yang jadi bahan penilaian untuk UTS, dan kata beliau jugaa tugas terstruktur yang
kosong itu bagiannya Bu Shofa. Gua mendengar hal itu sedikit protes karena gua
pribadi udah merasa mengirimkan tugasnya sesuai dengan ketentuan dan nggak di
luar batas waktu. Setelah diskusi panjang lebar, gua coba cek email gua perihal
tugas tersebut, ketika gua cek ternyata nggak ke send. Boom! Gua makin bertanya
pada diri gua kok bisa nggak kekirim. Lalu muncul banyak pertanyaan dari
teman sekelompok gua perihal nilai dia yang E juga, yah gua jelasin sesuai
dengan keadaan yang ada. Obrolan dengan salah satu teman gua menghasilkan
sebuah jawaban bahwa ternyata gua salah email, gua kirim ke email
triana.ahdianti@gmail.com padahal seharusnya triana.ahdiati@gmail.com.
Sekilas mungkin tidak ada perbedaan, kalau diperhatikan ternyata ada huruf n
dalam kata ahdianti. That f*cking n membuat gua mau tidak mau harus
mengulang di tahun selanjutnya. Walau teman sekelompok gua terus menekan
agar minta dipermudah ke Miss Ana, tapi jujur aja gua juga ngerasa emang pure
human error gua pribadi. Untuk itu lah gua juga nggak terlalu memaksa untuk
diberi kemudahan.
Sebenarnya gua merasa bahwa memang ini adalah keteledoran gua, namun
yang membuat gua nggak enak adalah yang mengirimkan email itu adalah gua
sendiri, sehingga teman-teman gua yang lain secara otomatis akan ikut E juga. Hal
ini yang jadi titik rasa kebersalahan bagi gua, di mana gua nggak seharusnya
teledor yang menyebabkan teman gua juga ikut jadi korbannya. Walau pada
kenyataanya ada juga beberapa kelompok yang memiliki nasib macam gua, itu
bukan suatu penghibur diri yang baik.
Hal ini menjadi salah satu tamparan buat gua, untuk mengerjakan sesuatu
harus teliti dan jangan cepat puas dengan hal yang sudah di kerjakan. Sebagai
bahan evaluasi gua merasa bahwa untuk kedepannya ada sebuah perubahan yang
signifikan dari kebiasaan gua sehari-hari, karena memang jujur saja di semester 2
itu gua sering tenggalam dalam kegiatan yang kurang produktif. Seperti bermain
game berlarut-larut hingga kegiatan yang urgensinya kurang tapi masih gua
lakukan. Untuk itu lah di semester 3 ini gua selalu berusaha untuk meningkatkan
produktifitas gua dalam berkehidupan sehari-hari, biar nggak sia-sia waktu gua
untuk hal yang kurang penting.
Oke itu sedikit kegundahan, selanjutnya Miss Ana menjelaskan sedikit
terkait materi FPP apa yang bakalan di bahas sama dia. Materi-materi tersebut
meliputi justice, sexuality, dan egality. Sejujurnya gua lebih tertarik ke arah
pembahasan keadilan walaupada kenyataanya 3 hal tersebut masing saling
berkaitan. Keadilan sendiri menurut persepsi gua kenyataanya masih menjadi
sebuah pemahaman yang subjektif, gua berkata begitu karena padakenyataanya
masih banyak orang yang kurang memahami arti penting atau substansi dari
keadilan itu sendiri. Kita semua paham dan tidak buta toh, masih banyak orang
yang mengaku dirinya adil tapi ternyata bullshit yang ditunjukkanya. Dengan
versi pendangan yang begitu banyak mengenai keadilan inilah yang membuat gua
ingin memahami secara langsung makna justice melalui mata kuliah ini supaya
gua sendiri bisa paham makna keadilan tanpa pengaruh dari salah satu variasi di
luar sana.
Terlepas dari pembahasan barusan, ada hal unik dan sedikit menantang
menurut gua, yaitu di mata kuliah ini Miss Ana mulai memberikan materi-materi
dengan bahasa Inggris, mungkin akan sedikit sulit atau terhambat tapi yang jelas
hal macam gini bakalan membuat siapapun jadi terbiasa baca-baca literasi
berbahasa Inggris. Karena gua selalu punya harapan bisa mahir berbahasa inggris
terutama speaking-nya sih, cause life nowadays is full of competition. Walau
hakikat hidup menurut gua bukan untuk berkompetisi sih tapi realitanya memang
seperti itu saat ini, lengah sedikit maka kesempatan emas akan tertinggal.
After all, setelah itu Miss Ana hanya cerita dan kasih saran terkait cara
agar diary-nya bisa dapat nilai yang besar. Untuk kesekian kalinya di manegaskan
bahwa diary adalah bukti dari proses belajar sama dia, dan menekankan juga
kalau diary buatnya dicicil biar di akhir nggak dikejar waktu akhirnya nggak
maksimal. So, rasanya untuk hari ini hanya itu yang bisa gua bagi untuk mu diary.
06/09/2016
Di pertemuan kedua ini Miss Ana udah mulai masuk ke materi, sebagai
pembuka dia menjelaskan bagaimana seharusnya seorang ilmuwan yang open
minded. Maksud dari open minded adalah bahwa seorang ilmuwan sudah
sepatutnya memiliki pemikiran terbuka dan tidak terkotak-kotak atau terbatasi
oleh beberapa hal yang memperngaruhinya contoh ideologi. Impact dari
keterbukaan ini akan mencapai kebajikan atau wisdom. Wisdom ini nantinya akan
menjadi dasar dari berbagai problem solving bagi beberapa permasalahan.
Sayangnya gua pribadi merasa bahwa keterbukaan ini masih belum di
lakukan oleh para ilmuwan bahkan tokoh-tokoh penting di luar sana. Mereka yang
masih close minded beranggapan bahwa berbagai hal yang tidak sejalan atau satu
arahdengan apa yang ia yakini adalah sebuah kekafiran. Sebagai contoh orangorang yang seringkali mengamini bahwa seorang pemimpin harus dari seorang
muslim. Mereka berkiblat dari sunah-sunah atau ayat-ayat Al-Quran yang
seringkali disalahartikan oleh mereka. Pemikiran yang terlalu terpaku terhadap
sunah-sunah atau ayat-ayat yang di salahartikan tersebut membuat mereka tidak
bisa menerima bahwa pemimpin mereka berasal dari non-muslim. I mean, mereka
tidak pernah mempertimbangkan bahwa tujuan dari seorang pemimpin adalah
untuk kesejahteraan rakyatnya, maksudnya adalah yah kalau mereka-mereka
berpegang teguh bahwa pemimpin harus berasal dari yang beragama muslim
tanpa mengindahkan kesejahteraan atau kemaslahatan rakyat justru sikap close
minded ini lah yang membuat suatu wilayah tidak akan pernah maju. Karena tidak
ada jaminan seorang pemimpin yang berasal dari muslim tidak korupsi, tidak
diskriminatif atau memihak golonganya.
Selain masalah open minded, Miss Ana menjelaskan terkait materialisme
dan metafisik. Secara umum materialisme adalah paham yang mempercayai
bahwa segala sesuatu dianggap benar apabila dapat dijangkau oleh indera
manusia, gampangnya ssesuatu dianggap bener bila memiliki wujud. Sedangkan
metafisik itu ide atau pemikiran yang berasal dari pemikiran atau renungan para
ilmuwan.
Miss Ana juga menjelaskan terkait justice tapi berkaitan dengan hak.
Karena sejatinya keadilan ada apabila hak-hak dari masing-masing individu dapat
terwadahi tanpa adanya gesekan atau konflik dari masing-masing individu. Dalam
pembahasan ini gua sempat nanya ke Miss Ana tentang kaitan antara hak dan
kewajiban. Karena gua seringkali melihat bahwa kebanyakan orang seringkali
menuntut hak tanpa memperhatikan batasan-batasan atau hak dari orang lain. Nah
batasan-batasan inilah yang gua bingung, karena gua sendiri beranggapan bahwa
batasan antara hak satu orang dengan yang lainnya adalah suatu kewajiban.
Soalnya gua menganalogikan seperti gaji, hak seorang kayawan adalah mendapat
gaji tapi sebelum meminta haknya ia harus memenuhi kewajibannya untuk
bekerja sehingga tidak akan mungkin terjadi gesekan antara individu satu dengan
yang lain. Ketika gua lontarkan pertanyaan macam itu justru Miss Ana
melemparkan pertanyaan lagi ke anak-anak , Apa arti hak itu? beliau
menjelaskan bahwa hak dalam bahasa Inggris yaitu Right yang berarti benar. So,
bahwa hak itu adalah benar, artinya hak adalah segala sesuatu yang dianggap
benar. Dalam hal ini gua mengalami sedikit kebingungan karena menurut gua ini
masih ngegantung penjelasannya. Sayangnya ketika gua mau tanya lagi waktu
sudah habis dan Miss Ana menjadikan ini sebagai PR untuk pertemuan
selanjutnya. Gua rasa sudah cukup untuk hari ini. bye
03/10/2016
Di pertemuan kali ini agak males sebenarnya, soalnya kuliahnya malem
dan segala pindah-pindah ruangan. Awalnya diruangan 6 terus pindah keruangan
2a karena kabel proyektornya nggak compatible. Sejujurnya di pertemuan ini gua
keluar dari ruangan, bukan karena gua nggak suka dengan mata kuliah malam ini,
tapi karena kebetulan ada hal urgent yang memaksa gua harus hadir.
Tapi, setelah kelas gua mencoba tanya ke teman-teman yang hadir di kelas
itu. Jadi intinya, dalam pertemuan malam ini Miss Ana ngejar banget materi,
mulai dari video hingga materi semuanya di kejar dan di jelaskan secara langsung.
Jadi intinya keadilan yang kita miliki, itu adalah membuat seluruh kehidupan
menjadi adil antara satu orang dengan yang lain. Walaupun sekali lagi gua sudah
Yak ini adalah kuliah tatapan muka terakhir selama tujuh pertemuan ini.
Karena dua pertemuan selanjutnya berbentuk presentasi dari masing-masing
kelompok yang sudah di bagi sebelumnya. Jadi dalam pertemuan ini Miss Ana
menjelaskan Unity in Diversity. Maksudnya adalah bahwa keyataanya perbedaan
yang ada di dunia ini tidak harus disamaratakan alias diseragamkan seluruhnya.
Tapi maksud dari kesetaraan disini adalah bahwa tiap-tiap individu, kelompok,
golongan adalah setara secara posisi bukan seragamkan semuanya. Kasusnya
adalah seperti kelompok dominan yang menekan kelompok minoritas untuk
mengikuti aturan kelompok dominan agar setara. Ini merupakan hal yang salah
karena hal tersebut secara tidak langsung sudah mendiskriminasi kelompok
minoritasnya.
16/10/2016
Ini adalah pertemuan paling ekstrim karena dilaksanakan malam hari dan
presentasi panas dari masing-masing kelompok. Sejujurnya di pertemuan ini gua
nggak hadir karena ada pemberitahuan yang simpang siur terkait pertemuan ke
enam ini. tapi yang jelas di pertemuan ini beberapa kelompok presentasi terkait
ketidakadilan salahsatunya mengenai ODHA.
17/10/2016
Dipertemuan ini jadwal kelompok gua untuk presentasi, dan ini lah esai
yang jadi bahan presentasi.
Konflik yang terjadi di Papua tidak disebabkan satu kasus saja, tetapi
merupakan akumulasi kasus-kasus di masa lalu. Selama ini masyarakat Papua
dinilai tidak diperlakukan secara adil, baik di bidang sosial maupun ekonomi.
Papua memiliki kekayaan alam yang melimpah, namun masyarakat asli Papua
merasa terjajah di tanahnya sendiri. Demikian diungkapkan Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Otonomi Khusus yang diberikan kepada Papua merupakan salah satu
kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan di Papua, namun pemerintah juga
perlu transparan terkait kontrak perjanjian pengelolaan sumber daya alam dengan
06/11/2016
Ini adalah pertemuan paling terakhir, alias pertemuan ke delapan yang jadi
masuk kedalam penilaian UTS. Sayangnya ujian debat plus presentasi ini harus
terus diundur seiring menyesuaikan jadwal dari Miss Ana. Namun yang jelas di
pertemuan ini gua merasa bahwa ini adalah salah satu hal yang cocok sama gua.
Ngomong, debat dkk adalah salah satu passion gua, jujur aja ketimbang harus
menulis sebuah artikel, gua lebih memilih harus presentasi atau ikut lomba debat
aja atau diskusi sekalian.
Yah, yang jelas di pertemuan ini kami (kedua kelompok) saling
mempresentasikan materi dan berdebat terkait materi yang disampaikan.
Kebetulan kelompok gua kebagian materi tentang Eksploitasi nya Nancy
Holmstrom. Secara keseluruhan sih yang jelas kelompok kami menjelaskan
kaitanya keadilan dengan eksploitasi dan ide si Nancy ini dalam artikelnya.
Keadilan adalah bagaimana hidup dengan benar dan membuat
kehidupan itu sendiri benar bersama dengan yang lainnya, keadilan adalah
anugerah hidup. Itulah sebabnya mengapa ketidakadilan memiliki dimensi
individual dan dimensi sosial. Dalam hal ini, keadilan dapat diartikan sebagai
sebuah prinsip kehidupan yang mengatur keseimbangan distribusi akan hak dan
kewajiban tiap Individu beserta pembagian keuntungan yang layak atas beban
kerjasama sosial diantara mereka semua sehingga Individu-individu tersebut dapat
menjalani kehidupan dengan benar tanpa ada yang saling dirugikan. Keadilan juga
merupakan sebuah anugerah kehidupan, mengingat keadilan itu sendiri
merupakan salah satu hak asasi yang dimiliki oleh manusia sebagai pemberian
dari Tuhan dan tidak ada satupun manusia lain yang boleh merenggutnya. Oleh
karena itu, apabila terdapat suatu bentuk ketidakadilan yang dilakukan oleh
beberapa orang maka dengan sendirinya hal itu dapat mengancam kehidupan atau
hak asasi orang lain.
Ketidakadilan disini memuat dimensi individual dan dimensi sosial.
Ketidakadilan berdasar pada dimensi individual hanya berdampak pada
perseorangan, namun ketidakadilan yang mencakup dimensi sosial memiliki
pengaruh yang sangat besar terutama pada tatanan struktur masyarakat.
memberikan keuntungan besar pada perusahaan, namun sekali lagi sistem upah
yang mereka terima adalah berdasarkan pada mekanisme pasar bukan pada
besarnya tenaga yang dikeluarkan dalam membuat suatu produk tertentu. Alhasil
sistem pembagian upah yang semacam itu cenderung mengarah pada tindak
ketidakadilan. Kami memiliki beberapa contoh sederhana dalam menggambarkan
tindak eksploitasi buruh yang kerap kali terjadi. Misalkan ada seorang buruh
bernama Budi. Ia bekerja di sebuah pabrik sepatu dan digaji sebesar
Rp1.000.00,00/ bulan untuk 20 hari kerja. Setiap hari selama 12 jam ia bekerja, ia
mampu membuat 10 pasang sepatu yang tiap pasang sepatunya dijual dengan
harga Rp300.000,00. Padahal modal ( bahan, perawatan, peralatan) yang
dikeluarkan untuk tiap pasang sepatu sebesar Rp100.000,00. Dengan demikian,
maka Budi setiap harinya telah menghasilkan laba bersih kepada perusahaan
sebesar Rp2.000.000,00 ( 10x Rp200.000,00). Jika kita hitung selama sebulan,
maka Budi dapat menghasilkan laba bersih kepada perusahaan sebesar
Rp40.000.000,00. Bandingkan anatara gaji yang ia terima dengan laba bersih yang
ia hasilkan kepada perusahaan, yaitu Rp1.000.000,00 : Rp40.000.000,00 atau 1 :
40. Dengan kata lain, Budi hanya memperoleh upah 0,025% dari keseluruhan laba
bersih yang ia hasilkan tiap bulannya. Padahal dia sudah bekerja sangat keras
dalam menghasilkan keuntungan perusahaan tersebut, namun pembagian
keuntungan tersebut nyatanya tidaklah adil karena porsi keuntungan lebih besar
dinikmati oleh para pemilik modal ketimbang pekerjanya.
Dalam praktik eksploitasi yang telah kami jelaskan sebelumnya,
ketidakadilan sering sekali muncul sebagai dampak dari tidak adanya kesetaraan.
Kesetaraan dapat diartikan sebagai kesempatan yang sama yang dimiliki oleh
semua orang tanpa melihat posisi siapa dan bagaimana.
keuntungan yang sepadan antara tenaga yang mereka keluarkan dengan hasil yang
mereka dapatkan berdasarkan keseluruhan dari keuntungan perusahaan. Crocker
menyebutnya sebagai undemocratic control of production dan menyebutnya
sebagai penyebab Marx mengutuk eksploitasi. Undemocratic control yang
dimaksud adalah karakteristik eksploitasi yang hanya mengambil keputusan
secara sepihak, keputusan absolut hanya berasal dari sang kapitalis. Sehingga,
para buruh mendapatkan kontrol sepenuhnya dari para pemilik modal. Untuk
mengatasi hal tersebut, diperlukan adanya transparansi dalam pembagian
keuntungan perusahaan. Selain itu, dibutuhkan adanya pemberian hak kepada
kaum buruh untuk dapat mengartikulasikan pendapat mereka, sehingga mereka
dapat ikut campur dalam perumusan pembagian keuntungan yang sesuai dengan
kesepakatan antara kedua belah pihak. Sehingga dengan adanya hal tersebut
dapat tercipta sebuah sistem pembagian keuntungan yang layak.
By the way, akhir kata Im sorry untuk ketidakmasksimalan diary ini...