IRVE01 DAN
Pseudomonas stutzeri IRNAE01 ASAL TAMBAK UDANG PADA
LARVA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei)
Oleh:
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
ABSTRAK
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
JUDUL : PENGGUNAAN PROBIOTIK Bacillus sp. IRVE01 DAN
Pseudomonas stutzeri IRNAE01 ASAL TAMBAK UDANG PADA
LARVA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei)
NAMA : RYO CHANDRA SILABAN
NRP : G34103039
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 9 Februari 1985 sebagai anak
kedua dari empat bersaudara, putra kesayangan dari pasangan Sardi Silaban dan
Tianur Simanjuntak.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Tunas Keluarga Mulia 1
Jakarta Utara pada tahun 1997, kemudian melanjutkan ke SLTP St. Fransiskus
Xaverius III Jakarta Utara hingga lulus pada tahun 2000. Pendidikan menengah
ditempuh di SMU Negeri 52 Jakarta. Pada tahun 2003, penulis lulus SMU dan
pada tahun yang sama diterima di Departemen Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Biologi
Alga dan Bryophyta pada semester genap tahun ajaran 2005/2006 dan
Mikrobiologi Dasar pada semester ganjil tahun ajaran 2006/2007. Penulis
melaksanakan Praktek Lapang (PL) di PT Novell Pharmaceutical Laboratories
pada bulan Juli-Agustus 2006.
Kegiatan kemahasiswaan yang pernah diikuti penulis selama perkuliahan
antara lain bergabung dengan Tim Bola Basket Putra Biologi IPB dan Tim Futsal
Biologi IPB tahun 2005-2006, kemudian meraih juara III Futsal dalam Turnament
MISOTO IPB tahun 2006. Pada tahun 2005, penulis aktif dalam Program
Kreativitas Mahasiswa Ilmiah (PKMI).
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas
segala kasih karunia yang telah dilimpahkan sehingga karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan. Karya ilmiah ini berjudul Penggunaan Probiotik Bacillus sp.
IRVE01 dan Pseudomonas stutzeri IRNAE01 Asal Tambak Udang pada
Pemeliharaan Larva Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), yang
dilaksanakan pada bulan Februari 2007 hingga April 2007 bertempat di
Laboratorium Scientific Study (Biotechnology aquaculture), PT Central Pertiwi
Bahari, Kalianda, Lampung. Penelitian ini didanai oleh Proyek Penelitian PT
Central Pertiwi Bahari melalui Dr. Ir Iman Rusmana, M.Si selaku Manager
Departemen IQA (Integrated Quality Assurance) di PT Central Pertiwi Bahari.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam
kepada Dr. Ir. Iman Rusmana, M.Si selaku pembimbing pertama atas bimbingan
atau saran selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini, dan
kepada Ir. Kastitonif selaku pembimbing kedua yang telah banyak memberikan
bimbingan maupun arahan dalam bidang mikrobiologi yang sangat berharga bagi
penulis. Serta kepada Dra. Hilda Akmal selaku dosen penguji dan wakil komisi
pendidikan atas saran dan masukan yang berharga bagi perbaikan karya ilmiah ini.
Penulis ucapkan juga terima kasih kepada Staff Breeding Operation PT
Central Pertiwi Bahari, yaitu Mas Esti Handoyo, Agung, Mbak Nurul, Adi, Pak
Resopim, Pak Nawal, dan Mbak Esti yang telah menyumbangkan waktu, tenaga,
hati yang mulia, dan pikirannya bagi karya ilmiah ini. Di samping itu, ungkapan
terima kasih bercampur rasa sayang penulis sampaikan kepada Thresia dan
keluarganya atas kasih sayang, perhatian, semangat, dukungan, dan ide bagi
penulis dan karya ilmiah ini, dan kepada Teguh, Maman, Evan, Dede, Indrie, dan
Rina atas semangat yang diberikan, serta seluruh teman Biologi angkatan 40,
terutama Bibah, Ima, Ika Suparnika, Andri, Wahyu, Ika Madona, Besti, Rut,
Mutiha, Ari, Novan, Irfan, Mbak Iis, Kak Airul, Kak Ria, dan Bu Id yang telah
memberikan pengorbanannya bagi penulis dalam penyusunan karya ilmiah dan
menjadikan penulis berarti. Rasa hormat dan ungkapan penghargaan juga
disampaikan kepada Bapa dan Mama tercinta untuk budi yang tak terbalaskan,
serta kakak dan adik-adikku tersayang, Ira dan Rentina yang senantiasa
mendoakan dan telah mencurahkan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini dapat berguna bagi masyarakat luas di kemudian
hari.
Halaman
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Tujuan ..................................................................................................... 1
Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 2
HASIL .............................................................................................................. 4
Aktivitas Penghambatan Isolat Bacillus sp. Terhadap Vibrio sp.
Secara In Vitro ........................................................................................ 4
Suhu Air Pemeliharaan Larva ................................................................. 4
pH Air Pemeliharaan Larva .................................................................... 5
Alkalinitas Air Pemeliharaan Larva ........................................................ 5
Oksigen Terlarut (DO) ............................................................................ 5
Total Ammonia Nitrogen (TAN) ............................................................. 5
Sisa Pakan Larva ..................................................................................... 6
Populasi Bakteri ...................................................................................... 6
Kesehatan Larva ...................................................................................... 7
Tingkat Kelangsungan Hidup Larva ....................................................... 7
PEMBAHASAN .............................................................................................. 8
Aktivitas Penghambatan Isolat Bacillus sp. Terhadap Vibrio sp.
Secara In Vitro ........................................................................................ 8
Suhu Air Pemeliharaan Larva ................................................................. 9
pH Air Pemeliharaan Larva .................................................................... 9
Alkalinitas Air Pemeliharaan Larva ........................................................ 10
Oksigen Terlarut (DO) ............................................................................ 10
Total Ammonia Nitrogen (TAN) ............................................................. 10
Sisa Pakan Larva ..................................................................................... 11
Populasi Bakteri ...................................................................................... 11
Kesehatan Larva ...................................................................................... 12
Tingkat Kelangsungan Hidup Larva ....................................................... 12
SIMPULAN ..................................................................................................... 12
SARAN ............................................................................................................ 12
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Bak yang ditutup dengan plastik transparan ................................................. 3
2 Uji tantang Bacillus sp. IRVE01 terhadap Vibrio sp. H3B23B .................... 4
3 Uji tantang P. stutzeri IRNAE01 terhadap Vibrio ........................................ 4
4 Uji tantang Bacillus sp. IRVE01 terhadap P. stutzeri IRNAE01.................. 4
5 Grafik nilai suhu air pemeliharaan larva pada kontrol dan probiotik ........... 5
6 Grafik nilai pH air pemeliharaan larva pada kontrol dan probiotik .............. 5
7 Grafik nilai alkalinitas air pemeliharaan larva pada kontrol dan probiotik .. 5
8 Grafik nilai DO air pemeliharaan larva pada kontrol dan probiotik ............. 5
9 Grafik nilai TAN air pemeliharaan larva pada kontrol dan probiotik ........... 6
10 Klekap pada kontrol dan perlakuan probiotik ............................................... 6
11 Jumlah bakteri pada air pemeliharaan larva .................................................. 6
12 Jumlah bakteri pada tubuh larva ................................................................... 6
13 Grafik nilai TVC dalam air pemeliharaan larva ............................................ 6
14 Grafik nilai TVC dalam tubuh larva ............................................................. 7
15 Grafik Jumlah Bacillus dalam air pemeliharaan larva .................................. 7
16 Grafik Jumlah Bacillus dalam tubuh larva .................................................... 7
17 Grafik SR akhir kontrol dan probiotik .......................................................... 7
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
kesehatan larva, dan SR larva udang dengan yang berwarna kuning, hijau, dan
jumlah Vibrio sebagai parameter utama. berluminesen dalam media TCBS
dipindahkan sebanyak satu lup secara
aseptik masing-masing ke dalam tiga
Waktu dan Tempat Penelitian erlenmeyer yang berisi 50 ml media cair
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan SWC 50%, kemudian dihomogenkan selama
Februari 2007 hingga April 2007 di 24 jam pada suhu ruang. Ketiga kultur
Laboratorium Scientific Study Vibrio tersebut disuspensikan ke dalam 50
(Biotechnology aquaculture), PT Central ml media SWC semi padat sebanyak 50 μl,
Pertiwi Bahari, Kalianda, Lampung. kemudian dihomogenkan. Setelah homogen,
media tersebut dituang pada permukaan agar
SWC 50 %, lalu didiamkan beberapa saat
BAHAN DAN METODE hingga beku. Isolat Bacillus sp. IRVE01,
IRVE02, dan IRVE03 serta P. stutzeri
IRNAE01 hasil peremajaan 48 jam
Bahan dan Alat diinokulasikan pada agar tersebut
Hewan uji yang digunakan ialah larva
menggunakan tusuk gigi steril, kemudian
udang vannamei yang diperoleh dari PT
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35 0C.
Central Pertiwi Bahari. Bakteri uji yang
Bacillus yang menghasilkan senyawa
digunakan ialah isolat bakteri asal bak
antimikrob atau memiliki indeks
pemeliharaan larva, Vibrio sp. yang
penghambatan terhadap Vibrio ditunjukkan
berwarna kuning, hijau, dan yang
oleh adanya zona bening di sekitar koloni
berluminesen dalam media Thiosulfate
Bacillus. Salah satu Bacillus yang memiliki
Citrate Bile-salt (TCBS). Probiotik yang
indeks penghambatan Vibrio terbesar
digunakan ialah isolat bakteri asal tambak
digunakan sebagai probiotik untuk larva
udang Bacillus sp. IRVE01, IRVE02, dan
udang. Probiotik terpilih diperkaya ke dalam
IRVE03 serta P. stutzeri IRNAE01 koleksi
300 ml media molase dan fishmeal,
Laboratorium Mikrobiologi, Departemen
kemudian diinkubasi selama 48 jam pada
Biologi IPB. Probiotik pembanding yang
suhu 35 0C.
digunakan ialah probiotik komersial Epicin-
D. Bahan yang digunakan antara lain media
Penyiapan Bak Mini Hatchery
untuk pertumbuhan bakteri seperti Sea
Enam bak mini Hatchery dicuci dahulu
Water Complete Agar (SWC-Agar 50%),
dengan larutan detergen yang dicampur
TSA (Trypticase Soy Agar), TCBS, Molase
dengan iodine 100 ppm kemudian dibilas
dan Fishmeal. Pakan buatan yang diberikan
dengan air tawar. Dinding dan lantai bak
ialah BP Eguchi, CP Star 100 dan 200, dan
serta lantai ruang pemeliharaan dibilas lagi
Lanzy ZM serta MPL. Pakan alami yang
dengan larutan kaporit 1000 ppm dan
diberikan ialah alga Skeletonema sp. dan
dibiarkan hingga kering. Batu aerasi dan
Artemia. Obat yang diberikan ialah Iodine,
timah pemberat direndam dengan larutan
EDTA, Formalin, dan Treflan. Alat yang
detergen selama 24 jam, selanjutnya
digunakan terdiri atas 6 bak berkapasitas 3.5
dilakukan pencucian dan dibilas dengan air
ton, 6 set lampu neon, selang aerasi, batu
tawar. Selang aerasi dicuci dengan detergen
aerasi, timah aerasi, neraca analitik, ORP
yang dicampur dengan iodine 100 ppm dan
(Oksidation Reduction Potential) meter tipe
dibilas dengan air tawar.
RM-12P, Hand Refraktometer,
Bak yang sudah kering diisi 2.5 ton air
spektrofotometer DR 4000, Erlenmeyer, dan
laut yang kadar salinitasnya 30-33 ppt dan
saringan pakan mesh 100 dan 200 µl.
sudah difiltrasi serta diozonisasi. Air laut
yang masuk ke dalam bak disaring
Metode menggunakan saringan air yang terbuat dari
bahan khusus. Selang yang sudah
Uji Tantang Vibrio sp. Skala dimasukkan timah pemberat dan batu aerasi
Laboratorium pada salah satu ujungnya dipasangkan ke
Isolat P. stutzeri IRNAE01 dan tiga
bak secara teratur. Semua bak ditutup
calon probiotik, yaitu Bacillus sp. IRVE01,
dengan plastik transparan (Gambar 1).
IRVE02, dan IRVE03 diremajakan terlebih
Sumber kontaminan yang mengganggu
dahulu dalam media agar SWC 50%,
kesehatan larva dicegah dengan
kemudian diinkubasi selama 48 jam pada
disediakannya tempat cuci tangan dan cuci
suhu 35 0C. Selanjutnya, tiga isolat Vibrio
kaki menggunakan klorin atau iodin bagi
3
orang yang ingin keluar masuk ruang Manajemen Pakan dan Obat-obatan
pemeliharaan, disediakannya peralatan untuk Pemberian pakan setiap hari dilakukan
masing-masing bak, dan disediakannya sebanyak tiga kali untuk pakan alami dan
tempat cuci peralatan di samping bak enam kali untuk pakan buatan. Pakan buatan
sebelum dan sesudah peralatan digunakan. diberikan pada pagi (05.30 dan 10.00), siang
(14.00), sore (17.00), dan malam hari (20.00
dan 00.00). Pakan alami diberikan pada pagi
(08.00), sore (16.00), dan malam hari
(22.00). Pakan alami Skeletonema sp.
diberikan dari stadia nauplii hingga PL 1.
Pakan alami Artemia mulai diberikan pada
stadia PL 1 hingga PL 9. Obat-obatan
seperti EDTA, Treflan, dan Formalin
diberikan pada stadia tertentu. Manajemen
Gambar 1 Bak yang ditutup dengan plastik pakan buatan, pakan alami, dan obat-obatan
transparan. dapat dilihat pada Lampiran 1.
Penerimaan Nauplii Tabel 1 Jadwal pemberian beberapa jenis
EDTA sebanyak 10 ppm dimasukkan ke probiotik
dalam bak sekitar 7-8 jam sebelum nauplii
masuk. Selanjutnya, dua bak perlakuan IRVE IRNAE01 Pembanding
Stadia Volume Volume
IRVE01+IRNAE01 diberi penambahan 500 Hari Larva (ml) (ml) ppm gram
ml suspensi Bacillus sp. IRVE01 dengan 0 Persiapan 500
konsentrasi ±108 sel/ml dalam media molase 1 N 4-6 2 6
dan fishmeal yang telah diinkubasi selama
2 Zoea 1 2 6
48 jam, sedangkan bak lainnya tidak diberi
3 Zoea 1-2 2.5 7.5
probiotik sama sekali. Pada saat nauplii
4 Zoea 2 2.5 7.5
diterima, kantong plastik nauplii dicuci
dengan larutan Formalin 200 ppm sebelum 5 Zoea 3 3 9
Zoea
masuk ke bak. Kantong plastik nauplii 6 /Mysis 300 3 9
dibuka di dalam bak, kemudian dilakukan 7 Mysis 1 3 9
aklimatisasi minimal 15 menit sebelum 8 Mysis 2 3 9
dituang ke dalam bak. Selama proses 9 Mysis 3 300 3 9
tersebut, air laut yang ada di dalam bak 10 PL 1 4 12
ditambahkan ke dalam kantong setiap 5
11 PL 2 4 12
menit, agar suhu dan kadar salinitas
12 PL 3 4 12
mendekati kondisi air di dalam bak.
13 PL 4 4 12
Kepadatan nauplii yang ditebar ke setiap bak
ialah 100 ekor per liter (300.000 ekor dalam 14 PL 5 300 300 4 12
3 ton air). 15 PL 6 4 12
16 PL 7 4 12
Manajemen Probiotik 17 PL 8 4 12
Sebanyak 300 ml suspensi Bacillus sp. 18 PL 9 4 12
IRVE dalam media molase dan fishmeal
dengan konsentrasi ±108 sel/ml ditambahkan Manajemen Air Laut
masing-masing ke dalam dua bak perlakuan Penambahan 0.17 ton air laut yang
IRVE pada masa perantaraan stadia zoea dan kadar salinitasnya sama dengan air di bak
mysis. Pada masa perantaraan stadia mysis dilakukan pada stadia zoea 3, mysis 1, dan
dan PL ditambahkan 300 ml suspensi P. mysis 3. Pengurangan 0.17 ton air laut
stutzeri IRNAE01 dalam media molase dan dilakukan pada stadia mysis 3, PL 5, dan
fishmeal dengan konsentrasi ±108 sel/ml. menjelang panen.
Pada PL 5 diberi penambahan lagi suspensi
Bacillus sp. IRVE dan P. stutzeri IRNAE01 Parameter yang Diamati
dalam media molase dan fishmeal masing- Selama uji ini berlangsung, dilakukan
masing 300 ml. Probiotik komersial, Epicin- pengamatan terhadap kualitas air, kesehatan
D diberikan setiap hari dengan jumlah larva, dan tingkat kelangsungan hidup (SR)
tertentu ke dalam dua bak perlakuan larva. Pengamatan kualitas air, seperti
pembanding (Tabel 1). analisa parameter fisik, kimia, maupun
4
mikroba dilakukan sebanyak enam kali, H1B13B, dan H3B23B. Nilai indeks
yaitu pada tahap air persiapan, zoea 2, mysis penghambatan Bacillus sp. IRVE01 terbesar
2, PL 2, PL 5, dan PL 8. Parameter fisik dan ialah sebesar 1.125 terhadap koloni Vibrio
kimia kualitas air yang diamati ialah sp. H3B23B (Gambar 2).
alkalinitas, oksigen terlarut (DO), pH,
potensial oksidasi reduksi, salinitas, suhu, Vibrio sp. H3B23B
IRVE02
dan Total Ammonia Nitrogen (TAN).
Zona Bening
Pengukuran alkalinitas menggunakan
indikator fenolftalein (PP), indikator Brom
Cresol Green (BCG), dan indikator Methil
Red (MR), kemudian dititrasi dengan larutan
asam sulfat 0.04 N. Pengukuran potensial
oksidasi reduksi menggunakan alat ORP
meter tipe RM-12P. Pengukuran salinitas
IRVE01
menggunakan Hand Refraktometer. TAN IRVE03
suhu yang aman bagi pertumbuhan udang, alkalinitas pada tiap air pemeliharaan larva
yaitu 27.4-30.6 0C (Gambar 5). Suhu rata- ditampilkan pada Gambar 7.
rata terendah terdapat pada kontrol saat 250,00
stadia PL 2, yaitu 27.7 0C dan tertinggi
terdapat pada perlakuan Bacillus sp. IRVE01 200,00
A l k a l i n i ta s (m g / L )
dan P. stutzeri IRNAE01 dan pembanding
saat stadia zoea 2, yaitu 30.55 0C. 150,00
31,00 100,00
30,00
50,00
29,00
S u h u (C )
0,00
28,00
Z2
M2
8
PL
PL
PL
27,00
n
Stadia
pa
sia
er
26,00
rp
Kontrol IRVE01+IRNAE01 Pembanding
Ai
25,00
Gambar 7 Grafik nilai alkalinitas air
pemeliharaan larva pada
Z2
M2
8
PL
PL
PL
n
pa
3,40
8,70
3,20
8,40
3,00
8,10
pH
2,80
7,80
Z2
M2
8
PL
PL
PL
n
pa
7,50 Stadia
sia
er
rp
7,20
Gambar 8 Grafik nilai DO air pemeliharaan
Z2
8
2
PL
PL
PL
M
Stadia
si
er
rp
3.000.000
3,00
2.500.000
2,50
T B C ( C F U /m L )
2.000.000
T A N ( m g /L )
2,00 1.500.000
1,50 1.000.000
500.000
1,00
0
Air
0,50 Persiapan
Z2 M2 PL2 PL5 PL8
Gambar 9 Grafik nilai TAN air Gambar 11 Jumlah bakteri pada air
pemeliharaan larva pada pemeliharaan larva.
kontrol dan probiotik. 300.000
250.000
Sisa Pakan Larva (Klekap)
T B C (C F U / m L )
200.000
Ada perbedaan yang nyata antara bak
150.000
kontrol dan perlakuan dalam pembentukan
klekap (sisa pakan yang tidak terdegradasi 100.000
yang menggumpal dan hampir 60% Kontrol 51.800 33.000 42.000 112.000 139.000 300.000
menutupi seluruh permukaan dasar bak. Pembanding 78.000 67.000 105.000 155.000 66.000 300.000
IRVE01+IRNAE01 78.000 43.000 56.000 127.000 56.000 114.900
Pada pembanding juga terlihat adanya Stadia
gumpalan-gumpalan klekap di permukaan Kontrol Pembanding IRVE01+IRNAE01
dasar bak, tetapi lebih sedikit jumlahnya
dibandingkan kontrol. Pada perlakuan Gambar 12 Jumlah bakteri pada tubuh larva.
Bacillus sp. IRVE01 dan P. stutzeri
IRNAE01 hanya menutupi kurang dari 10% Saat stadia PL 8, nilai TVC (Total
dari permukaan dasar bak atau hampir tidak Vibrio Count) pada air pemeliharaan kontrol
terdapat klekap. sebesar 1.470.000 CFU/ml, sedangkan
pembanding sebesar 17.500 CFU/ml dan
Bak kontrol Bak IRVE01+IRNAE01 Bak pembanding
probiotik Bacillus sp. IRVE01 dan P.
stutzeri IRNAE01 sebesar 2.440 CFU/ml
(Gambar 13).
1.700.000
1.500.000
1.100.000
perlakuan probiotik. 900.000
700.000
500.000
Populasi Bakteri 300.000
Saat menjelang panen, nilai Total 100.000
TBC tertinggi dalam tubuh larva terdapat Gambar 13 Grafik nilai TVC dalam air
pada kontrol dan pembanding, yaitu sebesar pemeliharaan larva.
300.000 CFU/ml, dan terendah pada
Bacillus sp. IRVE01 dan P. stutzeri Saat stadia PL 2 terjadi kenaikan nilai
IRNAE01, yaitu sebesar 114.900 CFU/ml TVC dalam tubuh larva pada kontrol dan
saat stadia PL 8 (Gambar 12). probiotik Bacillus sp. IRVE01 dan P.
stutzeri IRNAE01, sedangkan pembanding
7
T o t a l B a c i ll u s ( C F U / m L )
70000
CFU/ml 60000
90.000 50000
80.000
40000
70.000
T V C (C F U /m L )
60.000 30000
50.000 20000
40.000 10000
30.000
0
20.000 Z2 M2 PL2 PL5 PL8
10.000
Pembanding 30000 34000 36000 37900 83000
0
Air IRVE01+IRNAE01 5500 6400 1350 15600 19800
Z2 M2 PL2 PL5 PL8
Persiapan Stadia
Kontrol 13.900 24.300 36.000 67.000 67.000 76.000 Pembanding IRVE01+IRNAE01
Pembanding 17.600 7.900 63.000 42.000 35.000 37.900
IRVE01+IRNAE01 8.700 6.000 24.900 51.000 34.500 19.600 Gambar 16 Grafik jumlah Bacillus dalam
Stadia tubuh larva.
Kontrol Pembanding IRVE01+IRNAE01
25000
maupun kombinasi IRVE01+IRNAE01
20000 menunjukkan SR terendah dihasilkan oleh
15000 kontrol yang larvanya mengalami
10000
pembilasan pada stadia PL 5 karena populasi
sangat rendah (Gambar 17). Nilai SR akhir
5000
paling tinggi terdapat pada perlakuan
0
Z2 M2 PL2 PL5 PL8
kombinasi Bacillus sp. IRVE01 dan P.
Pembanding 990 8000 1970 1370 18300
stutzeri IRNAE01, yaitu sebesar 29,06%,
IRVE01+IRNAE01 1300 1200 315 240 1450 sedangkan perlakuan pembanding
Stadia menghasilkan SR sebesar 26,60%.
Pembanding IRVE01+IRNAE01
40,00
Gambar 15 Grafik jumlah Bacillus dalam
air pemeliharaan larva . 30,00
S R (% )
bakteri patogen pada larva udang. Akan (Allan et al. 2000). Media produksi lain
tetapi, vibriosis berhubungan juga dengan yang digunakan ialah molase, yaitu media
faktor-faktor stres seperti penanganan, yang berasal dari sisa pengolahan tebu.
kepadatan yang tinggi, kekurangan nutrisi, Harga media ini murah dan kandungan
suhu yang ekstrim, luka-luka luar tubuh, dan karbonnya masih cukup tinggi.
tingginya kadar amonia, salinitas atau
nitrogen. Pengaruh dari vibriosis akan sangat Suhu Air Pemeliharaan Larva
bergantung pada tingkat infeksi, tetapi Pemeriksaan kualitas air pemeliharaan
tingkat kematian inang dapat melebihi 70% larva selama penelitian berlangsung
(Main & Laramore 2005). Oleh karena itu, dilakukan setiap 3 hari sekali. Walaupun
dibutuhkan calon probiotik lain untuk prosedur yang baik dalam pemeriksaan
dikombinasikan dengan Bacillus sp. IRVE01 kualitas air ialah dilakukan setiap hari,
sehingga stress pada larva dapat berkurang. namun pemeriksaan 3 hari sekali sudah
P. stutzeri IRNAE01 yang diisolasi dari cukup mewakili data kualitas air
air dan sedimen tambak udang di daerah pemeliharaan larva. Kualitas air diperiksa
Kendari, Sulawesi Selatan diketahui untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh
memiliki kemampuan dalam proses pemberian probiotik terhadap larva
nitrifikasi dan denitrifikasi. Bakteri ini dibandingkan kontrol dan pembanding.
merupakan kelompok bakteri nitrifikasi yang Parameter kualitas air, seperti salinitas air
bersifat heterotrofik, yaitu mengubah nitrit tidak diperiksa dalam penelitian ini karena
menjadi nitrat dan termasuk kelompok air laut yang digunakan sebagai air
bakteri denitrifikasi, yaitu mereduksi pemeliharaan pada tiap perlakuan berasal
senyawa nitrat dan nitrit menjadi gas dari sumber air yang sama.
nitrogen (Widiyanto 2006). Kombinasi Grafik nilai rata-rata suhu air
antara Bacillus sp. IRVE01 dan P. stutzeri pemeliharaan menunjukkan kemiripan
IRNAE01 diharapkan menjadi probiotik dalam hal kenaikan dan penurunan nilai
yang lebih baik. Akan tetapi, hasil uji suhu antara kontrol dan perlakuan probiotik.
tantang Bacillus terhadap P. stutzeri Grafik ini juga menunjukkan bahwa suhu air
IRNAE01 menunjukkan bahwa P. stutzeri pemeliharaan dari stadia nauplii hingga PL 8
IRNAE01 dihambat oleh Bacillus sp. berada dalam kisaran suhu yang aman bagi
IRVE01. Oleh karena itu, jadwal pemberian pertumbuhan udang, yaitu 27.4-30.6 0C. Hal
Bacillus sp. IRVE01 dan P. stutzeri ini menandakan bahwa kehadiran probiotik
IRNAE01 yang berselang-seling diharapkan dalam air pemeliharaan larva tidak begitu
tidak terjadi kompetisi antara dua bakteri mempengaruhi nilai suhu air. Namun, suhu
tersebut. Pada stadia perantaraan zoea dan air pemeliharaan larva dapat mempengaruhi
mysis hanya diberikan Bacillus sp. IRVE01, kondisi tubuh larva. Apabila air
sedangkan pada stadia mysis 3 hanya pemeliharaan larva berada dalam suhu yang
diberikan P. stutzeri IRNAE01. tinggi, maka laju metabolisme sel menjadi
Beberapa persyaratan yang harus cepat dan perkembangan tubuh larva pun
dimiliki probiotik, antara lain dapat mudah semakin meningkat. Suhu juga memiliki
dipelihara dan diperbanyak, dapat hidup dan pengaruh tehadap respirasi organisme air
bertahan dalam usus inang, dapat dipelihara dan dapat memperlihatkan peningkatan
dalam media yang mungkin dapat konsumsi oksigen seiring dengan
diintroduksi ke dalam usus inang, dan dapat peningkatan suhu (Effendi 2000). Kisaran
hidup dan berkembang di dalam air wadah suhu optimum untuk pertumbuhan udang
pemeliharaan (Feliarta et al. 2004). Oleh ialah 25-32 0C dan akan mengalami
karena itu, P. stutzeri IRNAE01 dan Bacillus kematian pada suhu di atas 35 0C (Dharmadi
sp. IRVE01 diperkaya dalam media produksi & Ismail 1995). Suhu air pemeliharaan juga
fish meal, yaitu sejenis pakan bagi hewan mempengaruhi kondisi pertumbuhan
perairan. Ada tiga jenis fish meal, antara lain probiotik. Suhu optimum bagi
Australian fish meal, Danish fish meal, dan perkembangan probiotik Bacillus sp.
Peruvian fish meal. Ketiga jenis fish meal IRVE01 berada pada kisaran suhu 30-35 0C.
ini mempunyai bobot kering, jumlah
nitrogen, dan jumlah energi yang cukup pH Air Pemeliharaan Larva
tinggi. Kandungan asam amino dari ketiga Grafik hasil pengukuran pH
jenis fish meal ini lebih tinggi dari soybean menggambarkan bahwa nilai pH antara
meal sehingga soybean meal tidak dipakai kontrol dan perlakuan relatif tidak berbeda
sebagai media produksi dalam penelitian ini nyata, tetapi pada kontrol mengalami
10
1994). Endospora Bacillus tetap ada pada penekanan nilai TVC yang cukup berarti
suhu yang ekstrim. Oleh karena itu, suhu pada air pemeliharaan dan tubuh larva serta
yang dipilih pada metode heat shock ialah di kondisi lingkungan yang mendukung, seperti
atas 70 0C dengan harapan semua bakteri nilai TAN yang tidak terlalu tinggi, amonia
yang tidak menghasilkan endospora mati. dan klekap yang sedikit, dan parameter
Sama halnya dengan jumlah Bacillus di kualitas air lainnya yang masih termasuk
media pemeliharaan, di tubuh larva aman bagi pertumbuhan larva udang. Hasil
perlakuan pembanding pun cenderung lebih SR panen ini membuktikan bahwa
banyak mengandung Bacillus bila penggunaan probiotik Bacillus sp. IRVE01
dibandingkan perlakuan Bacillus sp. dan P. stutzeri IRNAE01 berpengaruh dalam
IRVE01 dan P. stutzeri IRNAE01. Saat meningkatkan SR dengan cara menekan
stadia PL 2, jumlah Bacillus dalam tubuh Vibrio dan juga mempertahankan kualitas air
larva perlakuan IRVE01+IRNAE01 pemeliharaan. Peningkatan nilai SR larva
menurun, yaitu dari 6.400 CFU/ml menjadi juga terjadi pada pemeliharaan larva udang
1.350 CFU/ml. Hal ini wajar terjadi karena windu (Penaeus monodon) yang diberi
pada stadia mysis 3, probiotik yang probiotik dari genus Bacillus dibandingkan
diberikan hanya P. stutzeri IRNAE01. kontrol dan antibiotik (Decamp et al. 2004).
Kesehatan Larva
Umumnya, aktivitas larva pada kontrol SIMPULAN
dan perlakuan dapat dikategorikan tinggi.
Namun, sebagian besar gut content berada di Pemberian probiotik Bacillus sp.
bawah 50%, sehingga dapat dikatakan nafsu IRVE01 yang dikombinasikan dengan P.
makan larva rendah. Hal tersebut dapat stutzeri IRNAE01 menghasilkan nilai SR
terjadi karena larva mengalami stress. Stress akhir yang lebih baik dari pembanding, yaitu
pada larva disebabkan oleh kondisi 29.06%. Probiotik Bacillus sp. IRVE01
lingkungan yang kurang kondusif bagi terbukti mampu menekan jumlah koloni
perkembangan larva, serta serangan Vibrio. Vibrio baik di air pemeliharaan maupun di
Ketika memasuki stadia mysis-PL, larva tubuh larva yang lebih baik dibandingkan
mengalami pergantian kulit yang tidak pembanding. Perlakuan pemberian P.
sempurna pada kontrol dan probiotik stutzeri IRNAE01 terbukti mampu
Bacillus sp. IRVE01 dan P. stutzeri mengurangi pembentukan klekap di dasar
IRNAE01 sehingga kondisi larva menjadi permukaan bak pemeliharaan larva
lemah dan mengalami penurunan populasi. dibandingkan kontrol dan pembanding.
Umumnya, variasi panjang tubuh larva
yang dipanen tiap perlakuan masih rendah
atau seragam. Panjang tubuh larva terpendek
saat PL 8 terdapat pada perlakuan SARAN
pembanding, yaitu 7.69 mm dengan varasi
ukuran ± 0.93 mm, sedangkan yang
terpanjang terdapat pada perlakuan Diperlukan pengujian lebih lanjut
pembanding juga, yaitu 9.19 mm dengan mengenai dosis dan jadwal pemberian
variasi ukuran ± 1.49 mm. Apabila dilihat probiotik yang lebih efisien dan efektif lagi
dari panjang larva, maka hanya pembanding untuk meningkatkan nilai SR akhir larva.
saja yang belum layak panen karena ukuran Diperlukan karakterisasi lebih khusus lagi
minimal untuk dapat dipanen ialah 8 mm. mengenai Bacillus sp. IRVE01 dan P.
stutzeri IRNAE01 agar dapat diproduksi
Tingkat Kelangsungan Hidup Larva pada skala industri besar.
Hasil SR akhir yang diperoleh dari
kontrol dan perlakuan probiotik baik
kombinasi Bacillus sp. IRVE01 dan P.
stutzeri IRNAE01 maupun pembanding
menunjukkan SR tertinggi terdapat pada
perlakuan kombinasi Bacillus sp. IRVE01
dan P. stutzeri IRNAE01, yaitu sebesar
29.06%. Nilai SR yang tetap tinggi pada
probiotik Bacillus sp. IRVE01 dan P.
stutzeri IRNAE01 disebabkan oleh adanya
13
18 PL8 - - 3 - - 20 10 - 15 6 - 51 - 30 - 0.0090 -
19 PL9 - - 3 - - 20 12 - 12 10 - 54 - - - - -
16
Lampiran 2 Hasil pengamatan uji tantang Bacillus sp. IRVE01, IRVE02, dan IRVE03 terhadap Vibrio luminesen menggunakan metode
double layer
Aktivitas Penghambatan Pertumbuhan Vibrio oleh Bacillus sp.
Vibrio
IRVEO1 IRVE02 IRVE03
Ф koloni Ф zona IP Ф koloni Ф zona IP Ф koloni Ф zona IP
(mm) bening (mm) (mm) bening (mm) (mm) bening (mm)
H1 B14 W ulangan ke-1 8.5 - - 19.5 - - 5.5 - -
17
Lampiran 3 Hasil pemeriksaan kesehatan larva kontrol dan probiotik
Kontrol Ulangan 1
Stadia Larva/Post Larva Condition & Health Monitoring
Gut
Sal
Pigmentation Content GMR Length SV
(ppt)
Tgl Aktifitas (%) deformity Fill (≥1:3) (mm) (mm)
¼-
O
pengecekan Ks Kp R <¼ ½ >½ Kn Hp Gut Keterangan
D= 10 (duri
16,7 ekor
N5 (3/3/7) 34 A 83,3 0,47 0,97 pendek)
Z2 (6/3/7) 33 A 10 60 40 50 50
D= Hp+gut
M2 (9/3/7) 33 A 100 10 80 10 80 20 40 40 =50%
PL2(13/3/7) 34 A 10 60 20 30 50 70 10 40 30 3,07 0,4 M3: 30%
Pembanding Ulangan 1
Stadia Larva/Post Larva Condition & Health Monitoring
Gut
Sal
Pigmentation Content GMR Length SV
(ppt)
Tgl Aktifitas (%) deformity Fill (≥1:3) (mm) (mm)
¼-
O
pengecekan Ks Kp R <¼ ½ >½ Kn Hp Gut Keterangan
D= 10 (duri
16,7 ekor
N5 (3/3/7) 34 A 83,3 0,47 0,97 pendek)
Z2 (6/3/7) 33 A 10 30 50 50 10 10
D= Hp+gut
M2 (9/3/7) 33 A 10 90 50 40 10 70 40 20 3,61 0,62 =30%
18
PL2(13/3/7) 34 A 20 20 40 60 80 5,92 0,74 Btg: 3-6 kk
PL5
(17/3/7) 34 A 60 40 100
PL8(20/3/7) 34 A 10 70 30 60 10 10 10 50 100 9,19 1,49 Nec: gill
Pembanding Ulangan 2
Stadia Larva/Post Larva Condition & Health Monitoring
Pigmentation Gut Content (%) deformity
Sal
Tgl ¼- GMR Length SV
(ppt) O
pengecekan Aktifitas Ks Kp R <¼ ½ >½ Kn Hp Gut Fill (≥1:3) (mm) (mm) Keterangan
D= 10 (duri
16,7 ekor
N5 (3/3/7) 34 A 83,3 0,47 0,97 pendek)
Z2 (6/3/7) 33 A 50 20 80 50 40 10
D=
Hp+gut+Abd
M2 (9/3/7) 33 A 100 20 80 60 50 50 =10%
PL2(13/3/7) 34 A 20 20 20 80 20 20 50 3,38 0,49 Btg: 2 kk
PL5
(17/3/7) 34 A 10 40 60 100 5,52 0,58
PL8(20/3/7) 34 A 20 30 70 10 10 50 100 7,69 0,93 Nec: gill
19
pendek)
Z2 (6/3/7) 33 A 30 30 70 20 20 90
D= Hp+gut
=60% Nec:
M2 (9/3/7) 33 A 40 60 70 30 70 10 10 uropod
PL2(13/3/7) 34 A 10 10 30 70 10 10 90 90 4,03 0,46 M3: 20%
PL5
(17/3/7) 34 A 60 40 100 6,03 0,95
PL8(20/3/7) 34 A 20 10 30 60 30 10 70 100 8,02 0,85 Nec: gill
20
Kontrol Ulangan 2
Stadia Larva/Post Larva Condition & Health Monitoring
Pigmentation Gut Content (%) deformity
Sal
Tgl ¼- GMR Length SV
(ppt) O
pengecekan Aktifitas Ks Kp R <¼ ½ >½ Kn Hp Gut Fill (≥1:3) (mm) (mm) Keterangan
D: 10 (duri
16,7 ekor
N5 (3/3/7) 34 A 83,3 0,47 0,97 pendek)
D:
Hp+G+Rs
Z2 (6/3/7) 33 A 40 20 80 50 40 70 =10%
M2 (9/3/7) 33 A 90 50 40 10 50 50
buntung 6
PL2(13/3/7) 34 A 10 30 50 50 30 100 3,68 0,65 kk
PL5
(17/3/7) 34 A 10 20 20 70 30 60 40 90 4,43 0,66 Def: PR, ant
Nec: gill dan
PL8(20/3/7) 34 A 60 40 50 10 10 10 100 8,81 0,64 Def : PR
Keterangan: KS: Kusam G: Gut (usus) Lipid (lemak) def:Deformity PR: periopode
O: Opaque (kusam) E: Empty (kosong) Kn: kuantitas Nec:Necrosis Ant: antenna
Fill:fillamentous
Ks: konsentrasi pigmen rat: rata-rata Kl: Kualitas bactery GMR: Gut to Muscle Ratio
BTG: buntung BSK: busuk Hp: hepatopankreas
21