Anda di halaman 1dari 24

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
JAKARTA

IMPLEMENTASI PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DI


KPP PRATAMA KUALA TUNGKAL

Diajukan Oleh:
Fandy Abdi Darma (8)
NPM 1401160191
Kelas 9.1 Alih Program

PROGRAM DIPLOMA-IV AKUNTANSI ALIH PROGRAM


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
SEMESTER IX T.A. 2017/2018

1
ABSTRAK

Sistem Pengendalian Intenal (SPI) merupakan salah satu elemen kunci dalam menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif. Dengan adanya sistem pengendalian internal, maka semua
proses bisnis seharusnya jalan sesuai jalurnya masing-masing. Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah merupakan amanat Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara pasal 58 ayat 1 dan 2. Dengan adanya amanat tersebut lahirlah Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang mengadopsi dari
COSO. Di kementerian keuangan sendiri, hal itu diatur dalam KMK 32/KMK.09/2013
tentang Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern Dan Pedoman Teknis
Pemantauan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan. Direktorat Jenderal
Pajak yang merupakan unit eselon satu dari kementerian keuangan juga menerapkan SPI.
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pengendalian intern dalam lingkup KPP
dimana peran low class management dan middle class management sangat tinggi. Teknik
pengumpulan data melalui studi kepustakaan (literatur) dan dokumentasi. Penulisan
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan studi kasus. Berdasarkan hasil pembahasan
penerapan pengendalian intern di KPP Pratama Kuala Tungkal sudah cukup baik sesuai
dengan aturan yang berlaku, tapi masih ditemukan beberapa kendala dalam penerapan
pengendalian intern terutama di unsur penilaian risiko, kegiatan pengendalian, dan
pemantauan pengendalian intern.

Kata Kunci : Sistem Pengendalian Internal, COSO

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................................1


ABSTRAK .............................................................................................................................2
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................4
A. Latar Belakang ..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan ...............................................................................................................5
D. Ruang Lingkup Penulisan .................................................................................................5
E. Metode Penulisan ...............................................................................................................5
F. Sistematika Penulisan ........................................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................................8
A. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah .........................................................................8
B. Konsep Three Lines of Defense .......................................................................................10
C. Unit Kepatuhan Internal KPP ..........................................................................................11
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................................12
A. Lingkungan Pengendalian ...............................................................................................12
B. Penilaian Risiko ..............................................................................................................12
C. Kegiatan Pengendalian ....................................................................................................14
D. Informasi dan Komunikasi ..............................................................................................15
E. Pemantauan ......................................................................................................................18
F. Hambatan Unit Kepatuhan Internal .................................................................................20
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................ 22
A. Simpulan ..........................................................................................................................22
B. Saran ...............................................................................................................................23
Daftar Pustaka .................................................................................................................... .24

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengendalian internal dirancang untuk memberikan keyakinan memadai (reasonable
assurance) terhadap pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu, tidak ada jaminan mutlak
bahwa tujuan tersebut akan tercapai secara sempurna. Hal ini terjadi karena pengendalian
intern dirancang berdasarkan biaya dan manfaat dan keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh
faktor manusia. Meskipun telah dirancang dengan baik, pengendalian internal tetap memiliki
keterbatasan seperti pertimbangan yang kurang matang, kegagalan menerjemahkan perintah,
pengabaian manajemen, dan adanya kolusi.
Kementerian Keuangan yang mempunyai tugas utama dalam perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan di bidang penganggaran, pajak, kepabean dan cukai, perbendaharaan,
kekayaan negara, perimbangan keuangan, dan pengelolaan pembiayaan dan risiko merespon
munculnya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 dengan menerbitkan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 32/KMK.09/2013 tentang Kerangka Kerja Penerapan
Pengendalian Intern dan Pedoman Teknis Pemantauan Pengendalian Intern di Lingkungan
Kementerian Keuangan. Dengan terbitnya peraturan tersebut, seluruh unit eselon I di bawah
Kementerian Keuangan harus mulai melaksanakan penerapan pengendalian intern sesuai
dengan aturan yang telah diterbitkan.
Pengendalian internal merupakan proses integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilaksanakan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan laporan keuagan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Mengingat pentingnya tujuan pengendalian tersebut, maka setiap
pimpinan dan pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan perlu meningkatkan penerapan
pengendalian internal secara sistematis, terstruktur, dan terdokumentasi dengan baik untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih dalam
mengenai kegiatan penerapan pengendalian intern di Direktorat Jenderal Pajak yang
merupakan salah satu unit eselon I di bawah Kementerian Keuangan yang mempunyai
struktur organisasi dengan jenjang hierarki yang panjang serta unit kerja yang tersebar di
seluruh Indonesia. Ruang lingkup pembahasan yang akan diambil adalah Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama dimana peran low class management dan middle class management
sangat berpengaruh terhadap penerapan pengendalian intern yang dapat berakibat langsung
4
pada kinerja instansi, reputasi instansi, dan tingkat kepuasan stakeholder atas pelayanan yang
diberikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, maka rumusan masalah yang akan di
bahas dalam makalah ini adalah bagaimana implementasi penerapan pengendalian intern
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 32/KMK.09/2013 tentang Kerangka Kerja
Penerapan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan pada KPP Pratama
Kuala Tungkal.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi penerapan
pengendalian intern berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 32/KMK.09/2013
tentang Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian
Keuangan pada KPP Pratama Kuala Tungkal.
D. Ruang Lingkup Pembahasan
Pembahasan makalah ini dibatasi pada implementasi penerapan pengendalian intern
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 32/KMK.09/2013 tentang Kerangka Kerja
Penerapan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan. Unit kerja yang akan
dijadikan objek penelitian adalah KPP Pratama Kuala Tungkal atas penerapan unsur-unsur
pengendalian intern yang mennganut konsep dari COSO meliputi lingkungan pengendalian,
penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Pada
makalah ini juga akan dijelaskan mengenai program-program yang dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak dalam lingkup KPP untuk mendukung penerapan pengendalian
intern yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
E. Metode Penulisan
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah deskriptif kualitatif,
yang bertujuan untuk menggambarkan kondisi dari objek penulisan. Objek penulisan dari
makalah ini adalah kegiatan penerapan pengendalian intern pada KPP Pratama Kuala
Tungkal. Teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan dan dokumentasi. Jenis data
yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa peraturan/dasar hukum
sistem pengendalian intern pemerintah, standard operating procedure pelaksanaan
pemantauan dan pelaporan pemantauan, buku dan tulisan mengenai sistem pengendalian
intern pemerintah khususnya pada lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.

5
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang dari pembahasan, ruang lingkup
pembahasan, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, serta
sistematika pembahasan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menyajikan landasan teori dari permasalahan yang di bahas. Akan
dijelaskan mengenai sistem pengendalian internal pemerintah, konsep three
lines defense, serta penjelasan mengenai Unit Kepatuhan Internal pada
Direktorat Jenderal Pajak.
BAB III PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan pembahasan mengenai implementasi penerapan
pengendalian intern pada KPP Pratama Kuala Tungkal yang mencakup
lingkungan 4 pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi
dan komunikasi, serta pemantauan.
BAB IV PENUTUP
Pada bagian ini disampaikan simpulan dari pembahasan yang telah dilakukan.

6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
Pemerintah telah banyak mengeluarkan berbagai bentuk sistem yang seluruhnya berakhir
pada tujuan untuk mewujudkan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Penyelenggaraan pemerintahan tentu memiliki kegiatan yang cukup banyak dan sangat luas,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, pengawasan hingga evaluasi.
Maka untuk dapat mewujudkan tata kelola penyenggaraan pemerintah yang baik tersebut
pemerintah membentuk suatu sistem yang dapat mengendalikan seluruh kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan. Sistem yang dimaksud adalah Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah atau sering disingkat dengan SPIP.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah adalah
“Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai
atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.”
Dengan adanya SPIP tersebut diharapkan dapat menciptakan kondisi dimana terdapat budaya
pengawasan terhadap seluruh organisasi dan kegiatan sehingga dapat mendeteksi terjadinya
sejak dini kemungkinan penyimpangan serta meminimalisir terjadinya tindakan yang dapat
merugikan negara.
Unsur SPIP mengacu pada konsep Sistem Pengendalian Intern yang dikemukakan
oleh The Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission (COSO), yaitu
meliputi:
1. Lingkungan pengendalian
Dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 yang menjadi sub unsur pertama dari lingkungan
pengendalian adalah pembangunan integritas dan nilai etika organisasi dengan maksud agar
seluruh pegawai mengetahui aturan untuk berintegritas yang baik dan melaksanakan
kegiatannya dengan sepenuh hati dengan berlandaskan pada nilai etika yang berlaku untuk
seluruh pegawai tanpa terkecuali. Integritas dan nilai etika tersebut perlu dibudayakan,
sehingga akan menjadi suatu kebutuhan bukan keterpaksaan. Oleh karena itu, budaya kerja
yang baik pada instansi pemerintah perlu dilaksanakan secara terus menerus tanpa henti.

7
Selanjutnya, dibuat pernyataan bersama untuk melaksanakan integritas dan nilai etika
tersebut dengan menuangkannya pada suatu pernyataan komitmen untuk melaksanakan
integritas. Pernyataan ini berupa pakta (pernyataan tertulis) tentang integritas yang
berisikan komitmen untuk melaksanakannya. Selain itu, kompetensi yang merupakan
kewajiban pegawai di bidangnya masing-masing.
Komitmen yang dilaksanakan secara periodik tersebut perlu dipantau dan dalam
pelaksanaannya perlu diimbangi dengan adanya kepemimpinan yang kondusif sebagai
pemberi teladan untuk dituruti seluruh pegawai. Agar dapat mendorong terwujudnya hal
tersebut, maka diperlukan aturan kepemimpinan yang baik. Aturan tersebut perlu
disosialisasikan kepada seluruh pegawai untuk diketahui bersama.
Demikian juga, struktur organisasi perlu dirancang sesuai dengan
kebutuhan dengan pemberian tugas dan tanggung jawab kepada pegawai dengan tepat.
Terhadap struktur yang telah ditetapkan, perlu dilakukan analisis secara berkala tentang
bentuk struktur yang tepat. Diperlukan pembinaan sumber daya manusia yang tepat
sehingga tujuan organisasi tercapai. Disamping itu, keberadaan aparat pengawasan intern
pemerintah (APIP) perlu ditetapkan dan diberdayakan secara tepat agar dapat berperan
secara efektif. Hal lainnya yang perlu dibangun dalam penyelenggaraan lingkungan
pengendalian yang baik adalah menciptakan hubungan kerja sama yang baik diantara
instansi pemerintah yang terkait.
Untuk membangun kondisi yang nyaman sebagaimana disebutkan di atas, maka
lingkungan pengendalian yang baik harus memiliki kepemimpinan yang kondusif.
Kepemimpinan yang kondusif diartikan sebagai situasi dimana pemimpin selalu mengambil
keputusan dengan mendasarkan pada data hasil penilaian risiko. Berdasarkan kepemimpinan
yang kondusif inilah, maka muncul kewajiban bagi pimpinan untuk menyelenggarakan
penilaian risiko di instansinya.
2. Penilaian risiko
Penilaian resiko dilakukan dengan mengidentifikasi dan analisis atas resiko pada
tahapan-tahapan kegiatan (transaksional). Resiko yang telah teridentifikasi kemudian
dianalisis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan. Pendekatan ini akan
menghasilkan kegiatan pengendalian yang sifatnya rutin atau berjalan terus menerus.
Penilaian risiko dengan dua sub unsurnya, dimulai dengan melihat kesesuaian antara tujuan
kegiatan yang dilaksanakan instansi pemerintah dengan tujuan sasarannya, serta kesesuaian
dengan tujuan strategik yang ditetapkan pemerintah. Setelah penetapan tujuan, instansi
pemerintah melakukan identifikasi risiko atas risiko intern dan ekstern yang dapat
8
mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan tersebut, kemudian menganalisis risiko yang
memiliki probability kejadian dan dampak yang sangat tinggi sampai dengan risiko yang
sangat rendah.
3. Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian dibangun dengan maksud untuk merespon risiko yang dimiliki
instansi pemerintah dan memastikan bahwa respon tersebut efektif. Seluruh penyelenggaraan
unsur SPIP tersebut haruslah dilaporkan dan dikomunikasikan serta dilakukan pemantauan
secara terus-menerus guna perbaikan yang berkesinambungan.
4. Informasi dan Komunikasi
Pimpinan instansi pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan
mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Untuk
menyelenggarakan komunikasi yang efektif sekurang-kurangnya lewat (a) menyediakan dan
memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi dan (b) mengelola, mengembangkan,
dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus.
5. Pemantauan
Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan pemantauan sistem pengendalian intern.
Pemantauan Sistem Pengendalian Internal dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan,
evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya. Pemantauan
berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan,
rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas. Evaluasi terpisah
diselenggarakan melalui penilaian
sendiri, reviu, dan pengujian
efektivitas SPI yang dapat dilakukan
aparat pengawasan internal pemerintah
atau pihak eksternal pemerintah dengan
mengunakan daftar uji pengendalian
intern. Tindak lanjut rekomendasi hasil
audit dan reviu lainnya harus
segera diselesaikan dan dilaksanakan
sesuai dengan mekanisme
penyelesaian rekomendasi hasil
audit dan reviu lainnya yang
ditetapkan.

9
B. Konsep Three Lines of Defense
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 32/KMK.09/2013 tentang Kerangka
Kerja Penerapan Pengendalian Intern dan Pedoman Teknis Pemantauan Pengendalian Intern
di Lingkungan Kementerian Keuangan, konsep tiga lini pertahanan memandang
implementasi pengendalian intern sebagai lini pertahanan tiga lapis yaitu :
1. Lini pertahanan pertama adalah manajemen dan seluruh pegawai yang melaksanakan
proses bisnis. Lini pertahanan ini merupakan lini pertahanan terpenting dalam mencegah
kesalahan, mendeteksi kecurangan, serta mengidentifikasi kelemahan dan kerentanan
pengendalian. Dengan demikian, seluruh pimpinan dan pegawai harus memahami dan
melaksanakan dengan sungguh-sungguh tugas dan tanggung jawab pengendalian
kegiatan masing-masing. Peran dan tanggung jawab manajemen dan setiap pegawai
Kementerian Keuangan adalah (1) pimpinan unit eselon I menetapkan kebijakan
penerapan pengendalian intern unit eselon I, (2) pimpinan unit eselon I melaporkan hasil
pemantauan pengendalian intern unit eselon I kepada Menteri Keuangan, (3) setiap level
pimpinan unit eselon I sampai dengan unit eselon IV berperan aktif dalam menciptaan
dan memelihara lingkungan pengendalian yang kondusif, dan (4) setiap level pimpinan
unit eselon I sampai dengan unit eselon IV dan setiap pegawai berperan aktif dalam
melaksanakan unsur-unsur pengendalian intern berupa penilaian risiko, kegiatan 6
pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan berkelanjutan sesuai dengan
tugas dan tanggung jawabnya.
2. Lini pertahanan kedua merupakan fungsi pemantauan. Dalam konteks pengendalian
intern di Kementerian Keuangan, fungsi ini dijalankan oleh Unit Kepatuhan Internal
yang bertugas memantau pengendalian intern di setiap tingkatan manajemen. Unit
pemantau ini harus memperingatkan lini pertahanan pertama apabila dijumpai kelemahan
pengendalian intern baik dari segi tahapan rancangan sampai dengan tahapan
pelaksanaanya. Peran dan tanggung jawab adalah (1) mendorong pengembangan dan
penerapan pengendalian intern sesuai tugas dan tanggung jawabnya, (2) melakukan
pemantauan pengendalian intern sesuai tugas dan tanggung jawabnya, dan (3)
melaporkan hasil pemantauan pengendalian intern kepada pimpinan dan Inspektur
Jenderal.
3. Lini pertahanan ketiga adalah fungsi auditor internal. Dalam konteks pengendalian intern
di Kementerian Keuangan, fungsi ini dijalankan oleh Inspektorat Jenderal. Dengan
demikian, seluruh organisasi harus memperhatikan dengan seksama rekomendasi
Inspektorat Jenderal untuk peningkatan pengendalian intern dan memperbaiki
10
kekurangan. Peran dan tanggung jawab Inspektorat Jenderal adalah (1) memberikan
konsultasi penerapan pengendalian intern di lingkungan Kementerian Keuangan, (2)
memberikan assurance secara independen dan objektif bahwa pengendalian intern telah
dilaksanakan secara efektif dan efisien antara lain melalui audit atas lini pertahanan
pertama dan kedua untuk memastikan pelaksanaan tugas dengan baik, dan (3)
melaporkan kecurangan atau kekeliruan yang terjadi dan kelemahan pengendalian yang
membahayakan organisasi.
C. Unit Kepatuhan Internal Direktorat Jenderal Pajak
Pelaksanaan proses pengendalian internal di Direktorat Jendral Pajak dimulai tahun 2012
sesuai dengan KEP-238/PJ/2012 tentang Penerapan Pengendalian Intern Direktorat Jendral
Pajak 7 yang salah satunya menjadi awal terbentuknya UP3I (Unit Pelaksana Pemantauan
Pengendalian Intern) yang sekarang berubah menjadi UKI. Pembentukan Unit Kepatuhan
Internal (UKI) ditujukan untuk melaksanakan tugas:
1. Pemantauan pengendalian intern
2. Pemantauan pengelolaan/manajemen risiko
3. Pemantauan kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin pegawai
4. Pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan
5. Perumusan rekomendasi perbaikan proses bisnis
UKI di DJP dilaksanakan oleh: (1) Bagian Umum (c.q. Kepala Subbagian Bantuan
Hukum, Pelaporan, dan Kepatuhan Internal) pada Kanwil; (2) Bagian Umum dan Kepatuhan
Internal pada PPDDP; (3) Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal pada KPP; dan (4)
Subbagian Tata Usaha dan Kepatuhan Internal pada KPDDP, KPDE, dan KLIP DJP.

11
BAB III
PEMBAHASAN
A. Lingkungan Pengendalian KPP Pratama Kuala Tungkal
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kuala Tungkal merupakan salah satu instansi
vertikal Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada di bawah koordinasi dari Kantor
Wilayah Sumatera Barat dan Jambi. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal
Pajak, struktur organisasi KPP Pratama Kuala Tungkal adalah sebagai berikut :

Menurut Mulyadi, salah satu komponen pengendalian internal adalah struktur organisasi.
Struktur organisasi merupakan kerangka (framework) pembagian tanggung jawab fungsional
kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan,
seperti pemisahan setiap fungsi untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi.
B. Penilaian Resiko KPP Pratama Kuala Tungkal
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.01/2016 tentang
Manajemen Risiko di Lingkungan Kementerian Keuangan pasal 14 menyebutkan bahwa
proses manajemen risiko terdiri atas tahapan sebagai berikut : (1) komunikasi dan konsultasi,
(2) penetapan konteks, (3) penilaian risiko yang meliputi identifikasi risiko, analisis risiko,
dan evaluasi risiko, (4) penanganan risiko, dan (4) pemantauan dan reviu. Bentuk komunikasi
dan kosultasi dalam penerapan manajemen risiko itu meliputi rapat berkala, rapat insidential,
focused group discussion, dan forum pengelola risiko.
Dalam penerapannya, proses komunikasi dan konsultasi penerapan manajemen risiko
ini sangat minim dilaksanakan. Pada KPP Pratama Kuala Tungkal hanya dilakukan rapat
berkala yang biasanya dilakukan sekali per semester dalam penetapan konteks dan penilaian
risiko. Dalam rapat berkala tersebut akan dibahas mengenai pembentukan Tim Manajemen
Risiko di tingkat KPP dengan susunan sebagai berikut :

12
Tabel 1. Susunan Tim Manajemen Resiko di KPP Pratama Kuala Tungkal
Selanjutnya adalah analisi risiko yang pada umumnya dilakukan oleh para eselon IV dengan
Kepala Kantor serta tim manajemen resiko. Pada tahapan ini dilakukan klasifikasi risiko dan
penentuan respon, mana saja risiko yang tergolong ringan dan dapat dibiarkan saja, dan mana
saja risiko yang tergolong berat yang harus segera dilakukan tindak lanjut dengan membuat
kebijakan kerja yang sesuai untuk menghindari risiko tersebut atau meminimalkan akibat jika
seandainya risiko tetap akan terjadi. Biasanya ketika resiko sudah dikategorikan dalam ringan
dalam beberapa tahun, maka resiko tersebut akan di drop dari daftar resiko. Berikut contoh
hasil analisis resiko yang dilakukan di KPP Pratama Kuala Tungkal.

Tabel 2. Penilaian Resiko di KPP Pratama Kuala Tungkal

13
Dari tabel di atas didapatkan peta risiko terkait kegiatan-kegiatan yang dijadikan agenda
prioritas. Dari tiap-tiap kegiatan, dilakukan identifikasi risiko oleh si pemilik risiko, atau
mungkin juga dilakukan oleh Kepala Seksi yang melakukan supervisi langsung atas kegiatan
tersebut. Jumlah risiko yang teridentifikasi tidak menentukan secara langsung tindak lanjut
apa yang nantinya akan diambil oleh Kepala Kantor, dan biasanya identifikasi risiko hanya
mencantumkan risiko dengan tingkatan sedang dan berat. Respon atas risiko tersebut akan
berkaitan dengan kegiatan pengendalian berikutnya yang akan dilakukan secara rutin untuk
menyelennggarakan kegiatan-kegiatan yang sudah diprioritaskan tersebut.
C. Kegiatan Pengendalian di KPP Pratama Kuala Tungkal
Kegiatan Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dapat membantu
memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan instansi pemerintah untuk merespon risiko.
Kegiatan pengendalian diselenggarakan sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dan
tugas fungsi unit kerja yang bersangkutan. Menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak
Nomor KEP-238/PJ/2012 tentang Penerapan Pengendalian Intern di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak, kegiatan pengendalian dilaksanakan antara lain melalui pemberian
persetujuan (approval), otorisasi (authorization), verifikasi (verification), reviu atas kinerja
operasi (review of operating performance), pengamanan aktiva (security of asset), dan
pemisahan tugas (segregation of duties).
Pelaksanaan kegiatan pengendalian di KPP Pratama Kuala Tungkal sudah cukup baik.
Setiap kegiatan sudah melalui alur hierarki yang sesuai dan proses dokumentasi yang cukup.
Setiap penugasan dari Kepala Kantor diproses oleh Sekretaris Kepala Kantor melalui menu
Admnisitrasi Surat Masuk pada Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP),
kemudian dilanjutkan mencetak lembar disposisi yang tercatat secara urut berdasarkan nomor
cetak yang diproses oleh sistem dan menyebarkan disposisi penugasan tersebut ke seksi yang
terkait. Pelaksana seksi terkait akan mencetak lembar disposisi untuk seksi dan meneruskan
kepada Kepala Seksi. Kepala Seksi akan melakukan penelaahan tindak lanjut atas penugasan
yang telah diterima. Jika penugasan tersebut dilanjutkan kepada pelaksana, maka Kepala
Seksi akan memberikan perintah tindak lanjut pada lembar disposisi seksi dan memberikan
tanda contreng pada nama pelaksana yang harus menindaklanjuti disposisi tersebut.
Setelah pelaksana menyelesaikan penugasan, hasil pekerjaannya akan diberikan kembali
kepada Kepala Seksi untuk memberikan paraf atau tanda tangan sesuai kewenanangannya.
Dalam hal verifikasi dan otorisasi, setiap pegawai telah mempunyai username dan password
masing-masing dalam melaksanakan tugas sesuai kewenangannya. Username dan password
tersebut merupakan tanggung jawab dari masing-masing pegawai dan tidak disebarluakan
14
untuk pegawai lain, kecuali ada penugasan yang sangat mendesak dan pegawai yang
mempunyai hak untuk mengotorisasi tugas tersebut sedang tidak berada di kantor. Setiap
Kepala Seksi juga sudah cukup melakukan reviu dalam penugasan yang diberikan kepada
pelaksananya, termasuk memberikan arahan dan petunjuk jika ada hal-hal yang memang
tidak 14 bisa diselesaikan di level pelaksana khususnya dalam hal pengambilan kebijakan
yang berpengaruh terhadap seksi terkait.
Dalam pengamanan aktiva khususnya kendaraan dinas, setiap pegawai sudah membuat
pernyataan tanggung jawab atas penggunaan kendaraan dinas yang dipakainya dan
mengembalikannya ke halaman parkir kantor jika sudah selesai digunakan dalam bertugas.
Seluruh kunci kendaraan akan di simpan di Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal. Tetapi
hal ini hanya berlaku untuk kendaraan bermotor beroda empat, sedangkan untuk motor masih
banyak pegawai yang menggunakannya di luar jam kantor. Bagi pegawai yang menggunakan
rumah dinas, diharuskan untuk membuat surat pernyataan menenpati rumah dinas.
Dalam hal penggunaan komputer, belum semua pegawai memberikan password di
komputernya. Kemudian untuk pemisahan tugas, setiap pegawai sudah bekerja sesuai tugas
dan fungsi pokonya di seksinya masing-masing, tidak ada pegawai yang merangkap tugas
karena jumlah pegawai di KPP Pratama Kuala Tungkal sudah dianggap cukup. Selain itu
dalam hal pelaksanaan penugasan terkait tugas pokok dan fungsi KPP, pegawai KPP Pratama
Kuala Tungkal berpedoman pada standard operating prosedur untuk melaksanakan berbagai
proses bisnis di KPP. Standard operating procedure tersebut telah terdokumnetasi dengan
baik pada aplikasi Sistem Informasi Kepegawaian, Keuangan, dan Aktiva yang telah
dikelompokkan berdasarkan unit kerja maupun unit operasional. Pegawai KPP Pratama
Kuala Tungkal juga menggunakan aplikasi TKB dalam mencari peraturan perundang-
undangan perpajakan yang terbaru. Jika dalam pelaksanaan tugas tidak ditemukan dasar
hukum atau standard operating procedure yang sesuai, pegawai KPP Pratama Kuala Tungkal
akan mendiskusikan hal tersebut kepada pimpinannya sesuai keahliannya masing-masing.
D. Informasi dan Komunikasi
Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 32/KMK.09/2013 tentang Kerangka
Kerja Penerapan Pengendalian Intern dan Pedoman Teknis Pemantauan Pengendalian Intern
di Lingkungan Kementerian Keuangan, komunikasi dan informasi adalah proses yang
berkelanjutan dan berulang antara organisasi dan para pemangku kepentingan dalam rangka
saling memberikan, berbagi, dan memperoleh informasi serta melakukan dialog terkait
pengendalian intern. Identifikasi, pencatatan, dan komunikasi informasi dilakukan dalam
bentuk yang tepat untuk memudahkan pelaksanan pengendalian, dan tanggung jawab.
15
Dalam memudahkan penerapan komunikasi dan informasi atas penguatan penerapan
pengendalian internal, KPP Pratama Kuala Tungkal membentuk Tim Internalisasi Kepatuhan
sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-32/PJ/2013 tentang
Pembentukan Tim Internalisasi Kepatuhan di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. Tim
Internalisasi Kepatuhan mempunyai tugas sebagai berikut:
1. menetapkan rencana dan jadwal pelaksanaan program, merumuskan rincian dan
mekanisme pelaksanaan program;
2. mensosialisasikan dan mengomunikasikan rencana dan jadwal pelaksanaan program
kepada seluruh pegawai;
3. melaksanakan dan mengoordinasikan pelaksanaan program;
4. menjadi role model dalam pelaksanaan program;
5. melakukan coaching/bimbingan terhadap pegawai bawahannya (khusus untuk Tim
Internalisasi Kepatuhan yang mempunyai bawahan);
6. memantau pelaksanaan program internalisasi; dan
7. membuat laporan kegiatan serta evaluasi pelaksanaan program.
Setiap tahunnya Tim Internalisasi Kepatuhan diwajibkan untuk melaksanakan program
Internalisasi Corporate Value (ICV) secara berkesinambungan. Program ICV Tahun 2017
mengambil nilai Intergritas sebagai tema utamanya. Program ICV tahun 2017 yang telah
dilaksanakan oleh KPP Pratama Kuala Tungkal terdiri dari:
1. Pogram Internalisasi Nilai-Nilai Kementerian Keuangan, yang berupa:
a. Program Rutin Program internalisasi rutin dimaksudkan untuk menanamkan seluruh
Nilai-Nilai Kementerian Keuangan dalam bentuk kegiatan yang dilakukan secara
rutin dan terus menerus sepanjang tahun. Program ini diwujudkan dalam doa pagi,
morning activity, dan DJP Bugar. Doa pagi merupakan program ICV rutin dimana
pegawai selalu mengawali pekerjaan setiap hari dengan berdoa kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa agar memberikan pertolongan dalam melaksanakan tugas/pekerjaan
sehari-hari dan dalam upaya mencapai target penerimaan pajak. Morning activity
merupakan kegiatan berupa penyampaian motivasi/kisah-kisah inspiratif/pengalaman
terkait penerapan Nilai-Nilai Kementerian Keuangan (setiap penyelenggaraan
morning activity mengusung satu Nilai Kementerian Keuangan) serta evaluasi terkait
pelaksanaan tugas sehari-hari yang sedang/akan/sudah terlaksana. DJP Bugar
merupakan program ICV yang dilakukan dalam rangka menjaga kondisi kesehatan
pegawai agar tetap prima dengan berolahraga secara rutin mengingat beban tugas
para pegawai di Iingkungan DJP.
16
b. Program Tahunan Program ini mencakup (1) sosialisasi program ICV tahun 2017, (2)
pemaparan mengenai penguatan Nilai-Nilai Kementarian Keuangan dan
Pengendalian Gratifikasi, (3) pemaparan mengenai penguatan program Budaya DJP,
dan (4) pemaparan mengenai penguatan kode etik, disiplin PNS, dan whistleblowing
system. Sosialisasi program ICV tahun 2017 dilakukan oleh Tim Intemalisasi
Kepatuhan kepada seluruh pegawai di unit kerjanya untuk memaparkan seluruh
program ICV Tahun 2017 serta meminta komitmen seluruh pegawai dalam
melaksanakan seluruh program yang telah direncanakan. Penguatan Nilai-Nilai
Kementarian Keuangan dan Pengendalian Gratifikasi dimaksudkan agar pegawai
senantiasa mengimplementasikan Nilai-Nilai Kementerian Keuangan dan
melaksanakan pengendalian gratifikasi. Penguatan program Budaya DJP
dimaksudkan agar pegawai senantiasa menjalankan Program Budaya DJP untuk
menunjang pekerjaannya. Penguatan kode etik, disiplin PNS, dan whistleblowing
system dimaksudkan agar pegawai senantiasa berpegang pada Kode Etik Pegawai
dan Disiplin PNS dalam melaksanakan pekerjaannya serta ikut berperan aktif
menjaga citra dan martabat DJP melalui Whistleblowing System
2. Program Inisiatif Antikorupsi
a. Survei Integritas dan Antikorupsi
Survei Integritas dan Antikorupsi merupakan salah satu upaya dalam menjaga
integritas dan semangat antikorupsi pegawai DJP melalui pelaksanaan survei kepada
pegawai dan Wajib Pajak untuk mengetahui tingkat integritas pegawai dan persepsi
antikorusi dari para Wajib Pajak dan menindaklanjuti hasil survei tersebut sebagai
upaya perbaikan unit kerja.
b. Integrity Building Integrity Building merupakan bagian program Internalisasi
Corporate Value (ICV) tahun 2017 yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
pegawai terhadap NilaiNilai Kementerian Keuangan, terutama nilai Integritas.
3. Program Budaya
a. Program Budaya Kementerian Keuangan Pelaksanaan Program Budaya Kementerian
mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 127/KMK.01/2013 tanggal 3
April 2013 tentang Program Budaya di Lingkungan Kementerian Keuangan Tahun
2013 meliputi: (1) satu informasi setiap hari, (2) dua menit sebelum jadwal, (3) tiga
salam setiap hari, (4) rencanakan, kerjakan, monitor, dan tindak lanjuti, dan (5) 5R.
b. Program Budaya DJP Program Budaya DJP merupakan program ICV yang disusun
dalam rangka membentuk budaya organisasi sebagai wujud implementasi Nilai-Nilai
17
Kementerian Keuangan yang tertanam dalam setiap pegawai DJP. Program Budaya
DJP meliputi: (1) teladan pimpinan, (2) knowing your employee, (3) malu terlambat,
(4) peduli DJP, (5) sesapa, (6) santun dalam bermedia sosial, dan (7) berkas aman
pulang nyaman Seluruh kegiatan Internalisasi yang dilakukan oleh KPP Pratama
Kuala Tungkal telah diinformasikan dan dikomunikasikan dengan cukup baik,
dengan menggunakan media nota dinas, surat dinas, maupun LAN Messenger. Tetapi
karena wilayah kerja KPP Pratama Kuala Tungkal yang juga membawahi KP2KP
Muara Sabak di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yang cukup jauh, terkadang
selain menggunakan surat dinas juga menggunakan media email dan whatsapp dalam
mengirimkan informasi terkait peningkatan penerapan pengendalian internal.
E. Pemantauan di KPP Pratama Kuala Tungkal
Berikut ini beberapa kewenangan UKI KPP dalam melakukan tugas pemantauan yaitu:
1. Pemantauan Pengendalian Intern di KPP
Pemantauan evaluasi terpisah dilakukan oleh UKI KPP melalui dua cara yaitu
pemantauan pengendalian utama (PPU) dan pemantauan efektivitas implementasi dan
kecukupan rancangan (PEIKR). PPU merupakan pemantauan pengendalian intern pada
tingkat kegiatan dengan cara menguji atribut yang menunjukkan pengendalian utama tiap
kegiatan pada unit kerja telah dijalankan. Bermanfaat untuk mencegah terjadinya kesalah
fatal, memperbaiki kesalahan, dan membangun dan memastikan kepatuhan terhadap sistem
dan prosedur. PEIKR dilakukan untuk mengevaluasi keandalan pengendalian intern pada
tingkat entitas dan mengevaluasi efektivitas implementasi dan kecukupan rancangan
pengendalian tingkat kegiatan.
Hasil pemantauan perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang tepat dan memiliki
wewenang untuk melaksanakan langkah perbaikan, terutama apabila ada temuan. Untuk
setiap temuan perlu diberikan rekomendasi yang dapat mengeliminasi/meminimalkan
penyebab utama terjadinya. Jenis Laporan Pemantauan Pengendalian Utama adalah (1)
Laporan Hasil Pengujian Pengendalian Utama (LHPPU) yaitu laporan mengenai tingkat
kepatuhan dan temuan hasil pengujian pengendalian utama suatu kegiatan dalam periode
tertentu, perkembangan tindak lanjut atas rekomendasi dalam periode tersebut, dan
rekapitulasi tindak lanjut yang belum tuntas dari hasil pemantauan periode sebelumnya, (2)
Laporan Temuan Segera yaitu laporan mengenai temuan yang perlu segera ditindaklanjuti
karena ada pengendalian utama yang sering tidak dilaksanakan dan berpengaruh tinggi
terhadap strategi/aktivitas operasi dan/atau terhadap kepentingan para pemangku kepentingan
(stakeholders), (3) Laporan Temuan Berindikasi Fraud yaitu laporan mengenai adanya
18
indikasi fraud yang dilakukan secara sengaja oleh orang-orang dari dalam DJP dengan
maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau kelompoknya dan merugikan
organisasi, dan (4) Laporan Akhir Triwulanan Unit Kerja yaitu laporan yang disusun setiap
periode tiga bulanan yang berisi kompilasi hasil pemantauan pengendalian utama sampai
dengan akhir triwulan tertentu. UKI KPP menyusun Laporan Akhir Triwulanan Unit Kerja
berdasarkan kompilasi LHPPU unit kerja masing-masing sampai dengan akhir triwulan
bersangkutan.
2. Pelaksanaan Pemantauan Pengelolaan/Manajemen Risiko
Pemantauan Pengelolaan/Manajemen Risiko adalah kegiatan pemantauan yang
dilaksanakan untuk menilai kesesuaian penerapan dengan ketentuan manajemen risiko dan
menilai kesesuaian rencana dengan pelaksanaan penanganan/mitigasi risiko. Tahapan
pelaksanaan pemantauan pengelolaan/manajemen risiko di KPP dijelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan Pemantauan Pengelolaan/Manajemen Risiko Persiapan kegiatan
pemantauan pengelolaan/manajemen risiko dilakukan sesuai dengan Rencana
Pemantauan Tahunan, persiapan meliputi sumber daya dan bahan pemantauan
pengelolaan/manajemen risiko.
b. Pelaksanaan Pemantauan Pengelolaan/Manajemen Risiko Pemantauan
pengelolaan/manajemen risiko dibagi menjadi pemantauan kepatuhan tata kelola dan
pemantauan pelaksanaan penanganan/mitigasi risiko. Pemantauan kepatuhan tata kelola
terbagi menjadi (1) pemantauan tata kelola pertama dan (2) pemantauan tata kelola
kedua. Pemantauan penanganan/mitigasi risiko juga terbagi dua, yaitu (3) pemantauan
mitigasi risiko pertama dan (4) pemantauan mitigasi risiko kedua.
Keempat tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Pemantauan kepatuhan tata
kelola pertama, meliputi pemantauan atas (a) pembentukan tim manajemen risiko; (b) proses
penyusunan dan pengisian formulir pengelolaan/manajemen risiko; dan (c) kelengkapan
formulir pengelolaan/manajemen risiko. Dilanjutkan dengan pemantauan kepatuhan tata
kelola kedua yang terdiri dari pemantauan atas (a) kesesuaian tindak lanjut dengan
rekomendasi; dan (b) ketepatan waktu pelaporan formulir pengelolaan/manajemen risiko.
Pemantauan mitigasi risiko pertama, meliputi pemantauan atas (a) pelaksanaan
penanganan/mitigasi risiko triwulan pertama pada masing-masing semester; dan (b) bukti-
bukti pendukung pelaksanaan penanganan/mitigasi risiko. Selanjutnya dilakukakn
pemantauan mitigasi risiko kedua dengan pemantauan atas (a) Laporan Pelaksanaan
Penanganan/Mitigasi Risiko; dan (b) bukti-bukti pendukung pelaksanaan
penanganan/mitigasi risiko.
19
3. Pemantauan Kepatuhan Terhadap Kode Etik dan Disiplin (KED)
Pemantauan Kepatuhan Terhadap Kode Etik dan Disiplin (KED) di KPP Pemantauan
kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin pegawai adalah kegiatan pemantauan yang
dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kepatuhan pegawai DJP terhadap ketentuan terkait
Kode Etik Pegawai DJP dan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Pada Rencana Pemantauan
Tahunan KPP Tahun 2017, pemantauan kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin di KPP
direncanakan menggunakan dua metode yaitu:
a. Metode Inspeksi Mendadak (Sidak)
Pemantauan Kepatuhan terhadap Kode Etik dan Disiplin Pegawai dengan metode
inspeksi mendadak (sidak) dilakukan oleh UKI pada KPP oleh Kepala Subbagian Umum
dan Kepatuhan Internal serta Pelaksana Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal untuk
KPP. UKI pada KPP melakukan Pemantauan Kepatuhan terhadap Kode Etik dan
Disiplin Pegawai dengan metode sidak, dengan ketentuan sebagai berikut: (1) sidak di
unitnya sendiri yang dilakukan satu kali dalam satu tahun; (2) sidak di KP2KP yang
termasuk dalam wilayah kerjanya dilakukan satu kali dalam satu tahun (jika ada);
b. Metode Pemantauan dalam Bentuk Lain
Pemantauan Kepatuhan Terhadap Kode Etik dan Disiplin Pegawai (KED) dengan
Metode Pemantauan dalam Bentuk Lain dilakukan selain dengan metode Inspeksi
Mendadak (Sidak) dan Blind Surveillance. Pemantauan di KPP dilakukan oleh Kepala
Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal serta Pelaksana Subbagian Umum dan
Kepatuhan Internal Rencana Pemantauan dalam Bentuk Lain di KPP Tahun 2017
dilaksanakan untuk melakukan: (1) pemantauan kepatuhan jam kerja pegawai, (2)
pemantauan KED terhadap proses kunjungan (visit) oleh Account Representative (AR),
(3) Pemantauan KED terkait proses pemeriksaan oleh Fungsional Pemeriksa, dan (4)
Pemantauan dalam bentuk lain berdasarkan instruksi Direktur KITSDA.
F. Hambatan dalam Pelaksanaan Pengendalian Internal
1. Dalam melaksanakan pemantauan pengendalian utama, UKI KPP dituntut untuk
menguasai seluruh proses bisnis yang menjadi target dalam pemantauan pengendalian
utama. Ini dirasa sulit karena UKI KPP hanya mempunyai bayangan mengenai prosedur
serta aplikasi yang dijalankan oleh pelaksana pengendalian.
2. Dalam melaksanakan pemantauan pengelolaan/manajemen risiko, UKI KPP juga sering
terhambat dengan proses pengumpulan bukti-bukti yang mendukung penerapan
manajemen serta mitigasi risiko. Dalam permintaan bukti pendukung tersebut, biasanya

20
UKI langsung berhubungan dengan Kepala Seksi pada seksi terkait yang kadang tidak
memberikan kemudahan dalam mengumpulkan bukti pendukung
3. Dalam melaksanakan pemantauan kode etik dan disiplin pegawai, UKI KPP sering sekali
merasakan adanya conflict of interest karena yang dilakukan objek pemantauan adalah
rekan-rekannya sendiri. Terkadang UKI KPP juga merasa tidak enak jika yang harus
diingatkan adalah senior atau yang jabatannya lebih tinggi dari UKI KPP

21
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Secara umum, penerapan pengendalian intern yang dilakukan oleh KPP Pratama Kuala
Tungkal sudah cukup baik dan mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor
32/KMK.09/2013 tentang Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern di Lingkungan
Kementerian Keuangan. Di mulai dari lingkungan pengendalian KPP Pratama Kuala Tungkal
yang telah disusun sesuai dengan kebutuhan organisasi dengan pembatasan tugas yang jelas.
Adanya Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang berisi kewajiban dan larangan
pegawai DJP ikut membatasi perilaku pegawai untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat
merendahkan citra dan kinerja pegawai DJP.
Dalam penilaian risiko, pelaksanaan manajemen risiko dan mitigasi risiko juga sudah
dilakukan dengan cukup baik. Tapi terdapat beberapa kendala seperti tidak hadirnya seluruh
Tim Manajemen Risiko dalam pembahasan manajemen risiko. Selain itu risiko yang
dianalisis adalah risiko bawaan di tahun sebelumnya yang tidak dilakukan identifikasi
terhadap kemungkinan munculnya risiko baru. Dalam hal kegiatan pengendalian, sebagian
besar kegiatan pengendalian sudah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan prosedur,
tetapi masih ada beberapa kekurangan dalam prakteknya seperti masih terdapat beberapa
Kepala Seksi yang sering tidak berada ditempat sehingga menghambat proses persetujuan
atas penugasan pelaksananya, masih terdapat juga aset kantor seperti motor dinas yang
dipakai di luar jam kantor dan beberapa komputer yang tidak menggunakan password sebagai
pengamanannya.
Dalam hal informasi dan komunikasi, KPP Pratama Kuala Tungkal telah banyak
menerapkan program internalisasi yang bertujuan dalam penguatan terhadap Nilai-Nilai
Kementerian Keuangan melalui proses diskusi, sosilisasi, dan pemaparan materi yang
dikemas dalam program tahunan yaitu ICV. Terakhir dalam hal pemantauan, baik pemantaun
berkelanjutan maupun evaluasi terpisah sudah dilaksanakan dengan cukup baik. Kendala
dalam pemantauan berkelanjutan yang terjadi di KPP Pratama Kuala Tungkal adalah masih
adanya Kepala Seksi yang sering tidak berada di tempat.
Sedangkan kendala evaluasi terpisah yang dilakukan oleh UKI KPP cukup banyak, yaitu
UKI KPP yang dituntut untuk paham terhadap suatu proses bisnis yang dipantau padahal UKI
tidak terlibat langsung dalam proses bisnis tersebut, pembatasan terhadap UKI KPP dalam
melakukan pemantaun dan pengumpulan bukti-bukti pendukung, serta yang paling utama

22
adalah conflict of interest yang dialami terhadap rekan kerja atau senior yang masih
menganggap bahwa tugas UKI hanya mencari kesalahan dari pegawai.
B. Saran
Beberapa saran yang diberikan penulis untuk KPP Pratama Kuala Tungkal terkait Unit
Kepatuhan Internal adalah
1. Pemilihan pegawai UKI harus sesuai dengan kebutuhan dan kompetensi yang cukup
dalam rangka menunjang sistem pengendalian internal yang baik
2. Mengingat begitu besarnya manfaat UKI dalam pencapaian tujuan organisasi,
diperlukan komitmen yang tinggi dari semua lapisan organisasi agar UKI dan sistem
pengendalian intern di DJP dapat terus berkembang secara optimal

23
DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan


Negara. Republik Indonesia. 2008.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
Kementerian Keuangan. 2013.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 32/KMK.09/2013 tentang Kerangka Kerja Penerapan
Pengendalian Intern dan Pedoman Teknis Pemantauan Pengendalian Intern di
Lingkungan Kementerian Keuangan. Kementerian Keuangan. 2014.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak. Kementerian Keuangan. 2015.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan. Kementerian Keuangan. 2016.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 845/KMK.01/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Manajemen Risiko di Lingkungan Kementerian Keuangan.
Surat Direktur KITSDA Nomor S-800/PJ.11/2016 tentang Rencana Pemantauan Tahunan
(RPT) Unit Kepatuhan Internal (UKI) di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Tahun
2017
Surat Direktur KITSDA Nomor S-313/PJ.11/2017 tentang Perubahan Rencana Pemantauan
Tahunan (RPT) Unit Kepatuhan Internal (UKI) di Lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak Tahun 2017
http://pemerintah.net/sistem-pengendalian-intern-pemerintah/ diakses pada 12 November
2017
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/berita-medan/12048-mengenal-sistem-pengendalian-intern-
pemerintah diakses pada 12 November 2017
http://www.bpkp.go.id/spip/konten/400/Sekilas-SPIP.bpkp diakses pada 12 November 2017

24

Anda mungkin juga menyukai