Dasar Nilai
Pengembangan
Ilmu
NAMA KELOMPOK
01 02 03
Table of contents
01
SUMBER HISTORIS
PANCASILA SEBAGAI
02
ASPEK PENTING DALAM
DASAR NILAI ILMU PENGETAHUAN
03
PENGEMBANGAN ILMU
PILAR - PILAR
04
PENYANGGA BAGI ILMU PRINSIP – PRINSIP
PENGETAHUAN BERPIKIR ILMIAH
05 06
PANCASILA SEBAGAI
MASALAH NILAI DALAM DASAR PENGEMBANGAN
IPTEK IPTEK
Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Teknologi telah merambah berbagai bidang kehidupan manusia secara ekstensif dan mempengaruhi
sendi-sendi kehidupan manusia secara intensif, termasuk merubah pola pikir dan budaya manusia,
bahkan nyaris menggoyahkan eksistensi kodrati manusia sendiri (Iriyanto, 2005). Misalnya, anak-anak
sekarang dengan alat-alat permainan yang serba teknologis seperti playstation, mereka sudah dapat
terpenuhi hasrat hakikat kodrat sosialnya hanya dengan memainkan alat permainan tersebut secara
sendirian. Mereka tidak sadar dengan kehidupan yang termanipulasi teknologi menjadi manusia
individualis. Masih terdapat banyak persoalan akibat teknologi yang dapat disaksikan, meskipun secara
nyatamanfaat teknologi tidak dapat dipungkiri.
Problematika keilmuan dalam era millenium ketiga ini tidak terlepas dari sejarah perkembangan ilmu
pada masa-masa sebelumnya. Karena itu untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif perlu
dikaji aspek kesejarahan dan aspek-aspek lainnya terkait dengan ilmu dan teknologi. Dari sini,
problematika keilmuan dapat segera diantisipasi dengan merumuskan kerangka dasar nilai bagi
pengembangan ilmu. Kerangka dasar nilai ini harus menggambarkan suatu sistem filosofi kehidupan
yang dijadikan prinsip kehidupan masyarakat, yang sudah mengakar dan membudaya dalam kehidupan
masyarakat Indonesia, yaitu nilai-nilai Pancasila.
Konsep Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
1. Pertama, bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dikembangkan di Indonesia
haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
2. Kedua, bahwa setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan nilai nilai Pancasila
sebagai faktor internal pengembangan iptek itu sendiri.
3. Ketiga, bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan iptek di
Indonesia, artinya mampu mengendalikan iptek agar tidak keluar dari cara berpikir dan cara
bertindak bangsa Indonesia.
4. Keempat, bahwa setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan ideologi bangsa
Indonesia sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah indegenisasi ilmu (mempribumian ilmu).
SUMBER HISTORIS PANCASILA SEBAGAI
DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU
Sumber historis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia
dapat ditelusuri pada awalnya dalam dokumen negara, yaitu Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 pada Alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Kata
“mencerdaskan kehidupan bangsa” mengacu pada pengembangan iptek melalui
pendidikan. Amanat dalam Pembukaan UUD 1945 yang terkait dengan
mencerdaskan kehidupan bangsa itu haruslah berdasar pada nilai-nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa, dan seterusnya, yakni Pancasila.
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dalam tafsir Koentowijoyo diletakkan sebagai
kekuatan normatif humanisasi yang melawan kekuatan kecenderungan naturalisasi manusia,
mekanisasi manusia, dan kesadaran teknik. Pancasila sebagai kerangka kesadaran normatif
humanisasi dapat merupakan dorongan ke arah dua hal penting:
1. Pertama, universalisasi, yaitu melepaskan simbol-simbol dari keterkaitan dengan struktur, terutama
penggunaan simbol untuk kepentingan sebuah kelas sosial, baik yang datang dari kubu pasar bebas
maupun dari negara perencana.
Pancasila dalam
pengembangan iptek
Pertama, Pancasila
Kedua, Pancasila sebagai
merupakan landasan dari
landasan dari etika ilmu
kebijakan pengembangan
pengetahuan dan teknologi
ilmu pengetahuan
Hal pertama yang terkait dengan kedudukan Pancasila sebagai landasan kebijakan
pengembangan ilmu pengetahuan mencakup lima hal sebagai berikut .
1. Pengembangan iptek terlebih yang menyangkut manusia haruslah selalu menghormati martabat
manusia, misalnya dalam rekayasa genetik.
2. Iptek haruslah meningkatkan kualitas hidup manusia, baik sekarang maupun di masa depan.
3. Pengembangan iptek hendaknya membantu pemekaran komunitas manusia, baik lokal, nasional
maupun global .
4. Iptek harus terbuka untuk masyarakat; lebih-lebih yang memiliki dampak langsung kepada kondisi
hidup masyarakat.
5. Iptek hendaknya membantu penciptaan masyarakat yang semakin lebih adil (Sastrapratedja, 2006:
53).
ASPEK PENTING DALAM ILMU PENGETAHUAN
Melalui kajian historis yang pada hakikatnya pemahaman tentang sejarah
kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan, dapat dikonstatasikan bahwa
ilmu pengetahuan itu mengandung dua aspek, yaitu aspek fenomenal dan aspek
struktural. Aspek fenomenal menunjukan bahwa ilmu pengetahuan
mewujud/memanifestasikan dalam bentuk masyarakat, proses, dan produk.
Sebagai masyarakat, ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai suatu
masyarakat atau kelompok elit yang dalam kehidupan kesehariannya begitu
mematuhi kaidah-kaidah ilmiah yang menurut partadigma Merton disebut
universalisme, komunalisme, dan skepsisme yang teratur dan terarah.
Aspek struktual menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan di dalamnya terdapat unsur –
unsur sebagai berikut
Pengalaman ontologis dapat memberikan landasan bagi penyusunan asumsi, dasar-dasar teoritis,
dan membantu terciptanya komunikasi interdisipliner dan multidisipliner. Membantu pemetaan
masalah, kenyataan, batas-batas ilmu dan kemungkinan kombinasi antar ilmu. Misal masalah krisis
moneter, tidak dapat hanya ditangani oleh ilmu ekonomi saja.
Pilar – pilar penyangga bagi Ilmu Pengetahuan
2. Pilar epistemology (epistemology)
Selalu menyangkut problematika teentang sumber pengetahuan, sumber kebenaran, cara
memperoleh kebenaran, kriteria kebenaran, proses, sarana, dasar-dasar kebenaran, sistem,
prosedur, strategi. Pengalaman epistemologis dapat memberikan sumbangan bagi kita : (a) sarana
legitimasi bagi ilmu/menentukan keabsahan disiplin ilmu tertentu (b) memberi kerangka acuan
metodologis pengembangan ilmu (c) mengembangkan ketrampilan proses (d) mengembangkan
daya kreatif dan inovatif.
Menggunakan akal sehat yang dapat dipahami dan diterima oleh orang lain.
Rasional
Mencoba melepaskan unsur perasaan, emosi, sistem keyakinan dan otorita .
Hakikat Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek dikemukakan Prof. Wahyudi
Sediawan dalam Simposium dan sarasehan Pancasila sebagai Paradigma Ilmu
Pengetahuan dan Pembangunan Bangsa, sebagai berikut:
● Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan kesadaran bahwa manusia hidup di
dunia ibarat sedang menempuh ujian dan hasil ujian akan menentukan kehidupannya
yang abadi di akhirat nanti. Salah satu ujiannya adalah manusia diperintahkan melakukan
perbuatan untuk kebaikan, bukan untuk membuat kerusakan di bumi. Tuntunan sikap
pada kode etik ilmiah dan keinsinyuran, seperti: menjunjung tinggi keselamatan,
kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat; berperilaku terhormat, bertanggung jawab, etis
dan taat aturan untuk meningkatkan kehormatan, reputasi dan kemanfaatan professional,
dan lain-lain, adalah suatu manifestasi perbuatan untuk kebaikan tersebut. Ilmuwan yang
mengamalkan kompetensi teknik yangdimiliki dengan baik sesuai dengan tuntunan sikap
tersebut berarti menyukuri anugrah Tuhan (Wahyudi, 2006: 61--62).
● Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memberikan arahan, baik bersifat universal
maupun khas terhadap ilmuwan dan ahli teknik di Indonesia. Asas kemanusiaan atau humanisme
menghendaki agar perlakuan terhadap manusia harus sesuai dengan kodratnya sebagai manusia,
yaitu memiliki keinginan, seperti kecukupan materi, bersosialisasi, eksistensinya dihargai,
mengeluarkan pendapat, berperan nyata dalam lingkungannya, bekerja sesuai kemampuannya yang
tertinggi (Wahyudi, 2006: 65). Hakikat kodrat manusia yang bersifat mono-pluralis, sebagaimana
dikemukakan Notonagoro, yaitu terdiri atas jiwa dan raga (susunan kodrat), makhluk individun dan
sosial (sifat kodrat), dan makhluk Tuhan dan otonom (kedudukan kodrat) memerlukan
keseimbangan agar dapat menyempurnakan kualitas kemanusiaannya.
● Sila ketiga, Persatuan Indonesia memberikan landasan esensial bagi kelangsungan Negara
Kesatauan Republik Indonesia (NKRI). Untuk itu, ilmuwan dan ahli teknik Indonesia perlu
menjunjung tinggi asas Persatuan Indonesia ini dalam tugas-tugas profesionalnya. Kerja sama yang
sinergis antarindividu dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing akan menghasilkan
produktivitas yang lebih tinggi daripada penjumlahan produktivitas individunya (Wahyudi, 2006:
66).
● Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan memberikan arahan asa kerakyatan, yang mengandung arti bahwa
pembentukan negara republik Indonesia ini adalah oleh dan untuk semua rakyat Indonesia. Setiap
warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama terhadap negara. Demikian pula halnya
dengan ilmuwan dan ahli teknik wajib memberikan kontribusi sebasar-besarnya sesuai kemampuan
untuk kemajuan negara.
● Sila keempat ini juga memberi arahan dalam manajemen keputusan, baik pada tingkat nasional,
regional maupun lingkup yang lebih sempit (Wahtudi, 2006: 68). Manajemen keputusan yang
dilandasi semangat musyawarah akan mendatangkan hasil yang lebih baik karena dapat melibatkan
semua pihak dengan penuh kerelaan.
● Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia memberikan arahan agar selalu
diusahakan tidak terjadinya jurang (gap) kesejahteraan di antara bangsa Indonesia. Ilmuwan dan ahli
teknik yang mengelola industri perlu selalu mengembangkan sistem yang memajukan perusahaan,
sekaligus menjamin kesejahteraan karyawan (Wahyudi, 2006: 69).
Peran nilai-nilai dalam setiap sila dalam pancasila
Sila ketuhanan yang maha esa Memiliki peran sabagai dasar negara Indonesia dalam
mengakui adanya Sang Pencipta Tuhan yang Maha Esa.
Sila kemanusiaan yang adil dan Sebagai landasan negara dalam mengakui persamaan
beradab derajat setiap warga secara adil.
Memiliki peranan sebagai landasan negara untuk
Sila persatuan indonesia
menumbuhkan rasa banga dan cinta tanah air kepada
seluruh rakyatnya.
Sila kerakyatan yang di pimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalm Memiiki peran sebagai landasan negara dalam hal
permusyawaratan perwakilan mengambil keputusan agar selalu mengedepankan
musyawarah mufakat.
Sila keadilan social bagi seluruh Memiliki peran sebagai landasan kehidupan berbangsa dan
rakyat indonesia bernegara untuk selalu dapat hadir di dalam setiap kegiatan
sosial.
TERIMA
KASIH