Anda di halaman 1dari 8

PENGAUDITAN 2

TUGAS SIKLUS PERSEDIAAN

DISUSUN OLEH:

ARCHIE DIGITA (22.G2.0003)

HANIA FEBIANTI (22.G2.0005)

(KELOMPOK 1)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2022
1. hal-hal yang paling kompleks dalam siklus persediaan dan bagaimana proses audit harus
dilakukan
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi kompleksitas audit persediaan karena:
1) persediaan sering kali merupakan akun terbesar dalam neraca,
2) persediaan sering kali berada pada lokasi yang berbeda yang membuat
penghitungan fisik dan pengendalian menjadi sulit,
3) sering kali sulit bagi auditor mengamat dan menilai item persediaan,
4) penilaian persediaan juga sulit apabila estmasi keusangan persediaan merupakan
hal yang pentng dan apabila biaya manufaktur harus dialokasikan ke persediaan,
5) terdapat beberapa metode penilaian persediaan dan beberapa organisasi
mungkin ingin menggunakan metode penialaian yang berbeda untuk berbagai
persediaan.
b. Audit siklus persediaan:
1) Mengakuisi dan mencatat bahan baku, tenaga kerja dan overhead
Auditor harus memahami pengendalian internal terkait 3 fungi tersebut.
Kemudian melakukan pengujian pengendalian dan. pengujian substantve atas
transaksi baik dalam siklus akuisisi dan pembayaran serta siklus penggajian dan
personalia, yang keseluruhan harus memenuhi tujuan audit bahwa semua telah
dilakukan secara efektf dan dinvatakan secara bener.
2) Mentransfer secara internal asset dan biaya
Hal ini terkait dengen memproses barang dan menyimpan barang jadi,
Klien memperhitungkannya dalam catatan akuntansi blaya yang independen dan
diuji sebagai bagian dari audit siklus persediaan dan pergudangan.
3) Mengirimkan barang dan mencatat pendapatan secara biaya
Auditor harus memahami dan menguji pengendalian internal terhadap
pencatatan dan pengiriman sebagal bagian dari siklus audit tersebut
4) Mengamat persediaan secara fisik
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu bukt audit yang pentng. Auditor
harus mengamat klien yang melakukan perhitungan fisik untuk menentukan
persediaan yang tercatat benar ada pada tanggal neraca dan telah dihitung secara
benar.
5) Menetapkan harga dan mengkompilasi persediaan
Pengujian biaya yang digunakan untuk menilai persediaan harus di uji
untuk menentukan klien telah mengikut secara benar metode persediaan dan
sesuai dengan PABU, hal ini merupakan prosedur audit yang disebut pengujian
harga
Pengujian kompilasi perlu dilakukan auditor untuk memverifikasi
penghitungan telah di ikhtsarkan secara benar dan telah di footng secara benar
pada saldo persediaan buku besar umum yang sama.

2. Pengendalian internal seperti apa yang bisa dikatakan bagus untuk siklus persedian
tersebut 
a. Pengendalian fisik persediaan
1) Pengendalian terhadap penghitungan fisik: auditor harus memahami
pengendalian atas penghitungan fisik klien sebelum penghitungan persediaan
dimulai.
2) Keputusan audit: yang meliput prosedur audit, prosedur penetapan waktu
(penghitungan fisik interm atau pada akhir tahun), menetapkan ukuran sampel
(didasarkan pada pengendalian internal) dan memilih item yang akan di uji
(mengamat penghitungan item yang signifikan dan sampel representatve,
menyelidiki item yang mungkin using atau rusak dan membahas dengan
manajemen mengenai mengeluarkan item yang material).
3) Pengujian observasi fisik: bagian terpentng adalah menentukan apakah
penghitungan fisik telah dilakukan sesuai dengan instruksi klien, sehingga
auditor harus hadir ketka perhitungan fisik dilakukan.
b. Penetapan harga
1) Pengendalian penetapan harga kompilasi: pengendalian internal yang memadai
bahwa klien menggunakan biaya yang masuk akal untuk menilai persediaan
sangat pentng. Pengendalian internal yang paling pentng bagi biaya per unit
yang akurat adalah verifikasi internal ole orang independen dan berkompeten
yang mengandalkan dokumen dan catatan memadai untuk digunakan melakukan
penghitungan fisik.
2) Prosedur penetapan harga kompilasi: menggunakan daftar tujuan audit dan
pengujian terkait untuk penetapan harga serta kompilasi, kecuali pisah batas
karena dilakukan pada bagian penjualan.
3) Penilaian persediaan: terdapat 3 permasalahan yang dihadapai dalam penilaian
persediaan yaitu metode yang digunakan harus sesuai dengan PABU, penerapan
metode harus konsisten dari tahun ke tahun, biaya persediaan versus nilai pasar
harus dipertmbangkan.

3. bagaimana proses stock opname dilakukan dan peran auditor eksternal dan internal ada
dimana?
a. Proses stock opnam
Tahap Awal
Tahap ini biasanya dilakukan jauh-jauh hari, sekitar satu minggu sebelum proses
melakukan stock opname.
Di tahap ini, komunikasi akan lebih banyak dilakukan dengan orang gudang. Yang perlu
dilakukan pada tahap ini antara lain:
1) Menginstruksikan bagian gudang untuk menyiapkan tag/stiker yang digunakan untuk
memberi tanda stok yang telah dihitung nantinya pada saat melakukan stock opname.
2) Menginstruksikan orang gudang untuk merapikan stok dengan menatanya sesuai kode
dan jenis barang, sehingga pada saat proses ini dilakukan tidak terjadi kerancuan
karena masalah lokasi barang yang tidak beraturan.
3) Menginstruksikan bagian gudang untuk melengkapi stok gudang
dengan barcode yang sesuai dengan program. Jadi setiap barang yang ada di gudang
harus dilengkapi dengan kode barang, ini untuk memudahkan tim penghitung pada
saat dilakukannya proses stock opname.
4) Menginstruksikan bagian gudang untuk menyiapkan stiker dengan tulisan “TIDAK
DIHITUNG”. Stiker ini nantinya digunakan untuk barang-barang yang tidak perlu
dihitung.
Barang-barang yang tidak perlu dihitung ini antara lain:
1) Barang/stok yang masuk selama proses stock opname, atau yang masuk setelah
tanggal cut off stock opname.
2) Barang yang bersifat titipan dari pihak lain atau yang sering disebut konsinyasi.
Barang ini tidak perlu dihitung karena tidak boleh diakui sebagai stok.
3) Barang rusak yang sudah tidak bisa diretur dan yang nilainya disepakati untuk
dihapus. Barang seperti ini sebaiknya juga disendirikan penyimpanannya di dalam
gudang.
Tahap persiapan ini biasanya dilakukan pada H-1. Hal yang perlu dilakukan pada tahap
ini antara lain:
1) Memanggil semua tim untuk melakukan briefing terkait pelaksanaan hal ini. Di sini
perlu dijelaskan mengenai tugas masing-masing orang yang akan terlibat dalam
proses stock opname.
2) Menginstruksikan bagian gudang untuk melengkapi inputan terkait mutasi barang
sampai dengan jam tutup operasional pada H-1.
3) Menginstruksikan bagian gudang untuk menghentikan mutasi barang terhitung sejak
tutupnya jam operasional sampai dengan selesainya proses stock opname.
Tahap Akhir
Tahap ini adalah hari di mana stock opname dilakukan. Hal yang harus dilakukan pada
langkah ini adalah:
1) Memastikan kembali bahwa semua transaksi terkait stok sudah ter-input semua ke
program.
2) Setelah semua stok sudah ter-input ke program, print semua stok dari program sebagai
pedoman stok. Hasil print ini kemudian dibagikan kepada bagian accounting di
masing-masing tim. Usahakan yang menerima hasil print bukanlah orang gudang,
karena orang gudang tidak boleh tahu stok versi program pada saat melakukan
penghitungan.
3) Proses stock opname mulai berjalan, setiap stok yang sudah dihitung diberi tag/stiker
agar tidak terjadi penghitungan ganda.
4) Setiap lembar stok yang telah penuh diisi dengan hasil opname diserahkan ke bagian
tim input untuk mulai disalin ke excel terlebih dahulu. Format rumus excel yang
digunakan ini harus bisa menunjukkan perbandingan stok versi program dengan
hasil stock opname, sehingga bisa diketahui stok mana saja yang terjadi selisih.
5) Setelah proses selesai, yang perlu dilakukan selanjutnya adalah melakukan
pengecekan ulang atas stok yang selisih. Apakah terjadi salah hitung atau memang
terjadi selisih atas stok.
6) Jika semua proses sudah selesai, maka hasil tersebut diserahkan ke
bagian accounting untuk dilakukan adjustment stock atau penyesuaian persediaan ke
program.
b. Peran audit internal dan audit eksternal
Audit internal berperan dalam mengawasi kegiatan Dalam proses audit internal,
auditor mengawasi setiap prosedur yang berjalan pada persediaan, termasuk memeriksa
kelengkapan dan otorisasi setiap dokumen yang berkaitan. Auditor juga melakukan
pengawasan dengan pemeriksaan terhadap realisasi persediaan awal dan mutasi
persediaan dengan fisik melalui stock opname setiap 3 bulan sekali. Audit internal
berperan penting dalam hal ini karena peran sertanya yang dapat meminimalisir selisih
persediaan yang kerap terjadi sebelum adanya audit internal.
Audit eksternal bekerja seperti audit internal dalam proses pemeriksaan dan
pengawasan pada stock opname namun dilakukan dalam 6 bulan atau 1tahun sekali.

4. Rancanglah pengujian kepatuhan ( test of control) dan substantif test untuk menguji
siklus persdiaan, buat sesuai dengan tujuan audit berbasis asersi manajemen dalam siklus
persediaan
PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP PERSEDIAAN
Tujuan audit terhadap persediaan adalah:
1) Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan
dengan persediaan
2) Membuktikan asersi keberadaan persediaan yang dicantumkan di neraca dan
keterjadian transaksi yang berkaitan dengan persediaan.
3) Membuktikan asersi kelengkapan transaksi yang berkaitan dengan persediaan yang
dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo persediaan yang disajikan di
neraca.
4) Membuktikan asersi hak kepemilikan klien atas persediaan yang dicantumkan di
neraca.
5) Membuktikan asersi penilaian persediaan yang dicantumkan di neraca.
Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan persediaan di neraca.

Rerangka tujuan pengujian substantif terhadap persediaan dilukiskan pada Gambar


berikut :

MEMPEROLEH KEYAKINAN TENTANG KEANDALAN CATATAN


AKUNTANSI YANG BERSANGKUTAN DENGAN PERSEDIAAN.
Sebelum auditor melakukan pengujian substantif terhadap kewajaran saldo
persediaan yang dicantumkan di neraca, ia harus memperoleh keyakinan mengenai
ketelitian dan keandalan catatan akuntansi yang mendukung informasi persediaan yang
disajikan di neraca. Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo persediaan
yang dicantumkan di neraca dengan akun persediaan di buku besar dan selanjutnya ke
jurnal pembelian atau register bukti kas keluar (jika klien menggunakan voucher system
dengan basis waktu), jurnal pengeluaran kas atau check register (jika klien menggunakan
voucher system dengan basis tunai), jurnal pemakaian bahan baku, jurnal umum, dan ke
buku pembantu persediaan.
MEMBUKTIKAN ASERSI KEBERADAAN PERSEDIAAN YANG
DICANTUMKAN DI NERACA DAN KETERJADIAN TRANSAKSI YANG
BERKAITAN DENGAN PERSEDIAAN.
Dalam pengujian substantif terhadap aktiva pada umumnya, pengujian ditujukan
untuk membuktikan apakah aktiva yang dicantumkan di neraca sesuai dengan aktiva
sesungguhnya yang dimiliki oleh klien. Untuk tujuan ini, auditor melakukan berbagai
prosedur audit guna membuktikan eksistensi aktiva yang bersangkutan dan keterjadian
transaksi yang berkaitan dengan aktiva tersebut, membuktikan kelengkapan aktiva yang
disajikan di neraca dan transaksi yang berkaitan dengan aktiva tersebut, membuktikan
kepemilikan atas aktiva tersebut, membuktikan kewajaran penilaian aktiva tersebut pada
tanggal neraca, membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva tersebut di
dalam laporan keuangan. Dalam hubungannya dengan pengujian substantif terhadap
persediaan, salah satu tujuan auditnya adalah untuk membuktikan asersi keberadaan
secliaan yang dicantumkan di neraca dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan
persediaan. Untuk membuktikan asersi tersebut, auditor melakukan pengujian substantif
berikut ini:
1) Prosedur analitik
2) Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan persediaan.
3) Pengujian pisah batas transaksi yang berkaitan dengan persediaan.
4) Pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan.
5) Konfirmasi persediaan yang berada di tallgan pihak luar.
MEMBUKTIKAN ASERSI KELENGKAPAN TRANSAKSI YANG BERKAITAN
DENGAN PERSEDIAAN YANG DICATAT DALAM CATATAN AKUNTANSI
DAN KELENGKAPAN SALDO PERSEDIAAN YANG DISAJIKAN DI NERACA.
Untuk membuktikan bahwa saldo persediaan yang dicantumkan di neraca mencakup
semua persediaan pada tanggal neraca dan mencakup semua transaksi yang berkaitan
dengan persediaan dalam tahun yang diaudit, auditor melakukan berbagai pengujian
substantif berikut ini:
1) Pengujian analitik.
2) Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan persediaan.
3) Pengujian pisah batas transaksi yang berkaitan dengan persediaan.
4) Pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan.
5) Konfirmasi persediaan yang berada di tangan pihak luar.

Transaksi yang berkaitan dengan timbul dan berkurangnya persediaan mempunyai


pengaruh yang langsung terhadap perhitungan saldo persediaan pada tanggal neraca,
sehingga ketidaktepatan dalam penetapan pisah batas transaksi yang bersangkutan
dengan persediaan akan berdampak langsung terhadap perhitungan saldo akun
persediaan dan kos barang yang dijual (cost of goods sold). Oleh karena itu, salah satu
pengujian substantif untuk membuktikan asersi kelengkapan persediaan adalah
pemeriksaan terhadap ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan
persediaan.

MEMBUKTIKAN ASERSI HAK KEPEMILIKAN KLIEN ATAS PERSEDIAAN


YANG DICANTUMKAN DI NERACA.
Persediaan yang ada pada tanggal neraca belum tentu merupakan hak milik klien,
karena persediaan yang ada di tangan klien merupakan barang titipan perusahaan lain
atau digadaikan sebagai jaminan penarikan utang. Untuk membuktikan asersi hak
kepemilikan klien atas persediaan yang dicantumkan di neraca, auditor melakukan
pengujian substantif berikut ini:
l) Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan persediaan.
2) Pengujian pisah batas transaksi yang berkaitan dengan persediaan.
3) Konfirmasi persediaan yang berada di tangan pihak luar.
4) Pemeriksaan perjanjian konsinyasi.

MEMBUKTIKAN ASERSI PENILAIAN PERSEDIAAN YANG DICANTUMKAN


DI NERACA
Seperti tersebut dalam prinsip akuntansi berlaku umum dalam penyajian persediaan
di neraca, persediaan harus disajikan di neraca pada nilainya pada tanggal neraca. Nilai
persediaan yang disajikan di neraca harus dipilih di antara mana yang lebih rendah antara
kos dengan harga pasar persediaan tersebut pada tanggal neraca. Oleh karena itu, salah
satu tujuan pengujian substantif persediaan adalah membuktikan kewajaran inventory
costing dan inverrtoly pricing yang digunakan oleh klien dalam mencantumkan nilai
persediaan di neraca. Untuk membuktikan asersi penilaian persediaan yang dicantumkan
di neraca, auditor melakukan pengujian substantif berikut ini:
1) Pengujian analitik.
2) Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan persediaan.
3) Pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan.
4) Permintaan informasi mengenai metode penilaian persediaan yang digunakan oleh
klien.
5) Pemeriksaan kesesuaian kos per satuan persediaan dengan prinsip akuntansi berlaku
umum.
6) Pemeriksaan catatan pendukung yang berkaitan dengan data kos per satuan
persediaan.
7) Pelaksanaan gross-profit test.
8) Meminta surat representasi persediaan dari klien.

MEMBUKTIKAN ASERSI PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


PERSEDIAAN DI NERACA.
Penyajian unsurunsur laporan keuangan dan pengungkapannya harus didasarkan
pada prinsip akuntansi berlaku umum. Pengujian substantif terhadap persediaan
diarahkan untuk mencapai salah satu tujuan membuktikan apakah unsur persediaan telah
disajikan dan diungkapkan oleh klien di neracanya sesuai dengan prinsip akuntansi
berlaku umum. Untuk membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan persediaan yang
dicantumkan di neraca, auditor melakukan pengujian substantif berikut ini:
1) Pemeriksaan terhadap perjanjian konsinyasi.
2) Pemeriksaan penggolongan persediaan dalam neraca.
3) Pemeriksaan pengungkapan persediaan di neraca.

Anda mungkin juga menyukai