Anda di halaman 1dari 27

SIROSIS HEPATIS

Dr. Akhmad Fajrin Priadinata

Divisi Hepatobilier
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Definisi

Laennec pada tahun 1826 berasal dari istilah Yunani scirrhus dan mengacu pada
permukaan oranye atau gambaran kuning pada hati.
Sirosis adalah suatu keadaan patologi yang menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan adanya suatu fibrosis dan
dan pembentukan nodulus regenerative. Gambaran ini terjadi akibat nekrosis
hepatoseluler.
Epidemiologi
■ Penyakit hati kronis dan sirosis hepatis diketahui mengakibatkan 35000 kematian
per tahun di Amerika, dan menduduki rangkin ke 13 dalam penyebab kematian di
dunia.
Etiologi
1. Hepatitis C (26%)
2. Alcoholic Liver Disease (21%)
3. Hepatitis C plus alcoholic liver disease
(15%)
4. Cryptogenic, NAFLD (18%)
5. Hepatitis B (15%)
6. Miscellaneous (5%) :
1. Hepatitis Autoimun
2. Primary Biliary Cirrhosis
3. Primary Sclerosing Cholangitis

Di Indonesia :
1. Hepatitis B (40-50%)
2. Hepatitis C (30-40%)
3. Penyebab tidak diketahui dan bukan
kelompok Virus B dan C (10-20%)
Klasifikasi Sirosis Hepatis
Secara Fungsional Sirosis terbagi atas :
1. Sirosis hati kompensata Sering disebut dengan Laten Sirosis hati.
Pada atadiu kompensata ini belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya
stadium ini ditemukan pada saat pemeriksaan screening.
2. Sirosis hati Dekompensata
Dikenal dengan Active Sirosis hati, dan stadium ini biasanya gejala-gejala
sudah jelas, misalnya ; ascites, edema dan ikterus.
Patofisiologi
Patogenesis
Manifestasi Klinis
Diagnosis
DIAGNOSIS
Tatalaksana
Tujuan Terapi :
1. Mengurangi Progesivitas Penyakit.
2. Mengindari bahan0bahan yang dapat menambah kerusakan hati
3. Pencegahan dan penanganan Komplikasi

Tatalaksana Sirosis Kompensata


Bertujuan untuk mengurangi progresi kerusakan hati, dan
menghilangkan etiologi
Tatalaksana Kompensata
Tatalaksana Sirosis Kompensata
Bertujuan untuk mengurangi progresi kerusakan hati, dan
menghilangkan etiologi
- Alkohol dan bahan toksis yang dapat mecederai hati
dihentikan penggunaannya.
- Hepatitis autoimun dapat diberikan steroid atau
imunosupresif
- Hemokromatosis, anjuran plebotomi dapat dilakukan
sampai kadar besi normal.
- Penyakit hati non alkaholik menurunkan berat badan
Tatalaksana Kompensata (2)
Hepatitis B Virus Sirosis Kompensata:
IFN dan Peg-IFN aman dan efektif digunakan pada pasien hepatitis B
dengan sirosis hepatis kompensata.
Pemberian Interferon alfa diberikan suntikan subkutan 3 MIU 3 kali
seminggu selama 4-6 bulan.

Lamivudin pada pasien sirosis hepatis kompensata terkait dengan VHB


berkaitan dengan supresi muatan virus dan perbaikan skor CTP. Dan
menghambat progresi dan menurunkan risiko dekompensatan dan KHS.
Resistensi menjadi masalah utama.
Tatalaksana Kompensata (3)
Hepatitis C Virus Siosis Kompensata :
Tujuan untuk mencapai SVR12 da menurunkan insidensi
terjadinyakomplikasi.
Kombinasi interveron dan ribavirin merupakan pilihan terapi standart.
Interveron diberikan dengan dosis 5 MIU tiga kali seminggu dan
dikombinasi Ribavirin 800-1000 mg.hari selama 6 bulan.
Tatalaksana Dekompensata
1. Ascites
- Tirah baring dan diet rendah garam, konsumsi garam 5,2 gr atau 90
mmol/hari.
- Diuretik (Spironolakton 100-200 mg/hari) BB turun 0,5kg/hari tanpa
edema kaki, 1 kg/hari dengan edema kaki.
- Jika tidak respon ditambahkan Furosemid 20-40 mg/hari maksimal
160 mg/hari.
- Parasintesis dilakukan jika ascites masif, dengan 4-6 liter dengan
pemberian albumin 8gr/l. Ensefalohepatikum
Ensefalopati Hepatikum
Tatalaksana Dekompensata (2)
2. Ensefalopati Hepatikum
1. Laktulosa
Laktulosa dimetabolisme oleh bakteri usus menjadi asetat dan asam laktarm yang
mengurangi PH kolon, menurunkan produksi urease bakteri, dan mekonversi ammonia NH3
menjadi ammonia NH4+ yang lebih rendah diabsosrbsi oleh usus.
Initial Dosing: 25 mL (16.7 g) sirup setiap 1-2 jam samapi pasien mengalami 2 kali BAB.
Maintenance Dosing: Target 2-3 kali BAB perhari dengan dosis 10-30 g(15-45 ml) 2-4
kali/hari.
2 Anti Mikroba
Tujuan dari terapi antimikroba adalah untuk mengubah mikrobiota usus untuk menciptakan
mikrobioma yang lebih menguntungkan yang menghasilkan produksi bakteri amonia
endogen yang lebih rendah.
Rifaximin sekarang menjadi agen antimikroba yang lebih disukai untuk pengobatan
ensefalopati hati.
Rifaximin 2x550 mg/hari.
Tatalaksana Dekompensata (3)
3. Varises Esofagus :
Pemberian betablocker propranolol dengan target HR 50-60 x/menit.
Pada saat terjadi perdarahan aktif, pemberian somatostatin atau
okreotid diteruskan hingga dilakukan tindakan skleroterapi atau
endoskopi.
Somatostatin dapat diberikan dengan 250 mcg/jam.
Asites Pada Sirosis Dekompensata
Asites Pada Sirosis Dekompensata
Asites Pada Sirosis Dekompensata
Gastrointestinal bleeding
Acute Gastrointestinal Bleeding
Prognosis
Klasifikasi Child-Pugh menilai profnosis
sirosis, dimana terdiri dari Child A, B, dan
C. Dengan kesintasan 1 tahun berturut
turur 100,80 da 45%.
Terimakasih.

■ Algoritma tatalaksana ascites


■ Algoritma perdarahan saluran cerna
■ Evidance vit K, A

Anda mungkin juga menyukai