Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Analisis ABC (Always, Better dan Control)


Klasifikasi ABC diperkenalkan oleh seorang ekonom berkebangsaan Italia, Vilfredo
Pareto yang melakukan observasi terhadap sebagian kecil item dalam sebuah kelompok
jabatan yang memiliki proporsi yang signifikan.Penemuan itu diaplikasikan dalam
manajemen persediaan yang disebut dengan metode ABC atau analisis ABC, dan sering
disebut dengan “Prinsip Pareto: The critical few and the trivial many”.
Analisis ABC (Always, Better, Control) adalah suatu metode analisis yang digunakan
dalam proses pengadaan dengan cara menganalisis pola konsumsi dan jumlah dari total
konsumsi semua jenis obat. Dengan melakukan analisis ABC maka proses pengadaan di
suatu Rumah Sakit akan dilakukan lebih efisien dan tidak membuang banyak biaya. Untuk
melakukan analisis ABC, maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut ini :
1. Menghitung total pemakaian obat dalam satu periode tertentu.
2. Menghitung total investasi dari setiap jenis obat yang dianalisis.
3. Menyusun kriteria nilai kritis obat (Quick,dkk., 1997).
Metode ini akan mengelompokkan seluruh item obat yang dianalisis ke dalam 3
kelompok sebagai berikut ini :
1. Kelompok A (Always), persediaan kelompok jenis obat yang memiliki nilai volume
tahunan rupiah yang tinggi. Kelompok ini mewakili sekitar 70-80% dari total nilai
persediaan, meskipun jumlahnya hanya sedikit, bisa 20% dari seluruh item.
Persediaan yang termasuk dalam kelompok ini memerlukan perhatian yang tinggi
dalam pengadaannya karena berdampak biaya yang tinggi. Pemeriksaan dilakukan
secara intensif (Quick,dkk., 1997).
2. Kelompok B (Better), persediaan kelompok jenis obat yang memiliki nilai volume
tahunan rupiah yang menengah. Kelompok ini mewakili sekitar 15-20% dari nilai
persediaan, dan sekitar 30% dari jumlah item. Disini diperlukan teknik pengendalian
yang moderat (Quick,dkk., 1997).
3. Kelompok C (Control), persediaan kelompok jenis obat yang memiliki nilai volume
tahunan rupiahnya rendah. Kelompok ini mewakili sekitar 5% dari total nilai
persediaan, tetapi terdiri dari sekitar 50% dari jumlah item persediaan. Disini
diperlukan teknik pengendalian yang sederhana, pemeriksaan hanya dilakukan
sekali-kali (Quick,dkk., 1997).
Pengendalian barang berdasar analisis ABC adalah sebagai berikut :
Tabel I. Pengendalian Barang berdasarkan Analisis ABC
Kelompok A Kelompok B Kelompok C
Pengendalian Ketat Moderat Longgar
Laporan Ketat Dan Rinci Ketat Dan Rinci Biasa
Penyimpanan Rapat Baik Biasa
Monitoring Terus Menerus Kekurangan Sedikit Dilakukan
Persediaan
Persediaan Tidak Ada Atau Moderat (2-3 Bulan) 2-6 Bulan
Sedikit
Pengecekan Ketat Dasar Pada Perubahan Tak Perlu Atau
Kebutuhan Sedikit Dilakukan

B. Analisis VEN (Vital, Essensial dan Non essensial)


Analisa VEN merupakan pengelompokan obat berdasarkan dampak tiap jenis obat
terhadap kesehatan. Semua jenis obat yang direncanakan dikelompokan kedalam tiga
kategori yakni: (Maimun, 2008)
1. Vital (V) merupakan obat-obat yang harus ada, yang diperlukan untuk menyelamatkan
kehidupan, termasuk dalam kategori potensial life saving drug, mempunyai efek
samping withdrawl secara signifikan (pemberian harus secara teratur dan
penghentiannya tidak tiba-tiba) atau sangat penting dalam penyediaan pelayanan
kesehatan. Kriteria nilai kritis obat ini adalah kelompok obat yang sangat penting
untuk memperpanjang hidup, untuk mengatasi penyakit penyebab kematian ataupun
untuk pelayanan pokok kesehatan. Kelompok obat ini tidak boleh mengalami
kekosongan (Quick,dkk., 1997).
2. Esensial (E) erupakan obat-obat yang efektif untuk mengurangi rasa kesakitan, namun
sangat signifikan untuk bermacam-macam penyakit tetapi tidak vital secara absolut,
hanya untuk penyediaan sistem dasar. Kriteria nilai kritis obat ini adalah obat yang
bekerja kausal yaitu obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit dan yang
banyak digunakan dalam pengobatan penyakit terbanyak. Kekosongan obat kelompok
ini dapat ditolelir kurang dari 48 jam (Quick,dkk., 1997).
3. Non-esensial (N) merupakan obat-obat yang digunakan untuk penyakit yang dapat
sembuh sendiri dan obat yang diragukan manfaatnya dibanding obat lain yang sejenis.
Kriteria nilai krisis obat ini adalah obat penunjang agar tindakan atau pengobatan
menjadi lebih baik, untuk kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan. Kekosongan
obat kelompok ini dapat ditolerir lebih dari 48 jam (Quick,dkk., 1997).

C. Kombinasi ABC-VEN
Jenis obat yang termasuk kategori A (dalam analisis ABC) adalah benar-benar yang
diperlukan untuk menanggulangi penyakit terbanyak dan obat tersebut statusnya harus E
dan sebagain V (dari analisa VEN). Sebaliknya jenis obat dengan status N
seharusnyamasuk dalam kategori C (Maimun, 2008).
Digunakan untuk menetapkan prioritas pengadaan obat dimana anggaran yang ada
tidak sesuai kebutuhan.
Tabel II. Matriks ABC-VEN
A B C
V VA VB VC
E EA EB EC
N NA NB NC
Metode gabungan ini digunakan untuk melakukan pengurangan obat. Mekanismenya
adalah sebagai berikut: (Maimun, 2008)
 Obat yang masuk kategori NA menjadi prioritas pertama untuk dikurangi atau
dihilangkan dari rencana kebutuhan, bila dana masih kurang, maka obat kategori NB
menjadi prioritas selanjutnya dan obat yang masuk kategori NC menjadi prioritas
berikutnya. Jika setelah dilakukan dengan pendekatan ini dana yangtersedia masih
juga kurang lakukan langkah selanjutnya.
Pendekatan sama dengan pada saat pengurangan obat pada kriteria NC, NB,
NAdimulai dengan pengurangan obat kategori EC, EB dan EA (Quick,dkk., 1997).

Anda mungkin juga menyukai