Anda di halaman 1dari 16

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1. PPIC (Production Planning and Inventory Controlling)

Production Planning and Inventory Controlling atau Perencanaan dan


Pengendalian Produksi dapat didefinisikan sebagai proses untuk
merencanakan dan mengendalikan aliran material yang masuk, mengalir dan
keluar dari sistem produksi/operasi sehingga permintaan pasar dapat dipenuhi
dengan jumlah yang tepat, waktu pnyerahan yang tepat, dan biaya produksi
yang minimum. Perencanaan produksi adalah kegiatan untuk menentukan arah
awal dari tindakan-tindakan yang harus dilakukan di masa mendatang, apa
yang harus dilakukan, berapa banyak melakukannya, dan kapan harus
melakukan Karena perencanaan ini berkaitan dengan masa mendatang, maka
perencanaan disusun atas dasar perkiraan yang dibuat berdasarkan data masa
lalu. Pengendalian adalah kegiatan untuk menjaga agar pelaksanaan rencana
berjalan sesuai dengan langkah yang telah ditetapkan sehingga pencapaian
tujuan dapat terlaksana secara efektif dan efisien (Indiyanto, 2008.).
Di Labiomed pelaksanaan fungsi PPIC dilakukan oleh bagian administrasi
logistik dan instalasi simpan.
4.1.1 Administrasi Logistik (Minlog)
Minlog bertugas mengelolah seluruh barang, mulai dari pengadaan,
samapai pada penghapusan barang yang dapat berupa barang habis
pakai maupun tahan lama agar nantinya dapat tercapai tujuan secara
efektif dan efisien. Fungsi administrasi logistik yaitu perencanaan
kebutuhan, pengadaan logistik, penyimpanan, distribusi, penggunaan dan
penghapusan. Kegiatan perencanaan kebutuhan produksi dilakukukan
berdasarkan jenis dan jumlah produk yang dibutuhkan utuk 1 tahun
kedepan. Kebutuhan administrasi logistik dilakukan untuk mendukung
kegiatan produksi, pengawasan mutu, pemeliharaan alat dan operasional
kantor. Perencanaan dibuat dalam periode tahunan triwulan dan bulanan
berdasarkan pengajuan berupa permintaan dari tiap perencanaan
kebutuhan logistik.
Tujuan pengelolaan administrasi logistik:
a. Mampu menyediakan logistik sesuai kebutuhan
b. Mampu menyediakan informasi yang berkaitan dengan
keberadaan logistik
c. Mampu menyediakan logistik siap pakai
d. Mampu menjaga dan mempertahankan kondisi teknis, daya guna
dan daya hasil logistik
e. Mampu melakukan pengakhiran fungsi logistik dengan
pertimbangan dan argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan
f. Mampu mencegah dan mengambil tindakan antisipatif terhadap
berbagai penyipangan
g. Mampu menyediakan pedoman kerja bagi setiap unit kerja
h. Mampu membangun budaya penggunaan logistik secara
bertanggung- jawab
Tugas dan tanggung jawab kabag minlog:
a. Memimpin, mengkoordinasi, mengendalikan dan mengawasi segala
usaha, pekerjaan dan kegiatan dilingkungan bagian administrasi
logistic
b. Menyusun rencana kebutuhan dan bahan baku, bahan penolong dan
kemas untuk produksi labiomed.
c. Melaksanakan kegiatan administrasi, pengendalian distribusi, dan
inventarisasi bahan baku, bahan penolong dan bahan kemas untuk
kebutuhan produksi.
d. Menyusun laporan dan melaksakan administrasi, produk jadi sejak
dari instalasi produksi sampai ke Gudang pusat 1
e. Merencanakan kebutuhan dan melaksanakan administrasi bahan
atau materil untuk kegiatan administrasi labiomed
f. Memberikan saran kepada kalabiomed sesuai dengan bidang
tugasnya.
Struktur Organisasi / BAGMINLOG / BMN

KABAGMINLOG

BATIURMIN

KASIRENGARADA KASI DALMAT

KAUREN PROGARDA PAURADA KAUREN PROGARDA PAURADA

PENATA RAGAR TURADA PENATA RAGAR TURADA

Keterangan Kiri
KABAGMINLOG : Kepala bagian admistrasi logistik
BATIURMIN : Bintara tinggi urusan administrasi
KASIRENGARADA : Kepala seksi perencanaan anggaran dan
pengadaan
KAUREN PROGAR : Kepala urusan rencana program anggaran
PENATA RAGAR : Penata rencana anggaran
PAURADA : Kepala urusan pengadaan
TUR ADA : Pengatur pengadaan
Keterangan Kanan
KASI DALMAT : Kepala seksi pegendalian material
KAURI AVENT : Kepala urusan inventari
PAURDISI : Perwira urusan distribusi
TUR INVENT : Pengatur inventari
TUR DISI : Pengatur distribusi

4.1.2 Instalasi Simpan


Instalasi simpan merupakan salah satu unsur pelaksana di
Labiomed Puskesad yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
menerima, menyimpan, menyelenggarakan administrasi dan
mendistribusikan bahan baku, bahan kemas dan bahan pendukung
untuk produksi, serta mendistribusikan produk jadi ke Gudang Pusat I
Puskesad.
a. Pemasok bahan baku merupakan rekanan yang telah ditunjuk
sebelumnya dan mengadakan kontrak jual beli dengan Labiomed.
Bahan baku, bahan kemas, dan bahan pendukung yang datang
kemudian disimpan di gudang transit hingga seluruhnya lengkap
atau sesuai dengan pesanan serta dalam kondisi baik, kemudian
dikirimkan ke Gudang Pusat I Puskesad. Bahan baku di Gudang
Pusat I Puskesad di periksa oleh Tim P2HP (Panitia Pembuat Hasil
Produksi) Puskesad.
b. Setelah diperiksa, Tim P2HP Puskesad melaporkan hasil
pemeriksaan ke Kapuskesad dan kemudian dikeluarkan surat PPM
(Perintah Pengeluaran Materiil) dari puskesad, tembusan
Kalabiomed. Kemudian Kalabiomed mengeluarkan PPnM (Perintah
Penerimaan Materil).
c. Materil diserahkan oleh Gudang Pusat I Puskesad dengan
menyertakan TPM (Tanda Penyerahan Materiil), SKB (Surat Kirim
Barang), dan BP (Bukti Pengeluaran) sebagai bukti barang sudah
dikeluarkan. Sebelum bahan baku, bahan kemas dan bahan
pendukung masuk ke gudang instal simpan, bahan tersebut di
periksa kembali oleh Tim Komisi Intern. Bahan baku, bahan
pendukung, dan bahan pengemasan yang telah disimpan tidak boleh
bersentuhan langsung dengan lantai, maka bahan tersebut harus
diletakkan diatas palet. Sistem penyimpanan yang digunakan adalah
sistem FIFO dan FEFO. Bahan baku, bahan kemas, dan bahan
pendukung yang disimpan dicatat di buku penerimaan barang, kartu
stok dan kartu gantung.
d. Produk jadi yang merupakan hasil produksi dari instalasi produksi
yang belum dinyatakan lulus uji dari bagian pengawasan mutu maka
hanya dititipkan dan dimasukkan di ruang karantina hingga bagian
pengawasan mutu mengeluarkan Sertifikat Analisa (SA) dan bukti
pelulusan, disertai Nota Penyerahan Hasil Produksi (NPHP). Produk
jadi kemudian dikemas dalam kardus berisi 24 botol. 1 batch terdiri
dari 4 lot dan disusun di atas palet, tiap palet memuat 2 lot atau 72
kardus dan disusun maksimal 6 kardus.
e. Produk jadi tersebut akan dicatat di kartu stok penerimaan dan akan
dibuat di laporan serta akan dikeluarkan Surat Pengiriman Barang
(SPB) tertanda Kepala Labiomed sebanyak 10 rangkap yang akan
dikirimkan ke Gudang Pusat I Puskesad, sesuai jumlah tahun
anggaran yang berkoordinasi dengan Tim P2HP layak dan baik,
dilanjutkan dengan pelaporan ke Kapuskesad. Produk jadi akan
diserahkan ke Gudang Pusat I Puskesad dan akan didistribusikan ke
KESDAM – KESDAM dan Rumah Sakit Angkatan Darat seluruh
Indonesia.

4.2. Instalasi Penelitian dan Pengembangan (Litbang)


Bagian Litbang mempunyai tugas untuk mengembangkan produk yang
telah ada baik perbaikan bentuk sediaan, perbaikan kemasan maupun
perbaikan formula. Selain itu juga memformulasi produk baru, koordinasi
dengan QC (Quality Control) untuk pengembangan proses analisis dan
produksi. Selain itu bagian litbang di Labiomed juga sedang mengembangkan
desain untuk sistem penanganan air. Rencana renovasi mesin dan
penambahan sistem Reverse Osmosis (RO) dan Elektrodeionisasi (EDI).
Diharapkan dengan penambahan sistem tersebut dapat meningkatkan
kualitas produksi dan bisa mengurangi biaya operasional alat.

4.3. Instalasi Pengawasan Mutu (Instal Wastu)


Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang mencakup
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian serta mencakup organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang
diperlukan telah dilakukan. Bahan tidak boleh diluluskan untuk digunakan dan
produk tidak boleh didistribusikan sampai mutu yang diinginkan tercapai.
Instalasi pengawasan mutu Labiomed terdiri dari bagian kimia fisika, bagian
biologi yang terdiri dari laboratorium mikrobiologi dan pirogen. Pelaksanaan
kegiatan tersebut ditunjang oleh fasilitas dan perlengkapan laboratorium.
a. Persyaratan Natrium Klorida menurut Farmakope Indonesia Edisi VI:
Pemerian: Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih;
rasa asin. Kelarutan: Mudah larut dalam air; larut dalam gliserin; sukar larut
dalam etanol.
Baku pembanding: Endotoksin BPFI; Catatan Bersifat pirogenik.
Penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi.
Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan
gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari
pembeku.
Injeksi Natrium Klorida: adalah larutan steril natrium klorida dalam air
untuk injeksi. Tidak mengandung zat antimikroba. Mengandung tidak
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% NaCl dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Endotoksin bakteri: Mengandung tidak lebih dari 0,5 unit Endotoksin FI
per mL jika pada etiket dinyatakan jumlah natrium klorida dalam sediaan
injeksi antara 0,5% dan 0,9%; dan tidak lebih dari 3,6 unit Endotoksin FI per
mL jika pada etiket dinyatakan jumlah natrium klorida dalam sediaan injeksi
antara 3,0% dan 24,3%
b. Persyaratan Dextrose da menurut Farmakope Indonesia Edisi VI:
Pemerian: Habur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih;
tidak berbau; manis.
Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air mendidih; mudah larut dalam air;
larut dalam etanol mendidih; sukar larut dalam etanol. Baku pembanding:
Dekstrosa anhidrat BPFI; simpan dalam wadah tertutup rapat. Bersifat
higroskopik di atas kelembapan relatif 70%.
Injeksi Dektrosa: adalah larutan steril dektrosa dalam Air untuk Injeksi.
Mengandung dektrosa C6H12O6.H2O, tidak kurang dari 95,0% dan tidak
lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Injeksi dektrosa tidak
mengandung bahan anti mikroba.
Endotoksin bakteri: Tidak lebih dari 0,5 unit Endotoksin FI per mL untuk
injeksi yang mengandung dektrosa kurang dari 5% dan tidak lebih dari 10,0
unit Endotoksin FI per mL untuk injeksi yang mengandung dektrosa antara
5% dan 70%. Catatan Sebelum pengujian, encerkan injeksi yang
mengandung dekstrosa lebih dari 10% hingga kadar dekstrosa 10%.

4.4 Instalasi Produksi


Kegiatan produksi di Labiomed dilaksanakan oleh instalasi produksi.
Bagian produksi bertugas untuk menjalankan proses produksi sesuai prosedur
yang telah ditetapkan dan sesuai dengan ketentuan CPOB. Tahapan yang
dilakukan untuk pembuatan produk infus diantaranya; pengolahan air,
pembuatan wadah dan pengolahan infus.
4.4.1Sistem Pengolahan Air
Bahan baku air diambil dari sumur dengan kedalaman ± 125
meter. Tahapan pengolahan air sumur hingga menjadi WFI dimulai dari
air ditampung dalam bak penampungan, kemudian disaring
menggunakan sand filter (filter menggunakan silika) berfungsi untuk
menghilangkan partikel yang berukuran besar seperti lumpur. Air akan
diteruskan ke system water softener dimana air akan dikurangi
kesadahannya dengan menghilangkan mineral seperti Mg+ dan Ca+
menggunakan resin kation. Kemudian air diteruskan ke carbon filter,
untuk menghilangka bau, rasa dan warna pada air sehingga diharapkan
air yang diperoleh dari hasil penyaringan jernih, tidak berbau dan tidak
berasa. Demineralisasi, tahap dimana proses penghilangan kadargaram
dan mineral dalam air melalui proses pertukaran ion dengan
menggunakan resin atau softener anion dan kation. Hasil dari
demineralisasi merupakan Purified Water (PW). PW akan didestilasi
menggunakan destilator dengan suhu ±100ºC dengan mekanisme
pemisahan air dari zat lain yang masih terkandung didalamnya yang
didasarkan pada titik didih. Air yang menguap akan didinginkan dengan
kondensor dan diperoleh WFI (Water For Injection). WFI akan ditampung
dalam tanki penampung dengan suhu 70°C secara terus menerus dan
dilakukan sirkulasi air dalam tanki agar air tidak tergenang dan tidak
menimbulkan tumbuhnya mikroba. WFI diperiksa terlebih dahulu oleh
intalasi pengawasan mutu dengan parameter pengujian antara lain
pengujian PH, kejernihan, pengujian TDS dan uji mikrobiologi.
4.4.2 Pembuatan Wadah
Bahan baku untuk pembuatan botol dan tutup botol infus adalah biji
plastik jenis polipropilen (PP). Botol plastik jenis propilen lebih kuat,
keras, dan tidak elastis dibandingkan dengan jenis polietilen (PE),
dimana hasil jadi dari PE lebih elastis dan lembut. Penggunaan PP
ataupun PE tidak mempengaruhi sediaan steril (aman) sejauh memenuhi
pharmaceutical grade.
Pembuatan wadah infus terbagi atas dua yaitu dengan metode Blow
Moulding untuk pembuatan botol infus dan Injection Moulding untuk
pembuatan tutup infus (Seal, dan Upper Cap). Bahan baku pembuatan
wadah infus yaitu biji plastik polipropilen. Blow moulding merupakan
proses pengolahan plastik yang melibatkan pemanasan pada suhu
180oC apabila belum mencapai suhu yang ditentukan maka alat tidak
dapat bekerja.biji plastik dimasukkan kedalam mesin untuk dipanaskan
terlebih dahulu hingga meleleh kemudian akan dimasukkan ke dalam
cetakan. selanjutnya, kompresi udara digunakan untuk mengembangkan
plastik yang telah dicetak sehingga mengikuti bentuk rongga botol infus.
Injection moulding adalah metode untuk membuat seal dan upper
cap sebagai tutup infus. Mekanismenya yaitu biji plastik yang meleleh
karena pemanasan akan diinjeksikan oleh plunger ke dalam cetakan
yang didinginkan oleh air sehingga mengeras. Tutup botol yang
diproduksi di Labiomed terdiri atas tutup dalam (seal) dan tutup luar
(cup). Botol dan tutup botol yang telah selesai diproduksi disimpan dalam
plastik rangkap dua tujuannya adalah ketika memasuki ruang cuci botol,
plastik terluar dilepas untuk menghindari kontaminan (debu). Untuk
pennganan botol atau tutup botol yang cacat dapat dibuat ulang dengan
cara botol dan tutup botol yang cacat dimasukkan kedalam mesin
pencacah (crusher).
4.4.3 Pengolahan Infus
Pembuatan sediaan infus dilakukam secara bertahap yaitu sebagai berikut:
a. Penimbangan Bahan Baku
Bahan baku yang telah lulus proses pemeriksaan oleh bagian
pengawasan mutu ditimbang terlebih dahulu di ruang kelas C
sesuai dengan kebutuhan untuk satu kali produksi (1 bets). Setiap
bahan yang telah ditimbang diberi identitas, yang meliputi kode
bahan, nomor bets bahan baku, nama bahan, jumlah bahan baku
yang ditimbang, dan tanggal penimbangan pada buku catatan
produksi dan catatan pengolahan bets.
b. Pengolahan Sediaan
Bahan baku yang telah ditimbang kemudian dilarutkan dengan
WFI, yang dilakukan di ruang kelas B. Proses pengolahan diawali
dengan memasukkan 1500 L WFI ke dalam mixing tank. Kemudian
ditambahkan bahan baku yang telah ditimbang ke dalam mixing tank
dan diaduk selama 10 menit, selanjutnya dicukupkan dengan WFI
hingga 2000 L dan diaduk selama 15 menit hingga homogen. Setelah
proses mixing dilakukan pengecekan in proses control (IPC) oleh
bagian pengawasan mutu memeriksa kadar dan pH larutan infus.
Setelah proses mixing, larutan kemudian dialirkan ke holding tank
yang berkapasitas dengan melewati 3 filter dengan ukuran 1,2 µm,
0,6 µm, dan 0,2 µm. Kemudian larutan dialirkan ke storage tank
berkapasitas 300 L, yang berlanjut ke proses pengisian larutan infus
ke botol infus dengan kapasitas 500 mL.
c. Pencucian Botol
Kegiatan pencucian botol dilakukan di ruang kelas D. Pencucian
menggunakan aquadem dan dibilas menggunakan WFI. Setelah
dicuci, botol kemudian dikeringkan dengan udara bersih yang
bertekanan tinggi. Botol yang telah dicuci dan dikeringkan kemudian
siap digunakan untuk proses pengisian larutan infus.
d. Pengisian Sediaan ke Dalam Wadah (Filling)
Pengisian larutan infus dilakukan di ruang kelas A. Sebelum
proses pengisian larutan infus dari storage tank, larutan difiltrasi
dengan membrane berukuran 2,4 µm. Proses pengisian dilakukan
dengan memasukkan larutan melalui selang ke dalam botol. Setelah
diisi botol infus kemudian ditutup menggunakan seal yang direkatkan
dengan gelombang ultrasonik welding dan selajutnya ditutup lagi
menggunakan upper cap (capping).
e. Sterilisasi Akhir
Sterilisasi akhir di Labiomed dilakukan diruang kelas D dengan
membagi 1 bacth menjadi 4 lot. Seriliasi dilakukan dengan
menggunakan hot water sterilizer. Sterilisasi akhir dengan suhu 1050C
selama 1 jam dengan tekanan 1,5 atm.
f. Uji Visual
Sediaan yang telah disterilisasi kemudian diperiksa secara
visual. Parameter yang diuji yaitu, kejernihan, kebocoran, warna, dan
volume larutan. Pemeriksaan visual dilakukan secara manual dengan
bantuan kaca pembesar. Sediaan infus yang telah diperiksa secara
visual kemudian diambil 9 botol, dengan tiap 3 botol di uji pirogen,
pemeriksaan kimia – fisika, dan mikrobiologi dan sebagai sampel
pertinggal.

g. Labelling, Shrinking, dan Pengemasan Akhir


Produk yang telah lulus pemeriksaan visual kemudian diberi label
yang mencantumkan nama sediaan, konsentrasi, komposisi, nomor
batch, dan tanggal kadaluarsa. Botol yang telah diberi label kemudian
dimasukkan ke dalam plastik dan dipanaskan (film shrink) hingga
merekat sempurna untuk mencegah kotoran langsung menempel
pada botol infus. Botol infus tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
kardus kemudian disimpan di gudang karantina sambil menunggu
hasil pemeriksaan dari bagian pengawasan mutu. Jika sediaan infus
memenuhi persyaratan mutu maka akan dikeluarkan sertifikat analisis
dan diberi label pelulusan kemudian produk jadi siap dikirim ke
gudang pusat I oleh instal simpan.

4.5. Laboratorium Kimia Fisika


Bagian laboratorium kimia fisika bertugas melakukan pemeriksaan terhadap
air (air sumur dan WFI), bahan baku, produk jadi dan uji stabilitas serta IPC (in
process control).
a. Pemeriksaan Air
Air merupakan salah satu bahan utama dalam pembuatan infus.
Pemeriksaan air dilakukan untuk melihat apakah air yang akan digunakan
telah sesuai standar atau tidak, yang terdiri dari pemeriksaan air sumur, air
hasil sand filter, air hasil water softener, air hasil carbon filter, air hasil
demineralisasi dan WFI (Water For Injection). Pemeriksaan yang dilakukan
meliputi; suhu, pH, kesadahan, dan CND/TDS. pH normal yang diinginkan
adalah 6-7 pemeriksaan menggunakan pH meter. Pemeriksaan kesadahan
untuk melihat apakah air telah terbebas dari kandungankandungan mineral
umumnya ion kalsium (Ca+ ) dan magnesium (Mg+ ) pemeriksaan
menggunakan alat Test Kit. Pemeriksaan CND/TDS menggunakan
conductivity meter.
b. Pemeriksaan Bahan
Baku Bahan baku merupakan elektrolit yang menjadi bahan aktif
dalam pembuatan infus yaitu NaCl dan Dextrose. Pemeriksaan bahan baku
meliputi organoleptik, pH, titik lebur menggunakan Melting Point Meter dan
kadar sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan.
c. Pemeriksaan Produk Jadi
Sebelum didistribusikan produk jadi akan diperiksa dahulu dengan
melihat pemerian pH dan kadar. Pemerian untuk yaitu cairan jernih tidak
berwarna, tidak berbau, rasa gak asin untuk NaCl 0.9% dan rasa agak manis
untuk Dextrose 5%. pH untuk NaCl 0.9% 4,50 – 7,00 dan untuk Dextrose 5%
3,5 – 6,5. Pemeriksaan kadar dilakukan dengan alat Polarimeter, standar
kadar untuk NaCl 0.9% adalah 0,86 – 0,96% dan untuk Dextrose 5% adalah
4,75 – 5,25%.
d. Uji Stabilitas
Uji stabilitas dilakukan untuk mengecek kualitas dan mengetahui
kemampuan produk infus untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang
ditetapkan yaitu 5 tahun sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan.
Pemeriksaan stabilitas infus biasa dilakukan 1 tahun sekali hingga masa
kadaluarsa (on going).
e. IPC (In Process Control)
IPC merupakan tes pengecekan kualitas produk infus yang dilakukan
selama produksi rutin. Pengecekan dilakukan selama produksi untuk
memastikan kualitasnya sesuai, sebelum dilakukan tahap produksi
selanjutnya. Parameter yang dicek dalam IPC adalah pH dan kadar serta
volume infus.

4.6. Mikrobiologi
Di Labiomed bagian mikrobiologi terdiri atas 2 bagian yaitu laboratorium
mikrobiologi dan laboratorium uji pirogen.
a. Mikrobiologi
Laboratorium mikrobiologi memiliki dua tugas utama yaitu pemeriksaan
sterilisasi dan pemantauan lingkungan. Pemeriksaan sterilitas dilakukan
dengan 2 metode yaitu metode inokulasi dan metode filtrasi. Pemantauan
lingkungan terdiri atas pemeriksaan air (air sumur dan WFI) dan
pemeriksaan ruang produksi. Pemeriksaan air untuk mengecek ada atau
tidaknya bakteri Escherichia coli yang terdiri atas 3 tahap yaitu uji perkiraan,
uji konfirmasi dan uji penegasan. Hasil dari pengujian penegasan akan dicek
untuk memperoleh nilai MPN (Most Probable Number). Hitung kuman
dilakukan dengan cara metode koloni. Pemeriksaan ruang produksi
dilakukan dengan 2 pengujian yaitu uji cemaran mikroba dan uji partikel. Uji
cemaran mikroba dilakukan dengan metode air sampler, cawan papar dan
cawan kontak. Uji partikel dilakukan dengan menggunakan Particle
Cownter.
1) Uji Sterilitas
produk Uji sterilitas produk dilakukan dengan dua metode yaitu
metode inokulasi dan metode filtrasi.
a) Metode Inokulasi
Di laboratorium mikrobiologi Labiomed Puskesad, uji sterilitas
dengan metode inokulasi menggunakan media Tyoglikolat dan TSB
(Triptic Soy Broth). Pengerjaan dilakukan di bawah LAF (Laminar Air
Fow) selama 5-10 menit lalu diinkubasi selama 7 hari pada suhu 30-
350C untuk media Tyoglikolat (untuk melihat pertumbuhan bakteri)
dan diinkubasi selama 7 hari pada suhu 20-250C untuk media TSB
(melihat pertumbuhan jamur).
b) Metode penyaringan membrane (filtrasi)
Uji sterilitas dengan metode filtrasi menggunakan media
Tyoglikolat, TSB (Tryptic Soy Broth) dan BPW (Buffered Peptone
Water). Pengerjaan dilakukan dibawa LAF menggunakan Steril Test
Compact dan alat penunjang canester. Produk akan difilter melalui
membran yang berada dalam canester kemudian akan dibilas
dengan BPW. Setelah dibilas masing-masing tabung canester akan
diisi dengan media Tyo dan TSB. Dilakukan inkubasi selama 14 hari
dengan suhu 30-350C untuk media Tyo dan suhu 20-250C untuk
media TSB.
2) Pemantauan Lingkungan
Pemantauan lingkungan terdiri atas 2 parameter yaitu pengecekan air
(air sumur dan WFI) serta pengecekan ruang produksi (operasional dan
nonoperasional)
a. Pemeriksaan air sumur dan WFI, dilakukan dengan beberapa tahap
yaitu:
i. Uji perkiraan dengan media LB (Lactose broth) dengan single dose
dan double dose. Diinkubasi selama 48 jam pada suhu 370C. jika
hasil positif maka akan terjadi perubahan warna dari merah menjadi
kuning dan terdapat gas atau gelembung dalam tabung durham.
ii. Uji konfirmasi dengan BGLB (Brillian Green Lactose Broth). Hasil
positif pada uji pekiraan ditanam kedalam 2 tabung media BGLB
yang masing-masing tabung diinkubasi pasa suhu 370C dan 440 C
selama 2x24 jam. Hasil positif pada tabung BGLB yang diinkubasi
pada suhu 370C menunjukkaan perubahan warna menjadi keruh
disertai adanya gelembung udara, sedangkan tabung BGLB yang
diinkubasi pada suhu 440 c hasil positif menunjukkan adanya
kekeruhan disertai adanya gelembung udara, dan untuk hasil positif
akan dilanjutkan ke uji penegasan
iii. Uji Penegasan dengan media MCA (MacConkey Agar), lanjutan
pengujian dari hasil positif uji konfirmasi. Hasil yang positif akan
digoreskan pada media MCA dan akan diinkubasi selama 48 jam
dengan suhu 370 hasil positif menunjukkan adanya pertumbuhan
koloni warna merah kilat logam yang berarti positif bakteri E.Coli.
Hasil dari pengujian penegasan akan dicek untuk memperoleh nilai
MPN (Most Probable Number). MPN merupakan metode untuk
menghitung jumlah terendah miikroorganisme pada sampel.
b) Pemeriksaan ruang produksi.
Pemeriksaan dilaksanakan dalam keadaan operasional dan
non operasional. Ruangan yang diuji meliputi ruang timbang. Ruang
pencampuran infus (mixing) meliputi ruang LAF dan ruang bersih,
ruang cuci botol dan ruang uji mikrobiologi. Metode yang digunakan
adalah air sampler dan untuk mengecek jumlah partikel yang terdapat
dalam ruang menggunakan particle counter.
b. Pirogen
Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi demam pada
tingkat yang dapat. Pirogen, secara umum adalah senyawa yang dapat
menebabkan kenaikan suhu tubuh. Pirogen dibagi kedalam dua kelas.
Pirogen eksogen yaitu terdapat di luar tubuh dan menginduksi kenaikan
suhu ketika diinjeksikan pada manusia dan hewan. Kelompok umum dari
pirogen eksogen yaitu yaitu mikroba, mikrofungi dan virus, juga pirogen non
mikrobial seperti beberapa obat steroid, fraksi plasma dan bahan tambahan
suntik muramil dipeptide. Pirogen endogen dihasilkan secara internal
dimana sel inang pada respon stimulus dari berbagai pirogen eksogen.
Pengujian deteksi pirogen dilakukan dengan metode Rabbit Pyrogen Test
(RTP) (Tungadi et al., 2017).
Endotoksin adalah toksin yang terdapat pada bakteri gram negatif,
berupa lipopolisakarida (LPS) yang terletak pada membran luar dinding sel.
Endotoksin adalah produk metabolit dari pertumbuhan mikroorganisme yang
larut air, bahan panas, yang menimbulkan demam ketika diinjeksikan secara
i.v.. Apabila terdapat dalam jumlah besar di darah, maka endotoksin akan
menimbulkan respon pirogenik yaitu peningkatan suhu tubuh.
Pengujian endotoksin dilakukan dengan metode LAL (Limulus
Amoebocyte Lysate). Metode LAL test menggunakan ekstrak darah
amoebosit dari kepiting tapal kuda (Lymulus polyphemus) dan dibuat khusus
sebagai pereaksi LAL (Santosa et al., 2020). Pengujian endotoksin dapat
dilakukan menggunakan toksinometer. Pengujian dengan toksinometer
merupakan teknik kinetik-turbidimetri. Endotoksin mengaktifkan enzim pada
LAL menghasilkan gelatinasi coagulin, sehingga meningkatkan turbiditas
sampel. Perubahan transmitan diukur selama kurun waktu gelatinasi dari
awal sampai akhir reaksi. Waktu gelatinasi berhubungan dengan jumlah
endotoksin dalam sampel.

4.7. Kalibrasi, Kualifikasi dan Validasi


4.6.1 Kalibrasi
Kalibrasi alat ukur di Labiomed dilakukan paling tidak setahun sekali,
namun untuk alat ukur yang sering digunakan dapat dikalibrasi sesuai 38
kebutuhan. Kalibrasi yang dilakukan di Labiomed bekerja sama dengan
perusahaan/institusi yang memiliki sertifikas dari Komite Akreditasi Nasional
(KAN) yang memiliki standar ukur yang dibutuhkan untuk alat yang akan
dikalibrasi serta memberikan hasil output alam bentuk sertifikat kalibrasi.
Berikut cara kalibrasi dari beberapa alat di Labiomed, yaitu oven, inkubator
dan timbangan analitik.
a. Cara kalibrasi oven dan inkubator
1) Oven dan inkubator dinyalakan
2) Alat dipasangkan sensor kalibrasi
3) Banyaknya sensor kalibrasi yang dipasang tergantung pada ukuran
alat yang akan dikalibrasi.
4) Setelah sensor dipasang, oven dan inkubator dibiarkan menyala
hingga mencapai suhu yang diinginkan. Suhu oven adalah 200°C dan
suhu inkubator adalah 44°C
5) Setelah suhu yang diinginkan dicapai, sensor kalibrasi akan dicek
hingga memberikan hasil grafik yang konsisten
6) Data hasil kalibrasi yang diperoleh akan diolah menggunakan
Microsoft Excel dan Software kalibrasi..
7) Setelah data kalibrasi diolah maka akan diperoleh sertifiat kalibrasi
b. Cara kalibrasi timbangan analitik
1) Timbangan ditara terlebih dahulu dengan cara menimbang dua anak
timbangan dengan bobot 100 gr dan 200 gr.
2) 100 gr adalah ½ berat maksimal dan 200 gr adalah berat maksimal
3) Dilakukan pengulangan penimbangan sebanyak 10 kali, hasil dicatat
4) Timbangan ditara kembali, kemudian dilakukan penimbangan dengan
masing-masing bobot 20 gr, 40 gr, 60 gr, 80 gr, 100 gr, 120 gr, 140 gr,
160 gr, 180 gr dan 200 gr.
5) Dilakukan pengulangan penimbangan sebanyak 2 kali dan hasilnya
dicatat
6) Semua hasil penimbangan yang diperoleh akan diolah pada Microsoft
Excel dan Software kalibrasi
7) Setelah data kalibrasi diolah maka akan diperoleh sertifiat kalibrasi.
4.6.2 Kualifikasi
Kualifikasi adalah tindakan pembuktian dan dokumentasi system dan
peralatan yang telah terpasang secara benar dan dapat dioperasionalkan
sehingga menghasilkan hasil yang diharapkan. Kualifikasi merupakan
bagian dari validasi, terutama bagian tahap awal validasi, tetapi kualifikasi
bukan bagian dari validasi proses. Kualifikasi terdiri dari 4 tahapan yaitu :
a. Kualifikasi Desain Kualifikasi desain adalah proses melengkapi dan
mendokumentasi kajian rancangan (design review) untuk meyakinkan
bahwa seluruh aspek mutu telah dipertimbangkan dan dikaji pada tahap
perancangan.
b. Kualifikasi Instalasi Kualifikasi instalasi adalah proses pemeriksaan
instalasi untuk memastikan bahwa seluruh komponen memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dan telah dipasang secara tepat, kemudian
bagaimana informasi tersebut dicatat.
c. Kualifikasi Operasional Kualifikasi operasional adalah proses pengujian
untuk memastikan bahwa masing – masing komponen/sistem dan/atau
kombinasi dari sistem tersebut berfungsi sesuai rancangan dan
memenuhi kriteria kinerja yang ditetapkan pada rentang operasional
(operating range).
d. Kualifikasi Kinerja Kualifikasi kinerja adalah proses dokumentasi yang
memverifikasi bahwa peralatan yang telah dipasang dan diinstalasi,
dapat bekerja secara efektif dan memberikan hasil yang konsisten,
berdasarkan instruksi kerja dan spesifikasi yang telah ditetapkan.
4.6.3 Validasi
Validasi adalah bukti tertulis dan dokumentasi proses, prosedur atau
metode agar selalu konsisten dengan hasil yang diharapkan. Sebelum
dilakukan validasi terlebih dahulu akan dilakukan kualifikasi. Validasi ulang
dilakukan ketika terjadi perubahan signifikan pada alat, bahan baku/bahan
kemas primer, formulasi/proses, lingkungan produksi dan sarana
penunjang, metode pengujian/spesifikasi, kapabilitas proses dan perangkat
kontrol.

Anda mungkin juga menyukai