Anda di halaman 1dari 84

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR CAMPURAN PELEPAH BATANG

PISANG KEPOK DENGAN KOTORAN SAPI TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS
TANAMAN PAGODA (Brassica narinosa)

OLEH

DEVI PUSPITA SARI


NIM. 4214053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
STKIP-PGRI LUBUKLINGGAU
2018

i
PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR CAMPURAN PELEPAH BATANG
PISANG KEPOK DENGAN KOTORAN SAPI TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS
TANAMAN PAGODA (Brassica narinosa)

OLEH

DEVI PUSPITA SARI


NIM. 4214053

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan


untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
STKIP-PGRI LUBUKLINGGAU
2018

i
PERSETUJUAN

Naskah Skripsi oleh Devi Puspita Sari NPM. 4214053


ini Telah Disetujui Pembimbing untuk diujikan Kepada
Tim Penguji

Disetujui oleh

Pembimbing Utama Pembimbing Pembantu

Ria Dwi Jayati, M.Pd Hj. Ivoni Susanti, M.Pd.Si


NIDN.0226018701 NIDN.0220067401

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

Zico Fahrur Rozi, M.Pd.Si.


NIDN.0203088801

ii
PENGESAHAN

Naskah Skripsi oleh Devi Puspita Sari NPM. 4214053 Telah


Dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi
Pada Tanggal September 2018

Ria Dwi Jayati, M.Pd ...........................


(Ketua/ Penguji)

Hj. Ivoni Susanti, M.Pd.Si ...........................


(Sekretaris/ Penguji)

Zico Fahrur Rozi, M.Pd.Si. ...........................


(Penguji)

Reny Dwi Riastuti, M.Pd.Si. ...........................


(Penguji)

Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

Zico Fahrur Rozi, M.Pd.Si.


NIDN.0203088801

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

 Jangan pernah mengeluh.... mengeluh milik orang yang gagal


 Obat terasa pahit gula terasa manis, obat dapat
menyembuhkan gula dapat menimbulkan penyakit.
 Tidak semua pengorbanan dinilai baik oleh orang lain....
namun yakinlah bahwa pengorbanan yang ikhlas akan dibalas
oleh Allah SWT

Persembahan :

Syukur Alhamdulilah dengan ridho-Mu Allah. Engkau telah


memberikan jalan menuju kemenangan yang tak ternilai harganya.
Atas keberhasilan ini ku persembahkan skripsi ini untuk orang-
orang yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam setiap
langkah perjuangan.

Terima Kasih Kepada:

 Untuk Orang tua dan keluargaku terima kasih atas


dukungannya.
 Untuk Bunda Ria Dwi Jayati dan Bunda Ivoni Susanti terima
kasih telah membimbing aku sehingga skripsiku dapat selesai
tepat waktu.....
 Ibu dan Bapak Dosen Biologi yang telah memberikan Ilmu
selama ini
 Untuk teman-teman seperjuangan Program studi biologi yang
tidak dapat disebut satu persatu terima kasih atas
persahabatan dan kerjasamanya....
 Untuk almamaterku yang tersayang.... maju terus dan terus
maju...

iv
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : DEVI PUSPITA SARI
NPM : 4214053
Jurusan : Pendidikan MIPA
Program Studi : Pendidikan Biologi
Menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang saya susun sebagai
syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan dari STKIP-PGRI Lubuklinggau
merupakan hasil karya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan
Skripsi yang saya kutip dan hasil orang lain telah dituliskan secara jelas sesuai
dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari seluruh atau sebagian skripsi ini bukan hasil karya saya
sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima
sanksi pencabutan akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Lubuklinggau, September 2018
Yang menyatakan

DEVI PUSPITA SARI


NPM. 4214053

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karuniah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Pupuk Organik Cair Campuran Pelepah Batang Pisang

Kepok Dengan Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Produktivitas

Tanaman Pagoda (Brassica narinosa).” sebagai persyaratan untuk menyelesaikan

pendidikan S1 pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia

(STKIP-PGRI) Lubuklinggau

Dalam menyusun skripsi ini Penulis banyak mendapatkan bimbingan,

pengarahan dan motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Rudi Erwandi, M.Pd selaku Ketua STKIP-PGRI Lubuklinggau

atas jasanya yang selalu berusaha membawa Mahasiswa STKIP-PGRI

Lubuklinggau menjadi lebih baik.

2. Bapak Drajat Friansah, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA STKIP-

PGRI Lubuklinggau yang telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat selesai tepat waktu.

3. Bapak Zico Fahrur Rozi selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

STKIP-PGRI Lubuklinggau yang telah bersedia untuk memberikan bimbingan,

arahan, dan motivasi.

vi
4. Ibu Ria Dwi Jayati, M.Pd, selaku pembimbing utama penyusunan skripsi, yang

telah bersedia memberikan sumbangan pemikiran, bimbingan, saran, motivasi,

serta arahan pada penulisan skripsi ini

5. Ibu Hj. Ivoni Susanti, M.Pd.Si, selaku pembimbing pendamping penyusunan

skripsi, yang telah bersedia memberikan sumbangan pemikiran, bimbingan,

saran, motivasi, serta arahan pada penulisan skripsi ini

6. Dosen dan Staf pada Program Studi Pendidikan Biologi STKIP-PGRI

Lubuklinggau yang telah memberikan dukungan dan bimbingan selama

mengikuti pendidikan di Program Studi Pendidikan Biologi STKIP-PGRI

Lubuklinggau.

7. Buat Keluarga terutama Orang Tua dan Saudara-saudaraku yang telah

memberikan dukungan, semangat, serta doanya untuk menyelesaikan Skripsi

ini.

8. Rekan-Rekan seperjuangan Se-Almamater yang telah berjuang bersama dalam

suka maupun duka dalam penyusunan Skripsi ini.

Lubuklinggau, September 2018

Penulis

vii
Penelitian oleh Devi Puspita Sari, NPM. 4214053 berjudul “Pengaruh Pupuk
Organik Cair Campuran Pelepah Batang Pisang Kepok Dengan Kotoran Sapi
Terhadap Pertumbuhan Dan Produktivitas Tanaman Pagoda (Brassica narinosa)”
dengan Pembimbing Utama Ria Dwi Jayati, M.Pd dan Pembimbing Pendamping Hj.
Ivoni Susanti, M.Pd.Si.
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik cair campuran
pelepah batang pisang kepok dengan kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan
produktivitas tanaman sawi pagoda (Brassica narinossa). Metode yang digunakan
adalah metode eksperimen murni dengan penggunaan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) terdiri dari 5 perlakuan dan 5 pengulangan yang terdiri dari P0 (0 ml), P1 (20
ml), P2 (40 ml), P3 (60 ml) dan P4 (80 ml). Parameter yang diamati adalah tinggi
tanaman, jumlah daun, lebar daun dan berat basah tanaman pagoda. Data yang
diperoleh dianalisis menggunakan uji Normalitas Liliefors, Uji Homogenitas Bartlett
dilanjutkan dengan uji Anava satu jalur. Hasil Penelitian didapat pemberian pupuk
organik cair campuran pelepah batang pisang kepok dengan kotoran sapi
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman
Pagoda. Pemberian Pupuk organik cair pada perlakuan P3 (60 ml) lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Kata Kunci : Pupuk Organik Cair Pelepah Pisang Kepok, Tanaman Pagoda

viii
Research by Devi Puspita Sari, NPM. 4214053 entitled “the effect of liquid organic
fertilizer mixed kepok banana stem midrib with cow dung on the growth and
productivity of mustard pagoda (Brassica narinossa)” with main advisor Ria Dwi
Jayati, M.Pd and assistant Advisor Hj. Ivoni Susanti, M.Pd.Si

ABSTRAC

This study aims to determine the effect of liquid organic fertilizer mixed kepok
banana stem midrib with cow dung on the growth and productivity of mustard
pagoda (Brassica narinossa). The method used is a pure experimental method with
the use of Completely Randomized Design (CRD) consisting of 5 treatments and 5
repetitions consisting of P0 (0 ml), P1 (20 ml), P2 (40 ml), P3 (60 ml) and P4 (80
ml). Parameters observed were plant height, number of leaves, width of leaf and wet
weight of the pagoda plant. The data obtained were analyzed using Liliefors
Normality Test, Bartlett Homogeneity Test followed by one-way Anova test. The
results of the study showed that the administration of liquid organic fertilizer mixed
with kepok banana stem stem with cow dung significantly affected the growth and
productivity of Pagoda plants. Giving liquid organic fertilizer in P3 treatment (60 ml)
is better than other treatments.

Keywords: Kepok Banana Organic Liquid Fertilizer, Pagoda Plant

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
PERNYATAAN .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 3
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
1. Manfaat Teoritis..................................................................... 6
2. Manfaat Praktis ...................................................................... 6
BAB II KAJIAN TORITIK .......................................................................... 7
A. Deskripsi Konseptual .................................................................... 7
1. Pupuk Organik Cair Campuran Pelepah Batang Pisang
Kepok dan Kotoran Sapi ........................................................ 7
2. Sawi Pagoda (Brassica Narinnosa) ...................................... 12
B. Penelitian Yang Relevan ............................................................... 16
C. Kerangka Teoritik ........................................................................ 18
D. Hipotesis Penelitian....................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 23
A. Metode Penelitian ......................................................................... 23
B. Tempat dan Waktu ....................................................................... 23
C. Populasi dan Sampel .................................................................... 23
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 24
E. Teknik Analisis Data .................................................................... 32
F. Hipotesis Statistik ........................................................................ 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 40
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 40
B. Pembahasan .................................................................................. 47
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 51
A. Kesimpulan .................................................................................. 51
B. Saran ............................................................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kandungan Unsur Hara pada Pelepah Batang Pisang Kepok .............. 11
Tabel 2.1 Kandungan Unsur Hara pada Kotoran Sapi ......................................... 12
Tabel 3.1 Tabel Format Data Uji Bartlett............................................................. 34
Tabel 3.2 Penolong Uji Bartlett............................................................................ 35
Tabel 3.3 Skor data mentah ................................................................................. 36
Tabel 3.4 Tabel dasar anava ................................................................................ 37
Tabel 3.5 Ringkasan anava .................................................................................. 37

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Pelepah Batang Pisang .................................................................... 10


Gambar 2.2 Biomasa Sapi ................................................................................... 12
Gambar 2.3 Tanaman Pagoda (Brassica narinosa) ............................................ 14
Gambar 2.4 Hubungan Variabel bebas dan Variabel terikat .............................. 21
Gambar 2.5 Alur Penelitian ................................................................................ 21

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman akan tumbuh subur pada tanah yang gembur dan subur.

Tanah gembur memberikan kesempatan kepada akar tanaman untuk lebih

leluasa menyerap sari makanan dan air dari tanah. Sedangkan tanah sebagai

media tumbuh tanaman berfungsi untuk menyediakan sari makanan dan air

serta untuk tegaknya tanaman. Apabila tanah/ media tanam kurang subur,

maka tanah dapat dijadikan subur dengan cara memberinya pupuk

(Nurhayati, Dkk, 2011:7-8).

Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk

menyediakan esensial bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk organik merupakan

pupuk yang terbuat dari bahan-bahan alami yang dapat diperbaharui, didaur

ulang dan dirombak dengan bantuan mikroorganisme dekomposer seperti

bakteri dan cendawan menjadi unsur-unsur hara yang dapat diserap oleh

tanaman. Pupuk organik dapat berupa pupuk cair dan padat. Untuk

memudahkan unsur hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik

dapat dibuat menjadi pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair mudah

aplikasinya dan mudah terserap oleh tanaman karena unsur-unsur didalamnya

sudah terurai (Suprihatin, 2011:429).

Salah satu bahan yang digunakan dalam pupuk organik cair adalah

pelepah batang pohon pisang kepok. Pelepah batang pisang kepok memiliki

kandungan selulosa yang cukup tinggi. Kandungan yang terdapat pada

1
2

pelepah batang pisang kepok sebagian besar berisi air dan serat (selulosa),

disamping bahan mineral kalium, kalsium, fosfor, besi. Ekstrak pelepah

batang pisang kapok memiliki kandungan unsur P berkisar antara 0,2-0,5%

yang bermanfaat menambah nutrisi untuk pertumbuhan dan produksi

tanaman. Oleh karena itu pelepah batang pisang kepok dapat dimanfaatkan

sebagai pupuk organik cair (Hairuddin, 2017:32-33).

Pemanfaatan biomasa sapi menjadi pupuk organik dengan cara

memfermentasikan biomasa sapi dibantu dengan penambahan pelepah batang

pisang kepok diolah menjadi pupuk organik cair yang memiliki efek jangka

panjang yang baik bagi tanah, yaitu dengan memperbaiki struktur kandungan

organik tanah karena memiliki bermacam-macam jenis kandungan unsur hara

yang diperlukan tanah selain itu juga menghasilkan produk pertanian yang

aman bagi kesehatan (Huda, 2013:375). Tanaman sawi pagoda (Brassica

narinosa) salah satu tanaman yang aman bagi kesehatan.

Tanaman sawi pagoda (Brassica narinosa) merupakan komoditas

sayuran yang memiliki nilai komersial serta prospek yang baik. Di kawasan

Lubuklinggau dan sekitarnya sawi pagoda belum banyak di budidayakan.

Sawi pagoda merupakan jenis sayuran yang memiliki nilai ekonomis yang

tinggi, memiliki nilai estetika yang menarik sehingga selain menjadi sayuran

tanaman sawi pagoda dapat digunakan sebagai tanaman hias. Selain ditinjau

dari segi klimatologis, teknis dan ekonomis sosialnya juga sangat

mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan di Indonesia dan

sayuran ini merupakan jenis sayuran yang digemari oleh semua golongan

masyarakat. Permintaan terhadap tanaman sawi selalu meningkat seiring


3

dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran kebutuhan gizi (Sarif,

Dkk. 2015:585).

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan peneliti

didapat bahwa fermentasi campuran pelepah batang pisang kepok dengan

kotoran sapi dapat dijadikan sebagai pupuk organik cair, kemudian

diaplikasikan terhadap tanaman sawi pagoda menunjukkan hasil bahwa

pertumbuhannya lebih baik dibandingkan tidak menggunakan pupuk hal ini

dapat dilihat dari jumlah daun tanaman sawi pagoda yang diberikan pupuk

organik cair lebih banyak dibandingkan dengan tanaman sawi yang tidak

diberikan pupuk organik cair selain itu tanaman sawi pagoda yang diberi

pupuk warnanya lebih menarik dan tumbuh lebih subur. Oleh karena itu

peneliti terdorong untuk melakukan penelitian ini agar meningkatkan

produksi tanaman sawi pagoda (Brassica narinosa) dengan memanfaatkan

campuran pelepah batang pisang kepok dengan kotoran sapi tersebut sebagai

pupuk organik cair yang dapat dijadikan sebagai nutrisi pada tanaman sawi

pagoda (Brassica narinosa) dengan judul “Pengaruh Pupuk Organik Cair

Campuran Pelepah Batang Pisang Kepok Dengan Kotoran Sapi Terhadap

Pertumbuhan Dan Produktivitas Tanaman Pagoda (Brassica narinosa)”.

B. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian serta untuk

membuat penelitian ini lebih terarah, maka masalah yang dikaji dibatasi pada

hal-hal berikut:
4

1. Pupuk organik cair yang digunakan adalah campuran pelepah batang

pisang kepok dengan kotoran sapi

2. Tanaman yang diamati adalah tanaman Sawi Pagoda (Brassica narinoss).

3. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai),

lebar daun dan berat basah tanaman.

Untuk memperoleh batasan yang jelas dari kondisi operasional dalam

penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan kondisi oprasional sebagai

berikut:

1. Pengaruh merupakan sumber daya yang dapat membentuk atau mengubah

sesuatu yang lain. Pengaruh dalam penelitian ini adalah bentuk hubungan

antara variabel bebas yaitu pupuk organik cair campuran pelepah batang

pisang kepok dengan kotoran sapi yang berpengaruh terhadap variabel

terikat yaitu pertumbuhan dan produktivitas tanaman pagoda (Brassica

narinosa).

2. Pupuk organik cair adalah pupuk orgaik yang berasal dari fermentasi

campuran pelepah batang pisang kepok dengan kotoran sapi. Pupuk ini

berasal dari bahan organik tidak menimbulkan efek samping bagi

lingkungan.

3. Tanaman pagoda (Brassica narinosa) merupakan jenis sawi dengan

warna daun hijau tua, daun yang berbentuk sendok serta batang yang

berwarna hijau muda. Batang tanaman pagoda pendek dan beruas-ruas

sehingga hampir tidak kelihatan. Stuktur bunga pagoda tersusun dalam

tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan

bercabang banyak. Tiap kuntum bunga pagoda terdiri atas empat helai
5

daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah,

empat helai benang sari dan satu buah putik yang berongga dua.

4. Pertumbuhan merupakan bertambahnya suatu ukuran, bentuk atau

kenaikan volume pada tanaman pagoda (Brassica narinosa) dan dapat

dilihat perubahannya secara nyata.

5. Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan

keseluruhan sumber daya yang digunakan. Produktivitas tanaman pagoda

(Brassica narinosa) ini adalah berat basah tanaman.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah pengaruh pupuk organik cair

campuran Pelepah Batang Pisang Kepok dengan kotoran Sapi terhadap

pertumbuhan dan produktivitas tanaman Sawi Pagoda (Brassica

narinossa)?”

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh pupuk organik cair campuran pelepah batang pisang kepok dengan

kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi pagoda

(Brassica narinossa).
6

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengguna

informasi penelitian ini. Adapun manfaat penelitian meliputi manfaat secara

teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Memberi sumbangan pemikiran dalam pemanfaatan campuran

pelepah batang pisang kepok dengan kotoran sapi sebagai pupuk

organik cair

b. Menambah pengetahuan dalam bidang budidaya pertanian, terutama

budidaya sayuran sawi pagoda (Brassica narinosa)

2. Manfaat praktis

a. Bagi petani, dapat memberikan alternatif jenis pupuk yang digunakan

guna meningkatkan hasil produksi panen yang berkualitas selain itu

dapat menggantikan pupuk kimia dengan pupuk organik yang lebih

ramah lingkungan.

b. Bagi masyarakat, dapat dijadikan sebagai dasar untuk menambah

pengetahuan tentang penggunaan campuran batang pisang kepok

dengan kotoran sapi sebagai pupuk organik cair terhadap tanaman.

c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk

menambah wawasan, pengetahuan, keterampilan ilmu yang ditekuni

dan dapat dijadikan pengalaman berkaitan dengan pemanfaatan

campuran batang pisang kepok dengan kotoran sapi menjadi pupuk

organik cair.
BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Pupuk Organik Cair Campuran Pelepah Batang Pisang Kepok Dan

Kotoran Sapi

a. Pupuk Organik Cair

Pupuk merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam tanah yang

berperan sebagai penyedia unsur hara yang penting bagi pertumbuhan

tanaman. Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk organik

yang di buat dari proses fermentasi atau proses penguraian sisa-sisa

tanaman dan hewan dengan bantuan organisme hidup. Bahan baku utama

pembuatan pupuk organik cair yaitu material organik dan organisme

pengurai (Hajama, 2014:23).

Pupuk organik nerupakan pupuk yang terbuat dari bahan-bahan

alami yang dapat diperbaharui, didaur ulang dan dirombak dengan

bantuan mikroorganisme dekomposer seperti bakteri dan cendawan

menjadi unsur-unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Pupuk

organik dapat berupa pupuk cair dan padat. Untuk memudahkan unsur

hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik dapat dibuat

menjadi pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair lebih mudah diserap oleh

tanaman karena unsur-unsur didalamnya sudah terurai. Tanaman

menyerap hara terutama melalui akar, namun daun juga mempunyai

kemampuan untuk menyerap unsur hara tersebut. Sehingga pupuk cair

7
8

juga bermanfaat tidak hanya disekitar tanaman tetapi juga diatas daun-

daun. Penggunaan pupuk cair sangat bermanfaat sebagai : memupuk

tanaman, menyiram tanaman, dan mengobati tanaman. Pupuk cair

tersebut dapat dibuat dari kotoran hewan dan limbah tanaman seperti

batang pisang kepok (Suprihatin, 2011:429-430).

Pupuk organik cair mempunyai banyak manfaat selain untuk

pupuk, pupuk organik cair juga bisa menjadi aktivator untuk membuat

kompos. Pupuk organik cair sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh

tanaman karena unsur-unsur didalamnya sudah terurai dan tidak dalam

jumlah yang terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat berdampak

pada tanaman. Bahan baku pupuk organik cair dapat berasal dari pupuk

organik padat dengan perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu

dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan

sebagai pupuk cair, sedangkan limbah padatnya dapat digunakan sebagai

kompos. Kualitas hasil pembuatan pupuk cair pada prinsipnya ditentukan

oleh bahan baku, mikroorganisme pengurai, proses pembuatan, produk

akhir dan pengemasan. Bahan baku dengan kondisi yang masih segar dan

semakin beragamnya jenis mikroorganisme maka akan membuat kualitas

pupuk organik cair yang dihasilkan menjadi semakin baik kandungannya

(Pancapalaga, 2011:61).

Kelebihan pupuk organik cair adalah unsur hara yang

dikandungnya lebih cepat tersedia dan mudah diserap akar tanaman.

Selain dengan cara disiramkan pupuk cair dapat digunakan langsung


9

dengan cara disemprotkan pada daun dan batang tanaman (Pardosi, Dkk,

2014:64).

b. Pelepah Batang Pisang Kepok

Batang pisang kepok merupakan limbah dari tanaman pisang

kepok yang telah ditebang untuk diambil buahnya dan merupakan

limbah pertanian potensial yang belum banyak pemanfaatannya.

Serat batang pisang kepok merupakan jenis serat berkualitas baik.

Batang pisang kepok sebagai limbah dapat dimanfaatkan menjadi

sumber serat agar mempunyai nilai ekonomis. Perbandingan bobot

segar antara batang, daun, dan buah Pisang Kepok berturut-turut

63,14 23%. Batang pisang kepok memiliki bobot jenis 0,29 g/cm3

dengan ukuran panjang serat 4,20-5,4 mm dan kandungan lignin

33,51%. Pada pemanfaatan serat batang pisang kepok perlu ada

perlakuan sebelum serat batang pisang kepok dicampur dengan

bahan lain. Perlakuan dengan alkali (NaOH) diharapkan dapat

berpengaruh terhadap komposit yang dihasilkan, karena fungsi alkali

dapat menghilangkan lignin yang ada. Limbah batang pisang kepok

merupakan salah satu alternatif bahan baku yang murah dan mudah

diperoleh. Pemberian perlakuan alkali pada bahan berlignin selulosa

mampu mengubah struktur kimia dan fisik permukaan serat

(Supraptiningsih, 2012:80).
10

Gambar 2.1 Pelepah Batang Pisang Kepok


(sumber : dok. Pribadi, 2018)

Batang pohon pisang kepok memiliki kandungan selulosa yang

cukup tinggi. Kandungan yang terdapat pada batang pisang kepok

sebagian besar berisi asir dan serat (selulosa), disamping bahan

mineral kalium, kalsium, fosfor, besi. Ekstrak batang pisang kepok

memiliki kandungan unsur P berkisar antara 0,2-0,5% yang

bermanfaat menambah nutrisi untuk pertumbuhan dan produksi

tanaman (Hairudin, 2017:32-33). Susunan kimiawi dalam batang

pisang kepok meliputi protein 4,77%, bahan kering 30,85%, bahan

organik 76,76% kecernaan bahan kering 46,53%, kecernaan bahan

organik 43,91%, Ph cairan 6,74%, bau 1,40%, warna 1,50%, jamur

1,00%, tekstur 1,0%, dan kadar abu batang Pisang Kepok sebanyak

25,12%. Oleh karena itu batang pisang kepok dapat dimanfaatkan

sebagai pupuk organik cair (Santi dalam Purwati, 2017:2).

Adapun kandungan unsur hara didalam pelepah batang pisang

kepok dapat dilihat pada Tabel 2.1


11

Tabel 2.1
Kandungan Unsur Hara pada Pelepah Batang Pisang Kepok
Kadar Unsur hara 100 g Pelepah Batang Pisang Kepok
Air (gr) 92,50

Protein (gr) 0,35

Fosfor (mg) 135

Kalium (mg) 213

Kalsium (mg) 122

Besi (mg) 0,70

Hidrat arang (gr) 4,60


Sumber: Suyati dan Ahmad Supriyadi (2008:12-13)

c. Biomassa Sapi

Biomassa sapi adalah hasil sampingan dari peternakan ada dua

macam jenis limbah yang dihasilkan oleh peternakan sapi yaitu

limbah padat, seperti sisa pakan dan feses (kotoran sapi) serta limbah

cair berupa urine sapi dan air bekas pencucian kandang, jika tidak

diolah maka biomassa sapi akan menyebabkan masalah pada

lingkungan, bau yang di hasilkan dari kotoran dan urine sapi akan

menyebabkan masalah terhadap lingkungan. Pemanfaataan limbah

dari biomasa sapi dapat di lakukan dengan memanfatkannya menjadi

pupuk organik. Pupuk organik merupakan penyedia unsur hara yang

berangsur-angsur terbebasan dan tersedia bagi tanaman, anah yang di

beri pupuk organik kotoran sapi dalam jangka waktu yang lama

masih dapat memberikan hasil panen yang baik (Ghifari, Dkk,

2014:32).
12

Gambar 2.2 Biomasa Sapi (Sumber: Dok Pribadi, 2018)

Satu ekor sapi dewasa rata-rata dapat menghasilkan 18 kg

kotoran tiap harinya dengan kandungan unsur N, P, dan K.

Disamping menghasilkan unsur-unsur makro, seperti Fe, Zn, Bo,

Mn, Cu, dan Mo. Jadi dapat dikatakan bahwa, pupuk kandang ini

dapat dianggap sebagai pupuk altenatif untuk mempertahankan

produksi tanaman (Siregar, 2017:10).

Adapun kandungan unsur hara didalam kotoran sapi dapat

dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2
Kandungan Unsur Hara pada Kotoran Sapi
Kadar Unsur hara dan Air Padat Cair
Nitrogen 0,40 (%) 1,00 (%)
Fosfor 0,20 (%) 0,50 (%)
Kalium 0,10 (%) 1,50 (%)
Air 85 (%) 92 (%)
Sumber: Setiawan (2007:16)
13

2. Sawi Pagoda (Brassica narinnosa)

a. Deskripsi pagoda

Tanaman pagoda adalah tanaman asli Asia khususnya berasal

dari Tiongkok Cina. Pagoda merupakan jenis sayur yang masih

termasuk ke dalam jenis sawi. Pagoda memang masih terdengar asing

di telinga orang indonesia. Ciri-ciri tanaman pagoda adalah

permukaan daun keriting dan berwarna hijau. Berat tanaman bisa

mencapai 200 gram. Masa panen pagoda 40-45 hari setelah semai.

Rasa lezat dan teksturnya renyah. Tanaman ini cocok di budidayakan

baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Pagoda memiliki

banyak sekali kandungan yag baik untu kesehatan zat kimia ini antara

lain alkaloid, kalium, iodium. Pada akar, bunga memiliki khas dan

kharakteristik sifat dingin dan pahit. Sedangkan pada daun pagoda

memiliki khas manis dan hangat (Irawan, 2012:25).

Tanaman pagoda merupakan tanaman sawi yang bentuknya

menyerupai pakchoy yang berbentuk flat rosette yang dekat dengan

tanah dengan warna hijau tua, daun yang berbentuk sendok serta

batang yang berwarna hijau muda. Batang tanaman pagoda pendek

sekali dan beruas-ruas sehingga hampir tidak kelihatan. Struktur

bunga pagoda tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang

tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum

bunga pagoda terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun

mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan

satu buah putik yang berongga dua (Cahyono dalam Mushafi, 2016:8).
14

Sistem perakaran tanaman tanaman pagoda memiliki akar tunggang

dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris)

menyabar kesemua arah dengan kedalaman antara 30-50 cm.

b. Klasifikasi Tanaman Pagoda

Klasifikasi tanaman pagoda atau tatsoi adalah sebagai berikut.

Kingdom : Plantae
Divisi : Angiosperms
Kelas : Rosids
Ordo : Brassicales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica narinosa
Gambar 2.3 Tanaman Pagoda (Brassica narinosa)
(Sumber : Dok Pribadi, 2018)

c. Morfologi Pagoda

Tanaman pagoda memiliki sistem perakaran tunggang dan

memiliki cabang-cabang akar yang berbentuk bulat panjang yang

menyebar ke seluruh arah hingga kedalaman kurang lebih 30-50 cm.

Akar sawi pagoda berfungsi sebagai penghisap air dan zat makanan

dari dalam tanah serta akar tunggang yang menguatkan tumbuhnya

tanaman. Pagoda berbatang pendek dan beruas-ruas sehingga

batangnya tidak terlihat terlalu jelas. Batang pagoda memiliki fungsi

sebagai pembentk dan penompang daun serbatang berwarna hijau

muda. Sawi pagoda memiliki struktur bunga yang tersusun dalam

tangkai bunga (infloresecntia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan

bercabang banyak. Pada tiap kuntum bunga meliki empat helai daun

mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan
15

satu putik yang berongga dua. Tanaman sawi pagoda memiliki daun

berbentuk flat rosette yang dekat dengan tanah, berwarna hijau tua,

lunak serta daun berbentuk sendok. Biji tanaman pagoda berbentuk

bulat kecil-kecil berwarna coklat hingga kehitaman, memiliki

permukaan licin, mengkilap, dan keras. Biji sawi pagoda mirip sekali

dengan biji sawi hijau lainnya (Gun, 2017:24).

d. Syarat Tumbuh Sawi Pagoda

Tanah yang cocok untuk budidaya sawi pagoda adalah tanah

liat, berpasir, cukup lembab, gembur, banyak mengandung humus,

subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah

yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara Ph 6-7. Tanaman

sawi pagoda membutuhkan hawa yang sejuk sehingga dapat tumbuh

di dataran tinggi pada suhu 100C-250C, dan tumbuh optimal pada suhu

180C dengan ketinggian tempat mulai 500 mdpl hingga 1.200 mdpl.

Kelambaban yang dibutuhkan untuk budidaya adalah 80%-90%.

Tanaman sawi-sawian adalah tanaman yang tolerir terhadap hujan

dengan kebutuhan curah hujan 1.000-1.500 mm/tahun dan pada

musim kemarau tanaman sawi pagoda dapat ditanam dengan menjaga

tingkat kelembaban yaitu tanaman disiram secara teratur, akan tetapi

jangan sampai tergenang karena sawi pagoda tidak suka dengan air

yang menggenang. Tanaman sawi pagoda sangat suka dengan

penyiraman yang utuh untuk mendukung pertumbuhan dan

perkembangannya.
16

e. Manfaat Sawi Pagoda

Sawi pagoda ini tentu saja memiliki kandungan yang sangat

berperan baik untuk kesehatan tubuh manusia.

1) Mengandung protein nabati, protein yang terkandung dalam

sayuran sawi pagoda adalah Protein nabati. Protein nabati dapat

mendukung tubuh dalam memesarkan massa otot.

2) Kaya dengan zat besi, zat besi bermanfaat dalam pembentukan sel

darah merah.

3) Mengandung vitamin k, vitamin K dapat bermanfaat

mempercepat pembekuan darah pada saat turjadi luka pada tubuh.

4) Mengandung betakaroten, betakaroten merupakan salah satu

varian vitamin A. Dengan memakan sayuran yang mengandung

vitamin A betakaroten ini, maka bola mata akan jernih dan sehat.

5) Mengandung asam glusinolat, asam gusinolat yang terdapat pada

sawi pagoda dapat sebagai protein anti kangker, apabila sawi

pagoda di konsumsi secara rutin maka tubuh akan terbebas dari

sel-sel kangker.

6) Mengandung selenium, selenium berfungsi untuk membantu

memaksimalkan kerja hormon dan enzim yang terdapat dalam

tubuh manusia. (Gun 2017:24).

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian penulis yaitu penelitian yang

ditulis oleh:
17

Suprihatin (2011:433) yang meneliti tentang “Proses pembuatan pupuk

cair dari batang pohon pisang kepok”. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa volume pelarut dan waktu pengadukan mempengaruhi proses

ekstraksi, hal ini berlaku sampai mencapai keadaan optimal. Setelah melewati

keadaan optimal proses ekstraksi akan mengalami penurunan. Hasil uji

komponen Ca, P dan K pada tanaman hasilnya kurang maksimal

dibandingkan dengan pupuk vanda’s yang ada dipasaran. Hal ini dikarenakan

komponen yang ada di pupuk vanda’s lebih banyak dari pada komponen

pupuk dari batang pisang kepok.

Wicaksana (2016:1) yang meneliti aplikasi kompos enceng gondok,

batang pisang, jerami padi dan kotoran sapi dengan vermikomposting pada

budidaya sawi hijau telah dilakukan di Green House dan Laboratorium Tanah

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 hingga Juli

2016. Hasil penelitian menunjukkan bahan vermikompos enceng gondok,

batang pisang, jerami padi dan kotoran sapi memberikan pengaruh yang sama

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi. Semua perlakuan

vermikompos memberikan hasil yang sama baik dan produksinya diatas

potensi hasil >37,5 ton/ha.

Mushafi (2016:28) yang meneliti tentang “Pertumbuhan dan produksi

tiga varietas sawi (Brassica juncea) akibat konsentrasi nutrisi AB mix yang

berbeda pada hidroponik sistem wick”. Dari hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa konsentrasi nutrisi AB mix yang tepat untuk budidaya

sawi dengan metode hidroponik sistem wick adalah 1550 ppm (mg/l) serta
18

semakin meningkat konsentrasi nutrisi, maka semakin meningkat laju

pertumbuhan dan produksi tiga varietas sawi pada hidroponik sistem wick.

Ibrahim (2015:28) yang meneliti tentang “Pembuatan Pupuk Kompos

Dari Limbah Batang Pisang Kepok (Musa Paradisiaca Linn) Dan Pupuk

Kotoran Sapi Dengan Effective Mikroorganisms (EM4)”. Penelitian ini terdiri

dari 2 perlakuan yaitu P1= batang Pisang Kepok dicacah sebanyak 20 kg +

kotoran sapi 5 kg + Effektive EM 75 cc dan P2 = batang Pisang Kepok di

cacah sebanyak 20 kg + kotoran sapi 10 kg + EM 90 cc. Hasil penelitian

menunjukkan untuk kematangan kompos pada perlakuan P1 memerlukan

waktu 24 hari dan P2 26 hari, dengan kandungan unsur hara pada P1 dan P2

yaitu unsur N, P dan K belum memenuhi syarat standar mutu pupuk organik

pada unsur C-karbon 23,90 dan C/N rasio 23,90 pada perlakuan P1 dan p2

unsur C-karbon 28,50 dan C/N rasio 20.77 memenuhi syarat standar mutu

pupuk organik.

C. Kerangka Teoritik

Batang pisang kepok merupakan limbah dari tanaman pisang kepok

yang telah ditebang untuk diambil buahnya dan merupakan limbah pertanian

potensial yang belum banyak pemanfaatannya. Limbah batang pisang kepok

yang mengandung unsur makro N, P, K dan juga mengandung unsur mikro

Ca, Mg, Na dan Zn yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair.

Biomassa sapi adalah hasil sampingan dari peternakan ada dua macam

jenis limbah yang dihasilkan oleh peternakan sapi yaitu limbah padat, seperti

sisa pakan dan feses (kotoran sapi) serta limbah cair berupa urine sapi dan air
19

bekas pencucian kandang, pemanfaataan limbah dari biomasa sapi dapat di

lakukan dengan memanfatkannya menjadi pupuk organik.

Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan-bahan alami

yang dapat diperbaharui, didaur ulang dan dirombak dengan bantuan

mikroorganisme dekomposer seperti bakteri dan cendawan menjadi unsur-

unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Untuk memudahkan unsur hara

dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik dapat dibuat menjadi pupuk

cair terlebih dahulu. Pupuk cair lebih mudah diserap oleh tanaman karena

unsur-unsur didalamnya sudah terurai. Tanaman menyerap hara terutama

melalui akar, namun daun juga mempunyai kemampuan untuk menyerap

unsur hara tersebut. Penggunaan pupuk cair sangat bermanfaat sebagai :

memupuk tanaman, menyiram tanaman, dan mengobati tanaman. Pupuk cair

tersebut dapat dibuat dari kotoran hewan dan limbah tanaman seperti batang

pisang kepok. Pada penelitian ini pupuk organik cair dibuat dari kotoran sapi

dan batang Pisang Kepok .

Tanaman pagoda adalah tanaman asli Asia khususnya berasal dari

Tiongkok Cina. Pagoda merupakan jenis sayur yang masih termasuk ke

dalam jenis sawi. Ciri-ciri tanaman pagoda adalah permukaan daun keriting

dan berwarna hijau. Berat tanaman bisa mencapai 200 gram. Masa panen

pagoda 40-45 hari setelah semai. Rasa lezat dan teksturnya renyah. Tanaman

ini cocok di budidayakan baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah.

Penambahan pupuk organik cair dari batang pisang kepok dan kotoran

sapi pada tanaman sawi pagoda dapat menambah unsur hara bagi tanaman
20

sawi pagoda sehingga pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi pagoda

menjadi lebih baik.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebasnya adalah macam-macam konsentrasi pupuk organik cair dari

batang Pisang Kepok dan kotoran sapi, karena pupuk organik cair batang

Pisang Kepok dan kotoran sapi berperan dalam pertumbuhan dan

produktivitas tanaman sawi pagoda. Sedangkan variabel terikatnya adalah

pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi pagoda.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap rumusan masalah,

rumusan masalah pada penelitian ini adalah adakah pengaruh pupuk organik

cair campuran batang Pisang Kepok dengan kotoran sapi terhadap

pertumbuhan tanaman sawi pagoda (Brassica narinosa)?. Hipotesis dari

rumusan masalah tersebut adalah: “Ada pegaruh pupuk organik cair

campuran batang Pisang Kepok dengan kotoran sapi terhadap pertumbuhan

tanaman sawi pagoda (Brassica narinosa)”.


BAB lll

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan

produktivitas tanaman sawi pagoda. Rancangan penelitian yang digunakan

adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Sampel pada penelitian ini adalah 25 batang tanaman sawi pagoda

(Brassica narinosa) dengan satu kelompok kontrol dan empat kelompok

perlakuan dengan lima kali pengulangan untuk masing-masing kelompok.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian akan dilaksanakan di kebun percobaan Biologi STKIP PGRI

Lubuklinggau, yang akan dimulai bulan Juli-September 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah tanaman sawi pagoda (Brassica

narinosa)

2. Sampel

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan

Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dalam penelelitian ini menggunakan

metode kuantittif. Dengan 5 perlakuan dan 5 kali pengulangan. Perlakuan

21
22

terdiri dari P0 = 0 ml pupuk/ tanaman sebagai variable kontrol , P1 =

konsentrasi pupuk 20 ml/ tanaman, P2= konsentrasi pupuk 40 ml/

tanaman, P3= konsentrasi pupuk 60 ml/ tanaman dan P4= konsentrasi

pupuk 80 ml/ tanaman. Penelitian di analisis dengan Analisis Varian dan

di lanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Parameter yang akan

di amati dalam penelitian ini yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah

bunga, berat buah. Penelitian ini terdapat 5 kali pengulangan,

berdasarkan rumus pengulangan federer (1983) sebagai berikut:

(P – 1) (n – 1) ≥ 15
(5 – 1) (n – 1) ≥ 15
(4) (n – 1) ≥ 15
4n – 4 ≥ 15
4n ≥ 19
n ≥ 4,75 = 5
Keterangan:
P : Jumlah Perlakuan
n : Jumlah Pengulangan

Tabel 3.1. Perlakuan dan Pengulangan Penelitian

NO Perlakuan Konsentrasi POC Pengulangan


1 P0 Kontrol 5
2 P1 20 ml POC/ tanaman 5
3 P2 40 ml POC/ tanaman 5
4 P3 60 ml POC/ tanaman 5
5 P4 80 ml POC/ tanaman 5
Sumber : (Arinong dan Lasiwua, 2011:49)

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Definisi Konseptual

a. Pengaruh merupakan sumber daya yang dapat membentuk atau

mengubah sesuatu yang lain. Pengaruh dalam penelitian ini adalah

bentuk hubungan antara variabel bebas yaitu pupuk organik cair

campuran batang pisang kepok dengan kotoran sapi yang


23

berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu pertumbuhan dan

produktivitas tanaman pagoda (Brassica narinosa).

b. Pupuk organik cair adalah pupuk orgaik yang berasal dari fermentasi

campuran batang pisang kepok dengan kotoran sapi. Pupuk ini

berasal dari bahan organik tidak menimbulkan efek samping bagi

lingkungan.

c. Tanaman pagoda (Brassica narinosa) jenis sawi dengan warna daun

hijau tua, daun yang berbentuk sendok serta batang yang berwarna

hijau muda. Batang tanaman pagoda pendek dan beruas-ruas

sehingga hampir tidak kelihatan. Stuktur bunga pagoda tersusun

dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang

(tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga pagoda terdiri

atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga

berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik

yang berongga dua.

d. Pertumbuhan merupakan bertambahnya suatu ukuran, bentuk atau

kenaikan volume pada tanaman pagoda (Brassica narinosa) dan

dapat dilihat perubahannya secara nyata.

e. Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai

dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan. Produktivitas

tanaman pagoda (Brassica narinosa) ini adalah berat basah tanaman.

2. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian terdiri dari alat dan bahan yang

digunakan dalam penelitian, yaitu:


24

a. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cangkul, pisau, tali

rafia, gelas ukur, ember plastik, penggaris besi, jangka sorong,

timbangan, nampan, botol sprei, botol plastik, gelas plastik,

pengaduk, kamera ponsel merk oppo A57 dan alat tulis, polybag dan

kertas label.

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sawi pagoda

(Brassica narinosa) tanah pekarangan rumah, batang pisang kepok,

kotoran sapi, air, gula dan EM4

3. Prosedur Penelitian

Berikut prosedur dari penelitian ini:

a. Pembuatan pupuk cair batang pisang kepok dengan kotoran sapi

1) Mempersiapkan alat-alat, ember plastik sebagai media pembuatan

pupuk. Tutup ember pengaduk dan gelas ukur.

2) Mempersiapkan bahan-bahan, batang pisang kepok yang telah di

potong sebanyak 10 kg, kotoran sapi sebanyak 10 kg, EM4

senbanyak 50 ml, 5 liter air bersih secukupnya dan 5 sendok

makan gula aren.

3) Campurkan batang pisang kepok yang telah di potong-potong

sebanyak 10 kg dan kotoran sapi sebanyak 10 kg kedalam ember

pastik. Larutkan bioaktivator EM4 sebanyak 50 ml dan 5 sendok

makan gula aren dan 5 liter air aduk hingga merata lalu
25

tambahkan ke dalam ember plastik yang sudah berisi bahan bahan

lainnya. Tutup dengan rapat sehingga udara tidak bisa masuk

4) Letakkan diruang teduh selama 15 hari. Sesekali buka penutup

ember plastik untuk membuang gas yang ada.

5) Fermentasi berhasil apabila setelah 15 hari, saat penutup ember

plastik dibuka tercium bau adonan yang menyengat maka pupuk

organik sudah jadi.

6) Pisahkan antara cairan dengan ampasnya, dengan cara di saring.

7) Masukkan cairan pupuk organik cair ke dalam botol lalu tutup

rapat. Pupuk organik cair siap di gunakan dan diaplikasikan pada

tanaman (Ibrahim, 2015:28).

b. Persemaian bibit sawi pagoda

Siapkan nampan ukuran sedang masukkan tanah dan pupuk

kandang/ pupuk kompos dengan perbandingan 1:1 lalu basahi

dengan air secukupnya secara merata. Kemudian semai bibit sawi

pagoda secara merata kemudian tutup dengan tanah, letakkan di

tempat teduh dan biarkan sampai berkecambah, setelah bibit

berkecambah letakkan di tempat yang terkena sinar matahari (Kebun

Rumahan, 2017:1).

c. Persiapan media tanam

Siapkan polybag ukuran 3 kg kemudian masukkan tanah yang

telah di gemburkan, isi polybag dengan tanah sebanyak ½ dari

ukuran polybag, beri air untuk melembabkan tanah.


26

d. Penanaman

Setelah bibit berusia 7 hari pindahkan tanaman ke dalam

polybag yang telah disiapkan dan siram dengan air secukupnya.

Pemindahan bibit dilakukan sore hari agar tanaman tidak layu.

e. Pemeliharaan

1) Pemupukkan

Pemupukkan di lakukan dengan cara disemprot ke tanah

dimulai dari hari kedelapan setelah penanama dan pemupukan

selanjutnya dilakukan setiap minggu, sebanyak 5 kali, dosis

pemupukan sebagai berikut :

a) P0 : tanpa pupuk

b) P1 : 20 ml pupuk organik cair ditambah 980 ml air,

diberikan secara bertahap kepada tanaman sebanyak 200

ml/polybag.

c) P2 : 40 ml pupuk organik cair ditambah 960 ml air,

diberikan secara bertahap kepada tanaman sebanyak 200

ml/polybag.

d) P3 : 60 ml pupuk organik cair ditambah 940 ml air,

diberikan secara bertahap kepada tanaman sebanyak 200

ml/polybag.

e) P4 : 80 ml pupuk organik cair ditambah 920 ml air,

diberikan secara bertahap kepada tanaman sebanyak 200

ml/polybag (Arinong dan Lasiwua, 2011:49).


27

2) Penyiraman

Penyiraman di lakukan setiap hari pagi dan sore hari agar

tanaman tidak layu.

3) Penyiangan

Seiring dengan tumbuhnya tanaman biasanya rumput-

rumput liar pun ikut tumbuh maka di lakukan penyiangan,

rumput-rumput liar harus di cabut agar tidak mengganggu

pertumbuhan tanaman sawi pagoda.

4) Penyortiran

Setelah penanaman biasanya tidak semua bibit dapat

tumbuh seluruhnya dengan baik, jika ada tanaman yang mati

atau tidak tumbuh dengan normal maka tanaman tersebut harus

dibuang.

5) Penyulaman

Setelah penyortiran tanaman yang dibuang digantikan

dengan tanaman lain yang sudah dipersiapkan.


28

Kotoran sapi Pelepah Batang


(10 kg) Pisang Kepok (10 kg)

Proses fermentasi Aktivator EM-4 (50 ml)


(15 Hari) Gula aren ( 5 sendok)
Air ( 5 liter)

Limbah
Pemisahan
Padat

Pupuk Organik
Cair
Dosis pemakaian :
1. 0 ml
2. 20 ml Aplikasi Pada
3. 40 ml Tanaman Sawi Pagoda
4. 60 ml Pemeliharaan
5. 80 ml 1. Penyiraman
Pemeliharaan 2. Penyiangan
3. Penyortiran
4. Penyulaman
Pengamatan

Tinggi Jumlah Lebar Berat


tanaman daun daun basah

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

4. Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

observasi atau pengamatan. Pengamatan yang dilakukan dengan

mengamati pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi pagoda


29

(Brassica narinosa) yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, diameter

batang dan berat basah.

a. Tinggi tanaman sawi pagoda dilakukan dengan mengukur

menggunakan benang dan penggaris atau meteran.

b. Jumlah daun diukur dengan menghitung tiap helaian daun pada

tanaman sawi pagoda.

c. Lebar daun sawi pagoda diukur dengan menggunakan benang dan

penggaris atau meteran.

d. Berat basah di hitung dengan menggunaan alat timbangan.

Penggunaan masing-masing dosis pupuk adalah 0 ml/tanaman, 20

ml/ tanaman, 40 ml/ tanaman, 60 ml/ tanaman dan 80 ml/ tanaman.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

a. Eksperimen, yaitu melakukan eksperimen dengan membuat pupuk

organik cair campuran batang Pisang Kepok dengan kotoran sapi

kemudian di aplikasikan pada tanaman sawi pagoda.

b. Obsevasi, yaitu melakukan observasi untuk memperoleh data secara

langsung dalam percobaan dan dalam metode ini penulis

mengadakan pengamatan dan pencatatan terhadap tinggi tanaman,

jumlah daun, diameter batang dan berat basah tanaman.

1) Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman di ukur dengan pengaris. Perlakuan

dilakukan dari pangkal batang di atas permukaan tanah sampai

titik tertinggi tanaman. Pengukuran dilakukan pada umur 15, 22,

29, 36 dan 42 hari setelah pindah tanam (HST).


30

2) Jumlah daun (helai)

Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara

menghitung banyaknya daun yang telah terbuka sempurna

setelah tanaman berumur 15, 22, 29, 36 dan 42 hari setelah

pindah tanam (HST).

3) Lebar Daun

Lebar daun di ukur dengan penggaris. Pengukuran

dilakukan pada umur 15,22,29,36 dan 42 hari setelah pindah

tanam (HST)

4) Berat basah

Pengamatan berat basah di lakukan dengan cara

menimbang berat tanaman setelah pasca panen dengan

menggunakan timbangan.

c. Dokumentasi, yaitu metode pengamatan dengan cara

mendokumentasikan penelitian dari awal sampai akhir dengan foto

atau kamera hp.

d. Telaah Kepustakaan, yaitu mengkaji literatur-literatur, penelitian-

penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian dan jurnal-

jurnal yang relevan.

5. Pertanggung Jawaban Penelitian

Untuk mendapatkan hasil data penelitian yang valid, normal,

homogen, dan data yang baik, peneliti melakukan validasi alat-alat dan

bahan penelitian. Peneliti melakukan perhitungan uji normalitas dengan

rumus uji Chi-square. Selanjutnya peneliti melakukan perhitungan uji


31

homogenitas dengan rumus Bartlett. Validasi alat dan bahan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) untuk menanam sawi pagoda

digunakan polybag ukuran 3 kg (2) untuk mengambil dan mengaduk

tanah digunakan cangkul (3) untuk menyimpan pupuk yang sudah jadi

gunakan botol plastik 1 liter dengan merk aqua (5) untuk mengikat ember

plastik dalam proses fermentasi digunakan tali rafia (6) untuk mengukur

volume pupuk organik cair dan EM4 digunakan gelas ukur dengan

kapasitas 100 ml (7) untuk mengukur volume air digunakan gelas ukur

dengan kapasitas 1000 ml (8) untuk tempat fermentasi batang pisang

kepok dan kotoran sapi digunakan ember plastik (9) untuk mengukur

setiap pertumbuhan sawi pagoda digunakan mistar plastik 30 cm (10)

untuk mengukur diameter batang tanaman dengan menggunakan jangka

sorong (11) untuk menghitung berat basah tanaman di gunakan

timbangan degital (12) untuk mencatat hasil penelitian digunakan alat

tulis (13) alat untuk dokumentasi selama penelitian menggunakan kamera

ponsel dengan merk Oppo A57 (14) benih sawi pagoda sebagai bibit

untuk penelitian (15) untuk penanaman sawi pagoda digunakan tanah

pekarangan (16) bahan dasar pembuatan pupuk organik cair digunakan

batang Pisang Kepok dengan kotoran sapi (17) untuk asupan bagi bakteri

dalam proses pembuatan pupuk digunakan gula aren (18) Air untuk

penambahan dalam pembuatan pupuk (19) label sebagai tanda untuk

setiap perlakuan dalam penelitian.


32

E. Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian meliputi perhitungan nornalitas, homogenitas,

analisa varians (ANAVA) satu jalur serta uji lanjut Beda Nyata Terkecil

(BNT).

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya

suatu distribusi data (Supardi, 2013:129-140). Pada penelitian ini uji

normalitas dengan menggunakan uji Liliefors. Uji normalitas

menggunakan uji Liliefors dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

Pertama, menentukan taraf signifikansi (α) yaitu misalkan pada

α=5% (0,05) dengan hipotesis yang akan diuji:

H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

Dengan kriteria pengujian:

Jika Lo= Lhitung < Ltabel terima Ho

Jika Lo= Lhitung > Ltabel tolak Ho

Kedua, lakukan langkah-langkah pengujian normalitas berikut:

a. Data pengamatan Y1, Y2, Y3, ....., Yn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3,

....., Zn dengan menggunakan rumus

Ȳ
Zi = ( )

(dengan Ȳ dan s masing-masing merupakan rerata dan simpangan

baku)
33

b. Untuk setiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar

distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang

F(zi) = P(z ≤ zi)

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3, ....., Zn yang lebih kecil atau

sama dengan zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi) maka

Z1,Z2,Z3,.....,Zn
S(zi) =

d. Hitung selisih F(zi) - S(zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut, sebagai harga Lo atau Lhitung .

Untuk menerima atau menolak hipotesis nol (Ho), dilakukan dengan

cara membandingkan Lo ini dengan nilai Lkritis atau Ltabel yang didapat

dari tabel Liliefors untuk taraf nyata atau signifikansi yang dipilih,

misal α = 0,05.

2. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dalam rangka menguji kesamaan

varians kelompok data. Pengujian homogenitas dengan uji Bartlett

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Sajikan data semua kelompok sampel seperti berikut.

Tabel 3.2 Tabel Format Data Uji Bartlett

No. Resp Data kelompok sampel


A B C ...
1 YA1 YB1 YC1 ...
2 YA2 YB2 YC1 ...
3 YA3 YB3 YC1 ...
. . . . .
. . . . .
. . . . .
34

b. Menghitung rerata (mean) dan varians serta derajat kebebasan atau

(dk)

c. Sajikan dk dan varians (S2) setiap kelompok sampel dalam tabel

pertolongan berikut, serta sekaligus hitung nilai logaritma dari

setiap varians kelompok dan hasil kali dk dengan logaritma varians

dari tiap kelompok sampel.

Tabel 3.3 Penolong Uji Bartlett

Kel Sampel Dk Si2 Log Si2 (dk) Si2 (dk) log Si2
A nA – 1 SA2 Log SA2 (dk) SA2 (dk) log SA2
B nB – 1 SB2 Log SB2 (dk) SB2 (dk) log SB2
C nC – 1 SC2 Log SC2 (dk) SC2 (dk) log SC2
... ... ... ... ... ...
∑ ∑ dk - - ∑(dk)Si2 ∑(dk) log Si2
d. Hitung varians gabungan dari semua kelompok sampel

e. Hitung harga logaritma varians gabungan dan harga satuan Bartlett

(B) dengan rumus:

B = (log S2) ∑ (ni − 1) = (log S2) - ∑ dk

f. Hitung nilai chi-kuadrat (X2hitung), dengan rumus:

X2hitung = (ln 10) (B - ∑ dk. Log Si2)

g. Tentukan harga chi-kuadrat tabel (X2tabel), pada taraf nyata misal α

= 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k-1, yaitu:

X2tabel == X(1-α) (k-1)

(dalam hal ini k= banyaknya kelompok sampel)

h. Menguji hipotesis homogenitas data dengan ca

i. ra membandingkan nilai X2hitung dengan X2tabel.

Kriteria pengujian adalah:


35

Tolak H0 jika X2hitung > X2 (1-α) (k-1) atau X2hitung > X2tabel

Terima H0 jika X2hitung < X2 (1-α) (k-1) atau X2hitung < X2tabel

3. Uji anava satu jalur

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen atau ekspose facto

terdiri atas satu variable bebas (treatment) dengan satu variable

terikat, hanya saja terdiri atas lebih dari dua kelompok treatmen/

perlakuan maka analisis datanya menggunakan analisi of varians

(ANOVA) atau di indonesiakan menjadi ANAVA (analisis varian )

satu jalur.dalam anava satu jalur, ada dua jenis hipotesis penelitian

yang perlu di uji yaitu:

a. Hipotesis maun effeck

b. Hipotesis simple effeck

Hipotesis main effeck hanya ada satu buah, yaitu hipotesis dari

pengaruh variable treatmen, terhadap variable terikat

(kriterium).secara umum langkah-langkah proses pengujian ANAVA

satu jalur sebagai berikut:Buatlah table dasar, yaitu tabel yang

berisikan skor data mentah (raw data), seperti :

Tabel 3.4 Skor data mentah


Kelompok A Kelompok B Kelompok C
YA1 YB1 YC1
YA2 YB2 YC2
YA3 YB3 YC3
…. …. ….
YAn YBn YCn

a. Tentukan ukuran-ukuran statistic dari tiap data yang di perlukan

untuk perhitungan ANAVA, meliputi: n, ∑ Y, ∑Y2 , Ȳ. Ukuran-


36

ukuran ini dapat di sjikan satu tabel dengan tabel dasar di atas,

sehingga bentuknya menjadi:

Tabel 3.5 Tabel dasar anava


Ukuran Kelompok Kelompok Kelompok Total
statistic A B C (∑)
YA1 YB1 YC1
YA2 YB2 YC2
YA3 YB3 YC3
. . .
YAn YBn Ycn
N nA Nb nC n1= nA + nB + nC
∑Y ∑YA ∑YB ∑YC ∑Y1 = ∑YA +
∑YB + ∑YC
∑Y2 ∑Y2A ∑Y2B ∑Y2C ∑Y2T = ∑Y2A +
∑Y2B + ∑Y2C∑
Ȳ ȲA ȲB ȲC

b. Buatlah format table ringkasan ANAVA satu jalur, seperti berikut

Tabel 3.5 Ringkasan anava


Sumber varians Db Jk RJK Fhitung Ftabel
{S2}
Kelompok {A} db{A} JK{A} RJK{A} Fn F1
Dalam {D} db{D} JK{D] RJK{D} - -
Total di db{TR} JK[TR] - -
koreksi{TR}

c. Rumus-rumus untuk menentukan ukuran-ukuran dalam table

ringkasan ANAVA

1) Tentukan derajat bebas setiap sumber varian, yaitu:

a. db{TR} = nr – 1

b. db{A } = k – 1

c. db{D } = nr – k

2) Hitunglah jumlah kuadrat (JK) setiap sumber varian:


a. RJK{TR} = ∑YT2 − ( )2
37

∑ ( )²
b. JK {A} = ∑ ( ¡
)

c. JK {D} = JK{TR} – JK {K}

3) Hitunglah rerata jumlah kuadrat (RJK) atau Varian (S2) Dari

sumber varian yang di perlukan

{ }
a. RJK{A} =
{ }

{ }
b. RJK{D} ==
{ }

4) Menghitung nilaI Fh (Fhitung)

{ }
Fh =
{ }

5) Menentukan harga F table

Ft = F (a, dk1, dk2) =F(a,,db,(k),db,(D)) =F(a,(k−1).(nr−k))

d. Pengujian hipotesis main effeck

Hipotesis yang di uji, yaitu:

H0: tidak terpengaruh variable treatment terhadap variable criteria

H1 : terdapat pengaruh variable treatment terhadap variable

criteria.

kriteria pengujian:

−Terima H0, jika Fhitung < Ftabel, dan

−Tolak H0, jika Fhitung > Ftabel


38

F. Hipotesis Statistik

Adapun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan dari pemberian pupuk organik cair

campuran batang pisang kepok dengan kotoran sapi terhadap pertumbuhan

dan produktivitas tanaman pagoda (Brassica narinosa).

H1 = Ada pengaruh yang signifikan dari pemberian pupuk organik cair

campuran batang pisang kepok dengan kotoran sapi terhadap pertumbuhan

dan produktivitas tanaman pagoda (Brassica narinosa).

Kriteria pengujian hipotesis statistik menurut Hartanto (2005: 10)

a. Jika Fhit>Ftab Ada pengaruh dari penggunaan pupuk organik cair

campuran batang Pisang Kepok dengan kotoran sapi terhadap tinggi,

jumlah helai daun, diameter batang dan berat basah tanaman sawi pagoda

(Brassica narinosa).

b. Jika Fhit>Ftab Tidak ada pengaruh dari penggunaan pupuk organik

cair campuran batang Pisang Kepok dengan kotoran sapi terhadap tinggi,

jumlah helai daun, diameter batang dan berat basah tanaman sawi pagoda

(Brassica narinosa).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian dengan judul pengaruh pupuk organik cair campuran

pelepah batang pisang kepok dengan kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan

produktivitas tanaman pagoda (brassica narinosa) yang dilaksanakan pada

tanggal 18 juli sampai dengan 9 september 2018 dengan perlakukan P0 (tanpa

pupuk cair), P1 (20 ml POC), P2 (40 ml POC), P3 (60 ml POC) dan P4 (80

ml POC). Pemberian pupuk cair pelepah batang pisang kepok dengan kotoran

sapi pada tanaman pagoda dengan konsentrasi berbeda pada masing-masing

parameter yang diamati pada penelitian ini meliputi tinggi tanaman pagoda,

jumlah daun tanaman pagoda, lebar daun tanaman pagoda dan berat basah

tanaman pagoda setelah panen.

1. Tinggi Tanaman Pagoda

Tinggi tanaman di ukur dengan penggaris. Satuan untuk

pengukuran tinggi tanaman menggunakan satuan centi meter (cm).

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi

tanaman dari pangkal batang di atas permukaan tanah sampai titik

tertinggi tanaman. Pengukuran dilakukan pada umur 15, 22, 29, 36 dan

42 hari setelah pindah tanam (HST). Peningkatan pertumbuhan tinggi

tanaman pagoda dapat dilihat pada tabel 4.1

39
40

Tabel 4.1.
Rata-Rata Tinggi Tanaman Pagoda

Perlakuan 7 HST 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST


P0 1,54 2,48 6,12 14,12 15,06 15,78
P1 1,56 2,48 7,12 16,28 17,32 18,20
P2 1,52 2,48 7,94 17,92 19,46 21,00
P3 1,52 2,50 10,30 23,14 25,68 28,40
P4 1,54 2,50 9,72 21,88 24,28 26,74

Rata-rata tinggi tanaman pagoda untuk setiap perlakukan

menunjukkan peningkatan terhadap waktu. Dari hasil penelitian ini

didapat pertumbuhan yang paling tinggi adalah pada perlakuan P3 hal ini

dapat dilihat pada gambar 4.1.

P0 P1 P2 P3 P4

30

25
Tinggi Tanaman

20

15

10

0
0 10 20 30 40 50
Umur Tanaman, HST

Gambar 4.1 Perbandingan Tinggi Tanaman berdasarkan umur.

Berdasarkan gambar 4.1 didapat bahwa pemberian pupuk organik

cair pelepah pisang kepok dengan kotoran sapi mempengaruhi

pertumbuhan tinggi tanaman pagoda yang berbeda perlakuan.

Hasil uji normalitas menggunakan uji Liliefors dengan taraf

signifikan α =0,05 didapat bahwa nilai L0=0,1412 sedangkan Ltabel

=0,18. Karena L0 < Ltabel maka data berdistribusi normal.


41

Hasil uji Homogenitas menggunakan uji Bartlett dengan taraf

signifikan α =0,05 dan Chi-square didapat bahwa nilai χ2 =3,537

sedangkan χ2tabel =0,7107. Karena χ2 > χ2 tabel maka data homogen.

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas telah memenuhi

persyaratan untuk uji Anava satu jalur. Berdasarkan uji Anava satu jalur

didapat nilai F = 270,6 sedangkan F tabel = 2,866 hal ini menunjukan

bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, hal ini menunjukan bahwa ada

perbedaan yang signifikan untuk masing-masing perlakuan.

2. Jumlah Daun Tanaman Pagoda

Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung

banyaknya daun yang telah terbuka sempurna setelah tanaman berumur

15, 22, 29, 36 dan 42 hari setelah pindah tanam (HST). Peningkatan

pertumbuhan jumlah daun tanaman pagoda dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2.
Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Pagoda

Perlakuan 7 HST 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST


P0 2 2 2,2 4,6 15,2 20,2
P1 2 2 2 4,8 15,4 23,4
P2 2 2 2 4,8 15,6 26,2
P3 2 2 2,2 4,6 23,8 37,4
P4 2 2 2,4 4,8 18,8 30,4
Rata-rata jumlah daun tanaman pagoda untuk setiap perlakukan

menunjukkan peningkatan terhadap waktu. Dari hasil penelitian ini

didapat pertumbuhan yang paling tinggi adalah pada perlakuan P3 hal ini

dapat dilihat pada gambar 4.2.


42

P0 P1 P2 P3 P4

40
35
30
Jumlah Daun 25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50
Umur Tanaman , HST

Gambar 4.2 Perbandingan Lebar Daun Tanaman berdasarkan umur.

Berdasarkan gambar 4.2 didapat bahwa pemberian pupuk organik

cair pelepah pisang kepok dengan kotoran sapi mempengaruhi

pertumbuhan jumlah daun tanaman pagoda yang berbeda perlakuan.

Hasil uji normalitas menggunakan uji Liliefors dengan taraf

signifikan α =0,05 didapat bahwa nilai L0=0,134 sedangkan Ltabel =0,18.

Karena L0 < Ltabel maka data berdistribusi normal.

Hasil uji Homogenitas menggunakan uji Bartlett dengan taraf

signifikan α =0,05 dan Chi-square didapat bahwa nilai χ2 =2,343

sedangkan χ2tabel =0,7107. Karena χ2 > χ2 tabel maka data homogen.

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas telah memenuhi

persyaratan untuk uji Anava satu jalur. Berdasarkan uji Anava satu jalur

didapat nilai F = 52,291 sedangkan F tabel = 2,866 hal ini menunjukan

bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, hal ini menunjukan bahwa ada

perbedaan yang signifikan untuk masing-masing perlakuan.


43

3. Lebar Daun Tanaman Pagoda

Lebar daun di ukur dengan penggaris. Pengukuran dilakukan pada

umur 15,22,29,36 dan 42 hari setelah pindah tanam (HST). Peningkatan

pertumbuhan lebar daun tanaman pagoda dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3.
Rata-Rata Lebar Daun Tanaman Pagoda

Perlakuan 7 HST 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST


P0 0,1 0,2 0,275 0,575 1,89 2,52
P1 0,1 0,2 0,25 0,6 1,915 2,90
P2 0,1 0,2 0,25 0,6 1,95 3,24
P3 0,1 0,2 0,275 0,575 2,975 4,66
P4 0,1 0,2 0,3 0,6 2,35 3,76
Rata-rata lebar daun tanaman pagoda untuk setiap perlakukan

menunjukkan peningkatan terhadap waktu. Dari hasil penelitian ini

didapat pertumbuhan yang paling tinggi adalah pada perlakuan P3 hal ini

dapat dilihat pada gambar 4.3.

P0 P1 P2 P3 P4

5
4,5
4
3,5
Lebar Daun

3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
0 10 20 30 40 50
Umur Tanaman, HST

Gambar 4.3 Perbandingan Lebar Daun Tanaman berdasarkan umur.


44

Berdasarkan gambar 4.3 didapat bahwa pemberian pupuk organik

cair pelepah pisang kepok dengan kotoran sapi mempengaruhi

pertumbuhan lebar daun tanaman pagoda yang berbeda perlakuan.

Hasil uji normalitas menggunakan uji Liliefors dengan taraf

signifikan α =0,05 didapat bahwa nilai L0=0,136 sedangkan Ltabel =0,18.

Karena L0 < Ltabel maka data berdistribusi normal.

Hasil uji Homogenitas menggunakan uji Bartlett dengan taraf

signifikan α =0,05 dan Chi-square didapat bahwa nilai χ2 =3,785

sedangkan χ2tabel =0,7107. Karena χ2 > χ2 tabel maka data homogen.

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas telah memenuhi

persyaratan untuk uji Anava satu jalur. Berdasarkan uji Anava satu jalur

didapat nilai F = 50,695 sedangkan F tabel = 2,866 hal ini menunjukan

bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, hal ini menunjukan bahwa ada

perbedaan yang signifikan untuk masing-masing perlakuan.

4. Berat Basah Tanaman Pagoda

Pengamatan berat basah di lakukan dengan cara menimbang berat

tanaman setelah pasca panen dengan menggunakan timbangan. Barat

basah tanaman pagoda untuk masing-masing perlakuan dapat dilihat pada

tabel 4.4

Tabel 4.4.
Berat Basah Tanaman Pagoda

Perlakuan Berat Rata-rata Terendah Tertinggi


P0 65,3 63,8 67,0
P1 78,14 70,0 89,0
P2 93,46 80,3 101,0
P3 143,06 132,8 164,0
P4 100,06 91,2 105,0
45

Dari hasil penelitian ini didapat berat basah tertinggi adalah pada

perlakuan P3 hal ini dapat dilihat pada gambar 4.4.

160

140

120

100
Berat Basah

80

60

40

20

0
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan

Gambar 4.4 Berat BasahTanaman untuk setiap Perlakuan.

Berdasarkan gambar 4.4 didapat bahwa pemberian pupuk organik

cair pelepah pisang kepok dengan kotoran sapi mempengaruhi berat

basah tanaman pagoda yang berbeda perlakuan.

Hasil uji normalitas menggunakan uji Liliefors dengan taraf

signifikan α =0,05 didapat bahwa nilai L0=0,174 sedangkan Ltabel =0,18.

Karena L0 < Ltabel maka data berdistribusi normal.

Hasil uji Homogenitas menggunakan uji Bartlett dengan taraf

signifikan α =0,05 dan Chi-square didapat bahwa nilai χ2 =12,3886

sedangkan χ2tabel =0,7107. Karena χ2 > χ2 tabel maka data homogen.

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas telah memenuhi

persyaratan untuk uji Anava satu jalur. Berdasarkan uji Anava satu jalur

didapat nilai F = 66,497 sedangkan F tabel = 2,866 hal ini menunjukan


46

bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, hal ini menunjukan bahwa ada

perbedaan yang signifikan untuk masing-masing perlakuan.

B. Pembahasan

Hasil penelitian dengan tujuan untuk melihat pengaruh pupuk organik

cair pelepah pisang kepok dan kotoran sapi pada berbagai perlakuan terhadap

tanaman pagoda pada berbagai parameter. Parameter yang diamati adalah

tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun dan berat basah tanaman.

1. Tinggi Tanaman Pagoda

Tinggi tanaman pagoda pada perlakuan P3 dengan konsentrasi

pupuk organik cair pelepah pisang kepok dan kotoran sapi sebesar 60 ml

merupakan konsentrasi optimum pemakaian pupuk organik jika

dibandingkan dengan perlakuan yang lain dengan rata-rata tinggi

tanaman 28,4 cm. Hal ini menunjukkan bahwa penyiraman tanaman

dengan pupuk organik cair mempengaruhi tinggi tanaman. Adanya

pengaruh penyiraman pupuk terhadap tanaman pagoda dapat dijelaskan

bahwa pupuk organik cair mengadung unsur hara yang dibutuhkan oleh

tanaman pagoda untuk menambahkan tingginya. Keseluruhan unsur hara

yang diserap mampu mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman

pagoda.

Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan

tinggi tanaman pada perlakuan yang diberi pupuk organik cair hal ini

karena pupuk tersebut mengandung unsur hara N, P, K, yang dibutuhkan

tanaman untuk proses fisiologi dan metabolisme dalam tanaman yang


47

akan memicu pertumbuhan dan tinggi tanaman. Menurut Hapsari (2013)

dalam Agusta (2017: 48) Unsur hara makro dan mikro sangat dibutuhkan

untuk pertumbuhan tanaman. Fungsi unsur hara makro diantaranya

nitrogen (N), yang berfungsi merangsang pertumbuhan tanaman secara

keseluruhan, untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman.

2. Jumlah Daun Tanaman Pagoda

Jumlah daun tanaman pagoda pada perlakuan P3 dengan

konsentrasi pupuk organik cair pelepah pisang kepok dan kotoran sapi

sebesar 60 ml merupakan konsentrasi optimum pemakaian pupuk organik

jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain dengan rata-rata jumlah

daun 37,4 lembar. Hal ini menunjukkan bahwa penyiraman tanaman

dengan pupuk organik cair mempengaruhi jumlah daun tanaman. Adanya

pengaruh penyiraman pupuk terhadap jumlah daun tanaman pagoda

dapat dijelaskan bahwa pupuk organik cair mengadung unsur hara yang

dibutuhkan oleh tanaman pagoda untuk memperbanyak jumlah daunnya.

Keseluruhan unsur hara yang diserap mampu mempengaruhi

pertumbuhan jumlah daun tanaman pagoda.

Pembentukan daun oleh tanaman sangat dipengaruhi oleh

ketersediaan unsur hara nitrogen (N) dan fosfor (P) pada medium dan

yang tersedia bagi tanaman. Kedua unsur ini berperan dalam

pembentukan sel-sel baru dan komponen utama penyusun senyawa

organik dalam tanaman seperti asam amino, asam nukleat, klorofil, ADP

dan ATP (Oviyanti, 2016:64).


48

3. Lebar Daun Tanaman Pagoda

Lebar daun tanaman pagoda pada perlakuan P3 dengan

konsentrasi pupuk organik cair pelepah pisang kepok dan kotoran sapi

sebesar 60 ml merupakan konsentrasi optimum pemakaian pupuk organik

jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain dengan rata-rata lebar

daun 4,66 cm. Hal ini menunjukkan bahwa penyiraman tanaman dengan

pupuk organik cair mempengaruhi lebar daun tanaman pagoda. Adanya

pengaruh penyiraman pupuk terhadap lebar daun tanaman pagoda dapat

dijelaskan bahwa pupuk organik cair mengadung unsur hara yang

dibutuhkan oleh tanaman pagoda untuk memperlebar daunnya.

Keseluruhan unsur hara yang diserap mampu mempengaruhi

pertumbuhan lebar daun tanaman pagoda.

Menurut Latarang (2006:268) petumbuhan lebar daun sangat

ditentukan oleh jumlah dan ukuran sel, juga dipengaruhi oleh unsur hara

yang diserap akar untuk dijadikan sebagai bahan makanan. Unsur

nitrogen berfungsi sebagai penyusun enzim dan molekul kholofil dan

fosfor berperan aktif dalam mentransfer energi didalam sel tanaman.

Selanjutnya dengan meningkatnya khlorofil, hasil fotosintesis yang

terbentuk semakin besar dan mendorong pembelahan sel dan diferensial

sel yang berdampak membesar atau memperlebar daun tanaman.

4. Berat Basah Tanaman Pagoda

Berat Basah tanaman pagoda pada perlakuan P3 dengan

konsentrasi pupuk organik cair pelepah pisang kepok dan kotoran sapi

sebesar 60 ml merupakan konsentrasi optimum pemakaian pupuk organik


49

jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain dengan rata-rata berat

basah tanaman pagoda 143,06 gram. Hal ini menunjukkan bahwa

penyiraman tanaman dengan pupuk organik cair mempengaruhi berat

basah tanaman pagoda. Adanya pengaruh penyiraman pupuk terhadap

berat basah tanaman pagoda dapat dijelaskan bahwa pupuk organik cair

mengadung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman pagoda untuk

memperlebar daunnya. Keseluruhan unsur hara yang diserap mampu

mempengaruhi pertumbuhan berat basah tanaman pagoda.

Dari hasil penelitian ini menujukkan bahwa pemupukan tanaman

pagoda dengan pupuk organik cair pelepah pisang kepok dan kotoran

sapi berpengaruh pada berbagai perlakuan terhadap tanaman pagoda pada

berbagai parameter. Hal ini menunjukan bahwa secara keseluruhan

pupuk organik cair mampu mempengaruhi pertumbuhan tanaman pagoda

secara keseluruhan disebakan pupuk organik cair pelepah pisang kepok

dan kotoran sapi dapat memenuhi kubutuhan unsur hara tanaman pagoda.

Pupuk organik nerupakan pupuk yang terbuat dari bahan-bahan

alami yang dapat diperbaharui, didaur ulang dan dirombak dengan

bantuan mikroorganisme dekomposer seperti bakteri dan cendawan

menjadi unsur-unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Pupuk

organik dapat berupa pupuk cair dan padat. Untuk memudahkan unsur

hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik dapat dibuat

menjadi pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair lebih mudah diserap oleh

tanaman karena unsur-unsur didalamnya sudah terurai. Tanaman

menyerap hara terutama melalui akar, namun daun juga mempunyai


50

kemampuan untuk menyerap unsur hara tersebut. Sehingga pupuk cair

juga bermanfaat tidak hanya disekitar tanaman tetapi juga diatas daun-

daun. Penggunaan pupuk cair sangat bermanfaat sebagai : memupuk

tanaman, menyiram tanaman, dan mengobati tanaman. (Suprihatin,

2011:429-430).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh penambahan pupuk organik cair pelepah pisang kepaok

dan kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman pagoda.

Perlakuan P3 dengan konsentarsi 60 ml merupakan perlakuan optimal

terhadap parameter tinggi batang, jumlah daun, lebar daun dan berat basah

tanaman pagoda.

B. Saran

1. Pemanfaatan limbah batang pisang kepok dan kotoran sapi sebagai pupuk

organik perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga dapat

ditingkatkan menjadi salah satu komoditas yang dapat meningkatkan

pendapatan petani.

2. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan terhadap tanaman lain atau

parameter yang berbeda

51
TABEL VALIDASI ALAT DAN BAHAN

Kondisi Alat dan Bahan


No Alat Dan Bahan Kegunaan Ukuran
Baik Tidak
1 polybag Tempat Menanam Tanaman 3 kg
Penelitian
2 cangkul Mengambil dan Mengaduk
tanah
3 botol plastik tempat menyimpan pupuk 1 liter
organik cair
4 tali rafia Untuk mengikat

5 gelas ukur mengukur volume EM-4 100 ml

6 gelas ukur Untuk Mengukur Volume 1000 ml


Air
7 ember plastik Tempat Fermentasi

8 mistar Mengukur tinggi dan lebar 30 cm


daun Tanaman
9 timbangan degital Untuk Mengukur Berat
Basah Tanaman
10 alat tulis Untuk Mencatat hasil
Penelitian
11 kamera ponsel Untuk mendokumentasi
kegiatan penelitian
12 benih sawi pagoda Benih penelitian

13 tanah Media Tanam

14 batang Pisang Bahan baku Pupuk Organik


Kepok Cair
15 kotoran sapi Bahan baku Pupuk Organik
Cair
16 gula aren Bahan aditif
Kondisi Alat dan Bahan
No Alat Dan Bahan Kegunaan Ukuran
Baik Tidak
17 Air Bahan aditif

18 label Lebel polibag

19 Aktivator EM-4 Bahan aditif

Lubuklinggau, Juli 2018


Validator

Hj. Ivoni Susanti, M.Pd.Si


LAMPIRAN A
A. Denah Lokasi Menurut Menurut Rancangan Acak Lengkap

P0U2 P1U3 P2U5 P3U1 P4U4

P0U4 P1U4 P2U3 P3U5 P4U2

P0U5 P1U2 P2U1 P3U3 P4U3

P0U1 P1U5 P1U4 P3U2 P4U1

P0U3 P1U1 P1U2 P3U4 P4U5


A. Data Pengamatan
1. Tinggi Tanaman Pagoda
PENGULANGAN (7 HST)
PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 1,5 1,6 1,5 1,5 1,6 1,54
P1 1,6 1,5 1,5 1,7 1,5 1,56
P2 1,5 1,5 1,6 1,5 1,5 1,52
P3 1,6 1,5 1,5 1,5 1,5 1,52
P4 1,5 1,5 1,5 1,5 1,7 1,54

PENGULANGAN (14 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 2,4 2,5 2,6 2,5 2,4 2,48
P1 2,5 2,4 2,5 2,5 2,5 2,48
P2 2,5 2,4 2,5 2,6 2,4 2,48
P3 2,5 2,5 2,6 2,4 2,5 2,5
P4 2,6 2,4 2,5 2,6 2,4 2,5

PENGULANGAN (21 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 6 6,3 5,8 6,2 6,3 6,12
P1 6,9 7,1 7,1 7,2 7,3 7,12
P2 7,8 8,1 8,2 7,7 7,9 7,94
P3 10 10,3 10,4 10,3 10,5 10,3
P4 9,6 9,7 9,8 9,6 9,9 9,72

PENGULANGAN (28 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 13,8 14,3 13,6 14,4 14,5 14,12
P1 15,8 16,1 16,3 16,6 16,6 16,28
P2 17,7 18,3 18,3 17,5 17,8 17,92
P3 22,8 23,1 23,3 23,1 23,4 23,14
P4 21,6 21,6 22,3 21,4 22,5 21,88

PENGULANGAN (35 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 14,8 15,5 14,3 15,1 15,6 15,06
P1 16,9 17,3 17,4 17,7 17,3 17,32
P2 19,4 20 20,1 18,9 18,9 19,46
P3 25,4 25,7 25,8 25,6 25,9 25,68
P4 23,9 23,8 24,8 23,6 25,3 24,28

PENGULANGAN (42 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 15,8 15,5 15 15,9 16,7 15,78
P1 16,7 18,6 18,6 19 18,1 18,2
P2 21,2 21,7 21,6 20,4 20,1 21
P3 28 28,4 28,4 28,2 29 28,4
P4 26,3 26,1 27,3 25,9 28,1 26,74
2. Jumlah Daun Tanaman Pagoda
PENGULANGAN (7 HST)
PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 2 2 2 2 2 2
P1 2 2 2 2 2 2
P2 2 2 2 2 2 2
P3 2 2 2 2 2 2
P4 2 2 2 2 2 2

PENGULANGAN (14 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 2 2 2 2 2 2
P1 2 2 2 2 2 2
P2 2 2 2 2 2 2
P3 2 2 2 2 2 2
P4 2 2 2 2 2 2

PENGULANGAN (21 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 2 3 2 2 2 2,2
P1 2 2 2 2 2 2
P2 2 2 2 2 2 2
P3 2 2 2 3 2 2,2
P4 3 2 3 2 2 2,4

PENGULANGAN (28 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 4 5 5 5 4 4,6
P1 5 5 5 4 5 4,8
P2 5 4 5 5 5 4,8
P3 4 5 5 4 5 4,6
P4 5 5 4 5 5 4,8

PENGULANGAN (35 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 14 15 13 18 16 15,2
P1 14 17 18 11 17 15,4
P2 17 15 10 20 16 15,6
P3 22 25 28 23 21 23,8
P4 18 20 21 20 15 18,8

PENGULANGAN (42 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 20 19 19 22 21 20,2
P1 22 25 25 20 25 23,4
P2 28 25 22 28 28 26,2
P3 36 38 40 36 37 37,4
P4 30 32 31 32 27 30,4
3. Lebar Daun Tanaman Pagoda
PENGULANGAN (7 HST)
PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
P1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
P2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
P3 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
P4 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

PENGULANGAN (14 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
P1 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
P2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
P3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
P4 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

PENGULANGAN (21 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 0,3 0,4 0,3 0,3 0,3 0,275
P1 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,25
P2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,25
P3 0,3 0,3 0,3 0,4 0,3 0,275
P4 0,4 0,3 0,4 0,3 0,3 0,3

PENGULANGAN (28 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 0,5 0,6 0,6 0,6 0,5 0,575
P1 0,6 0,6 0,6 0,5 0,6 0,6
P2 0,6 0,5 0,6 0,6 0,6 0,6
P3 0,5 0,6 0,6 0,5 0,6 0,575
P4 0,6 0,6 0,5 0,6 0,6 0,6

PENGULANGAN (35 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 1,7 1,9 1,6 2,3 2,0 1,89
P1 1,7 2,1 2,3 1,4 2,1 1,915
P2 2,1 1,9 1,3 2,5 2,0 1,95
P3 2,8 3,1 3,5 2,9 2,6 2,975
P4 2,3 2,5 2,6 2,5 1,9 2,35

PENGULANGAN (42 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 2,5 2,4 2,4 2,7 2,6 2,52
P1 2,7 3,1 3,1 2,5 3,1 2,9
P2 3,5 3,1 2,7 3,5 3,4 3,24
P3 4,5 4,7 5,0 4,5 4,6 4,66
P4 3,7 4,0 3,8 4,0 3,3 3,76
4. Berat Basah Tanaman Pagoda

PENGULANGAN (42 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 67,0 64,0 63,8 67,0 64,7 65,3
P1 89,0 78,0 73,7 80,0 70,0 78,14
P2 80,3 98,0 98,0 101,0 90,0 93,46
P3 132,8 146,2 164,0 132,8 139,5 143,06
P4 91,2 104,5 96,6 105,0 103,0 100,06
LAMPIRAN B
A. Uji Normalitas
1. Tinggi Tanaman
Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi)
1 15,00 -1,41 0,08 0,04 0,04
2 15,50 -1,31 0,10 0,08 0,02
3 15,80 -1,25 0,11 0,12 0,01
4 15,90 -1,23 0,11 0,16 0,05
5 16,70 -1,07 0,14 0,20 0,06
6 16,70 -1,07 0,14 0,24 0,10
7 18,10 -0,79 0,22 0,28 0,06
8 18,60 -0,69 0,25 0,32 0,07
9 18,60 -0,69 0,25 0,36 0,11
10 19,00 -0,61 0,27 0,40 0,13
11 20,10 -0,39 0,35 0,44 0,09
12 20,40 -0,33 0,37 0,48 0,11
13 21,20 -0,16 0,43 0,52 0,09
14 21,60 -0,08 0,47 0,56 0,09
15 21,70 -0,06 0,47 0,60 0,13
16 25,90 0,78 0,78 0,64 0,14
17 26,10 0,82 0,79 0,68 0,11
18 26,30 0,86 0,80 0,72 0,08
19 27,30 1,06 0,85 0,76 0,09
20 28,00 1,20 0,88 0,80 0,08
21 28,10 1,22 0,89 0,84 0,05
22 28,20 1,24 0,89 0,88 0,01
23 28,40 1,28 0,90 0,92 0,02
24 28,40 1,28 0,90 0,96 0,06
25 29,00 1,40 0,92 1,00 0,08
∑ 550,60
Ave 22,02
SD 4,99427005
L 0,1412
L tabel 0,1800
2. Jumlah Daun Tanaman
Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi)
1 19,00 -1,34 0,09 0,04 0,05
2 19,00 -1,34 0,09 0,08 0,01
3 20,00 -1,18 0,12 0,12 0,00
4 20,00 -1,18 0,12 0,16 0,04
5 21,00 -1,02 0,15 0,20 0,05
6 22,00 -0,87 0,19 0,24 0,05
7 22,00 -0,87 0,19 0,28 0,09
8 22,00 -0,87 0,19 0,32 0,13
9 25,00 -0,40 0,35 0,36 0,01
10 25,00 -0,40 0,35 0,40 0,05
11 25,00 -0,40 0,35 0,44 0,09
12 25,00 -0,40 0,35 0,48 0,13
13 27,00 -0,08 0,47 0,52 0,05
14 28,00 0,08 0,53 0,56 0,03
15 28,00 0,08 0,53 0,60 0,07
16 28,00 0,08 0,53 0,64 0,11
17 30,00 0,39 0,65 0,68 0,03
18 31,00 0,55 0,71 0,72 0,01
19 32,00 0,70 0,76 0,76 0,00
20 32,00 0,70 0,76 0,80 0,04
21 36,00 1,33 0,91 0,84 0,07
22 36,00 1,33 0,91 0,88 0,03
23 37,00 1,49 0,93 0,92 0,01
24 38,00 1,64 0,95 0,96 0,01
25 40,00 1,96 0,97 1,00 0,03
∑ 688,00
Ave 27,52
SD 6,37782617
L 0,1336
L tabel 0,1800
3. Lebar Daun Tanaman
Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi)
1 2,40 -1,28 0,10 0,04 0,06
2 2,40 -1,28 0,10 0,08 0,02
3 2,50 -1,15 0,12 0,12 0,00
4 2,50 -1,15 0,12 0,16 0,04
5 2,60 -1,03 0,15 0,20 0,05
6 2,70 -0,90 0,18 0,24 0,06
7 2,70 -0,90 0,18 0,28 0,10
8 2,70 -0,90 0,18 0,32 0,14
9 3,10 -0,40 0,35 0,36 0,01
10 3,10 -0,40 0,35 0,40 0,05
11 3,10 -0,40 0,35 0,44 0,09
12 3,10 -0,40 0,35 0,48 0,13
13 3,30 -0,15 0,44 0,52 0,08
14 3,40 -0,02 0,49 0,56 0,07
15 3,50 0,11 0,54 0,60 0,06
16 3,50 0,11 0,54 0,64 0,10
17 3,70 0,36 0,64 0,68 0,04
18 3,80 0,48 0,69 0,72 0,03
19 4,00 0,73 0,77 0,76 0,01
20 4,00 0,73 0,77 0,80 0,03
21 4,50 1,36 0,91 0,84 0,07
22 4,50 1,36 0,91 0,88 0,03
23 4,60 1,49 0,93 0,92 0,01
24 4,70 1,61 0,95 0,96 0,01
25 5,00 1,99 0,98 1,00 0,02
∑ 85,40
Ave 3,42
SD 0,79565487
L 0,1359
L tabel 0,1800
4. Berat Basah
Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi)
1 63,80 -1,15 0,13 0,04 0,09
2 64,00 -1,14 0,13 0,08 0,05
3 64,70 -1,12 0,13 0,12 0,01
4 67,00 -1,04 0,15 0,16 0,01
5 67,00 -1,04 0,15 0,20 0,05
6 70,00 -0,93 0,18 0,24 0,06
7 73,70 -0,80 0,21 0,28 0,07
8 78,00 -0,64 0,26 0,32 0,06
9 80,00 -0,57 0,28 0,36 0,08
10 80,30 -0,56 0,29 0,40 0,11
11 89,00 -0,25 0,40 0,44 0,04
12 90,00 -0,21 0,42 0,48 0,06
13 91,20 -0,17 0,43 0,52 0,09
14 96,60 0,02 0,51 0,56 0,05
15 98,00 0,07 0,53 0,60 0,07
16 98,00 0,07 0,53 0,64 0,11
17 101,00 0,18 0,57 0,68 0,11
18 103,00 0,25 0,60 0,72 0,12
19 104,50 0,30 0,62 0,76 0,14
20 105,00 0,32 0,63 0,80 0,17
21 132,80 1,31 0,91 0,84 0,07
22 132,80 1,31 0,91 0,88 0,03
23 139,50 1,55 0,94 0,92 0,02
24 146,20 1,79 0,96 0,96 0,00
25 164,00 2,43 0,99 1,00 0,01
∑ 2400,10
Ave 96,00
SD 27,9960783
L 0,1740
L tabel 0,1800
B. Uji Homogenitas
1. Tinggi Tanaman
1 2 3 4 5 Si^2
P0 15,8 15,5 15 15,9 16,7
Ṕ0
P0- 0,02 -0,28 -0,78 0,12 0,92
Ṕ0)^2
(P0- 0,0004 0,0784 0,6084 0,0144 0,8464 0,387
P1 16,7 18,6 18,6 19 18,1
Ṕ1
P1- -1,5 0,4 0,4 0,8 -0,1
Ṕ1)^2
(P1- 2,25 0,16 0,16 0,64 0,01 0,805
P2 21,2 21,7 21,6 20,4 20,1
Ṕ2
P2- 0,2 0,7 0,6 -0,6 -0,9
Ṕ2)^2
(P2- 0,04 0,49 0,36 0,36 0,81 0,515
P3 28 28,4 28,4 28,2 29
Ṕ3
P3- -0,4 0 0 -0,2 0,6
Ṕ3)^2
(P3- 0,16 0 0 0,04 0,36 0,140
P4 26,3 26,1 27,3 25,9 28,1
Ṕ4
P4- -0,44 -0,64 0,56 -0,84 1,36
Ṕ4)^2
(P4- 0,1936 0,4096 0,3136 0,7056 1,8496 0,868

Dk Si2 Log (S2) Dk*S2 Dk*Log (S2)


P0 4 0,387 -0,412 1,548 -1,649
P1 4 0,805 -0,094 3,220 -0,377
P2 4 0,515 -0,288 2,060 -1,153
P3 4 0,140 -0,854 0,560 -3,415
P4 4 0,868 -0,061 3,472 -0,246
20 2,715 -1,710 10,860 -6,840
S2 0,543
Log (S2) -0,265
B -5,304
ln 10 2,303
X2 3,537
X2 Tabel 0,711
2. Jumlah Daun Tanaman
1 2 3 4 5 Si^2
P0 20 19 19 22 21
Ṕ0
P0- -0,2 -1,2 -1,2 1,8 0,8
Ṕ0)^2
(P0- 0,04 1,44 1,44 3,24 0,64 1,700
P1 22 25 25 20 25
Ṕ1
P1- -1,4 1,6 1,6 -3,4 1,6
Ṕ1)^2
(P1- 1,96 2,56 2,56 11,56 2,56 5,300
P2 28 25 22 28 28
Ṕ2
P2- 1,8 -1,2 -4,2 1,8 1,8
Ṕ2)^2
(P2- 3,24 1,44 17,64 3,24 3,24 7,200
P3 36 38 40 36 37
Ṕ3
P3- -1,4 0,6 2,6 -1,4 -0,4
Ṕ3)^2
(P3- 1,96 0,36 6,76 1,96 0,16 2,800
P4 30 32 31 32 27
Ṕ4
P4- -0,4 1,6 0,6 1,6 -3,4
Ṕ4)^2
(P4- 0,16 2,56 0,36 2,56 11,56 4,300

Dk Si2 Log (S2) Dk*S2 Dk*Log (S2)


P0 4 1,700 0,230 6,800 0,922
P1 4 5,300 0,724 21,200 2,897
P2 4 7,200 0,857 28,800 3,429
P3 4 2,800 0,447 11,200 1,789
P4 4 4,300 0,633 17,200 2,534
20 21,300 2,893 85,200 11,571
S2 4,260
Log (S2) 0,629
B 12,588
ln 10 2,303
X2 2,343
X2 Tabel 0,711
3. Lebar Daun Tanaman
1 2 3 4 5 Si^2
P0 2,5 2,4 2,4 2,7 2,6
Ṕ0
P0- -0,02 -0,12 -0,12 0,18 0,08
Ṕ0)^2
(P0- 0,0004 0,0144 0,0144 0,0324 0,0064 0,017
P1 2,7 3,1 3,1 2,5 3,1
Ṕ1
P1- -0,2 0,2 0,2 -0,4 0,2
Ṕ1)^2
(P1- 0,04 0,04 0,04 0,16 0,04 0,080
P2 3,5 3,1 2,7 3,5 3,4
Ṕ2
P2- 0,26 -0,14 -0,54 0,26 0,16
Ṕ2)^2
(P2- 0,0676 0,0196 0,2916 0,0676 0,0256 0,118
P3 4,5 4,7 5 4,5 4,6
Ṕ3
P3- -0,16 0,04 0,34 -0,16 -0,06
Ṕ3)^2
(P3- 0,0256 0,0016 0,1156 0,0256 0,0036 0,043
P4 3,7 4 3,8 4 3,3
Ṕ4
P4- -0,06 0,24 0,04 0,24 -0,46
Ṕ4)^2
(P4- 0,0036 0,0576 0,0016 0,0576 0,2116 0,083

Dk Si2 Log (S2) Dk*S2 Dk*Log (S2)


P0 4 0,017 -1,770 0,068 -7,078
P1 4 0,080 -1,097 0,320 -4,388
P2 4 0,118 -0,928 0,472 -3,712
P3 4 0,043 -1,367 0,172 -5,466
P4 4 0,083 -1,081 0,332 -4,324
20 0,341 -6,242 1,364 -24,968
S2 0,068
Log (S2) -1,166
B -23,324
ln 10 2,303
X2 3,785
X2 Tabel 0,711
4. Berat Basah
1 2 3 4 5 Si^2
P0 67 64 63,8 67 64,7
P0-
Ṕ0 1,7 -1,3 -1,5 1,7 -0,6
Ṕ0)^2
(P0- 2,89 1,69 2,25 2,89 0,36 2,520
P1 89 78 73,7 80 70
Ṕ1
P1- 10,86 -0,14 -4,44 1,86 -8,14
Ṕ1)^2
(P1- 117,9396 0,0196 19,7136 3,4596 66,2596 51,848
P2 80,3 98 98 101 90
Ṕ2
P2- -13,16 4,54 4,54 7,54 -3,46
Ṕ2)^2
(P2- 173,1856 20,6116 20,6116 56,8516 11,9716 70,808
P3 132,8 146,2 164 132,8 139,5
Ṕ3
P3- -10,26 3,14 20,94 -10,26 -3,56
Ṕ3)^2
(P3- 105,2676 9,8596 438,4836 105,2676 12,6736 167,888
P4 91,2 104,5 96,6 105 103
Ṕ4
P4- -8,86 4,44 -3,46 4,94 2,94
Ṕ4)^2
(P4- 78,4996 19,7136 11,9716 24,4036 8,6436 35,808

Dk Si2 Log (S2) Dk*S2 Dk*Log (S2)


P0 4 2,520 0,401 10,080 1,606
P1 4 51,848 1,715 207,392 6,859
P2 4 70,808 1,850 283,232 7,400
P3 4 167,888 2,225 671,552 8,900
P4 4 35,808 1,554 143,232 6,216
20 328,872 7,745 1315,488 30,981
S2 65,774
Log (S2) 1,818
B 36,361
ln 10 2,303
X2 12,389
X2 Tabel 0,711
B. ANAVA
1. Tinggi Tanaman
Pengulangan P0 P1 P2 P3 P4
1 15,8 16,7 21,2 28 26,3
2 15,5 18,6 21,7 28,4 26,1
3 15 18,6 21,6 28,4 27,3
4 15,9 19 20,4 28,2 25,9
5 16,7 18,1 20,1 29 28,1
∑ 78,9 91 105 142 133,7
ave 15,78 18,2 21 28,4 26,74

Trial P0 P1 P2 P3 P4 P0 ^2 P1^2 P2^2 P3^2 P4^2 Xt Xt^2


1 15,8 16,7 21,2 28 26,3 249,64 278,89 449,44 784 691,69 108 2453,66
2 15,5 18,6 21,7 28,4 26,1 240,25 345,96 470,89 806,56 681,21 110,3 2544,87
3 15 18,6 21,6 28,4 27,3 225 345,96 466,56 806,56 745,29 110,9 2589,37
4 15,9 19 20,4 28,2 25,9 252,81 361 416,16 795,24 670,81 109,4 2496,02
5 16,7 18,1 20,1 29 28,1 278,89 327,61 404,01 841 789,61 112 2641,12
∑ 78,9 91 105 142 133,7 1246,59 1659,42 2207,06 4033,36 3578,61 550,6 12725
db(A) 4 JKt 598,626 RKd 0,543
db(D) 24 JKa 587,766 F 270,61
db(TR) 20 JKd 10,86 Ftabel 2,866
SK 12126,4 RKa 146,941

Sumber RJK
Db Jk Fhitung Ftabel
varians {S2}
Kelompok 4 587,766 146,941 270,61 2,866
Dalam 24 10,86 0,543 - -
Total 20 598,626 - -
2. Jumlah Daun Tanaman
Pengulangan P0 P1 P2 P3 P4
1 20 22 28 36 30
2 19 25 25 38 32
3 19 25 22 40 31
4 22 20 28 36 32
5 21 25 28 37 27
∑ 101 117 131 187 152
ave 20,2 23,4 26,2 37,4 30,4

Trial P0 P1 P2 P3 P4 P0 ^2 P1^2 P2^2 P3^2 P4^2 Xt Xt^2


1 20 22 28 36 30 400 484 784 1296 900 136 3864
2 19 25 25 38 32 361 625 625 1444 1024 139 4079
3 19 25 22 40 31 361 625 484 1600 961 137 4031
4 22 20 28 36 32 484 400 784 1296 1024 138 3988
5 21 25 28 37 27 441 625 784 1369 729 138 3948
∑ 101 117 131 187 152 2047 2759 3461 7005 4638 688 19910
db(A) 4 JKt 976,24 RKd 4,26
db(D) 24 JKa 891,04 F 52,2911
db(TR) 20 JKd 85,2 Ftabel 2,866
SK 18933,8 RKa 222,76

Sumber RJK
Db Jk Fhitung Ftabel
varians {S2}
Kelompok 4 891,04 222,76 52,2911 2,866
Dalam 24 85,2 4,26 - -
Total 20 976,24 - -
3. Lebar Daun Tanaman
Pengulangan P0 P1 P2 P3 P4
1 2,5 2,7 3,5 4,5 3,7
2 2,4 3,1 3,1 4,7 4
3 2,4 3,1 2,7 5 3,8
4 2,7 2,5 3,5 4,5 4
5 2,6 3,1 3,4 4,6 3,3
∑ 12,6 14,5 16,2 23,3 18,8
ave 2,52 2,9 3,24 4,66 3,76

Trial P0 P1 P2 P3 P4 P0 ^2 P1^2 P2^2 P3^2 P4^2 Xt Xt^2


1 2,5 2,7 3,5 4,5 3,7 6,25 7,29 12,25 20,25 13,69 16,9 59,73
2 2,4 3,1 3,1 4,7 4 5,76 9,61 9,61 22,09 16 17,3 63,07
3 2,4 3,1 2,7 5 3,8 5,76 9,61 7,29 25 14,44 17 62,1
4 2,7 2,5 3,5 4,5 4 7,29 6,25 12,25 20,25 16 17,2 62,04
5 2,6 3,1 3,4 4,6 3,3 6,76 9,61 11,56 21,16 10,89 17 59,98
∑ 12,6 14,5 16,2 23,3 18,8 31,82 42,37 52,96 108,75 71,02 85,4 306,92
db(A) 4 JKt 15,1936 RKd 0,0682
db(D) 24 JKa 13,8296 F 50,695
db(TR) 20 JKd 1,364 Ftabel 2,866
SK 291,726 RKa 3,4574

Sumber RJK
Db Jk Fhitung Ftabel
varians {S2}
Kelompok 4 13,8296 3,4574 50,695 2,866
Dalam 24 1,364 0,0682 - -
Total 20 15,1936 - -
3. Berat Basah Tanaman
Pengulangan P0 P1 P2 P3 P4
1 67 89 80,3 132,8 91,2
2 64 78 98 146,2 104,5
3 63,8 73,7 98 164 96,6
4 67 80 101 132,8 105
5 64,7 70 90 139,5 103
∑ 326,5 390,7 467,3 715,3 500,3
ave 65,3 78,14 93,46 143,06 100,06

Trial P0 P1 P2 P3 P4 P0 ^2 P1^2 P2^2 P3^2 P4^2 Xt Xt^2


1 67 89 80,3 132,8 91,2 4489 7921 6448,09 17635,8 8317,44 460,3 44811,4
2 64 78 98 146,2 104,5 4096 6084 9604 21374,4 10920,3 490,7 52078,7
3 63,8 73,7 98 164 96,6 4070,44 5431,69 9604 26896 9331,56 496,1 55333,7
4 67 80 101 132,8 105 4489 6400 10201 17635,8 11025 485,8 49750,8
5 64,7 70 90 139,5 103 4186,09 4900 8100 19460,3 10609 467,2 47255,3
∑ 326,5 390,7 467,3 715,3 500,3 21330,5 30736,7 43957,1 103002 50203,3 2400,1 249230
db(A) 4 JKt 18810,7 RKd 65,7744
db(D) 24 JKa 17495,2 F 66,4972
db(TR) 20 JKd 1315,49 Ftabel 2,866
SK 230419 RKa 4373,81

Sumber RJK
Db Jk Fhitung Ftabel
varians {S2}
Kelompok 4 17495,2 4373,81 66,4972 2,866
Dalam 24 1315,49 65,7744 - -
Total 20 18810,7 - -
A. Data Pengamatan
1. Tinggi Tanaman Pagoda

PENGULANGAN (15 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 2,4 2,5 2,6 2,5 2,4 2,48
P1 2,5 2,4 2,5 2,5 2,5 2,48
P2 2,5 2,4 2,5 2,6 2,4 2,48
P3 2,5 2,5 2,6 2,4 2,5 2,5
P4 2,6 2,4 2,5 2,6 2,4 2,5

PENGULANGAN (22 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 6 6,3 5,8 6,2 6,3 6,12
P1 6,9 7,1 7,1 7,2 7,3 7,12
P2 7,8 8,1 8,2 7,7 7,9 7,94
P3 10 10,3 10,4 10,3 10,5 10,3
P4 9,6 9,7 9,8 9,6 9,9 9,72

PENGULANGAN (29 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 13,8 14,3 13,6 14,4 14,5 14,12
P1 15,8 16,1 16,3 16,6 16,6 16,28
P2 17,7 18,3 18,3 17,5 17,8 17,92
P3 22,8 23,1 23,3 23,1 23,4 23,14
P4 21,6 21,6 22,3 21,4 22,5 21,88

PENGULANGAN (36 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 14,8 15,5 14,3 15,1 15,6 15,06
P1 16,9 17,3 17,4 17,7 17,3 17,32
P2 19,4 20 20,1 18,9 18,9 19,46
P3 25,4 25,7 25,8 25,6 25,9 25,68
P4 23,9 23,8 24,8 23,6 25,3 24,28

PENGULANGAN (42 HST)


PERLAKUAN RERATA
1 2 3 4 5
P0 15,8 15,5 15 15,9 16,7 15,78
P1 16,7 18,6 18,6 19 18,1 18,2
P2 21,2 21,7 21,6 20,4 20,1 21
P3 28 28,4 28,4 28,2 29 28,4
P4 26,3 26,1 27,3 25,9 28,1 26,74

Anda mungkin juga menyukai