Anda di halaman 1dari 54

1

PERBANDINGAN KADAR KLOROFIL TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa


L.) YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA HIDROPONIK DAN
KONVENSIONAL DI KOTA PADANG, PADANG PANJANG, KABUPATEN
SOLOK, SAWAHLUNTO DAN PADANG PARIAMAN

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

PUTRI NURHAZIELA
17032070/2017

JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
2

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi tentang “Perbandingan kadar klorofil

tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) yang Dibudidayakan dengan Metode Hidroponik

dan Konvensioanal di Kota Padang, Padang Panjang, Kabupaten Solok, Sawahlunto

dan Kabupaten Padang Pariaman”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana di Jurusan Biologi Fakultas

Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan dan rintangan yang penulis

hadapi namun akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak moral maupun spiritual. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Resti Fevria, S.TP, MP selaku dosen pembimbing yang telah begitu sabar

membimbing penulis sehingga penulis bisa sampai pada tahap penyelesaian

skripsi

2. Dr. Abdul Razak S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan dan nasehatnya selama masa perkuliahan

3. Dr. Violita, S.Si, M.Si dan Irma Leilani Eka Putri S.Si, M.Si selaku dosen

penanggap yang telah memberikan banyak masukan dan arahan kepada penulis

4. Ibu Dr.Dwi Hilda Putri, S.Si, M.Biomed selaku ketua program studi Biologi

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang


3

5. Kedua orang tua, abang, adik dan seluruh keluarga yang memberikan

dukungan terbaik kepada penulis dalam bentuk doa, materi maupun tenaga.

6. Rama Firmareta Nuarfa S. Kep, selaku teman spesial yang dalam pengerjaan

skripsi ini selalu memberikan bantuan dan motivasi untuk menyelesaikannya

segera dengan baik serta menemani pada saat penelitian.

7. Anissa, Nurdian Hamama, Wulan Purnama Putri, Halimah Tusa’diah, Sintya

Delia Safitri, Monica Indiasti Putri, selaku sahabat yang selalu ada dalam suka

dan duka dan selalu memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi

8. Julia Sysca, Nellisa Oktavianti, Irene Sekar Wangi, dan Anne Egidia Rizki

selaku rekan rekan sepenelitian yang telah bekeja sama dengan baik sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

perbaikan dan kesempurnaannya. Semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi

yang memerlukan dan membacanya.

Padang, Maret 2021

Penulis

DAFTAR ISI
4

BAB I LATAR BELAKANG


A. Latar Belakang...........................................................................................................6
B. Rumusan Masalah......................................................................................................9
C. Tujuan Penelitian......................................................................................................10
D. Manfaat Penelitian....................................................................................................10
E. Pertanyaan Penelitian................................................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Klorofil ....................................................................................................................11
B. Hidroponik................................................................................................................13
C. Klorofil................................................................................................................... .16
D. Kondisi Geografis................................................................................................... .22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian........................................................................................................27
B. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................................27
C. Alat dan Bahan........................................................................................................27
D. Rancangan Penelitian..............................................................................................27
E. Prosedur Penelitian..................................................................................................28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil........................................................................................................................30
B. Pembahasan.............................................................................................................33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.............................................................................................................36
B. Saran........................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
a. Pakcoy Hidroponik..................................................................................................41
b. Pakcoy Nonhidroponik............................................................................................43
a. Pakcoy Hidroponik..................................................................................................44
b. Pakcoy Nonhidroponik............................................................................................45
5

a. Pakcoy Hidroponik..................................................................................................47
b. Pakcoy Nonhidroponik............................................................................................48
c. Pakcoy Hidroponik..................................................................................................49
d. Pakcoy Nonhidroponik............................................................................................50
e. Pakcoy Hidroponik..................................................................................................52
f. Pakcoy Nonhidroponik.............................................................................................53
6

BAB I

A. Latar Belakang

Sehat merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan, tetapi banyak

orang yang tidak menyadarinya akan hal tersebut. Pemerintah menerapkan

gerakan hidup sehat melalui tiga aktivitas hidup sehat salah satunya

mengkonsumsi sayur nusantara setiap hari yang tersedia didaerah lokal

(Kemenkes, 2017), namun kesadaran masyarakat akan gizi makanan semakin

berkurang. Seiring dengan hal tersebut untuk dapat mewujudkan kesadaran akan

gizi makanan maka perlu diwujudkannya kemandirian pangan terutama guna

mencukupi kebutuhan sayuran. Oleh karena itu perlu dilakukan optimalisasi

pemanfaatan lahan pekarangan dengan mengusahakan tanaman sayuran. Peran

tanaman sayuran sangat penting sebagai sumber vitamin dan mineral yang

dibutuhkan oleh tubuh. Seperti halnya pakcoy yang memiliki kandungan gizi

yang tinggi

Pakcoy (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal

dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan

dan China pusat serta Taiwan. Tanaman ini berkembang pesat di daerah sub

tropis maupun tropis (Murti dkk. 2016). Pakcoy memiliki nilai gizi seperti

vitamin C, vitamin, A, karbohidrat, serat, protein, lemak nabati yang diperlukan

oleh tubuh untuk menjaga kesehatan didalam tanaman pakcoy terkandung zat

betakaroten yang tinggi yang dapat mencegah penyakit katarak. (Sadewa, 2016).
7

Menurut (Hidayat., dkk. 2014) pakcoy juga mengandung gizi protein, lemak

nabati, karbohidrat, serat, Ca, Mg, Fe, Na, Vitamin A dan vitamin C. Selain

kandungan gizi, mineral dan vitamin, sayuran berhijau daun seperti sawi hijau

jenis pakcoy juga merupakan salah satu sumber klorofil yang bermanfaat bagi

tubuh manusia. Dengan warna daunnya yang lebih hijau gelap dibandingkan jenis

sawi hijau caisim, diduga bahwa kandungan klorofil pada daun sawi hijau pakcoy

ini lebih tinggi dari jenis sawi hijau yang lain. Tanaman pakcoy memiliki zat

warna hijau yang disebut dengan klorofil.

Klorofil merupakan zat hijau daun paling nyata yang terdapat pada bagian

tumbuhan (Othmer, 1993). Istilah klorofil berasal dari bahasa Yunani yaitu

chloros artinya hijau dan phyllos artinya daun. Istilah ini diperkenalkan pada

tahun 1818, dan pigmen tersebut diekstrak dari tanaman dengan menggunakan

pelarut organik. Klorofil juga pemberi warna pada alga dan bakteri fotosintetik.

Pigmen ini berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan

mengubah energi cahaya menjadi energi kimia.

Salah satu kriteria penting untuk menentukan kualitas sayuran yaitu

kandungan zat gizi sayuran daun salah satunya kandungan klorofil. Dari segi

kesehatan, klorofil berperan sebagai antioksidan, mendorong detoksifiksi

antikanker, antipenuaan. Oleh karena itu semakin banyak kandungan klorofil

pada daun pakcoy maka akan semakin berkualitas (Kurniawan et al., 2010).

Klorofil merupakan pigmen berwarna hijau yang terdapat pada kloroplas.

Klorofil merupakan pigmen utama pada tanaman yang berfungsi dalam


8

fotosintesis, yaitu memanfaatkan energi matahari, memicu fiksasi CO2 untuk

menghasilkan karbohidrat dan energi yang kemudian akan diubah menjadi

protein, lemak, asam nukleat dan molekul organik lainnya. Umumnya pada

tanaman tingkat tinggi terdapat 2 jenis klorofil yaitu klorofil a dan klorofil b (Ai

dan Banyo, 2011).

Salah satu cara untuk menghasilkan produk pakcoy yang mempunyai

kualitas tinggi dan dapat berproduksi secara terus menerus diluar musim adalah

budidaya dengan sistem hidroponik.

Sistem hidroponik sebagai salah satu alternatif budidaya karena adanya

masalah degradasi tanah. Beberapa keuntungan penanaman secara hidroponik

yaitu gangguan hama lebih terkontrol, tidak ada resiko erosi, kekeringan atau

tergantung kondisi alam, dapat dilakukan pada lahan yang terbatas, pemakaian

pupuk menjadi lebih efisien produksi tanaman lebih terjamin dan memiliki harga

jual yang lebih tinggi (Roidah, 2014).

Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan, Kadar klorofil tanaman

selada meningkat pada suhu lingkungan perakaran 20 sampai 250C yang

berlangsung sekitar 12 jam (Ginting, 2008). Menurut penelitian (Maimunah,

2017) tanaman Pakcoy yang memiliki kandungan klorofil yang tinggi dapat

disebabkan oleh pemberian nutrisi yang cukup pada sistem hidroponik. Unsur

hara yang terpenuhi menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi maksimal


9

sehingga proses fotosintesis berlangsung dengan baik pula dan mengoptimalkan

pembentukan klorofil.

Dari beberapa data penelitian tanaman yang ditanaman secara hidroponik

memiliki perbandingan klorofil yang baik dibandingkan tanaman yang ditanaman

secara non hidroponik. Menurut (Pratiwi,. Et al. 2019) dalam penelitiannya

tentang perbedaan kualitas tanaman mint (Mentha arvensis L) menyatakan bahwa

hasil pertumbuhan daun dan batang Mentha arvensis L sistem tanam hidroponik

lebih baik dibanding sistem tanaman konvensional. Kemudian pada warna daun

Mentha arvensis L sistem hidroponik lebih pucat dibandingkan tanaman

konvensional.

Metode hidroponik dapat dibudidayakan didaerah sebagai berikut, kota

Padang, Padang Panjang, Kabupaten Solok, Sawahlunto dan Padang Pariaman.

Menurut beberapa penelitian diatas belum ada data tentang klorofil

tanaman pakcoy yang ditanam secara konvensional dan hidroponik. Karena itu,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan

Kadar Klorofil Daun Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L) yang Dibudidayakan

dengan Metode Konvensional dan Metode Hidroponik”

B. Rumusan Masalah

1. Berapa kadar klorofil pada tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) yang

ditanam pada sistem budidaya Hidroponik dan konvensional ?


10

2. Bagaimana perbadingan kadar klorofil antara tanaman pakcoy hidroponik

dan pakcoy konvensional ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kadar klorofil pada tanaman pakcoy (Brasssica rapa L) yang

ditanam pada sistem budidaya Hidroponik dan Konvensional.

2. Mengetahui perbandingan kadar klorofil antara tanaman pakcoy

Hidroponik dan Konvensional.

D. Manfaat Penelitian

1. Menambah ilmu pengetahuan tentang Hidroponik dan Konvensional .

2. Memberikan informasi tentang keunggulan dan kekurangan tanaman

Hidroponik dan Konvensional.

3. Memberikan informasi tentang manfaat klorofil sayuran pakcoy bagi

manusia.

E. Pertanyaan Penelitian

1. Dari beberapa daerah, manakah kadar klorofil tanaman pakcoy yang lebih
tinggi ?
11

2. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pakcoy (Brassica rapa L.)

Klasifikasi pakcoy (Brassica rapa L.)

Regnum : Plantae

Divisio : Tracheophyta

Classis : Magnoliopsida

Ordo : Brassicales

Familia : Brassicaceae

Genus : Brassica

Species : Brassica rapa L.

Gambar 1. Pakcoy
12

Brassica rapa L. memiliki daun bertangkai, berbentuk oval, berwarna

hijau tua dan mengkilat, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau

setengah mendatar, tersusun dalam spiral rapat, melekat pada batang yang

tertekan. Tangkai daun berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging,

tanaman menvapai tinggi 15-30 cm. Keragaman morfologis dan periode

kematangan cukup besar pada berbagai varietas dalam kelompok ini. Terdapat

bentuk daun berwarna hijau pudar dan ungu yang berbeda (Rubatzky, 1998).

Tanaman pakcoy termasuk tanaman yang berumur pendek dan memiliki

kandungan gizi yang diperlukan tubuh. Kandungan betakaroten pada pakcoy

dapat mencegah penyakit katarak. Selain mengandungan betakaroten yang tinggi

pakcoy dapat mengandung banyak gizi diantaranya protein, lemak nabati,

karbohidrat, serat, Ca, Mg, Fe, sodium, vitamin A, dan vitamin C

(Perwtasari,2012).

Kandungan zat gizi dalam 100 g pakcoy ( Brassica rapa L. ) dapat dilihat

pada tabel 1.

Tabel 1. Kandungan zat gizi 100 g pakcoy ( Brassica rapa L. )

No Zat gizi Kandungan

1 Protein 2,3 (g)

2 Lemak 0,3 (g)

3 Karbohidrat 4,0 (g)

4 Ca 220,0 (mg)

5 P 38,0 (mg)
13

6 Fe 2,9 (mg)

7 Vitamin A 1.940,0 (mg)

8 Vitamin B 0,09 (mg)

9 Vitamin C 102 (mg)

B. Hidroponik

Hidroponik merupakan lahan budidaya pertanian tanpa menggunakan

media air, sehingga hidroponik merupakan aktivitas pertanian yang dijalankan

dengan menggunakan air sebagai medium untuk menggantikan tanah ( Roidah,

2014 ). Sistem hidroponik memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan

budidaya tanaman dengan media tanah. Adapun kelebihan dari hidroponik, yaitu

1) perawatan lebih praktis serta gangguan hama lebih terkontrol, 2) pemakaian

pupuk lebih hemat (efisien), 3) tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan

tanaman yang baru, 4) tidak membutuhkan banyak tenaga kasar karena metode

kerja lebih hemat dan memiliki standardisasi, 5) tanaman dapat tumbuh lebih

pesat dan dengan keadaan yang tidak kotor dan rusak, 6) hasil produksi lebih

kontinu dan lebih tinggi dibandingkan dengan penanaman di tanah, 7) harga jual

produk hidroponik lebih tinggi dari non-hidroponik, 8) beberapa jenis tanaman

bisa dibudidayakan di luar musim, 9) tidak ada resiko kebanjiran, erosi,

kekeringan atau ketergantungan pada kondisi alam, 10) tanaman hidroponik dapat

dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas, misalnya di atap, dapur atau garasi

(Lingga, 2006). Adapun kelemahan dari hidroponik yaitu membutuhkan biaya


14

yang besar, memiliki kemampuan serta ketelitian khusus serta bila terjadi

kesalahan pada sistemnya maka tanaman akan mati (Unal, et al, 2016).

Hidroponik diambil dari bahasa yunani yaitu hydro yang artinya air dan

ponos yang artinya daya. Hidroponik juga dikenal dengan sebutan soiless culture

yang artinya budidaya tanaman tanpa tanah. Secara umum tanaman hidroponik

diartikan sebagai tanaman yang ditanam dengan memanfaatkan air tanpa

menggunakan media tanah tetapi menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi

tanaman untuk bisa tumbuh. Dalam sistem hidroponik media yang biasa

digunakan yaitu bata merah, rockwool, kerikil, arang sekam dan sebagainya

(Adam,. et al. 2017)

Istilah hidroponik pertama kali diperkenalkan oleh W.A Setchle

sehubungan dengan keberhasilan gerickle dalam pengembangan teknik bercocok

tanam menggunakan air sebagai media tanam. Hidroponik adalah istilah yang

digunakan untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan

tanah sebagai tempat tumbuhnya tanaman. Istilah ini dikalangan umum lebih

popoler dengan sebutan “bercocok tanaman tanpa tanah” termasuk menggunakan

pot atau wadah lain yang menggunakan air atau bahan porous lainnya seperti

kerikil, pasir, arang sekam maupun pecahan genting sebagai media tanam

(Lingga,2002)

Hidroponik merupakan salah satu sistem pertanian masa depan karena

dapat diusahakan diberbagai tempat, baik di desa, di kota, di lahan terbuka atau
15

diatas apartemen sekalipun. Luas tanah yang sempit, kondisi tanah kritis, hama

dan penyakit yang tak terkendali, keterbatasan jumlah air irigasi, musim yang

tidak menentu dan mutu yang tidak seragam bisa ditanggulangi dengan sistem

hidroponik. Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal

musim. Oleh karena itu, harga jual panennya tidak khawatir akan jatuh.

Pemeliharaan tanaman hidroponik pun lebih mudah karena tempat budidayanya

relative bersih, medianya steril, tanaman terkindung dari terpaan hujan, serangan

hama dan penyakit relatif kecil, serta tanaman lebih sehat dan produktivitasnya

lebih tinggi (Hartus,2008)

Sistem hidroponik dapat memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang

lebih terkontrol. Dengan pengembangan teknologi, kombinasi sistem hidroponik

dengan membran mampu mendayagunakan air, nutrisi, pestisida secara nyata

lebih efisien (minimalis system) dibandingkan dengan kultur tanah (terutama

untuk tanaman berumur pendek). Penggunaan sistem hidroponik tidak mengenal

musim dan tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur tanah

untuk menghasilkan satuan produktivitas yang sama (Lonardy, 2006).

Sistem penanaman secara hidroponik mempunyai banyak keunggulan

dibandingan sistem penanaman ditanah. Keunggulan sistem hidroponik ini antara

lain (Soeseno,1993) :

1. Bekerja secara bersih, semuanya dalam keadaan steril;

2. Nutrisi yang digunakan secara efisien oleh tanaman;


16

3. Tanaman bebeas dari gulma;

4. Tanaman lebih jarang terserang hama penyakit Pertumbuhan tanaman lebih

terkontrol.

Perbandingan sistem penanaman hidroponik dengan sistem penananman

di tanah disajikan pada table 1 adalah sebagai berikut :

C. Klorofil

Klorofil merupakan zat hijau daun yang terdapat pada bagian tumbuhan

yang berwarna hijau khususnya pada daun. Klorofil merupakan suatu pigmen

yang memberi warna hijau pada daun dan batang. Klorofil dapat menyerap

gelombang cahaya dengan panjang 400-700 nm pada gelombang cahaya merah

dan biru (Dwidjoseputro,1994). Menurut (Kurniawan., et al. 2010) Kandungan

klorofil daun tumbuhan berbeda-beda meskipun jenis tumbuhannya sama.

Kandungan klorofil pada daun tumbuhan termasuk juga pada sayuran seperti

pakcoy dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tumbuhnya. Beberapa faktor

yang mempengaruhi kandungan klorofil pada daun sawi pakcoy adalah intensitas

cahaya, suhu, dan kondisi tanah (Song-Ai dan Banyo, 2011).

klorofil merupakan sumber pigmen, mineral dan vitamin terbaik yang

penting bagi kehidupan manusia. Saat ini, pengembangan budidaya tanaman

sayuran yang ditanam diluar musim masih mengalami kendala sehingga

masyarakat maupun petani belum maksimal dalam kegiatan budidayanya

akibatnya semakin menurunnya produksi sayuran. Budidaya sayur tanpa


17

memperhatikan kebutuhan nutrisi yang diberikan juga akan mengakibatkan

penurunan kualitas kandungan gizi pada sayur tersebut. Semakin banyak klorofil

maka kegiatan fotosintesis akan semakin meningkat sehingga akan meningkatkan

pertumbuhan tanaman baik tinggi tanaman, jumlah daun maupun hasil produksi

lainnya. Peningkatan berat basah tanaman berkaitan dengan pertumbuhan lainnya

seperti tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah akar dan kandungan klorofil (Rizal,

2017).

Pigmen klorofil terdapat di dalam organel sel yaitu kloroplas yang dapat

ditemukan pada daun dan permukaan batang, yaitu di dalam lapisan sponge di

bawah kutikula. Beberapa faktor yang mempengaruhi kandungan klorofil pada

daun adalah intensitas cahaya, suhu, dan kandungan hara (Song-Ai dan Banyo,

2011). Cara untuk memenuhi kandungan hara dan nutrisi yaitu dengan

menggunakan pupuk organik seperti pupuk kandang dan ampas.

Perhitungan secara statistik bahwa pemberian konsentrasi AB mix yang

berbeda tidak memberikan perbedaan kandungan klorofil baik a, b maupun total

klorofil pada masing-masing perlakuan. Menurut (Wu dan Kubota, 2008) bahwa

kandungan klorofil tidak tergantung pada konduktivitas yang tinggi dan tekanan

osmotik, sedangkan konduktivitas yang tinggi disebabkan oleh konsentrasi hara

yang tinggi. Semakin tinggi konsentrasi larutan berarti semakin pekat garam yang

terkandung dalam larutan sehingga larutan tersebut memiliki kemampuan

menghantarkan listrik yang semakin tinggi (Susanto, 2002)


18

Klorofil mempunyai rantai fitil (C20H39O) yang akan berubah menjadi fitol

(C20H39OH) jika terkena air dengan katalisator klorofilase. Fitol adalah alkohol

primer jenuh yang mempunyai daya afinitas yang kuat terhadap O2 dalam proses

reduksi klorofil (Muthalib, 2009). Sifat fisik klorofil adalah menerima dan atau

memantulkan cahaya dengan gelombang yang berlainan (berpendar =

berfluoresensi). Klorofil banyak menyerap sinar dengan panjang gelombang

antara 400-700 nm, terutama sinar merah dan biru. Sifat kimia klorofil, antara lain

(1) tidak larut dalam air, melainkan larut dalam pelarut organik yang lebih polar,

seperti etanol dan kloroform; (2) inti Mg akan tergeser oleh 2 atom H bila dalam

suasana asam, sehingga membentuk suatu persenyawaan yang disebut feofitiny

yang berwarna coklat (Dwidjoseputro, 1994). Klorofil merupakan faktor utama

yang mempengaruhi fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses perubahan

senyawa anorganik (CO2 dan H2O) menjadi senyawa organik (karbohidrat) dan

O2 dengan bantuan cahaya matahari. Klorofil merupakan pigmen utama yang

terdapat dalam kloroplas. Klorofil menyebabkan cahaya berubah menjadi radiasi

elektromagnetik pada spektrum kasat mata (visible). Misalnya, cahaya matahari

mengandung semua warna spektrum kasat mata dari merah sampai violet, tetapi

seluruh panjang gelombang unsurnya tidak diserap dengan baik secara merata

oleh klorofil. Klorofil dapat menampung energi cahaya yang diserap oleh pigmen

cahaya atau pigmen lainnya melalui fotosintesis, sehingga klorofil disebut

sebagai pigmen pusat reaksi fotosintesis. Dalam proses fotosintesis tumbuhan

hanya dapat memanfaatkan sinar matahari dengan bentuk panjang gelombang

antara 400-700 nm (Ai, 2011). Diketahui bahwa komponen utama penyusun


19

klorofil adalah Nitrogen dan Magnesium. Sebagaimana dinyatakan oleh Suntoro

(2002) bahwa kandungan hara di dalam tanah seperti Nitrogen, dan Magnesium

merupakan hara yang sangat esensial dalam pembentukan klorofil pada jaringan

tanaman. Klorofil mampu berfungsi sebagai pembersih alamiah (mendorong

terjadinya detoksifikasi), antioksidan, antipenuaan dan antikanker. Selain sebagai

sumber pigmen.

Ada tiga fungsi utama klorofil dalam fotosintesis yaitu memanfaatkan

energi matahari, memicu fiksasi CO2 untuk menghasilakan karbohidrat dan

menyediakan energi bagi ekosistem secara keseluruhan. Karbohidrat yang

dihasilkan pada fotosintesis akan dibuah menjadi protein, lemak, asam nukleat

dan molekul organik lainnya. Klorofil dapat menyerap cahaya yang berupa radiasi

elektromagnetik pada spectrum kasat mata (Visible). Matahari memiliki panjang

gelombang kasat mata dari merah sampai violet, tetapi tidak semua panjang

gelombang dapat diserap dengan baik oleh klorofil. Klorofil dapat menampung

cahaya yang diserap oleh pigmen lainnya melalui fotosintesis, sehingga klorofil

disebut juga sebagai pigmen pusat reaksi fotosintesis (Bahri,2010).

Klorofil mengandung antioksidan, antiperadangan dan merupakan zat

penyembuh luka. Beberapa manfaat klorofil bagi kesehatan tubuh adalah :

1. Berfungsi dalam membantu pertumbuhan dan perbaikan tumbuhan.


20

2. Membantu menetralkan polusi yang terhirup maupun yang didapatkan

melalui asupan makanan. karena itu, klorofil merupakan suplemen yang

sangat bagus pagi perokok.

3. Dapat melepaskan magnesium dan membantu darah membawa oksigen

yang dibutuhkan ke semua sel di jaringan-jaringan tubuh.

4. Menstimulus sel-sel darah merah untuk menyediakan suplai oksigen.

5. Bersama dengan vitamin lain seperti vitamin A, Vitamin C, dan Vitamin E,

klorofil terbukti bisa membantu menetralkan radikal bebas yang merusak

sel-sel dalam tubuh.

6. Klorofil berperan sebagai deodorant dalam mengurangi bau mulut, air seni,

sisa pembuangan, serta menghilangkan bau badan.

7. Klorofil mengurangi kemampuan zat-zat karsinogen untuk mengikat diri

pada DNA dalam organ-organ utama dalam tubuh.

8. Klorofil bermanfaat dalam mengatasi gangguan akibat pembentukan batu

kalsium oksalat

9. Serta dapat mengatasi infeksi luka. (Kusuma,2015)

Penentuan Kadar Klorofil

Salah satu cara untuk menentukan kadar klorofil daun dengan metoda atau

alat spektofotometer. Spektofotometer temasuk dalam analisa kuantitatif yang di


21

dasarkan pada sifat warna larutan yang terjadi, atau merupakan salah satu

pembagian kalorimetri. Disini dipakai alat spektrofotometer. Metoda ini dapat

digunakan apabila, sample yang di ukur harus berwarna, kestabilan warna cukup

lama, intensitas warna terjadi cukup tajam, warna larutan harus bebas dari

gangguan. Warna larutan yang terjadi berbanding lurus dengan konsentrasi

larutan (Khopkar dalam Razone, 2013).

Cahaya yang dipantulkan atau dipancarkan oleh daun tidak efektif bagi

fotosintesis, sebab untuk menghasilkan perubahan kimia cahaya itu harus

diabsorbsi terlebih dahulu. Diketahui bahwa hanya bagian hijau pada tumbuhan

yang melaksanakan fotosintesis daun, cukup alasan untuk menduga bahwa hanya

bagian pigmen hijau klloroplaslah yang menyerap cahaya yang dipantulkan untuk

proses tersebut. Cahaya yang diserap ini dapat ditentukan dengan

spektrofotometer (Dwijosepturo dalam Razone, 2013).

Penyerapan relatif untuk setiap panjang gelombang oleh pigmen dapat

diukur dengan spektrofotometer. Grafik penyerapan cahaya untuk kisaran panjang

gelombang tertentu disebut dengan spektrum serapan (Dermawan dalam Razone,

2013). Menurut Noggle dan Fritz dalam Razone (2013), klorofil akan

memperlihatkan flouresensi berwarna merah yang berarti warna larutan tersebut

tidak hijau pada cahaya yang diluruskan dan akan merah tua pada cahaya yang

dipantulkan.
22

Pada proses fotosintesis banyak diperlukan senyawa kimia yang penting

dalam mengubah cahaya menjadi energi kimia pada tumbuhan tingkat tinggi,

adalah pigmen yang terdapat didalam kloroplas, melalui pigmen inilah cahaya

memulai proses fotosintesis. Pigmen tersebut dalam kloroplas yaitu pada

membran internal yang disebut tilakoid. Pigmen tersebut adalah klorofil a, klorofil

b, dan karotenoid (Sasmitamihardjo dalam Razone, 2013). Sebagian besar spesies

mengabsorbsi lebih dari 90% panjang gelombang biru. Panjang gelombang

lembanyung dan merahyang diabsorbsi juga dilakukan oleh kloroplas. Dalam

tilakoid setiap foton dapat mengeksitasi satu electron dalam korotenoid atau

klorofil (Darmawan dalam Razone, 2013).

D. Kondisi Geografis

1. Kota Padang

Menurut Perda No. 10 Tahun 2005 tentang luas Kota Padang diketahui

terjadi penambahan luas administrasi menjadi 1.414,96 Km2, dimana

penambahan  wilayah lautan/perairan seluas 720,00 km2. Secara geografis, Kota

Padang  berada di antara 00 44 00 dan 1 08 35  Lintang Selatan serta antara 100

05 05 dan 100 34 09 Bujur Timur. Kota Padang yang membujur dari Utara ke

Selatan memiliki pantai sepanjang 68,126 km dan terdapat deretan Bukit Barisan

dengan panjang daerah bukit (termasuk sungai) 486,209 Km2. Perpaduan kedua

letak tersebut menjadikan  Kota Padang memiliki alam yang sangat indah dan

menarik. Ketinggian wilayah daratan Kota Padang sangat bervariasi, yaitu antara
23

0 – 1853 m diatas permukaan laut dengan daerah tertinggi adalah Kecamatan

Lubuk Kilangan.

2. Padang Panjang

Kota ini juga disebut kota dingin. Kota ini berada di daerah ketinggian

yang terletak antara 650 sampai 850 meter di atas permukaan laut, berada pada

kawasan pegunungan yang berhawa sejuk dengan suhu udara maksimum 26.1&

°C dan minimum 21.8& °C, serta berhawa dingin dengan suhu udara yang pada

umumnya minimum 17& °C, dengan curah hujan yang cukup tinggi dengan rata-

rata 3.295& mm/tahun. Di bagian utara dan agak ke barat berjejer tiga gunung:

Gunung Marapi, Gunung Singgalang dan Gunung Tandikek

Secara topografi kota ini berada pada dataran tinggi yang bergelombang,

di mana sekitar 20,17 % dari keseluruhan wilayahnya merupakan kawasan relatif

landai (kemiringan di bawah 15 %), sedangkan selebihnya merupakan kawasan

miring, curam dan perbukitan, serta sering terjadi longsor akibat struktur tanah

yang labil dan curah hujan yang cukup tinggi. Namun pada kawasan yang landai

di kota ini merupakan tanah jenis andosol yang subur dan sangat baik untuk

pertanian.

3. Kabupaten Solok

Merupakan wilayah rantau dari Luhak Tanah Datar, yang kemudian

terkenal sebagai Luhak Kubuang Tigo Baleh. Disamping itu wilayah Solok juga
24

merupakan daerah yang dilewati oleh nenek moyang Alam Surambi Sungai Pagu

yang berasal dari Tanah Datar yang disebut juga sebagai nenek kurang aso enam

puluh (artinya enam puluh orang leluhur alam surambi Sungai Pagu). Perpindahan

ini diperkirakan terjadi pada abad 13 sampai 14 Masehi.

Kabupaten Solok bukanlah daerah baru karena Solok telah ada jauh

sebelum undang-undang pembentukan wilayah ini dikeluarkan. Pada masa

penjajahan Belanda dulu, tepatnya pada tanggal 9 April 1913, nama Solok telah

digunakan sebagai nama sebuah unit administrasi setingkat kabupaten yaitu

Afdeeling Solok sebagaimana disebut di dalam Besluit Gubernur Jenderal Belanda

yang kemudian dimuat di dalamStaatsblad van Nederlandsch-Indie. Sejak

ditetapkannya nama Solok setingkat kabupaten pada tahun 1913 hingga saat ini

Solok tetap digunakan sebagai nama wilayah administratif pemerintahan setingkat

kabupaten/kota.

Pada tahun 1970, ibu kota Kabupaten Solok berkembang dan ditetapkan menjadi

sebuah kotamadya dengan nama Kota Solok. Berubah statusnya Ibu kota

Kabupaten Solok menjadi sebuah wilayah pemerintahan baru tidak diiringi

sekaligus dengan pemindahan ibu kota ke lokasi baru. Pada tahun 1979

Kabupaten Solok baru melakukan pemindahan pusat pelayanan pemerintahan dari

Kota Solok ke Koto Baru, Kecamatan Kubung, namun secara yuridis Ibu kota

Kabupaten Solok masih tetap Solok.

4. Sawahlunto
25

Bentang alam kota Sawahlunto memiliki ketinggian yang sangat

bervariasi, yaitu antara 250 meter sampai 650 meter di atas permukaan laut.

Bagian utara kota ini memiliki topografi yang relatif datar meski berada pada

sebuah lembah, terutama daerah yang dilalui oleh Batang Lunto, di mana di

sekitar sungai inilah dibentuknya pemukiman dan fasilitas-fasilitas umum yang

didirikan sejak masa pemerintahan Hindia Belanda. Sementara itu bagian timur

dan selatan kota ini relatif curam dengan kemiringan lebih dari 40%.

Kota Sawahlunto terletak di daerah dataran tinggi yang merupakan bagian

dari Bukit Barisan dan memiliki luas 273,45 km². Dari luas tersebut, lebih dari

26,5% atau sekitar 72,47 km² merupakan kawasan perbukitan yang ditutupi hutan

lindung. Penggunaan tanah yang dominan di kota ini adalah perkebunan sekitar

34%, dan danau yang terbentuk dari bekas galian tambang batu bara sekitar

0,25%.

Iklim dan topografi

Seperti daerah lainnya di Sumatra Barat, kota Sawahlunto mempunyai

iklim tropis dengan kisaran suhu minimun 22,5 °C dan maksimum 27,5 °C.

Sepanjang tahun terdapat dua musim, yaitu musim hujan dari bulan November

sampai Juni dan musim kemarau dari bulan Juli sampai Oktober. Tingkat curah

hujan kota Sawahlunto mencapai rata-rata 1.071,6 mm per tahun dengan curah

hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember.

5. Kabupaten Padang Pariaman


26

Kabupaten Padang Pariaman berbatasan langsung dengan Kota Padang

sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Barat, dengan luas 1.328,79 Km2. Daerah ini

berada di pesisir barat Pulau Sumatera dengan panjang garis pantai 60,5 km dan

membentang hingga wilayah pergunungan Bukit Barisan. Secara geografis

Kabupaten Padang Pariaman terletak pada  00 11’ –  00 49’ Lintang Selatan dan

980 36’ – 1000 28’ Bujur Timur dengan ketinggian sekitar 0 – 1000 meter dari

permukaan laut. Secara administratif pemerintahan, sampai tahun 2010

Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari 17 kecamatan, 60 Nagari

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan

untuk memberikan gambaran secara sitematis, akurat mengenai fakta-fakta, actual

dan bersifat objektif.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


27

Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri

Padang. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2020 - Maret 2021.

C. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan adalah mortal dan alu, labu ukur, kain kasa,

alkohol 95% sebanyak 250ml, spektofotometer, daun pakcoy hidroponik dan non

hidroponik yang masih segar dari lima wilayah (Padang, Solok, sawalunto,

Padang Panjang, Padang pariaman)

D. Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan pengujian kadar klorofil daun pakcoy

hidroponik dan daun pakcoy konvensional di laboratorium Fisiologi Tumbuhan

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Negeri Padang. Pengukuran Klorofil dilakukan menggunakan spektofotometer

berdasarkan prosedur yang ada pada buku penuntun Fisiologi Tumbuhan. Data

kadar klorofil akan diambil pada panjang gelombang 649 nm dan 665 nm. Kadar

klorofil a, klorofil b dan klorofil total dihitung menggunakan rumus Wintermans

dan de Mots dalam (Sumenda et all, 2011) :

Klorofil total (mg/L) = 20,0 OD649 + 6,1 OD665

Keterangan : OD (Optical Density) = Nilai absorbansi klorofil

E. Prosedur Penelitian
28

1. Pengukuran Kadar Klorofil Pakcoy Hidroponik

Daun pakcoy hidroponik yang masih segar ditimbang sebanyak 1 g,

kemudian dipotong kecil-kecil. Potongan tersebut kemudian diekstrak

menggunakan alkohol 95% dengan cara digerus menggunakan mortar sampai

seluruh klorofil terlarut. Lalu larutan disaring menggunakan kain kasa, pastikan

ampas pakcoy bewarna putih. Selanjutnya larutan klorofil dimasukan kedalam

labu ukur 100ml. tambahkan alkohol 95% sampai volumenya menjadi 100ml.

kemudian larutan dimasukkan kedalam cuvet dan dihitung absorbansinya pada

panjang gelombang 649 dan 665 nm. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali

pengulangan.

Kadar klorofil a dan b dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

Klorofil total (mg/L) = 20,0 OD649+6,1 OD665

Klorofil a (mg/L) = 13,7 OD665 – 5,76 OD649

Klorofil b (mg/L) = 25,8 OD649 – 7,7 OD665

(Sumenda, et all, 2011).

2. Pengukuran Kadar Klorofil Pakcoy Non Hidroponik

Daun pakcoy hidroponik yang masih segar ditimbang sebanyak 1 g,

kemudian dipotong kecil-kecil. Potongan tersebut kemudian diekstrak

menggunakan alkohol 95% dengan cara digerus menggunakan mortar sampai


29

seluruh klorofil terlarut. Lalu larutan disaring menggunakan kain kasa, pastikan

ampas pakcoy bewarna putih. Selanjutnya larutan klorofil dimasukan kedalam

labu ukur 100ml. tambahkan alkohol 95% sampai volumenya menjadi 100ml.

kemudian larutan dimasukkan kedalam cuvet dan dihitung absorbansinya pada

panjang gelombang 649 dan 665 nm. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali

pengulangan.

Kadar klorofil a dan b dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Klorofil total (mg/L) = 20,0 OD649+6,1 OD665

Klorofil a (mg/L) = 13,7 OD665 – 5,76 OD649

Klorofil b (mg/L) = 25,8 OD649 – 7,7 OD665

(Sumenda, et all, 2011).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Perbandingan Klorofil Tanaman pakcoy (brassica rapa L.) Hidroponik
Lima Wilayah.
30

Tabel 1. Kadar klorofil tanaman pakcoy hidroponik di Kota Padang,


Padang panjang, Solok, Sawalunto, Padang Pariaman

Telah dilakukan penelitian pada pengukuran tanaman pakcoy yang

ditanaman secara hidroponik di lima wilayah yang berbeda yaitu padang,

solok, sawalunto, padang panjang, solok, Sawalunto dan Padang Pariaman.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata kadar klorofil total, klorofil


No kadar Padang Padang Solok Sawahlunto padang
No kadar Padang Padang Solok Sawahlunto padang
panjang pariaman
panjang pariaman
1 Klorofil 7,067 22,624 11,241 16,163 13,479
1 Klorofil 9,118 22,230 25,835 20,828 26,361
total (mg/l)
total (mg/l)
2 Klorofil 4,596 14,753 7,660 9,720 8,885
2 Klorofil 5,984 12,246 11,997 12,163 16,103
total (mg/l)
total (mg/l)
3 Klorofil 2,437 7,762 3,524 6,371 4,527
3 Klorofil 3,090 9,892 11,492 8,574 10,139
total (mg/l)
total (mg/l)

a dan klorofil b. Hasil menujukkan bahwa kadar klorofil total tanaman

Pakcoy di Kota Padang Pariaman lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya

(Tabel 1.).

2. Perbandingan Klorofil Tanaman Pakcoy Non Hidroponik Di Lima

daerah

Tabel 2. Kadar klorofil tanaman pakcoy hidroponik di Kota Padang,

Padang panjang, Solok, Sawalunto, Padang Pariaman


31

Telah dilakukan penelitian pada pengukuran tanaman pakcoy yang

ditanaman menggunakan metode non hidroponik di lima wilayah yang

berbeda yaitu padang, padang panjang dan solok, sawalunto dan padang

pariaman.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan. rata-rata kadar klorofil total,

klorofil a dan klorofil b. Hasil menujukkan bahwa kadar klorofil total

tanaman pakcoy non hidroponik di Kota Padang Panjang lebih tinggi

dibandingkan wilayah lainnya

3. Diagram Perbandingan Tanaman Pakcoy Hidroponik dan Non

Hidroponik di Wilayah Padang, Padang Panjang, Solok, Swalunto dan

Padang pariaman

Kadar Klorofil
30

25

20

15

10

0
Padang Padang Panjang Solok Sawah Lunto Padang
Pariaman

Pakcoy Hidroponik Pakcoy Non Hidroponik

Gambar. 3 Kadar klorofil total tanaman pakcoy hidroponik dan

non hidroponik di wilayah Padang, Padang Panjang, Solok, Sawalunto

dan Padang pariaman


32

Berdasarkan diagram diatas, menunjukkan bahwa wilayah padang

panjang memili kesetaraan dalam pertumbuhan pakcoy hidroponik maupun

non hidroponik, dan Padang Pariaman cocok dalam budidaya pakcoy

menggunakan metode hidroponik.

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perhitungan kadar klorofil

tanaman pakcoy hidroponik dan non hidroponik dari lima wilayah yang berbeda

menunjukan bahwa kadar klorofil tanaman pakcoy hidroponik tertinggi terdapat

di wilayah padang pariaman yaitu 26,361 mg/L sedangkan pakcoy non hidroponik

tertinggi terdapat pada daerah Padang Panjang yaitu 22,624 mg/L. namun jika

ditinjau dari kesetaraannya pakcoy hidroponik dan non hidroponik paling cocok

dibudidayakan di Padang Pariaman.

Tinggi rendahnya kadar klorofil dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti cahaya, temperatur, air, karbohidrat, faktor genetik dan unsur-unsur

mineral seperti nitrogen, magnesium, besi, mangan, Cu, Zn, sulfur dan oksigen.

Daun memiliki kandungan klorofil yang digunakan sebagai tempat untuk

melakukan kegiatan fotosintesis. Semakin banyak klorofil maka kegiatan

fotosintesis akan semakin meningkat sehingga akan meningkatkan pertumbuhan

tanaman baik tinggi tanaman, jumlah daun maupun hasil produksi lainnya.

Peningkatan berat basah tanaman berkaitan dengan pertumbuhan lainnya seperti

tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah akar dan kandungan klorofil (Rizal, 2017).
33

Oleh karena itu diperlukan perlakuan konsentrasi nutrisi yaitu AB mix untuk

meningkatkan pertumbuhan dan kandungan klorofil daun pakcoy dengan tujuan

penelitian untuk mengetahui pertumbuhan tanaman pakcoy dengan sistem

hidroponik wick pada konsentrasi AB mix yang berbeda dari awal tanam,

mengetahui kandungan klorofil pada daun pakcoy pada perlakuan konsentrasi AB

mix

Padang Panjang merupakan salah satu sektor pertanian terbaik di

Sumatera Barat. Suhu rata-rata wilayah padang panjang menurut BMKG tahun

2020 berkisar antara 22-28oC. Temperatur 30-40oC merupakan kondisi yang baik

untuk pembentukan klorofil tanaman kangkung, namun klorofil yang paling baik

ialah pada temperatur 26-30oC. sehingga daerah Padang Panjang dapat

menghasilkan tanaman kangkung dengan kualitas gizi yang baik.

Faktor utama pembentuk klorofil pada tanaman adalah nitrogen (N).

unsur N merupakan unsur hara makro yang diperlukan tanaman dalam jumlah

banyak. Tanaman yang kekurangan unsur N akan menunjukkan gejala klorosis

pada daun. Unsur N tidak dapat diserap oleh tanaman jika didalam tanah terdapat

unsur logam berat dan logam berbahaya. Tehambatnya penyerapan N oleh

tanaman dapat menyebabkan menurunnya kadar klorofil dan tehambatnya proses

laju fotosintesis pada tanaman (Leep, 1981)

Dari data penelitian ini, menunjukkan bahwa sistem budidaya

hidroponik lebih baik dibandingkan dengan sistem budidaya tani atau sistem

budidaya yang menggunakan tanah pada umumnya. Hidroponik merupakan

media tanam yang menggunakan air sebagai medianya serta tidak mengandung
34

logam berat yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Berdasarkan

(Gambar 3.) Terlihat bahwa dua dari tiga daerah sistem budidaya hidroponik lebih

unggul dibandingkan dengan sistem budidaya non hidroponik.

Sistem hidroponik memiliki banyak keunggulan dalam budidayanya.

Hidroponik tidak memerlukan ruang yang luas sehingga hidroponik cocok di

aplikasikan di daerah perkotaan, tidak menggunakan tanah sebagai medianya

sehingga mengurangi adanya logam berat yang dapat menghambat pertumbuhan

tanaman pakcoy, tidak menggunakan pestisida berlebihan yang dapat merusak

lingkungan, nutrisi dan hama terkontrol, air dapat digunakan berulang kali

sehingga dapat menghemat penggunaan air. Air yang digunakan sebagai media

dapat menjaga tanaman dalam keadaaan kering yang dapat merusak dan

menghambat pembentukan klorofil. Air dapat menjaga suhu perakaran antara 20-

25oC dalam waktu 12 jam(Ginting, 2008).

Pakcoy yang tumbuh di daerah padang panjang memiliki daun dan

batang yang hijau dan besar. Ini menggambarkan bahwa kondisi lingkungan di

Padang Panjang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman pakcoy.

Semakin baik pertumbuhan kangkung maka semakin baik pula kadungan vitamin

dan klorofil yang ada pada tanaman pakcoy. Warna pada larutan pakcoy

hidroponik juga lebih pekat dibandingkan dengan warna larutan pakcoy non

hidroponik.

Klorofil pada tanaman berfungsi sebagai pigmen fotosintesis untuk

menghasilkan energi dan karbohidrat. Namun pada manusia klorofil mempunyai

manfaat sebagai antioksidan, anti inflamasi dan anti peradangan. Selain itu
35

klorofil juga mempunyai manfaat detoksifikasi dalam tubuh, proses detoksifikasi

ini mampu meringankan kerja hati dalam membuang zat-zat kimia yang ada

dalam aliran darah. Klorofil juga membuat kolesterol dan lemak jenuh yang

mengedap di jaringan darah yang sering memicu penyakit jantung.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN

1. Tanaman Pakcoy yang ditanam menggunakan sistem hidroponik lebih baik

dibandingkan dengan tanaman pakcoy non hidroponik.

2. Kadar klorofil tanaman pakcoy hidroponik yang ditanaman di daerah

Padang Pariaman lebih tinggi dibandingkan dengan kadar klorofil tanaman

pakcoy yang ditanam di daerah Padang, Padang Pariaman, Solok,

Sawalunto

3. Kadar klorofil Pakcoy hidroponik tertinggi yaitu 26,361 mg/L pada daerah

Padang Pariaman sendangkan kadar klorofil terendah yaitu terdapat di

daerah Padang yaitu 9,118 mg/L.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut mengenai aplikasi hidroponik dan perlakuan yang lebih terkontrol

dalam pertumbuhan tanaman Pakcoy hidroponik.


36

DAFTAR PUSTAKA

Andreeilee F, Santoso M, Nugroho A. 2014. Pengaruh Jenis Kompos Kotoran Ternak

dan Waktu Penyiangan Terhadap Produksi Tanaman Pakcoy (Brassica rapa

sub. chienensis) Organik. Jurnal Produksi Tanaman.2(3):190-197.

Dwidjoseputro, D. 1994. Pigmen Klorofil. Erlangga. Jakarta.

Hidayat, A. A. A & Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar kebutuhan dasar manusia.

Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, M. 2009. Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanam Berbeda

terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada. Media Litbang Sulteng 2(2):131-136.

Hidroponik, 2016 Kelebihan dan Kekurangan Bercocok Tanam Hidroponik.

https://www.hidroponik.web.id/2016/09/25/kelebihan- dan -kekurangan-

bercocok-tanam- hidroponik/. Diakses pada tanggal 21 November 2018

Izzuddin, A. (2016). Wirausaha Santri Berbasis Budidaya Tanaman Hidroponik.Jurnal

Pengabdian Masyarakat/DIMAS, 12(2), 351-366.


37

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Hari Gizi Nasional 2017 : Ayo Makan Sayur
dan Buah Setiap Hari. www. Kemenkes.go.id. diakses pada 8 April 2019

Kurniawan, M., Izzati, M. Nurchayati, Y. 2010. Kandungan klorofil, karotenoid, dan vitamin C
pada beberapa spesies tumbuhan akuatik. Buletin Anatomi dan
Fisiologi XVIII (1). 28-40

Muthalib, A. 2009. Klorofil dan Penyebaran di Perairan. http://wwwabdulmuthalib.

co.cc/2009/06/. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2011.

Nurdin, Kushart, C. M., Tanziha, I., Januwati, M. 2009. Kandungan Klorofi Berbagai

Jenis Daun Tanaman dan Cuturunan Klorofil serta Karakteristik Fisiko-

Kimianya. Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009 4(1): 13 – 19.

Parman, S. 2007. Pengaruh Pertumbuhan Pupuk Organik Cair Terhadap

Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.). Semarang:

Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi

Fakultas FMIPA UNDIP.

Perwtasari, B., Tripatmasari, M., dan Wasonowato, C. (2012). Pengaruh media tanah

dan nutrisi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy (Brassica juncea

L.) dengan sistem hidroponik, Agrovigor. Volume 5(1):14-25.

Rahmina, W., Nurlaelah., Handayani. 2017. Pengaruh Perbedaan Komposisi Limbah

Ampas Tahu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Pak Choy (Brassica Rapa L.

Ssp. Chinensis) Quaagga, Volume 9 No. 2, 38-46.

Rizal, S. 2017. Pengaruh nutrisi yang Diberikan terhadap Pertumbuhan


38

Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica rapa L.) yang ditanam secara Hidroponik. Jurnal
Sainmatika. Vol. 14 (1). 38-44

Roidah, I.S. (2014). Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik.

Jurnal Universitas Tulungagung BONOROWO, 1(2), 43-50.

Rosyida, dkk. 2017. The Effect Of NPK Fertilizer Doser and Plant Growth

Promoting Rhizobacteria (PGPR) On Fresh Weight and Leaf Chlophill

Content Of pachoy (Brassica rapa L.). Bioma, vol.6, No.2

Sadewa, D. P. P. 2016. Pemanfaatan Padatan Digestat Sebagai Campuran Media

Tanam Pak Choy (Brassica Rapa L.) Dengan Sistem Irigasi Bawah Permukaan.

Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Setiari, N., dan Nurchayati, Y. 2009. Eksplorasi Kandungan Klorofil pada beberapa

Sayuran Hijau sebagai Alternatif Bahan Dasar Food Supplement. BIOMA, Vol 11,

No. 1, Hal. 6-10 Juni 2009. ISSN: 1410-8801.

Song-Ai, N., dan Banyo, Y. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator

Kekurangan Air Pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains Vol. 11 No. 2, Oktober 2011.

Hal: 166-173.

Sumenda, 2011. Analisis Kandungan Klorofil Daun Mangga (Mangifera indica L.)

Pada Tingkat Perkembangan Daun Yang Berbeda. Bioslogos, 1, (1).


39

Suntoro. 2002. Pengaruh Penambahan Bahan Organik, Dolomit dan KCl Terhadap

Kadar Klorofil dan Dampaknya Pada Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogea L.).

BioSMART. Vol. 4 No. 2:36-46. (Terakreditasi Nasional No. 02/DIKTI/Kep/2002).

Suryani, R. 2015. Hidroponik budidaya tanaman tanpa tanah. Arcitra. Yogyakarta.

Sutedjo, M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta : Rineka Cipta .

Thorpe, N. O. 1984. Cell Biology. John Wiley and Sons. New York. van der Mescht,

A., J. A. de Ronde, F.T. Rossouw. 1999. Chlorophyll

Fluorescence and Chlorophyll Content as A Measure of Drought Tolerance in Potato.

South African Journal of Science 95:407-412.

Unal, S., IIkay. S., Mustafa. C., Ridvan. Y., Ibrahim. I., Ismail. A. 2016. MiniReview:

Hydrophonic Greenhouse The Common Problems And

Solutions.International Journal of Agriculture and Environmental

Research. Volume. 1(2):65-78

Wijaya, K.2000. Pengaruh konsentrasi dan frekuensi pembberian pupuk organik cair

hasil perombakan anaerob limbah makanan terhadap pertumbuhan tanaman

sawi (Brasicca juncea L.) Skripsi. Universitas Sebelas Maret.


40

Lampiran

Lampiran 1. Data Kadar Klorofil a, klorofil b dan klorofil total

1. Klorofil Tanaman Pakcoy Di Daerah Padang

No Nama Sampel 649 665

1 Pakcoy Hidroponik 0,284 0,556

0,288 0,558

2 Pakcoy Non Hidroponik 0,231 0,448

0,223 0,410

a. Pakcoy Hidroponik

1) Menentukan Opendensiti Nilai Absorbansi

0,284+0,288
2

P 1+ P 2
OD649 = 2

=
41

= 0,286

0,556+0,558
2

OD665 =

= 0,557

2) Menentukan klorofil total, klorofil a, dan klorofil b

 Klorofil total(mg/l) = 20,0 OD649 + 6,1 OD665

= 20 (0,286) + 6,1 (0,557)

= 5,720 + 3,400

= 9,120

 Klorofil a (mg/l) = 13,7 OD665 – 5,76 OD649

= 13,7 (0,557) – 5,76 (0,286)

= 7,630 – 1,647

= 5,983

 Klorofil b (mg/l) = 25,8 OD649 – 7,7 Od665

= 25,8 (0,286) – 7,7 (0,557)


42

= 7,378 – 4,288

= 3,090
0,448+0,410
b. Pakcoy Nonhidroponik
2
1) Menentukan Opendensiti Nilai

Absorbansi

OD649 =

0,231+0,223
2

= 0,227

OD665 =

= 0,429

2) Menentukan klorofil total, klorofil a dan klorofil b

 Klorofil total = 20,0 OD649 + 6,1 OD665

= 20 (0,411) + 6,1 (0,731)


43

= 8,22 + 4,459

= 12,679

 Klorofil a = 13,7 OD665 – 5,76 OD649

= 13,7 (0,731) – 5,76 (0,411)

= 10,014 – 2,367

= 7, 647

 Klorofil b = 25,8 OD649 – 7,7 OD665


0,747+0,74
0 = 25,8 (0,411) –

7,7 2 (0,731)

= 10,603 – 5,628

= 4,975

2. Klorofil Tanaman Pakcoy di daerah padang Panjang

No Nama Sampel 649 665

1 Pakcoy Hidroponik 0,747 1,211

0,740 1,202

2 Pakcoy Nonhidroponik 0,718 1,382

0,705 1, 370

a. Pakcoy Hidroponik
1) Menentukan Opendensiti Nilai Absorbansi

OD649 =
44

= 0,743

OD665 =

1,211+1,202
2

= 1,206

2) Menentukan Klorofil total, klorofil a, dan klorofil b


 Klorofil total = 20,0 OD649 + 6,1 OD665
= 20 ( 0,841) + 6,1 (1,433)
= 16,82 + 8,741
= 25,561
 Klorofil a = 13,7 OD665 – 5,76 OD649
= 13,7 (1,433) – 5,76 (0,841)
= 19,632 – 4,844
= 14,788
 Klorofil b = 25,8 OD649 – 7,7 OD665
= 25,8 (0,841) – 7,7 (1,433)
= 21,697 – 11,034
= 10,663
b. Pakcoy Nonhidroponik
1) Menentukan Opendensiti Nilai Absorbansi
45

OD649 =

= 1,712

OD665 = 0,718+0,70
5
1,382+1,370
2
2

= 1,376
2) Menentukan Klorofil total, Klorofil a, dan Klorofil b
 Klorofil total = 20,0 OD649 + 6, OD665
= 20 (1,256) + 5,1 (2,042)
= 25,12 + 12,455
= 37,575
 Klorofil a = 13,7 OD665 – 5,76 OD649
= 13,7 (2,042) – 5,76 (1,256)
= 27,975 – 7,235
= 20,741
 Klorofil b = 25,8 OD649 – 7,7 OD665
= 25,8 (1,256) – 7,7 (2,042)
= 32,405 – 15,723
46

= 16,682

3. Klorofil tanaman pakcoy di daerah Solok

No Nama Sampel 649 665

1 Pakcoy Hidroponik 0,868 1,408

0,860 1,397

2 Pakcoy Nonhidroponik 0,346 0,706

0,348 0,705

a. Pakcoy Hidroponik
1) Menentukan Opendensiti Nilai Absorbansi

OD649 =

0,868+0,860
2

= 0,864
665 = P 1+ P 2
OD 2

1,408+1,397
2
47

= 1,403

2) Menentukan Klorofil tptal, Klorofil a dan Klorofil b


 Klorofil total = 20,0 OD649 + 6,1 OD665
= 20 (1,106) + 6,1 ( 1,907)
= 22,12 + 11,633
= 33, 753
 Klorofil a = 13,7 OD665 – 5,76 OD649
= 13,7 (1,907) – 5,76 (1,106)
= 26,126 – 6,371
= 19,755
 Klorofil b = 25,8 OD649 – 7,7 OD665
= 25,8 (1,106) – 7,7 (1,907)
= 28,535 – 14,684
= 13,851
b. Pakcoy Nonhidroponik
1) Menentukan Opendensiti Nilai Absorbabsi

OD649 =

0,346+0,348
2

= 0,347
48

OD665 =

0,706+0,705
2

= 0,705

2) Menentukan klorofil total, klorofil a, dan klorofil b


 Klorofil total = 20 OD649 + 6,1 OD665
= 20 (0,887) + 6,1 (1,546)
= 17,74 + 9,431
= 27,171
 Klorofil a = 13,7 OD665 – 5,76 OD649
= 13,7 (1,546) – 5,76 ( 0,887)
= 21,180 – 5,109
= 16,071
 Klorofil b = 25,8 OD649 – 7,7 OD665
= 25,8 (0,887) – 7,7 (1,546)
= 22,885 – 11,904
= 10,981
4. Klorofil tanaman pakcoy di daerah Sawahlunto

No Nama Sampel 649 665

1 Pakcoy Hidroponik 0,708 1,202


49

0,658 1,148

2 Pakcoy Nonhidroponik 0,524 0,929

0,525 0,931

0,708+0,65
8
2

1,202+1,14
c. Pakcoy Hidroponik
8
3) Menentukan Opendensiti Nilai
2
Absorbansi

OD649 =

= 0,683
665 = P 1+ P 2
OD 2

= 1,175
4) Menentukan Klorofil total, Klorofil a dan Klorofil b
 Klorofil total = 20,0 OD649 + 6,1 OD665
= 20 (1,106) + 6,1 ( 1,907)
= 22,12 + 11,633
50

= 33, 753
 Klorofil a = 13,7 OD665 – 5,76 OD649
= 13,7 (1,907) – 5,76 (1,106)
= 26,126 – 6,371
0,524+0,52 = 19,755
 5 Klorofil b = 25,8
OD649 2 – 7,7 OD665
= 25,8 (1,106) – 7,7
(1,907)
= 28,535 – 14,684
= 13,851
0,929+0,93
1
2
d. Pakcoy Nonhidroponik
3) Menentukan Opendensiti Nilai Absorbabsi

OD649 =

= 0,525

OD665 =

= 0,930
4) Menentukan klorofil total, klorofil a, dan klorofil b
 Klorofil total = 20 OD649 + 6,1 OD665
51

= 20 (0,887) + 6,1 (1,546)


= 17,74 + 9,431
= 27,171
 Klorofil a = 13,7 OD665 – 5,76 OD649
= 13,7 (1,546) – 5,76 ( 0,887)
= 21,180 – 5,109
= 16,071
 Klorofil b = 25,8 OD649 – 7,7 OD665
= 25,8 (0,887) – 7,7 (1,546)
= 22,885 – 11,904
= 10,981

5. Klorofil tanaman pakcoy di daerah Padang


Pariaman 0,884+0,81
7
2
No Nama Sampel 649 665

1 Pakcoy Hidroponik 0,884 1,574

0,817 1,492

2 Pakcoy Nonhidroponik 0,436 0,844

0,408 0,808

e. Pakcoy Hidroponik
5) Menentukan Opendensiti Nilai Absorbansi

OD649 =

=
52

= 0,850
665 = P 1+ P 2
OD 2

1,574+1,492
2

= 1,533
6) Menentukan Klorofil total, Klorofil a dan Klorofil b
 Klorofil total = 20,0 OD649 + 6,1 OD665
= 20 (1,106) + 6,1 ( 1,907)
= 22,12 + 11,633
= 33, 753
 Klorofil a = 13,7 OD665 – 5,76 OD649
= 13,7 (1,907) – 5,76 (1,106)
= 26,126 – 6,371
= 19,755
 Klorofil b = 25,8 OD649 – 7,7 OD665
= 25,8 (1,106) – 7,7 (1,907)
= 28,535 – 14,684
= 13,851
f. Pakcoy Nonhidroponik
5) Menentukan Opendensiti Nilai Absorbabsi

OD649 =
53

= 0,422

0,844+0,808
2

OD665 =

= 0,436+0,40 0,826
6) 8 Menentukan klorofil total, klorofil
a, dan 2 klorofil b
 Klorofil total = 20 OD649 + 6,1
OD665
= 20 (0,887) + 6,1 (1,546)
= 17,74 + 9,431
= 27,171
 Klorofil a = 13,7 OD665 – 5,76 OD649
= 13,7 (1,546) – 5,76 ( 0,887)
= 21,180 – 5,109
= 16,071
 Klorofil b = 25,8 OD649 – 7,7 OD665
= 25,8 (0,887) – 7,7 (1,546)
= 22,885 – 11,904
= 10,981
54

Anda mungkin juga menyukai