Anda di halaman 1dari 25

XEROFTALMIA

Disusun oleh:
Fahmi Suhandinata J510185095
Dini Atika Azmi J510185099
Dary Lathifah J510185113
Vesty Anggraini H. J510185116

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


RSUD DR HARJONO PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
Kurang Vitamin A (KVA) merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia
terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama
pada masa pertumbuhan

Pendahuluan
Salah satu dampak kurang vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya
terjadi pada anak usia 6 bulan - 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di
negara berkembang.
Sampai saat ini masalah KVA di Indonesia masih membutuhkan perhatian yang
serius. Meskipun hasil survei Xeroftalmia (1992) menunjukkan bahwa berdasarkan
kriteria WHO secara Klinis KVA di Indonesia sudah tidak menjadi masalah
kesehatan masyarakat (< 0,5%).

Pendahuluan
Namun pada survei yang sama menunjukkan bahwa 50% balita masih menderita
KVA Sub Klinis (serum retinol < 20 ug/dl)

Alis Mata

Kelopak Mata

5 bidang jaringan yang
Anatomi dan utama, dua tepian palpebra,
Fisiologi Mata
Adneksa Mata punctum lacrimale, kelenjar

Apparatus Lakrimalis

Kelenjar lakrimal utama,
Kelenjar lakrimal aksesorius
Bola Mata
• Konjungtiva  tarsal,
bulbi, forniks
• Lapisan konjungtiva 
lapisan epitel, lapisan
adenoid dan lapisan
fibrosa
• dua jenis kelenjar yang
terletak dikonjungtiva
 kelenjar penghasil
musin dan kelenjar • Sklera
lakrimal aksesorius • Kornea  Epitel, Membran bowman, Stroma, Membrane
descement , Endotel
• Traktus Uvealis  Iris, Corpus Siliare, Koroid
• Lensa
• Sudut Bilik Mata Depan

Membran limitans retina

Lapisan serat saraf

Lapisan sel ganglion

Lapisan pleksiform dalam

Lapisan nukleus dalam

Lapisan pleksiform luar
Retina ●
Lapisan nukleus luar

Membran limitan eksterna

Lapisan fotoreseptor  lapisan yang terdiri dari
sel batang dan sel kerucut yang merupakan
modifikasi sel saraf

Epitelium pigmen retina
Fisiologi
penangkapan
cahaya

Lapisan lipid
Lapisan (Film) ●
Lapisan aqueous
Air Mata ●
Lapisan mukus (musin)

Terdapat 3 bentuk vitamin A yang


Vitamin A penting bagi tubuh yaitu retinol,


beta karoten, dan karotenoid
Retinol

RBP nantinya akan berikatan dengan sel-sel reseptor
yang dituju kemudian protein akan melepaskan retinol
sehingga dapat masuk kedalam sel yang dituju.

Pada proses penglihatan vitamin A berperan dalam kerja
retina, pembentukan cairan yang melapisi permukaan
bola mata, serta dalam pertumbuhan sel-sel epitel
Vitamin A berperan sebagai retinal (retinene) yang merupakan komponen dari zat penglihat rhodopsin.

Retin Rhodopsin ini mempunyai bagian protein yang disebut opsin yang menjadi rhodopsin setelah bergabung dengan retinene.

Rhodopsin merupakan zat yang dapat menerima rangsang cahaya dan mengubah energi cahaya menjadi energi biolistrik yang
merangsang indera penglihatan.

al Rhodopsin terdapat pada bagian batang (rods) dari sel-sel retina.

Dalam cones (kerucut) terdapat zat sejenis yang komponen proteinnya berbeda dengan opsin; zat penglihat yang terdapat di
dalam cones disebut porphyropsin.1
Kekurangan vitamin A pada retina
berpengaruh terhadap rhodopsin dalam
retina yang berfungsi untuk adaptasi
mata dari tempat yang terang menuju
tempat yang gelap. Jika dibiarkan terus-
menerus akan menyebabkan gejala awal
yaitu buta senja
Xeroftalmia adalah istilah yang menerangkan gangguan kekurangan vitamin A
termasuk terjadinya kelainan anatomi bola mata dan gangguan fungsi sel retina
yang dapat berakibat kebutaan

Definisi
Xeroftalmia berasal dari bahasa Yunani (xeros=kering; Opthalmos=mata) yang
berarti kekeringan pada mata akibat mata gagal memproduksi air mata atau yang
dikenal dengan dry eye yang mengakibatkan konjungtiva dan kornea kering
Penyebab terjadinya xeroftalmia adalah karena kurangnya Vitamin A.

Factor-faktor yang menjadi penyebab tingginya kasus Xeroftalmia di Indonesia:

Etiologi


Konsumsi makanan yang tidak mengandung cukup Vitamin A atau Pro Vitamin A untuk jangka waktu yang lama

Bayi tidak diberikan ASI eksklusif

Menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, Zn/seng atau zat gizi lainnya) yang diperlukan untuk
penyerapan Vitamin A dan penyerapan Vitamin A dalam tubuh

Adanya gangguan penyerapan Vitamin A atau Pro Vitamin A seperti pada penyekit-penyakit antara lain, diare
kronik, KEP dan lain-lain.

Adanya kerusakan hati seperti pada kwashiorkor dan hepatitis kronis, menyebabkan gangguan pembentukan
RBP (Retinol Binding Protein) dan pre-albumin yang penting dalam penyerapan Vitamin A.
Klasifikasi Xeroftalmia Berdasarkan WHO

XN (Rabun Terjadi akibat gangguan pada retina sehubungan dengan adanya defisiensi vitamin

A. Dari sudut fungsi terjadi hemeralopia atau nictalopia yang oleh awam disebut
buta senja atau buta ayam (kotokan) yaitu ketidaksanggupan melihat pada cahaya

Senja)
remang-remang. Disebut buta senja karena terjadi bila sore hari (senja) anak
masuk dari luar (cahaya terang) ke serambi rumah (cahaya remang-remang).

X1A (Xerosis ●
Umumnya tahap ini selalu diikuti dengan xerosis kornea. Xerosis
terjadi akibat proses keratinisasi lapisan superfisial epitel tanpa sel

Konjungtiva) goblet yang disebabkan oleh

Merupakan suatu lapisan putih ireguler seperti sabun atau busa yang
X1B (Bercak Bitot

menutupi lesi xerosis konjungtiva terdiri dari deskuamasi epitel yang


mengalami proliferasi dan keratinisasi disertai dengan pertumbuhan
/ bitot’s spot) bakteri (seperti corynobacterium xerosis) tanpa disertai sel goblet

Xerosis kornea yaitu adanya keratopati pungtata superfisisal yang terjadi
X2 (Xerosis Kornea) akibat kekeringan pada daerah kornea. Pada pasien dengan xerosis kornea
yang parah umumnya diikuti dengan defisiensi protein.


Mengenai kurang dari sepertiga dari permukaan kornea. Pada
X3A (Ulserasi Kornea / Keratomalasia)
stadium ini mulai terjadi kerusakan lapisan stroma.


Mengenai lebih dari sepertiga dari permukaan kornea. Kerusakan lapisan
X3B (Ulserasi Kornea / Keratomalasia)
sroma pada tahap ini umumnya dapat menyebabkan kebutaan.


Gejala sisa dari lesi kornea atau sikatriks kornea akibat dari proses
XS (Xeroftalmia Scar)
perbaikan dari lapisan stroma yang bisa terletak di tepi ataupun di sentral.


Fundus xeroftalmia atau disertai kelainan fundus xeroftalmia yaitu dimana pada fundus
XF (Xeroftalmia Fundus) didapatkan bercak-bercak kuning keputihan yang tersebar dalam retina, umumnya terdapat di
tepi sampai arkade vaskular temporal. Pada bagian ini hanya dapat diamati dengan funduskopi
Xeroftalmia merupakan salah satu dampak dari kekurangan
vitamin A yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan - 4
tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara
berkembang

KVA pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang Energi
Protein (KEP) atau Gizi buruk akibat kurangnya konsumsi makanan (< 80
Epidemiologi % AKG) sehingga asupan zat gizi sangat kurang, termasuk zat gizi mikro
dalam hal ini vitamin A. 15-25% anak yang menderita KVA mengalami
kebutaan total dan 58-60% mengalami buta sebagian

Sampai saat ini masalah KVA di Indonesia masih


membutuhkan perhatian yang serius. Survei menunjukkan
bahwa 50% balita masih menderita KVA Sub Klinis (serum
retinol < 20 ug/dl).
Gejal a kekeringan mata pada defisiensi
Pada penyembuhan
Kornea luka kornea i ni dapat
vitamin A kemudian
yangdi sebutmengoreng
xeroftalmia berturut-
terjadi lukaparutyang terdiri atas jaringan
turut terdisel-selnya
karena menjadi
ri atas buta senja, xerosi slunak
yang ti dak tembus cahaya. Luka parut ini
conjuncti va
disebut dan xerosi s kornea
keratomalasia yaitu
dan dapat
kadang-kadang membonjol keputi han (atau
kekeringan epitel bi ji mata dan kornea karena
mengakibatkan
kemerahan) disebutlkebutaan
eucoma(biji kapas)
sekresi glandula l acri malis menurun

Terd
apat
kelai
nan
pada
skler
a di
sebel
ah
later
al
dari
korn
ea
yang
diseb
ut
berca
k
Bitot
.
Kelai
nan
ini
tamp
ak
seba
gai
kum

Patofisiologi
pula
n
gele
mbu
ng-
gele
mbu
ng
busa
sabu
n
yang
dapa
t
diha
pus
deng
an
kapa
s dan
meni
ngga
lkan
epite
l
kerin
g
deng
an
pigm
en
keco
klata
n.
Ciri histopatologis dari xeroftalmia berupa timbulnya bintik-bintik
kering pada epitel kornea dan konjungtiva, pembentukan filamen,
hilangnya sel goblet konjungtiva, pembesaran abnormal sel epitel non-
goblet, peningkatan stratifikasi sel, dan peningkatan keratinisasi

Xeroftalmia dibagi dalam 4 stadium yaitu stadium I (hemeralopia), stadium


II (xerosis konjungtiva dengan atau tanpa hemeralopia dengan atau tanpa
bercak Bitot), stadium III (stadium II ditambah xerosis kornea dan sering
disertai ulkus kornea), stadium IV (keratomalasi). Pada stadium III dapat
timbul ulkus kornea dan pada stadium IV kornea menjadi lembek seperti
bubur berwarna keputih-putihan dan mudah mengalami perforasi.

Umumnya keratomalasia timbul pada anak dengan defisiensi vitamin


A kronis yang menderita campak atau penyakit berat lainnya.
Penderita xeroftalmia sering juga ditemukan pada penderita malnutrisi
energi protein.
Diagnosis
1. Gejala Klinis
2. Pemeriksaan Fisik

Antropometri

Penilaian Status gizi

Pemeriksaan mata

XN (Xerosis Nyctalopia)

X1A (Xerosis Konjungtiva)

X1B (Bercak Bitot/bitot’s spot)

X2 (Xerosis Kornea)

X3A (Ulserasi Kornea/Keratomalasia)

X3B (Ulserasi Kornea/Keratomalasia)

XS (Xerosis Sikatrik)

XF (Fundus Xeroftalmia)

Pemeriksaan kulit
3. Pemeriksaan Penunjang

Tes adaptasi gelap Sitologi impresi konjungtiva

Uji Schirmer Pemeriksaan osmolaritas air mata


Mengobati penyakit
Memberi makanan
infeksi ataupun
TKTP (tinggi kalori gangguan yang
tinggi protein) mendasarinya

Penatalaksanaan Memberi
Mengobati
vitamin A (dosis
terapeutik) kelainan mata

Tindakan
Operatif
penipisan kornea dan
ulkus kornea
perforasi

Komplikasi

infeksi bakteri sekunder penurunan penglihatan


Xeroftalmia merupakan suatu kelainan pada mata yang
terjadi akibat defisiensi vitamin A. Kekurangan vitamin A
dapat terjadi pada semua umur akan tetapi kekurangan
yang disertai pada kelaina pada mata umumnya terjadi
pada anak berusia 6 bulan samapai 4 tahun dan sering
Kesimpulan ditemukan pada anak dengan PEM (protein energi
malnutrisi).4 Gejala klinik yang ditemukan pada pasien
xerophtalmia berupa gangguan retina berupa rabun
senja hingga kekeringan yang terjadi pada konjungtiva
dan kornea yang disebut juga xerosis.
Vitamin A mempunyai peran penting dalam fungsi
penglihatan, metabolism umum, dan membantu dalam
proses reproduksi. Karenanya sangat penting agar kadar
vitamin A dalam tubuh terpenuhi dalam tubuh terutama
bagi anak-anak diusia balita. Pada pasien yang sudah
Saran menderita xeroftalmia, pengobatan utama yang
diperlukan adalah vitamin A dengan dosis sesuai dengan
usia pasien dan apabila sudah terjadi kekeringan
ataupun ulkus pada kornea maka diperlukan pengobatan
tambahan ses uai dengan gangguan yang terjadi pada
mata pasien.

Anda mungkin juga menyukai