Anda di halaman 1dari 8

PENGANTAR FILSAFAT

A.PENGERTIAN FILSAFAT
Pengertian filsafat adalah kajian masalah mendasar dan umum tentang persoalan seperti
eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan bahasa. Filsafat berasal dari bahasa
Yunani philosophia yang berarti cinta kebijaksanaan.
Pengertian filsafat sebenarnya merupakan studi tentang hakikat realitas dan keberadaan,
soal apa yang mungkin diketahui serta perilaku yang benar atau salah. Dengan kata lain,
pengertian filsafat adalah bidang pemikiran manusia yang paling penting karena bercita-
cita untuk mencapai makna hidup yang paling hakiki.
Secara umum, pengertian filsafat ini dimaknai sebagai ilmu tentang kehidupan dan
manusia secara kritis. Filsafat ini digunakan untuk mengungkapkan sesuatu, mencari
jalan keluar sebuah masalah, dan juga untuk berargumentasi
Secara etimologi, pengertian filsafat adalah sebuah ilmu yang membahas tentang
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis. Sementara itu, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan
dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya. Filsafat
juga dimaknai sebagai teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan, dan ilmu
yang berintikan logika, estetika, metafisika, serta epistemologi.
Selain itu, menurut Aristoteles, pengertian filsafat adalah ilmu pengetahuan yang isinya
tentang suatu kebenaran, yang memiliki unsur ekonomi, metafisika, estetika, retorika,
politik dan juga logika. Sedangkan, Menurut Immanuel Kant, pengertian filsafat adalah
sebuah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok pangkal dan puncak segala pengetahuan
yang tercakup di dalamnya empat persoalan, yaitu apa yang dapat diketahui (metafisika),
apa yang seharusnya dilakukan (etika), sampai di mana harapan kita (agama), dan apa
hakikat manusia (antropologi). Untuk itu, filsafat melahirkan pemikiran-pemikiran
tentang berbagai macam hal dengan pendekatan yang lebih dalam dan bermakna.
Filsafat memiliki karakteristik yang sangat umum yaitu implikatif, bersifat universal,
tidak faktual, berhubungan dengan nilai, dan berhubungan dengan arti. Berikut
rinciannya:
1. Karakteristik implikatif ini adalah ilmu filsafat memiliki tujuan agar orang-orang
memiliki ilmu yang baru.
2. Memiliki sifat yang universal adalah ilmu ini memiliki kebebasan dalam berpikir, adil
dan sesuai dengan moral manusia.
3. Ilmu filsafat juga tidak faktual yang artinya bersifat spekulatif yang memiliki pikiran
logis.
4. Ilmu filsafat juga memiliki karakteristik berhubungan dengan nilai, yang artinya
filsafat digunakan untuk menilai tentang sesuatu perbuatan yang susila atau asusila.
Sesuatu yang dianggap pasti akan memiliki sebuah nilai.
5. Lalu ilmu filsafat ini juga memiliki arti, dalam bahasanya yang menggunakan bahasa
ilmiah.
Manfaat Filsafat dalam Kehidupan
dikembangkan. Hal itu tentu saja dapat membuat kita lebih arif dan bijaksana, inilah
merupakan manfaat utama filsafat.
Manfaat lain dari filsafat yaitu dapat membuat kita berpikir, merenung, memilih dan
bertingkah laku serta bertindak berdasarkan keyakinan yang kita panuti dan dinilai
merupakan permasalahan yang tidak tuntas di jawab hanya dengan tradisi, konvensi,
ilmu, atau gabungan semuanya. Pencarian dan penuntasan masalah akan banyak terbantu
dengan filsafat. Sebab, filsafat adalah suatu bagian dari keyakinan dan tindakan kita,
meskipun kebanyakan hal itu tanpa kita sadari.

KESIMPULAN :
Pada tahap awal kelahiran filsafat sesungguhnya mencakup seluruh ilmu pengetahuan,
kamudian berkembang sedemikian rupa menjadi semakin rasional dan sistematis. Seiring
dengan perkembangan itu, wilayah pengetahuan manusia semakin luas dan bertambah
banyak, tetapi juga semakin mengkhusus atau spesifik. Lalu lahirlah berbagai disiplin
ilmu pengetahuan yang satu persatu mulai memisahkan diri dari filsafat. Namun kendati
pun demikian, tidak berarti filsafat telah menjadi begitu miskin sehingga tinggal terarah
hanya kepada satu permasalahan pokok, dengan wilayah pengetahuan yang semakin
sempit dan pada suatu saat akan lenyap sama sekali.
Kenyataannya, masalah-masalah pokok yang dihadapi filsafat tak pernah berkurang.
Karena banyaknya masalah pokok yang harus dibahas dan dipecahkan, diantara tugas
filsafat antara lain termasuk melaksanakan pemikiran rasional analisis dan teoritis
(bahkan spekulatif) secara mendalam dan mendasar melalui proses pemikiran yang
sistematis, logis, dan radikal (sampai keakar-akarnya), tentang problema hidup dan
kehidupan manusia.

B.LANDASAN DALAM ILMU FILSAFAT


 LANDASAN ONTOLOGIS
Ontologi adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau
eksistensi1. Ontologi juga disamakan dengan metafisika, yaitu ilmu yang menyelidiki hal-
hal yang berada di luar alam fisik 2. Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai
filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila
Pancasila1.

Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri
sendiri-sendiri, melainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis. Dasar ontologis
Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat mutlak yaitu
monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai dasar antropologis 1.
Monopluralis berarti manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial.
Monodualis berarti manusia adalah makhluk lahiriah sekaligus makhluk batiniah3.

Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah Tuhan, manusia, satu, rakyat,
dan adil1. Hubungan kesesuaian antara negara dan landasan sila-sila Pancasila adalah
berupa hubungan sebab-akibat: Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan,
manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal hubungan. Landasan sila-sila
Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah sebagai sebab, dan negara
adalah sebagai akibat1.
semangat gotong royong. Bhinneka Tunggal Ika berasal dari kitab Sutasoma karya
Mpu Tantular, seorang pujangga dari Kerajaan Majapahit 4. Semboyan ini menunjukkan
bahwa bangsa Indonesia
menghargai perbedaan suku, agama, ras, budaya, dan pandangan politik sebagai
kekayaan bangsa yang tidak menghalangi persatuan nasional.

Contoh lainnya adalah musyawarah mufakat, yaitu cara pengambilan keputusan secara
demokratis dengan mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat atau
kesepakatan bersama. Musyawarah mufakat merupakan tradisi lama bangsa Indonesia
yang mencerminkan sikap saling menghormati, menghargai, dan mengakui perbedaan
pendapat. Musyawarah mufakat juga menunjukkan bahwa bangsa Indonesia tidak mau
tunduk pada kekuasaan satu orang atau kelompok saja, melainkan ingin berpartisipasi
dalam menentukan nasib bersama.

Contoh lainnya lagi adalah kerukunan antarumat beragama, yaitu sikap saling
menghormati dan toleransi antara pemeluk agama yang berbeda di Indonesia. Kerukunan
antarumat beragama merupakan salah satu syarat untuk menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia yang majemuk. Kerukunan antarumat beragama juga merupakan wujud
dari pengamalan sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, yang
mengakui keberagaman keyakinan dan kepercayaan di Indonesia.

 LANDASAN EPISTEMOLOGIS

Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan
validitas ilmu pengetahuan1. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan
syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi adalah
ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu atau science of science1.

Secara epistemologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila sebagai sistem
filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah
menjadi suatu belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu
Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam kedudukannya sebagai sistem
pengetahuan1.

Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar
ontologis Pancasila, yaitu hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Sebagai suatu paham epistemologi, maka Pancasila mendasarkan pada
pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus
diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius dalam upaya
untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia1.

Contoh konkret dari landasan epistemologis Pancasila adalah nilai-nilai luhur yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia. Nilai-nilai luhur ini merupakan hasil dari perenungan dan pengalaman
bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan sejarah. Nilai-nilai luhur ini juga
merupakan pedoman hidup bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Contoh lainnya adalah falsafah hidup orang Jawa, yaitu suatu sistem pemikiran yang
mencerminkan cara pandang dan cara hidup orang Jawa. Falsafah hidup orang Jawa
memiliki beberapa konsep utama, antara lain: manunggaling kawula gusti (persatuan
mengajarkan orang Jawa untuk menjalani hidup dengan penuh kesadaran, tanggung
jawab, keseimbangan, dan ketenangan.

Contoh lainnya lagi adalah adat istiadat masyarakat Minangkabau, yaitu suatu sistem
nilai dan norma yang mengatur kehidupan masyarakat Minangkabau. Adat istiadat
masyarakat Minangkabau memiliki beberapa prinsip utama, antara lain: adat basandi
syarak, syarak basandi kitabullah (adat bersumber dari syariat, syariat bersumber dari
kitabullah), bundo kanduang (ibu sebagai pusat keluarga), nagari (desa sebagai kesatuan
sosial), koto piliang (dewan adat), ninik mamak (pemimpin adat), alua pasambahan
(sambutan tamu), rantau (perantauan), dan merantau (berperantauan). Adat istiadat
masyarakat Minangkabau mengajarkan masyarakat Minangkabau untuk menjaga
identitas budaya, keagamaan, dan kekeluargaan mereka.

 LANDASAN AKSIOLOGIS

Aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki nilai-nilai yang ada dalam kehidupan
manusia, baik nilai moral, estetik, religius, maupun politik. Aksiologi meneliti sumber
nilai, kriteria nilai, jenis-jenis nilai, dan hierarki nilai. Aksiologi adalah ilmu tentang nilai
atau teori nilai atau science of value.

Secara aksiologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem nilai. Pancasila sebagai sistem filsafat
pada hakikatnya juga merupakan sistem nilai. Ini berarti Pancasila telah menjadi suatu
value system, sistem tujuan, menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus
memiliki unsur normativitas terutama dalam kedudukannya sebagai sistem nilai.

Dasar aksiologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar
ontologis dan epistemologis Pancasila, yaitu hakikat sifat kodrat manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial serta cara pandang dan cara berpikir bangsa
Indonesia yang mengutamakan nilai-nilai moral dan kearifan lokal. Sebagai suatu paham
aksiologi, maka Pancasila mendasarkan pada pandangannya bahwa nilai-nilai yang ada
dalam kehidupan manusia harus sesuai dengan kodrat manusia serta moralitas religius
dalam upaya untuk mencapai suatu tingkatan kebahagiaan yang mutlak dalam hidup
manusia.

Contoh konkret dari landasan aksiologis Pancasila adalah pembangunan nasional yang
berkeadilan, yaitu suatu proses pembaharuan dan peningkatan kualitas kehidupan bangsa
Indonesia secara menyeluruh dan berkelanjutan. Pembangunan nasional yang berkeadilan
bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil dan merata.
Pembangunan nasional yang berkeadilan juga merupakan wujud dari pengamalan sila
kelima Pancasila, yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Contoh lainnya adalah pemberantasan korupsi, yaitu suatu upaya untuk memberantas
tindak pidana korupsi yang merugikan keuangan negara dan kesejahteraan rakyat.
Pemberantasan korupsi merupakan salah satu syarat untuk menjaga integritas dan
akuntabilitas pemerintahan yang bersih dan transparan. Pemberantasan korupsi juga
merupakan wujud dari pengamalan sila kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan Yang Adil
dan Beradab.

Contoh lainnya lagi adalah penegakan hak asasi manusia, yaitu suatu upaya untuk
melindungi dan memenuhi hak-hak dasar manusia yang melekat pada diri setiap orang
tanpa membedakan suku, agama, ras, budaya, gender, atau status sosial. Penegakan hak
hak asasi manusia juga merupakan wujud dari pengamalan sila pertama Pancasila, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa.

KESIMPULAN :
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pancasila memiliki landasan ontologis,
epistemologis dan aksiologis yang saling berkaitan dan saling mendukung. Landasan
ontologis Pancasila berkaitan dengan hakikat eksistensi bangsa Indonesia yang beragam
dan bersatu. Landasan epistemologis Pancasila berkaitan dengan cara pandang dan cara
berpikir bangsa Indonesia yang mengutamakan nilai-nilai moral dan kearifan lokal.
Landasan aksiologis Pancasila berkaitan dengan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia
yang ingin mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Untuk mengimplementasikan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, maka perlu


adanya kesadaran, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan dari seluruh komponen
bangsa Indonesia. Pancasila harus menjadi pedoman hidup, acuan berpikir, dan arah
bertindak bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Pancasila juga harus menjadi landasan moral, hukum, politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan bagi bangsa Indonesia dalam
menghadapi tantangan global.

5 Pertanyaan dan Jawaban

1. Apa tujuan dari filsafat?

Tujuan filsafat adalah untuk mencari kebenaran yang sebenarnya dan memahami hakikat
dari segala sesuatu yang ada, baik yang bersifat abstrak maupun riil manusia dan alam
semestaFilsafat juga membahas tentang teori pengetahuan (epistemologi) yang
membahas bagaimana kita memperoleh pengetahuan, teori hakikat (ontologi) yang
membahas tentang hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan, dan kajian
tentang nilai (aksiologi) yang membahas tentang nilai ilmu pengetahuan Dalam konteks
ilmu pengetahuan, filsafat juga membahas tentang aspek-aspek ontologi, epistemologi,
dan aksiologi yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan

2. Apa yang dimaksud dengan Filsafat?


Filsafat, juga dikenal sebagai falsafah atau filosofi, adalah metodologi yang mengkaji
pertanyaan-pertanyaan umum dan mendasar, seperti pertanyaan tentang eksistensi,
penalaran, nilai-nilai luhur, akal budi, dan bahasa. Filsafat melibatkan cabang-cabang
seperti ontologi (pandangan tentang dunia), epistemologi (teori tentang pengetahuan),
aksiologi (masalah mengenai nilai), dan logika (penalaran yang kuat) Filsafat juga
dianggap sebagai ilmu yang melahirkan pemikiran-pemikiran mendalam tentang berbagai
hal, dan dapat membuat seseorang lebih berpikir kritis, bijaksana, dan arif

3. Apa saja ciri-ciri berpikir filsafat?

Karakteristik berpikir filsafat berdasarkan ketiga sumber tersebut dapat disimpulkan


bahwa karakteristik berpikir filsafat meliputi harus sistematis, bersifat universal, radikal
(mendasar), rasional, menyeluruh, koheren, konseptual, bebas dan bertanggungjawab
4. Apa perbedaan antara filsafat dan ilmu?

Filsafat bertujuan untuk memahami realitas secara mendalam, sedangkan ilmu


pengetahuan bertujuan untuk menemukan kebenaran yang dapat dibuktikan secara
empiris. Filsafat dan ilmu pengetahuan adalah dua bidang kajian yang saling berkaitan
dan saling melengkapi

5. Apa manfaat filsafat dalam kehidupan?

Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir secara
radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari keberadaan
kita. Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan
memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari

Anda mungkin juga menyukai