ENGELLINA (2261201095)
Dosen Pengampu
YAPMI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera bagi kita semua. Puji syukur atas karunia Tuhan Yang Maha
Esa, yang mana berkat tuntunan dan kemudahan dari-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul “Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Dan Sistem Etika” ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya
kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dari berbagai
segi. Kritik dan saran akan sangat kami perlukan agar makalah ini dapat perbaikan
lebih lanjut.Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Makassar,20Mare
t 2023
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia masih relatif
sederhana dan belum berkembang. Namun, berikut dengan berjalannya waktu, ilmu
pengetahuan mengalami perkembangan yang pesat karena banyak ditemukan teori
dan teknologi.
Perkembangan pesat ilmu pada saat ini berbanding lurus dengan sikap kritis dan
cerdas manusia dalam menanggapi berbagai peristiwa di sekitarnya. Namun,
perkembangan pesat ilmu pada saat ini justru menimbulkan gejala penurunan derajat
manusia. Produk yang dihasilkan oleh manusia, baik teori maupun materi, menjadi
lebih bernilai daripada penggagasnya Oleh karena itu, aplikasi nilai-nilai Pancasila
dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia harus diperkuat agar bangsa
Indonesia tidak terjerumus dalam pengembangan ilmu yang semakin jauh dari nilai-
nilai , kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilanketuhanan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pancasila sebagai dasar perkembagan ilmu pengetahuan?
2. Apa itu Eksistensi Ilmu Pengetahuan dan prinsip - prinsip berfikir ilmiah?
3. Bagaimana dasar pengembangan sistem etika ?
4. Bagaimana Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan ?
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pancasila Sebagai Dasar Perkembagan Ilmu Pengetahuan
1. Konsep Pancasila sebagai dasar perkembangan ilmu pengetahuan
Oleh karena itu, beberapa alasan Pancasila diperlukan sebagai dasar nilai
pengembangan iptek dalam kehidupan bangsa Indonesia meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1). Pertama, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh iptek,baik dengan dalih
percepatan pembangunan daerah tertinggal maupun upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat perlu mendapat perhatian yang serius. Penggalian tambang
batubara,minyak, biji besi, emas, dan lainnya di Kalimantan, Sumatera, Papua, dan
lain-lain dengan menggunakan teknologi canggih mempercepat kerusakan
lingkungan. Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut, maka generasi yang akan datang,
menerima resiko kehidupan yang rawan bencana lantaran kerusakan lingkungan dapat
memicu terjadinya bencana.
3). Ketiga, nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi simbol kehidupandi berbagai
daerah mulai digantikan dengan gaya hidup global, seperti:budaya gotong royong
digantikan dengan individualis yang tidak patuh membayar pajak dan hanya menjadi
free rider di negara ini, sikap bersahaja digantikan dengan gaya hidup bermewah-
mewah.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dewasa ini mencapai
kemajuan pesat sehingga peradaban manusia mengalami perubahan yang luar biasa.
Pengembangan iptek tidak dapat terlepas dari situasi yang melingkupinya, artinya
iptek selalu berkembang dalam suatu ruang budaya. Perkembangan iptek pada
gilirannya bersentuhan dengan nilai-nilai budaya dan agama sehingga di satu pihak
dibutuhkan semangat objektivitas, di pihak lain iptek perlu mempertimbangkan nilai-
nilai budaya dan agama dalam pengembangannya agar tidak merugikan umat
manusia.Relasi antara iptek dan nilai budaya, serta agama dapat ditandai dengan
beberapa kemungkinan sebagai berikut. Pertama,iptek yang terkait dengan nilai
budaya dan agama sehingga pengembangan iptek harus senantiasa didasarkan atas
sikap human-religius. Kedua, iptek yang lepas sama sekali dari norma budaya dan
agama sehingga terjadi sekularisasi yang berakibat pada kemajuan iptek tanpa
dikawal dan diwarnai nilai human-religius. Hal ini terjadikarena sekelompok
ilmuwan yang meyakini bahwa iptek memilikihukum-hukum sendiri yang lepas dan
tidak perlu diintervensi nilai-nilai dari luar. Ketiga, iptek yang menempatkan nilai
agama dan budaya sebagai mitra dialog di saat diperlukan. Dalam hal ini, ada
sebagian ilmuwan yang beranggapan bahwa iptek memang memiliki hukum
tersendiri (faktor internal), tetapi di pihak lain diperlukan faktor eksternal (budaya,
ideologi, dan agama) untuk bertukar pikiran,meskipun tidak dalam arti saling
bergantung secara ketat
Dalam masa transisi ini peran mitos mulai diambil alih oleh logos (akal pikir). Bukan
lagi melalui kekuatan kosmis yang secara mitologis dianggap sebagai penguasa alam
sekitar, melainkan melalui akal pikir dengan kekuatan penalaran, menjadi kerangka
acuan untuk meramalkan dan mengatur kehidupan. Pandangan mengenai ruang dan
waktu, etos kerja,kaidah-kaidah normatif yang semula menjadi panutan, bergeser
mencari format baru yang dibutuhkan untuk melayani.
Visi, orientasi, dan persepsi mengenai nilai-nilai universal seperti hak asasi,
demokrasi, keadilan, kebebasan, masalah lingkungan dilepaskan dalam ikatan
fanatisme primordial kesukuan, kebangsaan ataupun keagamaan, kini mengendor
menuju ke kesadaran mondial dalam satu kesatuan sintesis yang lebih konkrit dalam
tataran operasional.
4). Batas-batas sempit menjadi terbuka, eklektis, namun tetap mentoleransi adanya
pluriformitas sebagaimana digerakkan oleh paham post-modernism.
1).Berpikir secara objektif, yaitu dengan cara memandang masalah apa adanya,
terlepas dari faktor-faktor subjektif (misalnya : faktor perasaan, keinginan, emosi,
keyakinan)
2). Berpikir secara rasional, yaitu dengan cara menggunakan akal sehat yang dapat
dipahami dan diterima oleh orang lain. Mencoba melepaskan unsur perasaan, emosi,
sistem keyakinan)
3). Berpikir secara logis, yaitu dengan cara menggunakan logika, tidak mengandun
g unsur pemikiran yang kontradiktif, selalu rasional.
4). Berpikir secara metodologis, yaitu dengan cara menggunakan metode keilmuan
yang khas dalam setiap berfikir dan bertindak (misal: induktif, dekutif, sintesis,
hermeneutik, intuitif).
Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk
mencapai suatu tujuan. Sistem nilai dalam pancasila adalah satu kesatuan nilai-nilai
yang ada dalam pamcasila yang saling berkaitan satu sama lain, tidak dapat
dipisahkan ataupun ditukar tempatkan karena saling berkaitan antara satu dengan
yang lain. Nilai-nilai yang dimaksud ialah :
Pertama, Nilai Ketuhanan: Secara hierarkis, nilai ini bisa dikatakan sebagai
nilai yang tertinggi karena menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai
kebaikan diturunkan dari nilai ini (nilai ketuhanan). Suatu perbuatan dikatakan baik
apabila tidak bertentangan dengan nilai, kaidah, dan hukum Tuhan. Pandangan
demikian secara empiris bisa dibuktikan bahwa setiap perbuatan yang melanggar
nilai, kaidah, dan hukum Tuhan, baik itu kaitannya dengan hubungan kasih sayang
antarsesama, akan menghasilkan konflik dan permusuhan. Dari nilai ketuhanan
menghasilkan nilai spiritualitas, ketaatan, dan toleransi. (Ngadino Surip, dkk, 2015:
180) Kedua, Nilai Kemanusiaan: Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai
dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Kelima, Nilai Keadilan: Apabila dalam sila kedua disebutkan kata adil, maka
kata tersebut dilihat dalam konteks manusia selaku individu. Adapun nilai keadilan
pada sila kelima lebih diarahkan pada konteks sosial. Suatu perbutan dikatakan baik
apabila sesuai dengan prinsip keadilan masyarakat banyak. Menurut Kohlberg (1995:
37), keadilan merupakan kebajikan utama bagi setiap pribadi dan masyarakat.
Keadilan mengandaikan sesama sebagai partner yang bebas dan sama derajatnya
dengan orang lain. Dari nilai ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu
dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain. Dari nilai keadilan juga
menghasilkan nilai kepedulian, kesejajaran ekonomi, kemajuan bersama, dan lainlain.
(Ibid, Ngadino Surip, dkk, 2015: 181)
-https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/
1844390017/03TUGAS1_PANCASILA_RETNO%20INDRIANI_1844390017.pdf
https://www.google.com/search?
q=KONSEP+PANCASILA+DALAM+KEHIDUPAN&rlz=1C1FKPE_idID978ID97
8&oq=KONSEP+PANCASILA+DALAM+KEHIDUPAN&aqs=chrome..69i57j0i22i
30l3.13602j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://www.google.com/search?
q=FUNGSI+PANCASILA+DALAM+ETIKA&rlz=1C1FKPE_idID978ID978&oq=F
UNGSI+PANCASILA+DALAM+ETIKA&aqs=chrome..69i57j0i22i30l5.21914j0j7
&sourceid=chrome&ie=UTF-8