Anda di halaman 1dari 18

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
JAKARTA

MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN

PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI BERBASIS BALANCED SCORECARD


PADA BADAN PUSAT STATISTIK TAHUN 2015

Dosen:
Soffan Marsus

Diajukan Oleh:
Fandy Abdi Darma (11)
Rizal Abdi Prabowo (30)
Yandri Medriansyah (38)
Kelas 8A-Alih Program

PROGRAM DIPLOMA-IV AKUNTANSI ALIH PROGRAM


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
SEMESTER VIII T.A. 2016/2017
PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI BERBASIS BALANCED SCORECARD
PADA BADAN PUSAT STATISTIK TAHUN 2015

Fandy Abdi Darma (11), Rizal Abdi Prabowo (30), Yandri Medriansyah (38)
Kelas 8A Program Diploma IV Akuntansi Alih Program, PKN STAN, Jakarta

ABSTRAK

Badan Pusat Statistik merupakan salah satu badan yang mengurusi data dan informasi
mengenai hal-hal yang dibutuhkan oleh pemerintah. Dalam laporan kinerja yang dianalisis,
tertuang capaian kinerja terhadap target yang telah ditetapkan pada awal tahun 2015,
perkembangan capaian kinerja terhadap periode Renstra sebelumnya, serta capaian kinerja
terhadap target Renstra 2015-2019. Hasil analisis ini diharapkan menjadi bahan evaluasi
untuk mencapai kinerja yang lebih optimal di tahun mendatang. Secara keseluruhan baik
tujuan pertama hingga tujuan keempat serta masing masing sasaran strategisnya telah
tercapai. Rata-rata capaian kinerja tujuan sebesar 107,25 dan rata-rata capaian kinerja sasaran
strategis sebesar 106,08. Penerapan Balance Scorecard di BPS belum ada terlihat dari
pengklasifikasian perspective sasaran strategis dalam Laporan Kinerja maupun Peraturan
mengenai rencana strategis BPS 2015 2019.

Kata Kunci : Balance Scorecard, Sasaran Strategis, Kinerja


A. Pendahuluan
Persaingan bisnis dan ekonomi yang semakin kuat membuat para pelaku industri mau
tidak mau melakukan kinerja yang baik. Tak berbeda juga dalam dunia pemerintahan.
Kekuatan informasi menjadi bahan penting dalam menunjang keberhasilan kinerja. Badan
Pusat Statistik yang merupakan tonggak informasi di Indonesia memiliki peranan penting
dalam kevalidan informasi dengan melakukan kinerja yang baik. Penilaian dan pengawasan
yang berkelanjutan merupakan salah satu kunci utama untuk mencapai kinerja yang baik.
Kinerja yang baik dapat dibuktikan salah satunya dengan tercapainya tujuan dari suatu
organisasi tersebut. Salah satu aspek penting yang sudah disebutkan tadi adalah penilaian.
Penilaian merupakan dasar yang digunakan oleh manajemen untuk mengambil keputusan
ataupun mengevaluasi kinerja selama satu periode. Keseimbangan penilaian kinerja baik
penilaian finansial maupun non finansial sangat dibutuhkan sehingga hasil yang didapat dari
penilaian tersebut telah mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan. Berbagai teknik dan
metode telah banyak diungkapkan oleh para ahli ekonomi untuk mengukur kinerja finansial
suatu perusahaan atau organisasi. Namun, penilaian kinerja secara non finansial masih belum
banyak ditemukan teknik yang tepat. Salah satu yang harus diperhatikan adalah penilaian
tersebut haruslah jelas dan alat ukur yang digunakan harus dapat mengukur keberhasilan
perusahaan dalam menginterpretasikan tujuan dan strateginya sehingga perusahaan dapat
bertahan lama (going concern).
Kaplan dan Norton (1996) memulai dengan mengatakan bahwa "Apa yang anda ukur
adalah apa yang anda dapatkan" dan bahwa sistem pengukuran organisasi sangat
mempengaruhi perilaku manajer dan karyawan." Mereka melanjutkan dengan mengatakan
bahwa "ukuran akuntansi keuangan tradisional, seperti laba atas investasi dan pendapatan per
saham, dapat memberikan sinyal yang menyesatkan untuk perbaikan dan inovasi
berkelanjutan ...". Untuk melawan kecenderungan untuk terlalu bergantung pada ukuran
akuntansi keuangan , Kaplan dan Norton berpendapat bahwa manajer senior harus membuat
scorecard yang mempertimbangkan beberapa kriteria.
Konsep Balance Scorecard yang dikembangan oleh Kaplan dan Norton (1996)
memperkenalkan beberapa perspektif yang merupakan penjelasan dari misi dan strategi
perusahaan jangka panjang, yaitu :
1. Perspektif finansial : Bagaimana kita berorientasi pada para pemegang saham.
2. Perspektif customer : Bagaimana kita bisa menjadi supplier utama yang paling
bernilai bagi para customer.
3. Perspektif proses : Bisnis internal Proses bisnis apa saja yang terbaik yang harus kita
lakukan, dalam jangka panjang maupun jangka pendek untuk mencapai tujuan
finansial dan kepuasan customer.
4. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran Bagaimana kita dapat meningkatkan dan
menciptakan value secara terus menerus, terutama dalam hubungannya dengan
kemampuan dan motivasi karyawan.
Selain itu, Balance Scorecard juga diharapkan dapat menjadi acuan bahan
penyusunan manajemen strategi dalam suatu organisasi. Proses proses yang dilakukan
dalam manajemen strategi yang berhubungan dengan Balance Scorecard dapat dilihat
digambar dibawah ini.

Sumber : Kaplan dan Norton (1996), Using The Balanced Scorecard as a Strategic
Management System
Berdasarkan pendahuluan di atas, makalah ini akan berfokus pada penerapan Balance
Scorecard di lingkungan Badan Pusat Statistik dengan menggunakan data Rencana Strategis
BPS 2015 2019 dan juga Laporan Kinerja BPS tahun 2016.
B. Profil Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang
bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Sebelumnya, BPS merupakan Biro Pusat
Statistik, yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 1960 tentang Sensus dan UU
Nomer 7 Tahun 1960 tentang Statistik. Sebagai pengganti kedua UU tersebut ditetapkan UU
Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik. Berdasarkan UU ini yang ditindaklanjuti dengan
peraturan perundangan dibawahnya, secara formal nama Biro Pusat Statistik diganti menjadi
Badan Pusat Statistik. Peranan yang harus dijalankan oleh BPS adalah sebagai berikut :
Menyediakan kebutuhan data bagi pemerintah dan masyarakat. Data ini didapatkan
dari sensus atau survey yang dilakukan sendiri dan juga dari departemen atau lembaga
pemerintahan lainnya sebagai data sekunder
Membantu kegiatan statistik di departemen, lembaga pemerintah atau institusi
lainnya, dalam membangun sistem perstatistikan nasional.
Mengembangkan dan mempromosikan standar teknik dan metodologi statistik, dan
menyediakan pelayanan pada bidang pendidikan dan pelatihan statistik.
Membangun kerjasama dengan institusi internasional dan negara lain untuk
kepentingan perkembangan statistik Indonesia.
Visi , Misi , Struktur Organisasi dan Wewenang Badan Pusat Statistik
Dalam mendukung Visi Pembangunan Indonesia 2005-2025 yaitu Indonesia yang
mandiri, maju, adil, dan makmur dan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015- 2019
yaitu Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong Royong, BPS berupaya meningkatkan kontribusinya dalam hal pembangunan
nasional di bidang statistik. Dengan memperhatikan misi pembangunan nasional dan
pencapaian BPS pada Pembangunan Jangka Menengah Nasional periode kedua 2010-2014,
BPS menetapkan visi tahun 2015-2019:
Pelopor Data Statistik Terpercaya untuk Semua
(The Agent of Trustworthy Statistical Data for All)
Kata pelopor mempunyai makna bahwa BPS sebagai pencetus ide penyedia statistik
terpercaya, sekaligus sebagai pelaku dalam penyediaan statistik terpercaya. Kata data
statistik yang terpercaya yaitu statistik yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Kata untuk semua dimaksudkan bahwa semua pihak mempunyai hak yang sama untuk
mengakses data BPS (impartial) baik pengguna data nasional maupun internasional.
Misi BPS dirumuskan dengan memperhatikan misi RPJMN 2015-2019 dan tugas,
fungsi, dan kewenangan BPS. Perumusan misi BPS juga dilakukan dengan memperhatikan
masukan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders), dan memberikan peluang untuk
dapat disesuaikan dengan tuntutan perkembangan lingkungan strategis. Pernyataan misi BPS
yang dikaitkan dengan Visi BPS djabarkan sebagai berikut :
1. Menyediakan data statistik berkualitas melalui kegiatan statistik yang terintegrasi dan
berstandar nasional maupun internasional
internas
2. Memperkuat Sistem Statistik Nasional yang berkesinambungan melalui pembinaan
dan koordinasi di bidang statistik
3. Membangun insan statistik yang profesional, berintegritas dan amanah untuk
kemajuan perstatistikan
Badan Pusat Statistik (BPS) dipimpin oleh seorang kepala yang mebawahi beberapa
biro dan deputi serta direktorat. Struktur organisasi BPS dapat disajikan
ikan dengan grafik di
bawah ini.

Tugas, fungsi dan kewenangan BPS telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik dan Pera\turan
Pera turan Kepala Badan Pusat
Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pusat Statistik.
1. Tugas
Melaksanakan tugas pemerintahan dibidang statistik sesuai peraturan perundang
perundang-
undangan.
2. Fungsi
a. Pengkajian, penyusunan dan perumusan kebijakan dibidang statistik;
b. Pengkoordinasian kegiatan statistik nasional dan regional;
c. Penetapan dan penyelenggaraan statistik dasar;
d. Penetapan sistem statistik nasional;
e. Pembinaan dan fasilitasi terhadap kegiatan instansi pemerintah dibidang kegiatan
statistik; dan
f. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian,
keuangan, kearsipan, kehumasan, hukum, perlengkapan dan rumah tangga.
3. Kewenangan
a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;
b. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro;
c. Penetapan sistem informasi di bidangnya;
d. Penetapan dan penyelenggaraan statistik nasional;
e. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yaitu;
f. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang kegiatan statistik;
g. Penyusun pedoman penyelenggaraan survei statistik sektoral.
C. Arah Kebijakan Nasional sebagai dasar Rencana Strategis BPS
Pemerintah memiliki sembilan pokok arah kebijakan nasional pada periode 2015
sampai dengan 2019 yaitu yang disebut dengan NAWACITA yang isinya:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi bangsa dan memberikan rasa aman
kepada seluruhwarga.
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka Negara kesatuan.
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Nawacita pemerintahan tersebut memiliki hubungan yang erat dengan pembangunan
statistik yang dilakukan oleh BPS, antara lain:
1. Nawacita kesatu - Menghadirkan kembali negara untuk melindungi bangsa dan
memberikan rasa aman kepada seluruh warga. Dukungan BPS untuk agenda prioritas ini
dengan menyediakan data yang terkait dengan nilai kebangsaan dan keamanan.
2. Nawacita kedua Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Untuk maksud tersebut, BPS telah
melaksanakan reformasi birokrasi dimulai dengan persiapan transformasi melalui
program Statistical Capacity Building Change and Reform for Development of
Statistics (Statcap CERDAS) sejak tahun2008.
3. Nawacita ketiga Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. BPS mendukung agenda prioritas ini
melalui penyediaan data spasial yang dilaksanakan secara berkala.
4. Nawacita keempat - Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem
dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya. BPS
menerapkan Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Bersih, Bebas dan Melayani
(WBBM), Strategi Nasional Program Pencegahan Korupsi (Stranas PPK), penerapan
zona integritas.
5. Nawacita kelima Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. BPS mendukung
agenda prioritas dalam menyediakan data yang terkait statistik kesejahteraan rakyat
seperti data konsumsi, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.
6. Nawacita keenam - Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa- bangsa
Asia lainnya. BPS mendukung agenda prioritas dalam menyediakan data yang terkait
statistik produksi dan distribusi seperti data pertanian, industri, ekspor-impor, dan lain
sebagainya.
7. Nawacita ketujuh Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-
sektor strategis ekonomi domestik, BPS mendukung agenda prioritas dalam
menyediakan data ekonomi makro seperti Produk Domestik Bruto (PDB), Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), inflasi, dan lain sebagainya.
8. Nawacita kedelapan Melakukan revolusi karakter bangsa, BPS mendukung agenda
prioritas melalui jalur pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) dan
pengembangan SDM di pusat pendidikan dan pelatihan (pusdiklat).
9. Nawacita kesembilan Memperteguh ke-bhinneka-an dan memperkuat restorasi sosial
Indonesia, BPS mendukung agenda prioritas melalui penyediaan data ketahanan sosial,
seperti statistik modal sosial, nilai kebangsaan, indeks demokrasi indonesia, dan lain
sebagainya.
D. Arah Kebijakan dan Rencana Strategi BPS
Arah kebijakan pembangunan nasional (RPJMN 2015 2019) yang terkait dengan
pembangunan statistik, merupakan dasar pertimbangan BPS dalam menetapkan kerangka
pikir dan arah kebijakan pembangunan statistik tahun 2015 - 2019. Keinginan masyarakat
terhadap data berkualitas, mengisyaratkan bahwa pemerintah harus mampu menyajikan data
dan informasi statistik yang dapat dipercaya, relevan, dan tepat waktu melalui proses kerja
yang sistematis tanpa ada distorsi, melalui penataan organisasi serta tata laksana penyediaan
data dan informasi, dan didukung Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional, serta
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang modern. Untuk meningkatkan tata laksana
penyediaan data dan informasi, dibutuhkan upaya yang luar biasa agar dapat mencapai
kinerja yang optimal. Peningkatan tersebut bukan berarti bahwa pembangunan statistik hanya
difokuskan pada peningkatan teknik statistik semata, namun perbaikan proses manajemen
untuk menghasilkan data tersebut juga harus menjadi perhatian.
Program dan Kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan statistik, penyusunan program dan kegiatan dalam
Renstra BPS 2015-2019 mengacu pada sasaran strategis yang telah ditetapkan. BPS
mempunyai satu Program Teknis dan tiga Program Generik. Program Teknis BPS adalah
Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik. Adapun Program Generik BPS
meliputi: (i) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPS,
(ii) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPS, (iii) Program Pengawasan dan
Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPS.
Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik bertujuan untuk menyediakan
dan memberikan pelayanan informasi statistik yang berkualitas dalam rangka memenuhi
kebutuhan pengguna data. Untuk menyediakan data dan informasi statistik tersebut, BPS
secara berkesinambungan menyempurnakan dan mengembangkan kegiatan pengumpulan,
pengolahan, pengkajian dan analisis, serta diseminasi data dan informasi statistik. Kegiatan-
kegiatan yang tercakup dalam Program PPIS dapat dilaksanakan secara optimal jika
didukung oleh 3 (tiga) program generik yaitu: Program DMPTTL, Program PSPA dan
Program PPAA.
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPS
bertujuan untuk memberi dukungan manajemen dan kelancaran pelaksanaan kegiatan teknis
di bidang penyediaan data dan informasi statistik yang berkualitas. Dasar kebijaksanaan
dalam rencana anggaran program ini diarahkan untuk kegiatan-kegiatan operasional
penyelenggaraan lembaga seperti perencanaan program dan kegiatan, pemantauan dan
evaluasi kegiatan, penyediaan gaji pegawai, peningkatan kapasitas SDM, dan fungsi
kehumasan.
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPS bertujuan untuk
memelihara dan meningkatkan sarana dan prasarana fisik yang telah ada di BPS, antara lain
kenyamanan dan kelengkapan fasilitas ruang kerja, serta penyediaan rumah dinas dan sarana
transportasi untuk pusat dan daerah.
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPS bertujuan untuk
melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan kegiatan, pengelolaan
administrasi keuangan dan administrasi barang di seluruh satuan kerja BPS Pusat
maupunDaerah.
Setiap program dijabarkan menjadi kegiatan-kegiatan yang menjadi tanggung jawab
masing-masing unit Esselon II di BPS Pusat. Program Teknis BPS Provinsi adalah Program
Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik yang merupakan dekonsentrasi kegiatan dari
masing-masing Eselon II di BPS (pusat). Sedangkan untuk Program Generik, pada setiap
Satuan Kerja Esselon II BPS Provinsi disediakan dua program, yaitu: (i) Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPS Provinsi, dan (ii) Program
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPS Provinsi.
Demikian pula bagi BPS Kabupaten/Kota disediakan Program Teknis dan Program
Generik yang sama dengan BPS Provinsi. Prioritas kegiatan BPS dilaksanakan dengan
didasarkan kepada:
a. UU No. 16 Tahun 1997 tentangStatistik.
b. Penyediaan data strategis yang mendukung Visi dan Misi RPJMNasional.
Penyelenggaraan Sensus Pertanian 2013, Sensus Ekonomi 2016, dan Sensus Penduduk 2020
telah ditetapkan sebagai Isu Strategis. Sedangkan kegiatan survei BPS lainnya tetap
merupakan prioritas Kementerian/Lembaga. Adapun hubungan antar program BPS dalam
rangka mencapai tujuan dan sasaran strategis BPS, adalah sebagai berikut.
Hubungan antara program teknis (PPIS) dengan program generik (DMPTTL, PSPA, dan
PPAA)
Berdasarkan hasil pemetaan tujuan, sasaran strategis, arah kebijakan dan strategi BPS, maka
dapat diinventarisasi kebutuhan program dan kegiatan untuk mewujudkan sasaran strategis
2015 2019, yaitu sebagai berikut:
1. Program Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik
Statistik (PPIS), dengankegiatan:
a. Penyediaan dan Pelayanan Informasi Statistik BPSProvinsi;
b. Pengembangan dan AnalisisStatistik;
c. Pelayanan dan Pengembangan Diseminasi InformasiStatistik;
d. Penyediaan dan Pengembangan Statistik NeracaPengeluaran;
e. Penyediaan dan Pengembangan
Pengem Statistik NeracaProduksi;
f. Pengembangan Metodologi Sensus danSurvei;
g. Pengembangan Sistem InformasiStatistik;
h. Penyediaan dan Pengembangan StatistikDistribusi;
i. Penyediaan dan Pengembangan StatistikHarga;
j. Penyediaan dan Pengembangan Statistik Industri, Pertambangan dan Penggalian,
Energi, danKonstruksi;
k. Penyediaan dan Pengembangan Statistik Kependudukan dan
Ketenagakerjaan;
l. Penyediaan dan Pengembangan Statistik Kesejahteraan Rakyat;
m. Penyediaan dan Pengembangan Statistik KetahananSosial;
n. Penyediaan dan Pengembangan Statistik Keuangan, Teknologi Informasi, dan
Pariwisata;
o. Penyediaan dan Pengembangan Statistik Peternakan, Perikanan, dan
Kehutanan;dan
p. Penyediaan dan Pengembangan Statistik Tanaman Pangan, Holtikultura, dan
Perkebunan.
2. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPS
(DMPTTL), dengankegiatan:
a. Penyusunan, Pengembangan, dan Evaluasi Program danAnggaran;
b. Pelayanan Publik, Hubungan Masyarakat danHukum;
c. Pengelolaan dan Pengembangan AdministrasiKepegawaian;
d. Pengelolaan dan Pengembangan AdministrasiKeuangan;
e. Dukungan Manajemen BPSLainnya;
f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPSProvinsi;
g. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Negara (BPS);dan
h. Penyelenggaraan Sekolah Tinggi Ilmu Statistik(STIS).
3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPS (PSPA), dengan kegiatan:
a. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara BPS serta Operasional
Perkantoran Lainnya;dan
b. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara BPSProvinsi.
4. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPS (PPAA), dengan
kegiatan:
a. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Inspektorat I;
b. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Inspektorat II;dan
c. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Inspektorat III.
E. Penjelasan Sasaran Strategis BPS dalam Perspektif Balance Scorecard
Baik dalam Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 40 Tahun 2015 tentang
Rencana Strategis Badan Pusat Statistik Tahun 2015-2019 maupun pada Laporan Kinerja
BPS 2015, tidak ada pengklasifikasian sasaran strategis ke dalam perspektif-perspektif pada
konteks Balance Scorecard. Rencana strategis dan sasaran strategis sudah dirumuskan
sebagai alat pengejawantahan nyata dari visi dan misi BPS sebagai lembaga negara yang
bertanggung kawab atas validitas data statistik di Indonesia. Oleh karena itu, penulis pada
kesempatan ini berusaha untuk mengklasifikasikan sasaran-sasaran strategis yang telah
dirumuskan pada perspektif-perspektif yang telah dikenal pada konsep Balance Scorecard.
Dimana terdapat empat perspektif, yaitu customer/stakeholder perspective, internal process
perspective, learning and growth perspective, dan financial perspective.
Sasaran Stretegis dalam Klasifikasi Perspektif Balanced Scorecard
1. Customer/Stakeholder Perspective
Perspektif pelanggan atau pemangku kepentingan ini berarti sasaran straegis yang
ingin dicapai oleh BPS dalam hal ini berkaitan dengan hubungannya dengan para pemangku
kepentingan dan pelanggan yang merupakan user dari output kerja BPS. Berikut sasaran-
sasaran strategis yang menurut penulis termasuk dalam perspektif ini.
Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Kepercayaan Pengguna terhadap Kualitas Data
BPS
Sasaran ini merupakan sasaran yang menempatkan pengguna data sebagai acuan
keberhasilan BPS sebagai penyedia data statistik nasional. Sehingga memang paling cocok
masuk ke dalam perspektif pelanggan atau pemangku kepentingan. Indikator-indikator yang
dijadikan tolok ukur pencapaian sasaran strategis ini antara lain:
Persentase konsumen yang merasa puas dengan kualitas data BPS;
Persentase konsumen yang selalu menjadikan data dan informasi statistik BPS sebagai
rujukan utama;
Persentase pemutakhiran data MFD dan MBS;
Jumlah aktivitas statistik yang mempublikasikan nilai akurasi;
Jumlah publikasi/laporan statistik yang terbit tepat waktu;
Jumlah release data statistik yang tepat waktu; dan
Jumlah publikasi/laporan sensus yang terbit tepat waktu.
Sasaran Strategis 4: Meningkatnya Kualitas Hubungan dengan Pengguna Data (User
Engagement)
Sebagai lembaga negara yang mempunyai fungsi utama sebagai penyedia data
statistik di berbagai sektor, BPS memiliki pengguna data yang sangat luas sebarannya.
Sehingga hubungan BPS dengan para pengguna datanya sangat penting untuk dijaga
kualitasnya. Berikut indikator sasaran yang digunakan untuk sasaran strategis ini:
Persentase konsumen yang puas akan layanan data BPS;
Jumlah pengunjung eksternal yang mengakses data dan informasi statistik melalui
website;
Persentase konsumen yang puas terhadap akses data BPS;
Persentase pengguna layanan yang merasa puas terhadap pemenuhan sarana dan
prasarana BPS;
Sasaran Startegis 5: Meningkatnya Koordinasi dan Kerjasama dalam Penyelenggaran
SSN
Sasaran strategis berikut ini penulis masukkan ke perspektif pelanggan atau
pemangku kepentingan karena salah satu arah kebijakannya berdasarkan renstra sangat
berkaitan dengan penciptaan iklim yang kondusif bagi K/L maupun swasta, dimana adalah
pemangku kepentingan bagi BPS, untuk berkoordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan
SSN. Dengan strategi yang dirumuskan:
Meningkatkan kemudahan akses bagi K/L maupun swasta dalam memberikan
metadata kepada BPS; dan
Mengoptimalkan pembinaan penyelenggaraan statistik di K/L maupun swasta.
Sedangkan indikator yang digunakan sebagai ukuran keberhasilan sasaran strategis ini
adalah:
Jumlah metadata kegiatan statistik sektoral dan khusus yang dihimpun.
Sasaran Strategis 6: Meningkatnya Kualitas Pembinaan dalam Penyelenggaraan SSN
Hampir sama dengan sasaran strategis sebelumnya, poin ini penulis juga masukkan ke
dalam perspektif pelanggan atau pemangku kepentingan karena arah kebijakan dan
strateginya yang bertumpu pada perspektif K/L dan swasta sebagai salah satu pemangku
kepentingan bagi BPS. Adapun arah kebijakannya adalah penciptaan ilkim yang kondusif
untuk pembinaan dalam penyelenggaraan SSN. Sedangkan strategi yang dirumuskan adalah:
Meningkatkan kemudahan akses bagi K/L maupun swasta dalam memberikan
metadata kepada BPS; dan
Mengoptimalkan pembinaan untuk pemberdayaan insan statistik di K/L maupun
swasta.
2. Internal Process Perspective
Perspektif proses internal ini adalah alat bagi entitas publik untuk menciptakan nilai
bagi para pemangku kepentingan. Sehingga perspektif ini berusaha mengidentifikasikan
proses yang dibutuhkan untuk memenuhi kepntingan pengguna data BPS. Sasaran strategis
yang termasuk dalam perspektif ini menurut penulis adalah:
Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Kualitas Hubungan dengan Sumber Data
(Respondent Engagementi)
Fungsi utama BPS sebagai penyedia data statistik nasional tentu sangat
mengutamakan kualitas data statistik yang dihasilkan. Data keluaran (output) tersebut tidak
akan menjadi data yang andal jika data masukannya (input) juga tidak baik kualitasnya dalam
hal validitas datanya. Oleh karena itu hubungan dengan sumber data merupakan sesuatu yang
sangat penting bagi BPS sebagai suatu cara dalam menjaga kualitas data yang diproses dan
pada akhirnya pada data yang dihasilkan. Sehingga penulis memasukkan sasaran strategis ini
dalam perspektif proses internal. Adapun indikator sasaran yang djadikan tolok ukur
keberhasilan adalah:
Persentase pemasukan dokumen (response rate) survei dengan pendekatan rumah
tangga;
Persentase pemasukan dokumen (response rate) survei dengan pendekatan usaha;
Sasaran Strategis 3: Memastikan Pengendalian Mutu yang Ekonomis, Efektif, dan
Efisien
Dalam pelaksanaan tugas BPS untuk memenuhi tugasnya sebagai penyedia data
statistik nasional serta dalam rangka penjaminan mutu kualitas data, pengendalian mutu
mutlak dibutuhkan. Pengendalian mutu di sini berarti perbaikan proses internal dalam rangka
menghasilkan data keluaran yang nantinya akan digunakan oleh para pengguna. Sehingga
menurut penulis sasaran strategis ini akan lebih cocok jika masuk ke perspektif proses
internal. Adapun indikator sasaran adalah:
Jumlah self assessment aktivitas statistik mandiri yang dihimpun.
Sasaran Strategis 8: Meningkatnya Pengawasan dan Akuntabilitas Kinerja Aparatur
BPS
Sebagai entitas publik, BPS tentu mempunyai tanggung jawab akuntabilitas kepada
publik. Pun masalah kinerja, BPS harus mampu mempertanggungjawabkan kinerja kepada
masyarakat. Oleh karrena itu perlu dibentuk suatu kontrol yang memadai guna menuju
kinerja yang baik dan mampu dipertanggunjawabkan sesuai dengan sasaran yang
dipercayakan kepadanya. Oleh karena itu pengawasan yang baik harus dilakukan. Sehingga
meningkatkan pengawasan dan akuntabilitas kinerja aparatur menjadi sasaran yang sesuai
untuk perspektif proses internal. Adapun indikator yang dijadikan tolok ukur adalah:
Hasil Penilaian SAKIP oleh Kementerian PAN & RB;
Hasil Penilaian Reformasi Birokrasi oleh Kementerian PAN & RB;
Persentase satker yang mendapatkan nilai evaluasi SAKIP kategori Baik (dari
satker yang diperiksa)
3. Learning and Growth Perspective
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah sumber kemampuan yang
memungkinkan pencapaian ketiga perspektif lain. Atau dengan kata lain adala kemampuan
yang dimiliki entitas publik dalam rangka memenuhi tugas dan fungsinya. Dalam hal ini bagi
BPS adalah kemampuan internal untuk menjalankan fungsinya sebagai penyedia data statistik
nasional. Berikut menurut penulis sasaran strategis yang termasuk dalam perspektif ini:
Sasaran Strategis 7: Meningkatnya Kualitas Manajemen Sumber Daya Manusia BPS
Memberikan data statistik yang andal dan berkualitas tinggi bukanlah tugas yang
mudah. Diperlukan SDM yang berkompeten guna menunjang tugas dan fungsi yang diemban
BPS. Guna mewujudkan hal tersebut, perlu diadakan kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas SDM. Adapun indikator yang dijadikan ukurannya adalah:
Persentase Pegawai yang menduduki jabatan fungsional tertentu; dan
Persentase pegawai yang berpendidikan minimal Diploma IV atau Strata I
4. Financial Perspective
Pada sektor swasta, perspektif keuangan adalah perspektif utama yang ingin dicapai
dengan ketiga perspektif lainnya sebagai alat. Namun, hal ini tidak berlaku untuk sektor
publik. Sektor publik yang fungsi utamanya sebagai penyedia barang dan jasa publik tentu
memilki pola yang berbeda. Perspektif utama bagi entitas publik adalah perspektif pelanggan
atau pemangku kepentingan, dengan ketiga perspektif lainnya digunakan sebagai alat untuk
menunjang perspektif utama. Perspektif keuangan adalah sumber daya yang dipercayakan
untuk digunakan dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya. Karena keuangan disini
merupakan salah satu lingkup dari keuangan negara sehingga salah satu faktor yang penting
adalah akuntabilitas. Pun begitu dengan BPS. Sehingga perspektif keuangan di bagian ini
merupakan juga salah satu alat untuk mencapai perspektif pelanggan atau pemangku
kepentingan. Berikut sasaran strategis pada BPS menurut penulis masuk ke perspektif
keuangan
Sasaran Strategis 9: Meningkatnya Tata Kelola Penggunaan Anggaran dan
Pelaksanaan Kegiatan
Tentunya sebagai entitas publik yang masuk ke ranah keuangan publik, akuntabilitas
anggaran akan pula dipertanggungjawabkan oleh BPS. Anggaran yang dipercayakan haruslah
digunakan sesuai dengan peruntukannya dan digunakan sebaik-baiknya guna mencapai
kinerja terbaik yang ditargetkan. Oleh karena itu, menurut penulis sasaran strategis ini paling
tepat dikategorikan sebagai perspektif keuangan. Adapun indikatornya adalah:
Opini terhadap Laporan Keuangan BPS oleh BPK
F. Simpulan dan Saran
Walaupun BPS belum mengklasifikasikan sasaran strategis pada perspektif-perspektif
yang ada pada konteks Balanced Scorecard, tetapi secara keseluruhan keempat perspektif
tersebut telah diwakili oleh sasaran strategis yang ada. Sehingga penulis masih dapat
mengidentifikasi dan mengklasifikasikannya pada keempat perspektif Balance Scorecard.
Keempat perspektif tersebut adalah perspektif pelanggan (customer) atau pemangku
kepentingan (stakeholder), perspektif proses internal (internal process), perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth), dan perspektif keuangan (financial).
Balanced Scorecard yang diimplementasikan olek BPS telah mampu mentranslasikan visi,
misi, dan strategi dari BPS sebagai salah satu entitas publik yang berfungsi sebagai penyedia
data statistik.
Saran penulis adalah agar BPS dapat terus mengevaluasi model Balanced Scorecard
yang telah dimiliki agar selalu sesuai dengan kondisi terkini dan tetap sejalan dengan visi dan
misi yang dimiliki. Berikutnya penulis menyarankan untuk BPS agar mengklasifikasikan
sasaran strategis yang ada ke dalam empat perspektif Balanced Scorecard sehingga model
yang ada akan tergambarkan dengan lebih jelas dan utuh.
Daftar Pustaka

Kaplan, R. S., & Norton, D. P. (1996). Using the balanced scorecard as a strategic
management system.
Into Action, S. (1996). Balanced scorecard. Harvard Business School Press, Boston,
MA.
Ciptani, M. K. (2004). Balanced Scorecard Sebagai Pengukuran Kinerja Masa
Depan: Suatu Pengantar. Jurnal akuntansi dan keuangan, 2(1), pp-21.

Data Publik
Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Tentang Rencana Strategis Badan Pusat
Statistik Tahun 2015-2019.
Laporan Kinerja Badan Pusat Statistik Tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai