Dosen Pembimbing :
Bpk Dr. Rafael Paun, M. Kes & Bpk Yustinus Rindu, M. Kep
Mata Kuliah : Antropologi Kesehatan
Kode MK : WAT 1.1.07
Pertama-tama Kami mengucapkan Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas kasih karunia dan berkat-Nya sehingga, Kami dapat menyelesaikan makalah ini,
meskipun ada beberapa kesulitan dalam membuat makalah ini. Namun atas berkat
penyertaan-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Yang mana makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mahasiswa Jurusan
Keperawatan Kupang, sekiranya makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembacanya.
Sebagaimana makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu Kami
mengharapkan adanya kritik maupun saran yang membangun dari pembacanya. Dan juga
Kami berharap adanya pengembangan makalah ini di masa yang akan datang.
Penulis,
Aurel Adhitya
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................3
1.2 Tujuan..............................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................5
BAB 3 PENUTUP........................................................................................12
2
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui sekumpulan individu yang memiliki kesamaan antar satu
kelompok yang disebut dengan Kelompok Sosial.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mengetahui Definisi Kelompok Sosial
Mengetahui persyaratan yang mengandung Unsur – unsur dalam
Kelompok Sosial
3
Mengetahui Klasifikasi Tipe – tipe Kelompok Sosial
Mengetahui Sudut Pandang Kelompok Sosial
Mengetahui Primary Group dan Secondary Group dalam Kelompok
Sosial
Mengetahui Ciri hubungan Paguyuban dengan Patembayan Kelompok
Sosial
Mengetahui Rural dan Urban Community dalam Kelompok Sosial
Mengetahui Dinamika Kelompok Sosial
Mengetahui hal Pendorong timbulnya Kelompok Sosial
4
BAB 2
PEMBAHASAN
5
2.2 Unsur-unsur Kelompok Sosial
Persyaratan kelompok sosial harus mengandung unsur-unsur berikut, seperti
yang dikemukakan oleh Soerjono soekamto (1997:125-126) :
Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok
yang bersangkutan. Kesadaran anggota merupakan hal yang penting dalam sebuah kelompok.
Hal itu akan menimbulkan rasa memiliki yang pada gilirannya kan memeliharan keutuhan
kelompok. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lain.
Kekompakan atau solidaritas antara anggota akan memeberikan kontribusi bagi
perkembangan kelompok.
Ada faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan mereka bertambah erat. Rasa
senasib sepenanggungan atau sehidup semati dalam berkelompok bisa menimbulkan
semangat untuk bekerja sama demi tujuan bersama. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai
pola perilaku. Susunan kelompok, dan norma atau peraturan tidak akan terpisah dari sebuah
ikatan guna menjaga kelangsungannya. Bersistem dan berproses. Dimaksudkan, terdiri atas
unsur yang saling menunjang satu dengan lainnya. Juga terdapat runtutan di dalam
perkembangannya.
6
Adanya kepentingan bersama merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terbentuknya sebuah kelompok sosial. Suatu kerumunan misalnya, merupakan kelompok
yang keberadaannya hanya sebentar karena kepentingannya juga tidak berlangsung lama.
Namun, sebuah asosiasi mempunyai kepentingan yang tetap.
Berdasarkan derajat organisasi
Kelompok sosial terdiri atas kelompok-kelompok sosial yang terorganisasi dengan rapi
seperti negara, TNI, perusahaan dan sebagainya. Namun, ada kelompok sosial yang hampir
tidak terorganisasi dengan baik, seperti kerumunan.
7
2.5 Primary dan Secondary Group Kelompok Sosial
Menurut Charles Horton Cooley, kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang
ditandai dengan ciri-ciri saling mengenal antara anggota-anggotanya serta kerja sama yang
erat yang bersifat pribadi. Sebagai salah satu hasil hubungan yang erat dan bersifat pribadi
tadi adalah adanya peleburan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok sehingga
tujuan individu menjadi tujuan kelompok juga. Oleh karena itu hubungan sosial di dalam
kelompok primer bersifat informal (tidak resmi), akrab, personal, dan total yang mencakup
berbagai aspek pengalaman hidup seseorang.
Di dalam kelompok primer, seperti: keluarga, kalian, atau sejumlah sahabat, hubungan sosial
cenderung bersifat santai. Para anggota kelompok saling tertarik satu sama lainnya sebagai
suatu pribadi. Mereka menyatakan harapan-harapan, dan kecemasan-kecemasan, berbagi
pengalaman, mempergunjingkan gosip, dan saling memenuhi kebutuhan akan keakraban
sebuah persahabatan.
Di sisi lain, kelompok sekunder adalah kelompok-kelompok besar yang terdiri atas banyak
orang, antara dengan siapa hubungannya tidak perlu berdasarkan pengenalan secara pribadi
dan sifatnya juga tidak begitu langgeng. Dalam kelompok sekunder, hubungan sosial bersifat
formal, impersonal dan segmental (terpisah), serta didasarkan pada manfaat (utilitarian).
Seseorang tidak berhubungan dengan orang lain sebagai suatu pribadi, tetapi sebagai
seseorang yang berfungsi dalam menjalankan suatu peran. Kualitas pribadi tidak begitu
penting, tetapi cara kerjanya.
2.6 Hubungan Paguyuban dan Patembayan Kelompok Sosial
Konsep paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan (gesellschaft) dikemukakan oleh
Ferdinand Tonnies. Pengertian paguyuban adalah suatu bentuk kehidupan bersama, di mana
anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah, serta kekal.
Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah
dikodratkan. Bentuk paguyuban terutama akan dijumpai di dalam keluarga, kelompok
kekerabatan, rukun tetangga, dan sebagainya.
Secara umum ciri-ciri paguyuban adalah:
Intimate, yaitu hubungan yang bersifat menyeluruh dan mesra.
Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi.
Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan tidak untuk orang
lain di luar “kita”.
Di dalam setiap masyarakat selalu dapat dijumpai salah satu di antara tiga tipe paguyuban
berikut, yaitu :
Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood), yaitu gemeinschaft atau paguyuban
yang merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan. Misalnya keluarga
dan kelompok kekerabatan.
8
Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place), yaitu suatu paguyuban yang terdiri atas
orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong-menolong.
Misalnya kelompok arisan, rukun tetangga.
Paguyuban karena jiwa pikiran (gemeinschaft of mind), yaitu paguyuban yang terdiri atas
orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggalnya
tidak berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa, pikiran, dan ideologi yang sama.
Ikatan pada paguyuban ini biasanya tidak sekuat paguyuban karena darah atau keturunan.
Sebaliknya, patembayan (gesellschaft) adalah ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka
waktu tertentu yang pendek. Patembayan bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka
(imaginary) serta strukturnya bersifat mekanis seperti sebuah mesin. Bentuk gesellschaft
terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang bersifat timbal balik. Misalnya, ikatan
perjanjian kerja, birokrasi dalam suatu kantor, perjanjian dagang, dan sebagainya.
9
Dalam masyarakat yang modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan dengan
masyarakat perkotaan rural community, dan urban community. Perbedaan antara masyarakat
pedesaan dengan masyarakat perkotaan, pada hakikatnya bersifat gradual. Di pulau Jawa
dikenal adanya empat macam sistem pemilikan tanah, yaitu :
Sistem milik umum
Sistem milik kommunal
Sistem kommunal dengan pemakaian tetap
Sistem milik individu
Masyarakat perkotaan adalah masyarakat kota yang tidak tertentu jumlah pendudukannya.
Ciri-ciri masyarakat kota yaitu :
Kehidupan beragama berkurang bila dibandingkan dengan agama di desa.
Orang kota pada umumnya dapat mengurus diri sendiri tanpa tergantung orang lain.
Pembagian kerja diantara warga kota juga lebih tegas dan punya batas nyata.
Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan lebih banyak diperoleh
warga kota. Jalan pikiran rasional pada umumnya dianut masyarakat perkotaan.
Jalan kehidupan yang cepat dikota mengakibatkan pentingnya faktor waktu.
Perubahan-perubahan sosial tampak nyata di kota karena terbuka dan menerima
pengaruh luar.
2.8 Dinamika Kelompok Sosial
Kadang-kadang konflik dalam kelompok sosial dapat dikurangi atau dihapuskan
misalnya diadkan kambing hitam, sebab keduanya adalah pergantian anggota-anggota
kelompok. Di dalam dinamika kelompok terjadi antagosme antara kelompok prosesnya
sebagai berikut :
Bila dua kelompok bersaing maka akan timbul stereotip
Kontar antara dua kelompok yang bermusuhan
Tujuan yang harus dicapai dengan kerja sama.
2.9 Hal Pendorong Kelompok Sosial
Dalam melakukan sesuatu manusia biasanya didasari pada dorongan-dorongan
tertentu. Sehingga dengan dorongan yang timbul tersebut manusia menjadi bersemangat
untuk mencapai apa yang diinginkannya. Pada proses pembentukan kelompok sosial pun
demikian, ada faktor-faktor tertentu yang mendorong manusia untuk membentuk dan
bergabung dalam suatu kelompok sosial tertentu. Adapun dorongan tersebut antara lain :
Dorongan untuk mempertahankan hidup
Dengan manusia membentuk atau bergabung dengan kelompok sosial yang telah ada, maka
secara tidak langsung manusia tersebut telah berusaha mampertahankan hidupnya, karena
kebutuhan hidupnya tidak mungkin akan terpenuhi dengan hidup menyendiri. Selain itu
dengan adanya kelompok sosial, hubungan manusia semakin luas sehingga kemanapun ia
pergi akan senantiasa merasa aman.
Dorongan untuk meneruskan keturunan
10
Tidak dapat dipungkiri bahwa semua makhluk hidup mempunyai sifat alamiah yang sama,
yakni meneruskan keturunan. Dengan kelompok sosial itulah seseorang akan menemukan
pasangannya masing-masing, sehingga dengan demikian dorongan untuk meneruskan
keturunan ini dapat tercapai.
11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelompok sosial adalah kumpulan manusia yang saling berinteraksi dan memiliki
kesadaran bersama akan keanggotaannya dalam suatu kelompok. Kelompok sosial didalam
kehidupan bermasyarakat sangat banyak jumlahnya, dasar pembentukan kelompok tersebut
pun berbeda-beda. Sejak dilahirkan manusia telah memiliki dua hasrat pokok dalam dirinya
yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain dan keinginan untuk menjadi satu
dengan suasana alam disekitarnya.
Pembentukan kelompok sosial merupakan salah satu usaha manusia dalam memenuhi
kebutuhannya tersebut. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian
dari kelompok yang bersangkutan. Kesadaran anggota merupakan hal yang penting dalam
sebuah kelompok. Hal itu akan menimbulkan rasa memiliki yang pada gilirannya kan
memeliharan keutuhan kelompok.
Pada proses pembentukan kelompok sosial pun demikian, ada faktor-faktor tertentu yang
mendorong manusia untuk membentuk dan bergabung dalam suatu kelompok sosial tertentu.
Ada hubungan timbal balik. Artinya dalam interaksi sehari-hari, individu dan kelompok dapat
saling mempengaruhi. Memiliki norma dan nilai umum yang telah mencapai konsensus untuk
membatasi sikap dan perilaku anggota kelompok yang sama, sehingga membentuk cara
perilaku yang sama. Rasa kebersamaan dan solidaritas. Memiliki motivasi, visi dan tujuan
yang sama.
3.2 Saran
Menurut kami sebagai mahasiswa dimana memandang suatu kelompok sosial merupakan
suatu individu yang memiliki kesamaan baik suatu tujuan ataupun keseharian yang mirip,
karena terbentuknya suatu kelompok social diawali oleh individu – individu yang bertemu
ataupun adanya suatu interaksi, dimana mereka memulainya dari hal tersebut. Dan kami
sebagai mahasiswa mengharapkan di kelompok social dapat memberikan hal yang positif
baik bagi diri sendiri maupun kelompok tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
BIBLIOGRAPHY
13