KELOMPOK 6 :
dan tidak terlepas dari situasi di sekitarnya, yang berarti perkembangan iptek akan
bersentuhan dengan nilai-nilai budaya dan agama. Oleh karena itu, dalam
berkembang dari waktu ke waktu, contohnya seperti agama, filsafat, dan seni.
itu selalu berkembang dari waktu ke waktu, contohnya teknologi, fisika, dan
kedokteran.
Rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengapa Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu?
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan pembahasan dalam makalah ini,
yaitu :
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dapat mengacu pada beberapa
jenis pemahaman.
mengatur iptek agar tidak keluar dari cara berpikir dan bertindak bangsa
Indonesia.
bertentang dengan nilai-nilai dalam Pancasila mengandung asumsi bahwa iptek itu
bagi pengembangan iptek mengasumsikan bahwa ada aturan main yang harus
disepakati oleh ilmuwan sebelum ilmu tersebut dikembangkan. Aturan main ini akan
budaya dan ideologi bangsa Indonesia mengandaikan bahwa Pancasila bukan hanya
sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, tetapi telah menjadi paradigma ilmu yang
berkembang di Indonesia.
dan agama dari bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia
termasuk aktivitas ilmiah. Oleh karena itu, perumusan Pancasila sebagai paradigma
ilmu bagi aktivitas ilmiah di Indonesia merupakan sesuatu yang bersifat niscaya.
Karena, pengembangan ilmu yang terlepas dari ideologi bangsa dapat menyebabkan
sekularisme. Bangsa Indonesia memiliki akar budaya dan religi yang kuat dan telah
tumbuh sejak lama dalam kehidupan masyarakat, sehingga pengembangan ilmu tanpa
mendasarkan ideologi bangsa itu akan membuat perkembangan ilmu tersebut tidak
generasi yang akan datang akan menerima resiko kehidupan yang rawan
sekarang ini telah menggantikan peran nilai-nilai luhur yang diyakini dapat
menciptakan kepribadian yang sosial, humanis, dan religius. Pada masa ini,
mulai terganti dengan gaya hidup global, seperti budaya gotong royong yang
terganti dengan individualis yang tidak patuh membayar pajak dan menjadi
free rider di negara ini, sikap bersahaja terganti dengan gaya hidup
seterusnya.
2.2 Sumber Historis, Sosiologis, Politis Tentang Pancasila Sebagai Dasar Nilai
Indonesia
Indonesia dapat ditelusuri pada awalnya dalam dokumen negara, yaitu pembukaan
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
melalui pendidikan. Proses mencerdaskan kehidupan bangsa yang terlepas dari nilai-
pada 26 Juni 1958 sampai dengan 1 Februari 1959 sebagaimana disitir Sofia Effendi,
Rektor UGM dalam Simposium dan Sarasehan Pancasila sebagai Paradigma Ilmu
perlunya setiap sila Pancasila dijadikan blueprint bagi setiap pemikiran dan tindakan
bangsa indonesia karena kalau tidak akan terjadi kemunduran dalam pencapaian
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila sebagai blueprint dalam
Pancasila sebagai dasar pengembangan iptek karena sila-sila Pancasila sebagai cetak
biru harus masuk ke dalam seluruh rencana pemikiran dan tindakan bangsa Indonesia.
Urgensi Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu mulai dirasa sekitar
tahun 1980-an, terutama di perguruan tinggi. Salah satu perguruan tinggi di Indonesia
yang membicarakan hal tersebut adalah Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada
Kedaulatan Rakyat. Rektor Universitas Gadjah Mada pada waktu itu, Prof. Dr.
sebagai orientasi Pengembangan Ilmu merupakan hal baru, dan sejalan dengan Pasa 2
Statuta Universitas Gadjah Mada yang disitirnya dalam sambutan, berbunyi sebagai
berikut :
bagi pembinaan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan bagi pelestarian dan
bangsa dan negara sesuai penjelmaan dan pelaksanaan Pancasila dan Undang-
dalam usaha ilmu pengetahuan untuk dipergunakan sebagai asas dan pendirian hidup,
sebagai suatu pangkal sudut pandangan dari subjek ilmu pengetahuan dan juga
menjadi objek ilmu pengetahuan atau hal yang diselidiki. Penggunaan istilah “asas
dan pendirian hidup” mengacu pada sikap dan pedoman yang menjadi rambu
Prof. Dr. T. Jacob melihat bahwa pada abad XVII terjadi perubahan besar dalam
cara berpikir manusia. Hal ini ditandai dengan adanya sekularisasi ilmu pengetahuan
sehingga raga dan jiwa dipelajari secara terpisah. Bagian raga diperlakukan sebagai
materi dan diterangkan sebagaimana halnya dengan gejala alam. Ilmu pengetahuan
alam terpisah dari ilmu pengetahuan sosial dan humaniora. Menjelang akhir abad XX
teknologi berkembang sendiri dan makin terpisah dengan agama dan etika, hukum,
ilmu pengetahuan sosial dan humaniora. Prof. Dr. T. Jacob menegaskan bahwa
Pancasila seharusnya dapat membantu dan digunakan sebagai dasar etika ilmu
pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Untuk itu, terdapat lima prinsip besar yang
terkandung dalam Pancasila cukup luas dan mendasar untuk mencakup segala
a. Monoteisme
e. Keadilan sosial
sebagai berikut : Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, sila pertama ini menempatkan
manusia dalam alam semesta sebagai bagiannya, dan bukan sebagai pusat dan tujuan,
serta menuntut tanggung jawab sosial dan intergenerasional dari ilmuwan dan
teknologi. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, memberi arah dan
dengan leluasa. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menekankan
sosial, baik yang datang dari kubu pasar bebas maupun dari negara perencana.
b. Kedua, transendentalisasi, yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia,
intelektual yang berpartisipasi dalam simposium dan sarasehan tersebut, antara lain
Prof. Dr. Muladi, Prof. Dr. M. Sastraparaedja, dan Prof. Dr. Ir. Wahyudi Sediawan.
melalui counter values dan counter culture. Pancasila merupakan refleksi penderitaan
bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa dan nilai-nilai universal HAM. Selanjutnya,
posisi in between, yaitu antara operational science yang didasarkan atas non-
repeatable events yang biasa dikaitkan dengan alam semesta ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa.
menegaskan ada dua peran Pancasila dalam pengembangan iptek, yaitu pertama,
Pancasila merupakan landasan dari kebijakan pengembangan ilmu pengetahuan, yang
kedua, Pancasila sebagai landasan dari etika ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal
masyarakat karena dapat saja penemuan ilmu yang tidak sejalan dengan keyakinan
dituntun oleh nilai-nilai etis yang berdasarkan kemanusiaan. Ketiga, iptek merupakan
Hal kedua yang meletakkan Pancasila sebagai landasan etika pengembangan iptek
di masa depan.
c. Pengembangan iptek hendaknya membantu pemekaran komunitas manusia,
Salah satu disiplin ilmu yang sering menjadi sorotan adalah bidang Ekonomi.
perhatian seorang ekonom kenamaan di Indonesia, yaitu Prof. Emil Salim. Pada
1965, Emil salim memperkenalkan istilah ekonomi Pancasila, yaitu pertama dalam
Kemasyarakatan Nasional), yang kedua dalam satu bab khusus buku yang diterbitkan
ekonomi Pancasila yang diselenggarakan sekitar dan 1981. Tokoh atau ekonom yang
antara kedua tokoh tersebut, ialah Emil Salim mencoba memberi pendasaran terhadap
jalan ekonomi yang akan diambil pemerintahan Orde Baru, Emil Salim juga tidak
itu bersifat universal. Dan jika terdapat ketidaksesuaian antara teori ekonomi dan
praktik, kekeliruannya terletak pada praktik. Berbeda halnya dengan Mubyarto yang
dalam pidato Pengukuhannya sebagai guru besar ekonomi pada 1979 di Universitas
Gadjah Mada dengan tegas mengemukakan bahwa ilmu ekonomi mainstream (neo-
bahwa teori ekonomi neo-klasik tidak mampu mendistribusikan kue ekonomi secara
merata, dan tidak mendukung terhadap gagasan keadilan sosial. Landasan nilai yang
pada kata kunci keadilan sosial, sebab yang dapat merasakan ketimpangan tersebut
e. Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat nasional
keadilan sosial.
Indonesia
beberapa tahun lalu. Penolakan ini didasarkan pada kekhawatiran atas kemungkinan
terminologi dampak sosial, hal yang demikian itu dinamakan perceived impact,
Hal ini membuktikan bahwa masyarakat peka terhadap isu-isu ketuhanan dan
kemanusiaan yang ada di balik pembangunan pusat tenaga nuklir tersebut. Isu
Tuhan Yang Maha Esa dalam pembangunan iptek. Artinya, pembangunan fasilitas
teknologi sering tidak melibatkan peran serta masyarakat sekitar, tetapi dampak
Indonesia
dapat dirunut ke dalam berbagai kebijakan yang dilakukan oleh para penyelenggara
negara. Dokumen pada masa Orde Lama yang meletakkan Pancasila sebagai dasar
nilai pengembangan atau orientasi ilmu, antara lain dapat dilihat dari pidato Soekarno
ketika menerima gelar Doctor Honoris Causa di UGM pada 19 September 1951,
mengabdi kepada praktik hidup manusia, atau praktiknya bangsa, atau praktiknya
hidup dunia kemanusiaan. Memang sejak muda, saya ingin mengabdi kepada praktik
hidup manusia, bangsa, dan dunia kemanusiaan itu. Itulah sebabnya saya selalu
oleh pengetahuan, Olmu dan amal harus wahyu-mewahyui satu sama lain. Buatlah
kepada derajat mahasiswa patriot yang sekarang mencari ilmu, untuk kemudian
zaman Orde Lama belum secara eksplisit dikemukakan, tetapi oleh Soekarno
dikaitkan langsung dengan dimensi kemanusiaan dan hubungan antara ilmu dan amal.
“Ilmu pengetahuan itu adalah malahan suatu syarat mutlak pula, tetapi kataku tadi,
lebih daripada itu, dus lebih mutlak daripada itu adalah suatu hal lain, satu dasar.
Dan yang dimaksud dengan perkataan dasar, yaitu karakter. Karakter adalah lebih
penting daripada ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tetap adalah suatu syarat
mutlak. Tanpa karakter yang gilang gemilang, orang tidak dapat membantu kepada
Berakar amat dalam sekali, oleh karena akarnya itu harus sampai kepada inti-inti
rakyat”
sebagai dasar nilai pengembangan ilmu ketika memberikan sambutan pada Kongres
kemanusiaan, harus dapat memberi jalan bagi peningkatan martabat manusia dan
kemanusiaan. Dalam ruang lingkup nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi yang
ingin kita kuasai dan perlu kita kembangkan haruslah ilmu pengetahuan dan
kita. Betapapun besarnya kemampuan ilmiah dan teknologi kita dan betapapun suatu
karya ilmiah kita mendapat tempat terhormat pada tingkat dunia, tetapi apa bila
kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu tidak dapat membantu memecahkan
diungkapkan secara tegas. Penekanannya hanya pada iptek harus diabdikan kepada
manusia dan kemanusiaan sehingga dapat memberi jalan bagi peningkatan martabat
pada acara silaturahmi dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan
“Setiap negara mempunyai sistem inovasi nasional dengan corak yang berbeda dan
yang didasarkan pada suatu kemitraan antara pemerintah, komunitas ilmuwan dan
swasta, dan dengan berkolaborasi dengan dunia internasional. Oleh karena itu
berkaitan dengan pandangan ini dalam waktu dekat saya akan membentuk komite
memastikan bahwa sistem inovasi nasional dapat berkembang dan berjalan dengan
baik. Semua ini penting kalau kita sungguh ingin Indonesia menjadi knowledge
society. Strategi yang kita tempuh untuk menjadi negara maju, developed country,
adalah dengan memadukan pendekatan sumber daya alam, iptek, dan budaya atau
iptek di Indonesia:
Pancasila yang dirintis oleh Prof. Mubyarto pada 1980-an belum menemukan
wujud nyata yang dapat diandalkan untuk menangkal dan menyaingi sistem
manusia hidup di dunia ibarat sedang menempuh ujian dan hasil ujian akan
kerusakan di bumi. Tuntunan sikap pada kode etik ilmiah dan keinsinyuran,
b. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memberikan arahan, baik
atas jiwa dan raga (susunan kodrat), makhluk individu dan sosial (sifat
ilmuwan dan ahli teknik Indonesia perlu menjunjung tinggi asas Persatuan
oleh dan untuk semua rakyat Indonesia. Setiap warga negara mempunyai hak
dan kewajiban yang sama terhadap negara. Demikian pula halnya dengan
bangsa Indonesia. Ilmuwan dan ahli teknik yang mengelola industri perlu
sebagai berikut:
a. Perkembangan ilmu dan teknologi di Indonesia dewasa ini tidak berakar pada
3.1 Kesimpulan
pengetahuan dan teknologi, antara lain Pancasila sebagai intellectual bastion (Sofian
paradigma ilmu.
teknologi di Indonesia harus berakar pada buaya bangsa Indonesia itu sendiri dan
3.2 Saran
Dalam menyikapi perkembangan iptek yang sangat cepat dan luas, hendaknya
bangsa Indonesia harus memahami dan menjadikan Pancasila sebagai titik dasar
membantu kita agar lebih mengerti Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu