Anggota Kelompok 3: 1. Helviyana Ika Meinanda (043296996) 2. Ryanda Fenda M C P (043297056) 3. Sheila Muthoharoh (043297088) 4. Yulia Widya Ningrum (043297246) KB 1 Audit Siklus Produksi Siklus Produksi berhubungan dengan konversi dari bahan baku menjadi barang jadi. Siklus ini terdiri dari perencanaan produksi serta pengendalian terhadap jenis dan jumlah barang yang diproduksi, level sediaan yang harus dipertahankan, dan transaksi serta peristiwa yang terkait dengan proses produksi. A. TUJUAN AUDIT Tujuan audit dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: 1. Tujuan Transaksi ● Keterjadian, mencatat transaksi produksi yang merepresentasikan kos bahan baku, kon tenaga kerja, dan kos pabrikasi (overhead) yang ditransfer ke produksi; ● Kelengkapan, semua transaksi produksi dan kos penjualan yang muncul selama satu periode telah dicatat. ● Akurasi, transaksi produksi dan kos penjualan dinilai secara akurat menggunakan PABU serta dijurnal,diringkas, dan di posting dengan benar; ● Pisah Batas, semua transaksi produksi dan kos penjualan telah tercatat pada periode akuntansi yang benar; dan ● Klasifikasi, semua perolehan aset tetap dan kos penjualan telah dicatat pada akun yang sesuai. 2. Tujuan Saldo • Keberadaan, sediaan yang ada di neraca benar-benar ada secara fisik; • Kelengkapan, sediaan terdiri atas semua bahan baku, produk, dan barang habis pakai di tangan pada tanggal neraca; • Hak dan Kewajiban, entitas yang melapor memiliki kuasa secara sah untuk mencatat sediaan pada tanggal neraca; dan • Penilaian dan alokasi, asumsi perhitungan kos sediaan telah diaplikasikan secara memadai dan sediaan dinyatakan secara memadai pada lower of cost or market. 3. Tujuan Pengungkapan • Keterjadian serta hak dan kewajiban, pengungkapan transaksi dan saldo sediaan telah diungkapkan secara cukup terkait dengan entitas. • Kelengkapan, semua pengungkapan sediaan yang harusnya ada dalam laporan keuangan telah dicantumkan; • Klasifikasi dan keterpahaman, informasi siklus produksi disajikan dan dideskripsikan secara benar dan informasi pada pengungkapan ditampilkan dengan jelas; dan • Akurasi dan penilaian, informasi sediaan diungkapkan secara akurat dan pada jumlah yang sesuai. B. MEMAHAMI ENTITAS DAN LINGKUNGANNYA Memahami bisnis dan industri membantu pengembangan perspektif pengetahuan tentang entitas yang digunakan untuk merancang program audit yang efektif dan efisien. Untuk beberapa perusahaan distribusi dan pengecer (retail), manajemen sediaan dan rantai pasokannya sangat penting bagi kesuksesan kinerja. Ketika mengaudit perusahaan manufaktur, auditor biasanya akan mencari tahu intensivitas penggunaan modal terhadap proses produksi, begitu juga terhadap kombinasi bahan baku dan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi. C. PROSEDUR ANALITIS Prosedur analitis bersifat efektif secara kos dan dapat memperingatkan auditor terhadap salah saji potensial. Jika laporan keuangan yang disajikan untuk audit menunjukkan kecenderungan peningkatan margin keuntungan dikombinasikan dengan peningkatan jumlah perputaran (turn days) sediaan, sediaan mungkin disajikan terlalu besar. Ketika sediaan bernilai material bagi audit laporan keuangan, auditor tidak harus mempertimbangkan apakah prosedur analitis merupakan pengganti bagi uji detail lainnya, tetapi mereka mungkin bisa menjadi sangat efektif dalam memfokuskan perhatian audit yang kemungkinan telah terjadi salah saji. D. RISIKO BAWAAN Risiko bawaan pada salah saji laporan keuangan timbul dari transaksi sediaan untuk jaringan hotel atau sekolah relatif rendah karena sediaan bukan bagian material bagi proses inti entitas. E. PERTIMBANGAN TERHADAP PENGENDALIAN INTERNAL 1. Dokumen dan Pencatatan Umum Berikut merupakan beberapa dokumen, catatan, dan file komputer yang biasa digunakan dalam memproses transaksi produksi. a. Pemesanan produksi; b. Laporan kebutuhan material; c. Slip pengeluaran bahan; d. Time ticket; e. Move ticket; f. Laporan produksi harian; g. Laporan produksi selesai; h. File induk kos standar; i. File induk sediaan bahan baku; j. File induk sediaan barang dalam proses; dan k. File induk sediaan barang jadi. 2. Fungsi dan Pengendalian Terkait Pelaksanaan dan pencatatan transaksi manufaktur serta pengamanan sediaan melibatkan transaksi manufaktur berikut. a. Inisiasi produksi, perencanaan dan pengawasan produksi; b. Pengolahan sediaan 1) Pengeluaran bahan baku; 2) Memproduksi barang dalam kegiatan produksi; 3) Mentransfer pekerjaan yang sudah selesai ke barang jadi; dan 4) Melindungi sediaan. c. Mencatat transaksi manufaktur dan sediaan 1) Menentukan dan mencatat kos produksi; dan 2) Mempertahankan kebenaran saldo sediaan. Kinerja fungsi-fungsi tersebut melibatkan beberapa departemen, seperti perencanaan dan pengendalian produksi, gudang/penyimpanan (bahan baku), departemen produksi, pencatat waktu, barang jadi, TI, akuntansi biaya, dan akuntansi umum. 3. Inisiasi (Pemulaian) Produksi otorisasi produksi muncul pada departemen perencanaan dan produksi pengendalian. Berdasarkan pemesanan yang diterima dari pelanggan atau analitis ramalan penjualan dan kebutuhan sediaan. Dokumentasi otorisasi disediakan dengan mengeluarkan pemesanan produksi bernomor. Laporan kebutuhan material juga dipersiapkan untuk menunjukkan bahan baku dan bagian yang dibutuhkan dan yang ada di tangan. Ketika pemesanan harus ditempatkan oleh pemasok, salinan laporan ini dikirim ke pembelian. 4. Menghasilkan sediaan a. Mengeluarkan bahan baku, gudang mengeluarkan bahan baku untuk produksi pada slip kuitansi pengeluaran bahan baku (atau daftar permintaan bahan baku) yang disetujui oleh departemen produksi.Slip tersebut menunjukkan jumlah dan tipe bahan baku yang diminta dan nomor pemesanan produksi yang diminta untuk ditagih. Tiap slip harus ditandatangani oleh supervisor (pengawas) atau pekerja produksi yang bertanggung jawab. b. Memproses barang dalam kegiatan produksi, tenaga kerja yang digunakan untuk pemesanan produksi tertentu dicatat pada time ticket. Fungsi pencatatan waktu juga dapat diselesaikan dengan memiliki pegawai yang memasukkan kartu (badge) pada suatu terminal komputer dan kunci pada nomor pemesanan produksi. c. Transfer pekerjaan yang telah selesai ke barang jadi, ketika produksi pada suatu pemesanan telah selesai dan barang diserahkan untuk pemeriksaan akhir, sebuah laporan produksi yang diselesaikan harus disiapkan. Kemudian,barang tersebut diteruskan ke gudang barang jadi. d. Melindungi (menjaga) sediaan, Gudang bahan baku dan sediaan barang jadi dalam gudang penyimpanan terkunci dengan akses yang terbatas pada orang-orang yang bertanggung jawab. Perlindungan barang dalam proses difasilitasi melalui pengawasan area produksi oleh petugas supervisor dan keamanan pabrik, penamaan barang, dan penggunaan move ticket bernomor untuk mengontrol transfer barang dalam proses lewat pabrik. 5. Mencatat Transaksi Produksi dan Sediaan a. Menentukan dan mencatat kos produksi, fungsi tersebut terdiri atas berikut ini: (1) Pencatatan bahan baku dan tenaga kerja langsung ke barang dalam proses; (2) Menetapkan produksi kos pabrikasi (overhead) ke barang dalam proses; (3) Mentransfer kos di antara departemen produksi (pada sistem biaya produksi); dan (4) Mentransfer kos produksi yang telah selesai ke barang jadi. b. Menjaga kebenaran saldo sediaan, mempertahankan kebenaran saldo sediaan melibatkan tiga aktivitas. Pertama, harus ada perhitungan independen secara periodik untuk sediaan di tangan dan perbandingan dengan jumlah dicatat pada sediaan perpetual. Kedua, harus ada pengecekan independen secara periodik terhadap perjanjian jumlah nilai bawaan rupiah untuk file induk bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi dengan akun pengendalian buku besar umum mereka. Ketiga, lewat pemeriksaan kondisi sediaan dan peninjauan sediaan terhadap pasar harus dibuat jika keperluan. c. Pengendalian manajemen, hal ini digunakan untuk mengawasi setiap fungsi yang dideskripsikan di atas. Ketika manajemen memegang tanggung jawab untuk menggunakan sumber daya pada tiap tahap produksi, kecenderungan untuk kesalahan yang tidak disengaja dapat berkurang. 6. Pengendalian Sediaan Tambahan Beberapa perusahaan menggunakan sistem sediaan perpetual untuk melacak jumlah sediaan. Perusahaan yang lain menggunakan sistem sediaan periodik untuk menilai sediaan. Harga pokok penjualan ditentukan dengan menambahkan kos produksi pada sediaan awal dan mengurangi sediaan akhir. Akurasi harga pokok penjualan bergantung pada pengendalian terhadap (1) akumulasi kos produksi dan (2) penilaian sediaan akhir. 6. STRATEGI AUDIT PENDAHULUAN Audit sediaan biasanya menghadapi risiko bawaan yang signifikan untuk asersi keberadaan dan keterjadian serta asersi penilaian dan alokasi. Jika pengendalian internal kuat, auditor sering berpikir tentang pergerakan pemilihan waktu pengamatan sediaan ke suatu tanggal interim dan mereka dapat mengurangi batasan pengamatan sediaan. Jika kontrol internal lemah, pengamatan sediaan harus dilakukan tiap akhir tahun dan batasan pengamatan sediaan dapat ditingkatkan. G. TES SUBSTANTIF UNTUK ASERSI-ASERSI SEDIAAN Tes substantif yang mungkin untuk asersi saldo sediaan dan tujuan audit spesifik saldo akun yang terkait. Tiap tes substantif didiskusikan pada bagian berikut bersama dengan komentar tentang bagaimana tes tersebut dapat disesuaikan berdasarkan level risiko deteksi yang dapat diterima. 1. Prosedur awal, dalam hal ini yang penting adalah mendapatkan pemahaman bisnis dan industri perusahaan. Ini menjadikan auditor dapat mengembangkan perspektif pemahaman tentang perusahaan dan membuat konteks untuk evaluasi prosedur analitis dan tes detail. Prosedur awal juga terdiri atas penentuan bahwa detail jadwal perpetual atau sediaan lain cocok dengan saldo buku besar utama. 2. Prosedur analitis, aplikasi prosedur analitis terhadap sediaan menggunakan pemahaman auditor tentang entitas dan lingkungannya untuk mengembangkan ekspektasi tentang laporan keuangan. Perspektif pemahaman ini efektif untuk mengidentifikasi akun yang mungkin salah saji. Tinjauan terhadap pengalaman dan trend industri dapat menjadi sangat penting dalam mengembangkan ekspektasi yang digunakan dalam mengevaluasi data analitis untuk klien. 3. Tes Detail Saldo, tes ini terlibat dalam prosedur pencocokan dan pelacakan untuk memperoleh bukti pemrosesan transaksi individu yang mempengaruhi saldo sediaan. a. Uji penjurnalan untuk akun sediaan. Pencocokan penjurnalan yang tercatat pada akun sediaan terdiri atas: (1) debit pada sediaan barang dagang atau bahan baku ke faktur pemasok (vendor), laporan penerimaan, dan pemesanan pembelian; (2) debit pada sediaan barang dalam proses atau barang jadi ke catatan kos produksi dan laporan produksi; (3) kredit pada sediaan barang dagang atau bahan baku pada dokumen dan catatan penjualan; dan (4) kredit pada sediaan barang dalam proses atau barang jadi pada catatan kos produksi dan laporan produksi. b. Tes pisah batas transaksi pembelian, produksi, dan penjualan. Maksud dan sifat tes ini terkait dengan audit saldo piutang dan utang. Kedua tes ini penting untuk memastikan bahwa transaksi yang muncul dekat atau sekitar akhir tahun dicatat pada periode akuntansi yang benar. Untuk tiap kasus, auditor harus memastikan pengecekan dokumen dan pengamatan fisik bahwa batas kertas kerja dan pisah batas fisik untuk pengambilan sediaan telah terkoordinasi. 4. Uji Detail Saldo a. Pengamatan terhadap penghitungan sediaan fisik klien, observasi sediaan telah menjadi prosedur audit berterima umum selama lebih dari 60 tahun. Prosedur ini dibutuhkan kapanpun sediaan material bagi laporan keuangan perusahaan dan dapat dipraktikkan serta beralasan. b. Pemilihan waktu (timing) dan perluasan pengujian, hal ini bergantung pada sistem sediaan klien dan keefektifan pengendalian internal. Pada sistem sediaan periodik, jumlah ditentukan oleh penghitungan fisik dan semua penghitungan dibuat pada tanggal tertentu. Tanggalnya harus pada atau dekat tanggal neraca dan auditor harus ada pada tanggal tertentu tersebut. c. Rencana penghitungan sediaan, penghitungan sediaan fisik oleh klien biasanya dilakukan berdasarkan rencana atau daftar instruksi. Instruksi klien harus terdiri atas berbagai hal sebagai berikut: (1) nama pegawai yang bertanggung jawab; (2) tanggal penghitungan; (3) lokasi penghitungan dilakukan; (4) instruksi detail terhadap bagaimana penghitungan dibuat; (5) penggunaan dan pengendalian lembar penamaan sediaan urut nomor dan lembar rangkuman; (6) persyaratan untuk menangani kuitansi, pengiriman, dan pergerakan barang selama penghitungan; dan (7) pemisahan atau identifikasi barang yang tidak dimiliki. 5. Melaksanakan Pengujian Dalam membuat tes penghitungan, auditor harus mencatat penghitungan dan memberikan deskripsi yang lengkap dan akurat barang-barang pada kertas kerja. a. Penentuan sediaan dengan sampling statistik, metode seperti ini tidak membebaskan auditor dari tanggung jawab untuk mengamati penghitungan sediaan. Masih perlu mengamati penghitungan tersebut selama dipandang perlu pada situasinya. b. Pengamatan sediaan awal, untuk mengekspresikan opini unqualified pada laporan keuangan, auditor harus mengamati penghitungan, baik atas sediaan awal maupun akhir. Pada penugasan audit yang terulang, persyaratan ini dipenuhi dengan mengamati sediaan akhir tiap tahun. c. Tes akurasi administrasi daftar sediaan, setelah sediaan fisik dihitung, klien menggunakan penamaan sediaan atau lembar penghitungan untuk menyiapkan atau menyusun daftar semua barang yang dihitung. Karena daftar ini memberikan dasar bagi klien untuk penjumlahan yang dibutuhkan dalam menyesuaikan catatan sediaan agar cocok dengan jumlah yang berada di tangan. d. Tes penentuan harga sediaan, tes ini terdiri dari pemeriksaan dokumen pendukung untuk nilai pasar dan kos sediaan. Tinjauan catatan sediaan perpetual dan penyelidikan klien harus memungkinkan auditor untuk menentukan metode dan penentuan kos yang digunakan dalam menentukan harga per unit sediaan. e. Tes kos pabrikasi sediaan, sifat dan perluasan tes penetapan harga oleh auditor terhadap barang dalam proses dan barang jadi tergantung pada tingkat kepercayaan atas pencatatan akuntansi kos klien dan metode yang digunakan klien dalam mengakumulasikan kos tersebut. 6. Mengonfirmasi Sediaan pada Lokasi di Luar Entitas Ketika sediaan klien disimpan pada gudang umum (public) atau gudang penyimpanan lain (other custodian), auditor harus mendapatkan bukti keberadaan sediaan melalui komunikasi dengan penjaga gudang tersebut. 7. Menguji Perjanjian dan Kontrak Konsinyasi Dalam hal ini auditor diminta memisahkan barang yang tidak dimiliki selama penghitungan sediaan. Selain itu, auditor biasanya meminta asersi tertulis terhadap kepemilikan sediaan pada surat representasi klien. Auditor juga harus meneliti manajemen terkait barang yang menjadi konsinyasi. 8. Tes Detail Estimasi Akuntansi Audit estimasi akuntansi secara umum menantang karena sifat prospektifnya. Tanggung jawab auditor untuk kualitas dalam hal ini terbatas pada sebagaimana pengamat yang memperoleh informasi yang wajar. 9. Perbandingan Penyajian Laporan dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) Mengidentifikasi kategori sediaan pada neraca dan harga pokok penjualan pada laporan laba rugi adalah hal umum. Bukti terkait presentasi dan pengungkapan biasanya dilakukan dengan tes substantif yang telah disajikan. Berdasarkan bukti dan perbandingan laporan keuangan klien dengan engumuman akuntansi yang dapat digunakan, auditor menetukan ketepatan penyajian dan pengungkapan. KB 2 Audit Siklus Jasa Kepegawaian Siklus jasa kepegawaian sebuah perusahaan melibatkan peristiwa dan aktivitas terkait dengan kompensasi para eksekutif dan karyawan. A. TUJUAN AUDIT Tujuan Transaksi • Keterjadian. Mencatat kompensasi, manfaat dan biaya pajak penghasilan karyawan; • Kelengkapan. Kompensasi, manfaat karyawan dan biaya pajak termasuk semua biaya sejenis yang muncul untuk servis personel selama setahun; • Akurasi. Kompensasi, manfaat dan biaya penghasilan pajak karyawan dihitung dan dicatat; • Pisah batas. Kompensasi, manfaat dan biaya penghasilan pajak karyawan dicatat pada periode akuntansi yang benar. • Klasifikasi. Kompensasi, manfaat dan biaya penghasilan pajak karyawan diidentifikasi dan diklasifikasikan pada laporan keuangan. Tujuan Saldo • Keberadaan. Kompensasi, manfaat dan biaya penghasilan pajak karyawan mempresentasikan jumlah yang harus dibayar pada tanggal neraca. • Kelengkapan. Kompensasi, manfaat dan biaya penghasilan pajak karyawan memasukkan semua jumlah yang harus dibayar pada tanggal neraca. • Hak dan kewajiban. Kompensasi, manfaat dan biaya penghasilan pajak karyawan merupakan kewajiban entitas yang melapor. • Penilaian dan alokasi. Kompensasi, manfaat dan biaya penghasilan pajak karyawan dihitung dan dicatat dengan akurat. Tujuan Pengungkapan • Kemunculan serta hak dan kewajiban. Transaksi serta saldo kompensasi dan manfaat perusahan telah muncul dan berhubungan dengan entitas. • Kelengkapan. Semua pengungkapan kompensasi dan manfaat karyawan yang harusnya ada dalam laporan keuangan telah dicantumkan. • Akurasi dan penilaian. Informasi kompensasi dan manfaat diungkapkan secara akurat dan pada jumlah yang benar. B. MEMAHAMI ENTITAS DAN LINGKUNGANNYA Jasa kepegawaian bervariasi pentingnya untuk masing-masing usaha sektor manufaktur, grosir, dan retailer. Beberapa industri manufaktur mulai memiliki rencana tunjangan pensiun yang memiliki risiko bawaan yang signifikan dengan pengukuran kos pensiun dan pengungkapan pensiun. Jika kompensasi entitas terutama adalah berbasis gaji dan menunjukkan hubungan yang dapat diprediksi terhadap penyampaian servis, auditor dapat menonjolkan prosedur analitis dalam pengembangan strategi audit. C. PROSEDUR ANALITIS Auditor biasanya akan melakukan prosedur analitis pada awal audit siklus jasa kepegawaian karena efektif dalam secara kos. Prosedur analitis dapat bermanfaat dalam mengidentifikasi potensi kecurangan, seperti ketika penggajian kotor melebihi ekspektasi auditor. D. RISIKO YANG MELEKAT Kecurangan penggajian merupakan fokus perhatian utama bagi auditor. Kecurangan dapat muncul pada dua level. Karyawan yang terlibat dalam menyiapkan dan membayar penggajian dapat memproses data karyawan fiktif dan kemudian mengalihkan pembayaran itu untuk keperluan mereka sendiri. E. PERTIMBANGAN PENGENDALIAN INTERNAL Seperti transaksi utama siklus lainnya, semua lima komponen pengendalian internal relevan terhadap siklus jasa kepegawaian. Beberapa faktor lingkungan pengendalian memiliki relevansi langsung. Keseluruhan tanggung jawab untuk masalah karyawan sering diserahkan pada wakil presiden industri atau manajer personalia. Lingkungan pengendalian yang baik membangun suatu tingkat akuntabilitas untuk penggunaan sumber daya manusia perusahaan. 1. Dokumen dan Pencatatan Umum, dokumen dan catatan berikut ini penting dalam Melaksanakan dan mencatat transaksi penggajian, yaitu: a. otorisasi karyawan; b. Kartu jam kerja (clock card); c. Time ticket; d. Register penggajian; e. Akun gaji rekening bank (imprest payroll bank account); f. Cek penggajian (payroll check); g. Rangkuman distribusi kos tenaga kerja; h. formulir pajak penghasilan (payroll tax return); i. File penempatan karyawan (employee personnel file); j. File induk data karyawan (personnel data file master); dan k. File induk pendapatan karyawan (employee earning file master). 2. Fungsi-Fungsi dan Pengendalian Terkait pemrosesan transaksi penggajian melibatkan fungsi-fungsi penggajian berikut: a. Menginisiasi transaksi penggajian yang terdiri dari: 1) Mempekerjakan karyawan dan 2) perubahan otorisasi penggajian. b. Penerimaan jasa, termasuk penyiapan data kedatangan dan pencatat waktu (timekeeping); c. Pencatatan dan pembayaran transaksi penggajian terdiri atas: 1) Penyiapan dan pencatatan penggajian; 2) pembayaran penggajian dan melindungi upah yang unclaimed; dan 3) pengisian formulir pajak penghasilan karyawan. 3. Menginisiasi Transaksi Penggajian d. Penerimaan karyawan, mempekerjakan karyawan dilakukan oleh departemen personalia. Semua yang mempekerjakan harus didokumentasikan pada formulir otorisasi personel. Formulir ini harus mengindikasikan klasifikasi pekerjaan, tingkat upah awal, dan otorisasi pengurangan penggajian. b. Perubahan otorisasi penggajian, permintaan perubahan klasifikasi atau jenis pekerjaan atau kenaikan tingkat upah dapat dimulai oleh pengawas karyawan. Namun, semua perubahan harus diotorisasi secara tertulis oleh departemen personalia sebelum dimasukkan pada file induk data personel. 4. Penerimaan Jasa Penyiapan data kehadiran dan timekeeping, departemen timekeeping bertanggung jawab untuk fungsi ini. Jam kerja sering digunakan untuk mencatat waktu kerja karyawan ketika kartu jam kerja karyawan dimasukkan ke jam. Dengan memastikan bahwa data akurat diakumulasikan pada waktu kerja, kontrol terhadap fungsi timekeeping sangat terkait dengan asersi keterjadian atau keberadaan, kelengkapan, serta penilaian dan alokasi dari seluruh transaksi penggajian. 5. Pencatatan dan Pembayaran Transaksi Penggajian a. Penyiapan dan pencatatan penggajian, program penggajian mengurutkan transaksi penggajian berdasarkan nomor karyawan dan data tersebut menjadi subjek pengecekan dan pengeditan rutin. b. Pencatatan penggajian, sebagaimana pembayaran gaji kotor, potongan, dan pembayaran bersih dihitung untuk tiap karyawan, program memperbarui file induk pendapatan karyawan dan menjumlahkan total entri jurnal penggajian yang dihasilkan dan dimasukkan pada file induk pada jurnal umum pada akhir proses. 6. Pembayaran Penggajian dan Melindungi Upah yang Belum Diklaim (Unclaimed) Secara kolektif, seluruh pengendalian ini terkait pada kelima kategori asersi. Pengendalian penting lain terkait pembayaran penggajian pada perusahaan terbesar adalah penggunaan saldo akun bank tetap yang semua cek penggajian dicairkan melalui rekening pada bank tertentu. Retur pajak penghasilan (payroll tax return) harus diisi sejumlah yang diterima dari karyawan untuk pajak penghasilan pusat dan jaminan sosial serta untuk jaminan sosial pusat dan daerah yang ditarik pada perusahaan. F. STRATEGI AUDIT PENDAHULUAN Pada tabel 6.9 modul 6 halaman 6.57 merangkum isu kunci terkait strategi persiapan audit untuk pengauditan siklus jasa kepegawaian. Risiko bawaan yang penting terkait dengan pelaporan berlebihan kos jasa kepegawaian karena karyawan fiktif atau pelaporan jam kerja yang berlebihan. G. TES SUBSTANTIF UNTUK SIKLUS SERVIS PERSONEL Tes substantif transaksi penggajian sering dilakukan pada satu tanggal interim sebagai bagian dari tes bertujuan ganda. Tes substantif saldo penggajian biasanya dilakukan dekat tanggal neraca. 1. Prosedur Awal, prosedur awal yang penting adalah mendapatkan pemahaman bisnis dan industri perusahaan serta kos penggajian yang diharapkan. Untuk melacak saldo penggajian awal dan pajak penghasilan ke kertas kerja periode sebelumnya, auditor harus mendapat keyakinan bahwa penyesuaian audit sesuai dengan fakta pencatatan periode sebelumnya. 2. Prosedur Analitis, tujuan auditor adalah mengembangkan ekspektasi saldo akun penggajian yang diakui serta hubungan antara kos penggajian dan jam kerja. prosedur analitis dilakukan pada tahap akhir penugasan untuk memastikan bahwa bukti yang dievaluasi pada tes detail telah konsisten dengan keseluruhan gambaran yang dilaporkan pada laporan keuangan. 3. Tes Detail Transaksi, tes ini melibatkan prosedur pencocokan dan pelacakan untuk mendapatkan bukti pemrosesan transaksi jasa kepegawaian secara individu. a. Uji penjurnalan akun penggajian, pelacakan dokumentasi untuk transaksi penggajian memberikan bukti untuk asersi kelengkapan dan penilaian transaksi jasa kepegawaian. Tes ini terkait dengan tujuan yang berhubungan dengan tiap kategori asersi. b. Tes pisah batas untuk transaksi jasa kepegawaian, berdasarkan bagaimana periode pembayaran ditentukan, mungkin ada risiko salah saji masalah pisah batas. Jika karyawan dibayar tiap dua minggu dan penggajian dicatat ketika dibayarkan, mungkin saja kos penggajian selama dua minggu itu tidak tercatat pada akhir bulan, akhir aktual ataupun akhir tahun. 4. Tes Detail Saldo dan Pengungkapan a. Penghitungan kembali akun kewajiban penggajian, penting bagi perusahaan untuk membuat berbagai macam pengakuan pada tanggal neraca untuk jumlah yang harus dibayarkan pada manajer dan karyawan untuk gaji dan upah, komisi, biaya liburan dan lainnya untuk jumlah yang harus dibayar ke pemerintah terkait pajak penghasilan. b. Audit rencana tunjangan dan pensiun karyawan, perusahaan menawarkan tunjangan pensiun dan pascapensiun kepada para karyawannya. Ketika mengaudit biaya pensiun, auditor juga harus mengevaluasi kewajaran estimasi penaksiran kunci/pokok seperti tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan retur terhadap rencana aset. c. Pengauditan opsi saham dan hak apresiasi saham, satu bentuk umum kompensasi karyawan pada beberapa perusahaan adalah penggunaan opsi saham. Auditor harus menentukan metode insentif kompensasi yang digunakan klien dan membaca kontrak yang mendasarinya untuk mengidentifikasi syarat signifikan terkait rencana insentif kompensasi. H. JASA LAINNYA DALAM SIKLUS PRODUKSI DAN JASA PERSONALIA LAINNYA Auditor secara teratur memberikan rekomendasi peningkatan sistem informasi yang memungkinkan manajemen untuk mengawasi dan mengendalikan pengurangan sediaan secara lebih baik serta mencocokkan jumlah sediaan dengan permintaan. Manajemen personalia merupakan proses inti beberapa perusahaan. Ketika mengaudit biaya profitabilitas, seorang auditor dapat mengevaluasi statistik produktivitas karyawan. Semakin karyawan menjadi produktif, perusahaan akan mendapat profitabilitas yang lebih baik. Evaluasi produktivitas karyawan penting untuk organisasi jasa.
Pendekatan sederhana untuk analisis teknikal di pasar keuangan: Cara membuat dan menafsirkan grafik analisis teknikal untuk meningkatkan aktivitas trading online Anda