yang saling berkaitan seperti tanda dan
didasari oleh kolonialisme yang terjadi secara terus-menerus. Dalam kajian ini ada
pihak yang mengkoloni dan ada yang dikoloni, dimana hal ini bisa menimbulkan
sendiri. Kekuasaan juga dipengaruhi oleh budaya, dimana politik dan budaya
yang sangat penting dalam politik serta dalam mengambil suatu kebijakan. Ilmu
satunya yang dapat dilakukan adalah dengan memahami konteks yang ada.
Daftar Pustaka
Huda, Adila Naily. “White Anglo-Saxon Protestan dan Perjuangan Hak-Hak Sipil
di Amerika Serikat dalam The Civil Rights Movement pada tahun
1960an.” Skripsi, Universitas Jenderal Soedirman, 2012.
Laksono, Kardi, dkk. “Musik Hip-Hop sebagai Bentuk Hybrid Culture dalam
Tinjauan Estetika.” Jurnal Resital 16, no.2 (2015): 75-83. Diakses pada 20
April 2018.
http://journal.isi.ac.id/index.php/resital/article/viewFile/1507/342.
THE END