Anda di halaman 1dari 8

Determinan Penerapan Inisiasi Menyusu Dini Oleh Bidan

Berdasarkan Evidence Based Di Puskesmas Rawat Inap Kota Tomohon


Helmi Sarih
Jurusan Kebidanan Stikes Kurnia Jaya Persada Palopo,

ABSTRAK

Latar Belakang : Inisiasi Menyusu Dini di Sulawesi Utara tahun 2010 menunjukkan 20,0 % dan pada
tahun 2013 menjadi 29,0 %, hanya meningkat 9% selama kurun waktu 2 tahun sedangkan target
WHO dikatakan baik jika mencapai 50 – 89 %, ini berarti target belum tercapai. Studi pendahuluan di
Puskesmas Rawat Inap Kota Tomohon dilakukan dengan cara observasi, masih ditemukan tindakan
persalinan langsung memisahkan bayi dari ibunya setelah dilahirkan, ini berarti tidak menerapkan
inisiasi menyusu dini.
Tujuan : Untuk mengetahui determinan penerapan inisiasi menyusu dini oleh bidan berdasarkan
evidence based.
Metode : Jenis penelitian yang dipakai adalah Survei Analitik. Design yang digunakan adalah cross
sectional. Populasi pada penelitian ini adalah 42 bidan di Puskesmas Rawat Inap Kota Tomohon, Cara
pengambilan sampel berdasarkan besar populasi yang berjumlah 42 bidan.
Hasil Penelitian : Sebagian besar bidan dengan kategori pengetahuan baik dan tidak menerapkan
IMD berdasarkan evidence based yaitu 32 bidan (76,2%) dan bidan dengan kategori pengetahuan
kurang juga tidak menerapkan IMD berdasarkan evidence based yaitu 10 bidan (23,8%) sedangkan
bidan dengan kategori pendidikan baik dan menerapkan IMD berdasarkan evidence based yaitu 4
bidan (100,0%) dan bidan dengan kategori pendidikan kurang dan menerapkan IMD berdasarkan
evidence based yaitu tidak ditemukan.
Kesimpulan : Sebagian besar bidan dengan kategori pengetahuan baik tidak menerapkan IMD
berdasarkan evidence based yaitu 32 bidan (76,2%) dan bidan dengan kategori pengetahuan kurang
juga tidak menerapkan IMD berdasarkan evidence based yaitu 10 bidan (23,8%) sedangkan bidan
dengan kategori pendidikan baik menerapkan IMD berdasarkan evidence based yaitu 4 bidan
(100,0%) dan bidan dengan kategori pendidikan kurang menerapkan IMD berdasarkan evidence
based yaitu tidak ditemukan.

Kata kunci : Inisiasi Menyusu Dini, Bidan, Tomohon

KAJIAN TEORI menyusui, menunda semua prosedur


Menurut WHO (World Health lainnya yang harus dilakukan kepada bayi
Organization) dan UNICEF (United sampai dengan Inisiasi Menyusu selesai
Nations International Children's dilakukan (1).
Emergency Fund), Protocol Evidence Menurut SDKI (Survei Demografi
Based yang telah diperbaharui tentang dan Kesehatan Indonesia) pada tahun 2012
asuhan bayi baru lahir untuk satu jam Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
pertama mendapat kontak kulit ke kulit Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih
dengan ibunya segera setelah lahir tinggi, AKB mencapai 32 per 1.000
minimal satu jam, bayi harus dibiarkan kelahiran hidup. Pada tahun 2012 AKI di
untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu Indonesia mencapai 359 per 100.000
dapat mengenali bayinya siap untuk kelahiran hidup. Khususnya Kota
Tomohon AKI mencapai 3 per 100.000 Inisiasi Menyusu Dini menjadi salah
kelahiran hidup dan AKB mencapai 9 per satu program pemerintah di Indonesia,
1.000 kelahiran hidup. namun kenyataannya di Indonesia
Berakhirnya target Millenium penerapan Inisiasi Menyusu Dini masih
Development Goals (MDGs) pada tahun rendah. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun
2015 menyisakan segudang pekerjaan 2010 persentase penerapan Inisiasi
rumah dalam bidang kesehatan. Oleh Menyusu Dini di Indonesia 29,3 % dan
karena itu untuk mencapai target tahun 2013 persentase penerapan Inisiasi
Sustainable Development Goals (SDGs) Menyusu Dini di Indonesia 34,5%, selama
yang menjadi kelanjutan dari MDGs, kurun waktu 2 tahun hanya meningkat 5,2
seorang Bidan berperan dalam pencapaian % hal ini menunjukan masih jauh dari
target untuk menekan AKB dan AKI di pencapaian target WHO.
Indonesia. Inisiasi Menyusu Dini di Provinsi
Hasil penelitian menunjukan bahwa Sulawesi Utara tahun 2010 menunjukan
Inisiasi Menyusu Dini dapat mengurangi 20,0% dan pada tahun 2013 menjadi 29,0
AKB sebesar 22%, menurunkan AKB %, hanya meningkat 9 % selama kurun
sebanyak 22% yang terjadi dalam satu waktu 2 tahun sedangkan target WHO
bulan pertama dapat dicegah bila bayi dikatakan baik jika mencapai 50 – 89 %,
disusui oleh ibunya dalam satu jam ini berarti target belum tercapai, dengan
pertama kelahiran (2). demikian terjadi penurunan penerapan
Berdasarkan Pusat Data dan inisiasi menyusu dini khususnya di
Informasi Kementrian Kesehatan Republik Provinsi Sulawesi Utara.
Indonesia, 2014 Inisiasi Menyusui Dini, Berdasarkan studi pendahuluan yang
bukan saja menyukseskan pemberian ASI di lakukan Puskesmas Rurukan Kecamatan
eksklusif tapi lebih dari itu, Tomohon Timur Kota Tomohon,
memperlihatkan hasil nyata Puseksmas Matani Kota Tomohon Tengah
menyelamatkan nyawa bayi, apabila Kota Tomohon, Tara Tara Kecamatan
dilakukan kontak kulit dengan kulit Tomohon Barat Kota Tomohon,
membuat ibu dan bayi lebih tenang dan Puskesmas Pangalombian Kec. Tomohon
meningkatkan ikatan kasih sayang, Selatan dan Puskesmas Tinoor Kec.
kolustrum sebagai perlindungan diri bayi, Tomohon Utara yang dilakukan dengan
mengurangi perdarahan dan anemia. cara observasi ternyata, masih ditemukan
tindakan persalinan langsung memisahkan
bayi dari ibunya setelah dilahirkan, ini di Indonesia sejak agustus 2007 dengan
berarti tidak diberikan penerapan inisiasi cara melakukan inisiasi menyusu dini.
menyusu dini. Kenyataanya berbagai faktor yang
Ibu bersalin di Puskesmas Rawat menyebabkan tidak dilakukan penarapan
Inap Kota Tomohon sebanyak 198 Inisiasi Menyusu Dini, terutama di wilayah
persalinan, namun tidak dilakukan kerja Puskesmas Rawat Inap Kota
penerapan IMD di Puskesmas Rawat Inap Tomohon yang merupakan Pusat
Kota Tomohon. Dari hasil wawancara Kesehatan Masyarakat terebsar di Kota
dengan ibu nifas di Puskesmas Rawat Inap Tomohon. Dalam Hasil penelitian
Kota Tomohon, bahwa ibu tidak sebelumnya menyimpulkan bahwa
mendapatkan kontak langsung dengan penerapan IMD di Puskesmas Rawat Inap
bayinya segera setelah bayinya lahir, Kabupaten Pasuruan di Pengaruhi
demikian juga dengan sikap dan motivasi langsung oleh faktor intrinsik sikap dan
ibu pada saat proses persalinan tidak motivasi ibu (3).
didampingi suami, sehingga motivasi dari
ibu itu kurang, dan tidak disertai dengan TUJUAN PENELITIAN
pengetahuan tentang manfaat inisiasi Untuk mengetahui determinan penerapan
menyusu dini. inisiasi menyusu dini oleh bidan
Dalam Pokok – Pokok Peraturan berdasarkan evidence based.
Pemerintah No. 9 tahun 2012 dalam
pemberian ASI Eksklusif diatur mengenai HASIL
kewajiban Tenaga Kesehatan Hasil penelitian menunjukan bahwa
dan penyelenggara Fasilitas Pelayanan sebagian besar 90,5 % bidan dengan
Kesehatan untuk menjalankan proses kategori lama bekerja ≥10 tahun, Di
Inisiasi Menyusu Dini, kewajiban ini Puskesmas Rurukan semua bidan dengan
berarti memberikan Hak bagi ibu dan bayi kategori lama bekerja ≥10 tahun yaitu
untuk melakukan proses Inisiasi Menyusu sebanyak 8 bidan (100,0%), Di Puskesmas
Dini. Dengan demikian, bidan berperan Matani semua bidan dengan kategori lama
sangat penting dalam penerapan inisiasi bekerja ≥10 tahun yaitu sebanyak 8 bidan
menyusu dini untuk menurunkan AKB. (100,0%), Di Puskesmas Tara Tara
Upaya untuk mencegah kematian bayi sebagian besar bidan dengan kategori lama
baru lahir dengan cara melakukan inisiasi bekerja ≥10 tahun yaitu sebanyak 10 bidan
menyusu dini yang sudah disosialisasikan (71,4 %) sisanya 4 bidan (28,6%) dan
bidan dengan kategori lama berkeja <5 tahun adalah 78,6%. Di Puskemas
tahun tidak ditemukan, Di Puskesmas Rurukan sebagian besar bidan dengan
Pangolombian semua bidan dengan kategori pelatihan terakhir yang permah
kategori lama bekerja ≥10 tahun yaitu diikuti 5-10 tahun yaitu sebanyak 6 bidan
sebanyak 4 bidan (100,0%), Di Puskesmas (75,0 %) sisanya <5 tahun yaitu 2 bidan
Tinoor semua bidan dengan kategori lama (25,0%), Di Puskemas Matani semua
bekerja ≥10 tahun yaitu sebanyak 8 bidan bidan dengan kategori pelatihan terakhir
(100,0%). yang permah diikuti <5 tahun yaitu
Mengacu pada pengamatan sebanyak 8 bidan (100,0 %), Di Puskemas
dilapangan bahwa semakin lama seseorang Tara Tara sebagian besar bidan dengan
bekerja semakin banyak pengalaman kategori pelatihan terakhir yang permah
sehingga semakin baik hasil pekerjaan diikuti <5 tahun tahun yaitu sebanyak 11
yang menjadi tanggung jawabnya, bidan (78,6 %) sisanya 5 – 10 tahun yaitu
demikian juga akan mempengaruhi 3 bidan (21,4 %), Di Puskesmas
pengetahuan bidan. Menurut teori Pangolombian semua bidan dengan
mengatakan bahwa semua pengetahuan, kategori pelatihan terakhir yang permah
tanggapan, dan perasaan jiwa manusia diikuti <5 tahun yaitu sebanyak 4 bidan
diperoleh karena pengalaman melalui alat (100,0 %), dan di Puskesmas Tinoor
– alat indera yang dimiliki (4). semua bidan dengan kategori pelatihan
Pengalaman merupakan guru terbaik, terakhir yang permah diikuti <5 tahun
pengalaman merupakan sumber yaitu sebanyak 8 bidan (100,0 %).
pengetahuan atau pengalaman itu suatu Mengacu pada pengamatan
cara untuk memperoleh kebenaran dilapangan bahwa pentingnya pelatihan
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman tentang penerapan IMD bahwa semakin
bidan dapat digunakan sebagai upaya banyak pelatihan yang diikuti semakin
untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini meningkat pula pengetahun bidan,
dilakukan dengan cara mengulang kembali seharusnya katrakteristik kategori
pengalaman yang diperoleh dalam pelatihan ini menjadi perhatian penting
memecahkan permasalahan yang dalam mendukung program penerapan
dihadapai pada masa lalu (4). IMD. Ada beberapa faktor yang
Hasil penelitian menunjukan bahwa mempengaruhi pengetahuan bidan tentang
sebagian besar bidan dengan kategori penerapan insisiasi menyusu dini salah
pelatihan terakhir yang pernah diikuti < 5 satunya adalah pelatihan yang
berhubungan dengan inisiasi menyusu pengetahuan baik disebabkan oleh
dini. Bidan yang mendapat pelatihan karakteristik persentase, bahwa sebagian
tentang inisiasi menyusu dini mengatakan besar bidan berumur ≤30-40 tahun, lama
bahwa pelatihan dapat meningkatkan bekerja sebagai bidan (90,5%) dan
pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini pelatihan yang pernah di ikuti (78,1%).
(5). Terdapat perbedaan dengan penelitian
Hasil penelitian menunjukkan Widiastuti, dkk (2013) yang menyatakan
bahwa sebagian besar bidan dengan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
kategori pengetahuan baik tentang dengan penerapan IMD oleh Bidan (6)
penerapan IMD sebanyak 32 bidan (76,2 Pengetahuan merupakan hasil tahu,
%) dan sisanya sebanyak 10 bidan (23,8 setelah orang melakukan penginderaan
%) dengan kategori pengetahuan kurang. terhadap suatu objek, dan sebagian besar
Di Puskesmas Rurukan sebagian besar pengetahuan itu diperoleh melalui mata
bidan dengan kategori pengetahuan baik dan telinga. Selain itu ada faktor lain yang
yaitu sebanyak 5 bidan (62,5 %) sisanya berpengaruh terhadap pengetahuan
bidan dengan kategori pengetahuan kurang seseorang yaitu bersal dari pengalaman,
yaitu 3 bidan (37,5%), Di Puskesmas pelatihan, hubungan sosial dan paparan
Matani semua bidan dengan kategori masa seperti media sosial yang sangat di
pengetahuan baik yaitu sebanyak 8 bidan (7, 9) minati dari kalangan umur.
(100,0 %), Di Puskesmas Tara Tara Hasil penelitian menunjukkan
sebagian besar bidan dengan kategori bahwa sebagian besar bidan belum
pengetahuan baik yaitu sebanyak 8 bidan menerapkan IMD berdasarkan evidence
(61,5 %) sisanya bidan dengan kategori based sebanyak 38 bidan (90,5 %) dan
pengetahuan kurang yaitu sisanya yang menerapkan IMD sebanyak 4
5 bidan (38,5%), Di Puskesmas bidan (9,5 %). Di Puskesmas Rurukan
Pangolombian semua bidan dengan sebagian besar bidan belum menerapkan
kategori pengetahuan baik yaitu sebanyak IMD berdasarkan evidence based sebanyak
4 bidan (100,0 %), dan di Puskesmas 7 bidan (87,5 %) dan sisanya yang
Tinoor semua bidan dengan kategori menerapkan IMD sebanyak 1 bidan (12,5
pengetahuan baik yaitu sebanyak 8 bidan %), Di Puskesmas Matani sebagian besar
(100,0 %). bidan belum menerapkan IMD
Mengacu pada pengamatan berdasarkan evidence based sebanyak 7
dilapangan bahwa kategori tingkat bidan (87,5 %) dan sisanya yang
menerapkan IMD sebanyak 1 bidan (12,5 pada petugas kesehatan yaitu perawat,
%), Di Puskesmas Tara Tara sebagian bidan atau dokter karena merekalah yang
besar bidan belum menerapkan IMD pertama – tama akan membantu ibu
berdasarkan evidence based sebanyak 13 bersalin melakukan IMD. Petugas
bidan (92,9 %) dan sisanya yang kesehatan di kamar bersalin ahrus
menerapkan IMD sebanyak 1 bidan (7,1 memahami tatalaksana IMD dan laktasi
%), Di Puskesmas Pangolombian sebagian yang baik dan benar (7).
besar bidan belum menerapkan IMD KESIMPULAN
berdasarkan evidence based sebanyak 3 Tidak ada hubungan yang bermakna antara
bidan (75,0 %) dan sisanya yang pengetahuan bidan dengan penerapan
menerapkan IMD sebanyak 1 bidan (25,0 inisiasi menyusu dini berdasarkan
%), dan di Puskesmas Tinoor sebagian evidence based. Ada hubungan yang
besar bidan belum menerapkan IMD bermakna antara pendidikan bidan dengan
berdasarkan evidence based sebanyak 7 penerapan inisiasi menyusu dini
bidan (87,5 %) dan sisanya yang berdasarkan evidence based.
menerapkan IMD sebanyak 1 bidan (12,5
%).
Mengacu pada pengamatan di
lapangan bahwa walaupun sebagian besar
bidan dengan kategori pengetahuan baik
namun sebagian besar bidan belum
menerapkan IMD berdasarkan evidence
based, seharusnya bidan selalu mempunyai
sikap yang positif terhadap penerapan
IMD, memahami, mengahayati dan mau
menerapkan IMD berdasarkan evidence
based walaupun sempitnya waktu yang
dimiliki bidan, diharapkan bidan mau dan
mampu memotivasi dan membantu ibu
untuk menerapkan IMD berdasarkan
evidence based. Berhasil atau tidaknya
penyusuan dini di tempat pelayanan ibu
bersalin, rumah sakit sangat beragntung
DAFTAR PUSTAKA

1. Ambarwati R E, Wulandari D. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: MITRA Cendekia Press;


(2010).
2. Sirajuddim S, et al. Determinan Penerapan Inisiasi Menyusu Dini. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional. (2013);Vol.8. No 3.
3. Putri R, et al. Pengaruh Faktor Instrinsik dan Ekstrinsik terhadap Pelaksanaan Insiasi Menyusu
Dini oleh Bidan di Puskemas Rawat Inap. Jurnal Kedokteran Brawijaya. (2015);Vol. 28 No. 3:247
- 57.
4. Maimunah. Hubungan Pengetahuan Perawat dan Bidan Dengan Keterampilan Dalam Memberikan
Pendidikan Kesehatan Inisiasi Menyusu Dini Pada Ibu Prenatal Di Puskesmas Kabupaten
Batubara. Jurnal JUMANTIK. (2017);Volume 1 Nomor 2.
5. Rutmina F, et al. Faktor yang Mempengaruhi Bidan dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di
Wilayah Kerja Puskesmas Onan Hasang Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. (2012).
6. Widiastuti YP, et al. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Di
Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Soewondo Kendal. Jurnal Keperawatan
Maternitas (November 2013); Volume 1, No. 2:142-6.
7. Rudiyanti N. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini.
Jurnal Keperawatan. (2013);Volume IX Nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai