SKRIPSI
MUHAMMAD HAIQAL
NPM.1802101010128
BANDA ACEH
JULI 2022
DISTRIBUSI RESEPTOR ANDROGEN PADA TESTIS KELINCI
LOKAL DENGAN UMUR BERBEDA
SKRIPSI
MUHAMMAD HAIQAL
NPM. 1802101010128
BANDA ACEH
JULI 2022
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa artikel ilmiah yang tersebut di atas adalah ASLI,
hasil saya sendiri bersama dengan dosen pembimbing dan BEBAS PLAGIASI.
Sebagai bukti bebas plagiasi, ikut saya lampirkan hasil pemeriksaan indeks
kemiripannya (similarity index).
Jika ternyata dikemudian hari terbukti merupakan plagiasi dari karya orang lain, maka
saya bersedia menerima SANKSI yang berlaku di Universitas Syiah Kuala.
(Muhammad Haiqal)
NPM.1802101010128
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim…
Alhamdullilah, puji dan syukur kepada Allah subhanallahu Wa Ta’ala yang telah
Testis Kelinci Lokal dengan Umur Berbeda”. Shalawat dan salam senantiasa penulis
membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh cahaya ini.
Yahya dan mama Deliana , serta kakak tercinta Azra Hannani Raihana atas segala doa,
dukungan, semangat serta kasih sayang yang selalu diberikan untuk keberhasilan dan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. drh. Sri Wahyuni, M.Si dan Prof.
Dr. drh. Tongku Nizwan Siregar, M.P selaku dosen pembimbing utama dan
sabar dari awal penulisan proposal hingga selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan
terima kasih kepada Prof. Dr. drh. Yudha Fahrimal, M.Sc. Ph.D selaku dosen wali
sekaligus dosen penguji yang telah memberikan nasehat untuk penulis agar menjadi
pribadi yang lebih baik. Terima kasih kepada dosen penguji dr. Gholib, S.Pt., M.Si. dan
drh. Jalaluddin, M.Si untuk kritik dan saran yang diberikan demi penyempurnaan
penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada drh. Varis Liandi, M.Si sebagai koordinator
seminar dan skripsi. Terima kasih kepada Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syiah Kuala drh. T Reza Farasyi, M.Sc., Ph.D dan kepada Dr. drh. T.
v
Zahrial Helmi, M.Sc Sebagai Koordinator Program Studi Pendidikan Kedokteran
Hewan serta kepada seluruh dosen yang telah membantu penulis dalam menuntut ilmu
Oktriya, Akbar Rivai, Alfajri Eurutama Sirait, Muhammad Rizki Ramadhani, Ilham
Baginda, Muhammad Faisal yang telah menemani lika liku kuliah . Terima kasih
Yusril, Ayu Faramida, Wanda Fatimah Zahra atas bantuan dan dukungannya. Terima
kasih kepada Asisten Anatomi serta kepala laboratorium anatomi Januardi, S.Si dan
teman-teman VENOM 2018. Terima kasih juga kepada semua pihak yang tidak dapat
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun selalu diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat
Penulis
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
ABSTRAK xii
ABSTRACT xiii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Hipotesis Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
TINJAUAN KEPUSTAKAAN 5
Kelinci Lokal 5
Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Testis 6
Spermatogenesis 7
Androgen Receptor 8
Teknik Imunohistokimia 9
vii
HASIL DAN PEMBAHASAN 18
PENUTUP 24
Kesimpulan 24
Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 28
BIODATA 34
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Analisis statistik 28
3. Dokumentasi penelitian 31
metode ABC.
6. Similarity Index 34
xi
DISTRIBUSI RESEPTOR ANDROGEN PADA TESTIS KELINCI LOKAL
DENGAN UMUR BERBEDA
ABSTRAK
Kata kunci: Hormon androgen, reseptor androgen, testis, dan kelinci lokal
xii
ANDROGEN RECEPTOR DISTRIBUTION IN LOCAL RABBIT TESTIS
ABSTRACT
xiii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Testis adalah organ reproduksi jantan yang memiliki dua fungsi penting,
et al., 2013).Testis dibungkus oleh kapsula tebal berupa jaringan ikat padat tidak
teratur yang disebut tunika albuginea. (Abadjieva et al., 2016). Di dalam testis
sel somatis, yaitu sel Sertoli ditubulus seminiferus dan sel Leydig di jaringan
tubulus seminiferus terdapat pembuluh darah, limfatik, sel-sel makrofag, dan sel
Leydig. Selain itu, pada membran basal tubulus seminiferus terdapat sel myoid
Kelinci secara umum mencapai masa pubertasnya sekitar umur 3-5 bulan
dan kelinci betina sedikit lebih lama sekitar umur 5-6 bulan. Perubahan reproduksi
hampir disertai dengan perubahan perilaku yang nyata, seperti lebih agresif dan
1
2
muda (1-3 tahun), dewasa (3-5 tahun) dan tua (5-6 tahun) ( Dutta dan Pallav,
2018).
Hormon ini dihasilkan oleh sel-sel Leydig pada jaringan interstisial testis dan
berperan dalam spermatogenesis (Li et al. 2009). Androgen bekerja pada jaringan
atau sel target setelah berikatan dengan androgen receptors (AR) (Bhanmeechao
et al., 2018).Androgen receptor termasuk family reseptor inti hormon steroid yang
terekspresi pada berbagai sel atau jaringan tubuh (Davey dan Grossman 2016).
komponen seluler yang terdapat pada jaringan seperti berbagai protein dan
komponen sel. Prinsip kerja teknik IHK adalah mendeteksi adanya ikatan antara
(Taylor, 2006).
3
Menurut Zhou et al. (2002), pada jaringan testis tikus AR ditemukan pada
sel-sel Leydig dan sebanyak 95% ditemukan pada sel myoid peritubular testis.
Selain pada kedua sel tersebut, AR juga ditemukan pada sel Sertoli yang
ditemukan pada beberapa tahapan epitel seminiferus. Pada tahap VI-VII epitel
seminiferus, AR ditemukan dengan ekspresi paling kuat pada Sel Sertoli tetapi
pada tahap I-III dan VII-XII intensitasnya lemah, dan tidak ada ekspresi pada sel-
sel germinal tubulus seminiferus. Goyal et al. (1997) melaporkan bahwa AR pada
jaringan testis kambing ditemukan diseluruh sel pada jaringan testis kecuali sel-sel
terutama ditemukan pada sel Leydig,sel Sertoli, dan sel myoid peritubular.
testis berbagai spesies hewan jantan telah banyak dilakukan, namun penelitian
untuk mengetahui distribusi AR dan ekspresinya pada hewan jantan dengan umur
berbeda belum dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui distribusi dan ekspresi AR pada jaringan testis kelinci sebagai hewan
model dengan umur yang berbeda yang dideteksi menggunakan teknik IHK.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
jaringan testis kelinci local dengan umur berbeda menggunakan teknik IHK.
4
Hipotesis Penelitian
Manfaat Penelitian
lokal yang dilihat dengan tekhnik IHK. Nantinya data yang diperoleh pada
penelitian ini dapat digunakan untuk melengkapi data dasar mengenai peran
androgen dalam sistem reproduksi jantan. Dan juga data ini bermanfaat dalam
.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Ordo : Legomorpha
Familia : Leporidae
Subfamilia : Orictolagus
morpha. Menurut rasnya kelinci dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis yaitu
Sementara jenis kelinci lokal di Indonesia adalah jenis kelinci Jawa (Lepus
pseudoruminansia yang tidak dapat mencerna serat dengan baik. Fermentasi pada
kelinci hanya terjadi pada Caecum sekitar 50% dari seluruh penyimpanan saluran
merupakan proses memakan kembali faeces pada pagi maupun malam hari.
Kelinci juga memiliki berat hingga 4-6 kg untuk jenis kelinci lokal.
5
6
dan berada di kranial penis serta masing-masing sisinya terletak di garis inguinalis
dan diposisikan hampir horizontal. Pada testis kelinci, perkembangan testis lebih
lambat dibanding organ lain ketika mereka lahir, testis kelinci turun sekitar umur
dua bulan dan mirip dengan kucing serta dapat bergerak bebas dari skrotum ke
terdiri atas sepasang dan berukuran simetris pada keduanya serta menggantung
fungsi sebagai penghasil sel spermatozoa dan sebagai organ penghasil hormon
hormon steroid yang disintesis oleh sel-sel leydig yang berada pada jaringan
Testis secara umum tersusun oleh kapsul tebal yang terdiri dari jaringan
ikat padat tidak teratur yang dinamakan dengan tunika albuginea. Tunika
(Abadjieva et al., 2016). Pada bagian testis terdiri atas tubulus seminiferus dan
jaringan stroma. Di lapisan bagian dalam epitel tubulus seminferus terdapat sel
germinatif dan sel Sertoli, sedangkan pada jaringan stroma terdapat pembuluh
darah, limfe, sel seraf, sel makrofag dan sel Leydig. Sel Leydig mempunyai fungsi
(Dillasamola, 2021).
7
Spermatogenesis
gamet jantan) yang terjadi pada bagian testis tepatnya di tubulus seminiferus.
Testis 90% tersusun atas tubulus semeniferus, sedangkan 10 % terdiri atas sel
Pada proses spermatogonesis terbagi atas 3 fase, yaitu fase proliferatif atau
yang disebut dengan fase spermatogonial, fase miosis atau fase spermatositik dan
terakhir fase diferensiasi atau disebut dengan fase spermiogenik. Ketiga fase ini
berada pada tubulus seminiferus yang mempunyai tiga jenis sel didalamnya, yaitu
sel germinal, sel Sertoli dan sel myoid (Wahyuni et al., 2018).
dapat dilihat pada daerah tubulus seminiferus (Swierstra dan Foote, 1965).
pembelahan pada usia minggu ke-7 sampai ke-8, pada usia 12 minggu testis
kelinci mulai turun, dan pada usia 14 sampai 15 minggu terlihatnya spermatid dan
seminiferus, dan testis terus tumbuh serta meningkatkan produksi sperma hingga
usia 6 bulan.
8
Androgen Receptor
jantan dan dalam memacu sintesis protein (Nugroho, 2016). Hormon androgen
utama dalam regulasi proses spermatogenesis (Wang et al. 2009; Ivell et al.
2013). Grinspon et al. (2012), menyatakan bahwa pada pejantan terjadinya sekresi
testosteron hanya sampai 3-6 bulan setelah dilahirkan dan konsentrasinya tetap
sangat rendah sampai masa awal pubertas. Hormon androgen dalam mengatur
bahwa AR memiliki fungsi pada sel sertoli yang penting, yaitu untuk
ditemukan dalam berbagai sel di testis seperti sel Leydig, sel Sertoli dan sel
peritubular pada musim kawin dan hibernasi serta ditemukan pada sel Leydig saat
Teknik Imunohistokimia
untuk mengenali sel-sel yang khusus yang berdasarkan pada komponen antigenik
atau produk selulernya dengan reaksi yang komplek antara antigen dan antibodi.
identifikasi tipe sel dan kasus-kasus tumor (Rahayu dan Auerki, 2004). Menurut
tertentu karna warna yang dengan mudah dan cepat dideteksi. Dengan
yang terdapat dalam jaringan otak, jantung ataupun jaringan lainnya. Kekurangan
dari teknik ini, diperlukan adanya fokus dalam memilih antibodi terkonyugasi
karna teknik yang sangat komplek, dan perlu antibodi yang terkonyugasi yang
ketelitian dalam memilih antibodi terkonyugasi karena teknik ini sangat spesifik,
dan perlu antibodi terkonyugasi yang spesifik untuk setiap antigen berbeda.
menemukan antigen spesifik baik pada jaringan ataupun pada sel berdasarkan
10
pengenalan antibodi. Teknik ini dapat diketahui melalui ikatan antara antibodi
disebut sebagai respon dasar kekebalan, sehingga suatu antibodi akan bereaksi
hanya melalui antigen spesifik dan cocok dengan antibodi tersebut (Dabbs, 2019).
metode dengan menggunkakan satu antibodi spesifik, metode ini memakai enzim-
antibodi konjugasi untuk mempersatukan enzim pada antigen yang berada pada
merupakan metode tidak langsung yang memakai dua macam antibodi yaitu
antibodi primer (tidak berlabel) dan antibodi sekunder (berlabel). Antibodi primer
(first layer). Sedangkan antibodi sekunder akan bersatu dengan antibodi primer
(second layer) sehingga antibodi sekunder disebut juga dengan anti antibodi
suatu gugus senyawa kimia yang dapat terjadi perubahan warna jika bereaksi
inkubator 37⁰C (Sanyo MIR 554, Japan), object glass yang dilapisi poly L-lysin
(Biogear®), cover glass, staining jar, micro pipette, hot plate, vortexer,
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini ialah testis kelinci lokal,
alkohol dengan konsentrasi 70%, 80%, 90%, 95% dan alkohol absolut, phosphate
buffer saline/PBS pH 7,4 dan tris buffer saline/TBS (Biogear®), larutan xylol,
androgen (Cat No. ABIN 2857043, AachenGermany). Serta bahan lain yang
digunakan ialah kit mouse anti rabbit HRP/DAB (ABC) detection IHK (Abcam®,
12
13
bahan yang digunakan untuk counterstain adalah Mayer’s hematoksilin dan bahan
Metode Penelitian
Kelinci lokal dibagi menjadi empat kelompok umur, yaitu 2 bulan (K1), 6 bulan
(K2), 1 tahun (K3), dan 2 tahun (K4). Setiap kelompok umur terdiri atas empat
ekor kelinci. Organ testis kelinci terlebih dahulu diproses menjadi preparat
histologi secara histoteknik lalu diwarnai dengan teknik IHK metode avidin-biotin
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini digunakan 12 sampel testis sinister yang dikoleksi dari
12 ekor kelinci lokal yang dibagi menjadi empat kelompok umur. Kelinci lokal
kandang individual. Pakan dan minum diberikan secara ad libitum berupa pellet
yang diselingi dengan wortel. Setelah masa adaptasi, kelinci disembelih untuk
(immersion fixation) dengan larutan neutral buffer fomalin (NBF) 10% selama
14
tiga minggu yang mengacu pada metode Hess dan Moore (1993) dengan
modifikasi. Setelah fiksasi organ testis dipindahkan dan direndam dalam larutan
merujuk pada metode Kiernan (1990) dengan modifikasi. Jaringan testis yang
sebelumnya sudah direndam dalam alkohol 70% dipotong pada bagian median
testis dengan ketebalan 0,3 cm dan dimasukkan ke dalam tissue cassette yang
telah diberi kode sampel. Tahap dehidrasi diawali dengan merendam potongan
jaringan testis kelinci lokal pada alkohol 80%, 90%, 95%, dan alkohol absolut
(tiga kali ulangan) masing-masing selama 2 jam. Setelah proses dehidrasi selesai,
dilanjutkan dengan proses clearing menggunakan larutan xylol (tiga kali ulangan)
paraffin infiltrasi (tiga kali ulangan) masing-masing selama 30 menit pada suhu
60⁰C kemudian jaringan ditanam dalam paraffin cair (embedding) dan dicetak
menjadi blok jaringan. Blok jaringan testis disayat dengan mikrotom setebal 3µm
lalu direkatkan pada object glass (slide) yang telah dilapisi poly L-lysine. Sayatan
(slide) jaringan testis yang digunakan sebanyak 24 slide dan ditambah dua slide
mouse and rabbit specific HRP/DAB (ABC) detection IHK kit (Abcam®) dengan
slide jaringan testis menggunakan larutan xylol sebanyak tiga kali, dilanjutkan
dengan alkohol absolut, 95%, 90%, 80% dan 70%) lalu dicuci dengan air
mengalir dan akuades. Tahap selanjutnya adalah perendaman slide dalam larutan
H2O2 3% selama 10 menit dan dicuci sebanyak lima kali dengan PBS. Proses
berikutnya adalah penetesan larutan protein block dan diinkubasi selama 10 menit
dalam moisture chamber pada suhu ruang lalu dicuci kembali dengan PBS.
AR) dengan pengenceran 1:100 pada jaringan dan diinkubasi selama 1 jam lalu
cuci dengan PBS sebanyak lima kali. Untuk slide kontrol negatif tidak diberikan
sekunder) ke jaringan dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu ruang dan dicuci
kembali sebanyak lima kali dengan PBS. Setelah itu diteteskan sterptavidin
peroxidase dan lakukan inkubasi kembali selama 10 menit pada suhu ruang
kemudian cuci kembali dengan PBS sebanyak lima kali. Untuk visualisai hasil
cahaya.
16
menunjukkan adanya variasi ekspresi ikatan antara antigen dan antibodi. Slide
cahaya yang telah dilengkapi dengan alat fotografi dengan perbesaran 100 dan
400 kali. Pengamatan dan identifikasi ekspresi AR pada testis kelinci lokal
score) dengan kriteria skor seperti yang dijelaskan pada Tabel 1. Intensity score
yang digunakan pada mengacu pada Mudduwa, (2009). Bagian testis yang diamati
kelinci lokal.
Tabel 1. Metode intensity score yang digunakan untuk menilai ekspresi AR pada jaringan testis
Analisis Data
bentuk gambar. Data intensity score dianalisis menggunakan uji non parametrik
Kruskal Wallis dan jika ada perbedaan yang nyata dari ekspresi AR pada setiap
bagian testis dari keempat kelompok kelinci lokal dilanjutkan dengan Mann-
Sebaran dan Ekspresi Androgen Receptors pada Jaringan Testis Kelinci Lokal
Distribusi AR pada jaringan testis kelinci lokal pada penelitian ini dapat
diketahui menggunakan pewarnaan IHK dengan metode ABC. Hasil positif pada
indikasi terjadinya reaksi antara kromagen DAB dan kompleks ikatan antigen
(reseptor) dengan antibodi. Hasil positif tersebut dibuktikan dengan tidak adanya
visualisai warna coklat pada slide kontrol negatif (Gambar 1) yang tidak diberikan
Gambar 1. Slide kontrol negatif (K-) jaringan testis kelinci lokal. Tidak ada imunoreaktivitas pada sel
Leydig (L), jaringan ikat (JI), buluh darah (BD, dan sel peritubular myoid (PM). Skala garis 200 m
(kiri), dan 50 m (kanan/inset).
18
19
Pengamatan
imunoreaktivitas AR
lokal difokuskan
seminiferus dan
jaringan interstisial
Imunoreaktivitas AR
Leydig, peritubular
buluh darah, dan jaringan ikat pada kelinci umur 2 bulan (K1) , 6 bulan (K2), 1 tahun
(K3) dan 2 tahun (K4). Sesuai dengan laporan oleh Shan et al. (1997). bahwa AR
pada jaringan testis tikus ditemukan pada sel Leydig, sel peritubular myoid, jaringan
ikat dan buluh darah. Pada sel Leydig distribusi reseptor androgen terekspresi dengan
kuat dan pada peritubular myoid terekspresi dengan sedang di setiap kelompok umur.
Pada sel Leydig sebaran reseptor androgen terekspresi dengan kuat dan pada
peritubular myoid terekspresi dengan intensitas sedang, hal ini juga dilaporkan oleh
Goyal el al. (1997), bahwa AR pada sel Leydig terekspresi dengan intensitas kuat,
sedangkan pada sel peritubular myoid terekspresi dengan intensitas sedang. Pada sel
endotel pembuluh darah dan jaringan ikat, AR terekspresi dengan intensitas lemah
hingga sedang. Hal ini juga dilaporkan olah Zhou et al. (2002) bahwa intensitas
warna yang terekspresi pada sel endotel buluh darah dan jaringan ikat terekspresi
dengan lemah.
Intensity Score (IS) Ekspresi Androgen Receptors (AR) pada Jaringan Testis
Kelinci Lokal
Tingkat ekspresi suatu reseptor hormon pada jaringan target dapat diketahui
melalui nilai intensity score (IS). Hasil IS terhadap ekspresi AR pada jaringan testis
Tabel 2. Rataan (± SD) Intensity score (IS) ekspresi AR pada jaringan testis kelinci lokal K1, K2,
K3 dan K3 (n3)
Kelompok Umur
Bagian Testis
K1 K2 K3 K4
1,66±0,57 0,66±0,57
Buluh darah 0,00±0,00 0,66±0,57
0,66±0,57
Jaringan ikat 0,00±0,00 0,66±0,57 1,00±0,00
1,66±0,57 1,33±0,00
Sel myoid peritubular 0,00±0,00 2,00±1,00
Sel Leydig 0,00±0,00a 1,66±0,57 a 2,66±0,57 b 0,66±0,57 a
Superskrip huruf yang berbeda pada kolom yang sama menandakan perbedaan yang nyata (P<0,05).
K1: 2 bulan, K2: 6 bulan, K3: 1 tahun, dan K4: 2 tahun.
sel peritubular myoid, buluh darah, dan jaringan ikat. Hasil uji statistik menunjukkan
ekspresi AR pada sel Leydig jaringan testis kelinci K3 berbeda nyata (P<0,05)
dengan kelinci K1, K2, K4, namun antara K1, K2, dan K4 tidak ada perbedaan yang
nyata (P>0,05). Ekspresi AR pada buluh darah, dan peritubular myoid menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata (P>0,05). Pada buluh darah dan jaringan ikat di jaringan
interstisial testis kelinci K3, AR terekspresi lemah sedangkan pada jaringan ikat dan
sel peritubular myoid terekspresi sedang. Pada kelinci K1 (umur 2 bulan) tidak
ditemukan ekspresi AR pada sel Leydig, sel peritubular myoid, dan jaringan ikat
sedangkan pada kelinci umur 6 bulan (K2), dan 1 tahun (K3) ekspresi lemah hingga
sedang, demikian pula dengan ekspresi pada buluh darah yang terekspresi lemah.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini mengindikasikan bahwa pada kelinci
umur 1 tahun (K3) hormon androgen berperan dalam puncak spermatogenesis dan
dan Palav. (2018) mengatakan bahwa pada kelinci secara umum mencapai
kematangan seksual pada usia 1 tahun. Shan et al. (1997), menyatakan bahwa
22
al. (2012), hormon androgen dan reseptornya AR telah terbukti berperan penting
seminiferus. Hormon testosteron diproduksi oleh sel Leydig pada jaringan interstisial
testis dan berikatan dengan transkripsi gen modulasi AR pada sel Leydig, sel
Ekspresi AR pada sel-sel endotel buluh darah pada jaringan intertisial testis
pada ketiga kelompok umur kelinci (K2, K3, dan K4) terdeteksi dengan ekspresi
yang lemah dan tidak terekspresi pada kelinci umur 2 bulan (K1). Hal ini
menunjukkan bahwa peran hormon androgen (testosteron) pada buluh darah lebih
kecil dibandingkan pada bagian lainnya yang mengandung AR. Bergh dan Damber,
efek langsung kepada pembuluh darah tepatnya di bagian sel-sel endotel dan lapisan
otot polos aorta. Pembuluh darah bertugas dalam mengirimkan sinyal androgen,
mengatur fungsi sel leydig dan bekerja pada aliran darah mikrovaskuler ( Welsh et
al., 2010).
tubulus seminiferous testis pada semua kelompok umur kecuali kelinci umur 2 bulan
tereskpresi dengan intensitas sedang. Tidak adanya ekspresi AR pada sel myoid
spermatozoa belum terjadi. Maekawa et al. (1996) mengungkapkan bahwa sel myoid
23
tubulus seminiferous testis pada semua kelompok umur kecuali kelinci umur 2 bulan
tereskpresi dengan intensitas sedang. Tidak adanya ekspresi AR pada sel myoid
spermatozoa belum terjadi. Maekawa et al. (1996) mengungkapkan bahwa sel myoid
pada semua kelompok umur terekspresi dengan lemah bahkan tidak ditemukan pada
kelinci umur 2 bulan. Hal ini dikarenakan komponen jaringan ikat yang mengandung
sel-sel fibroblast masih dalam tahap perkembangan pada kelinci umur 2 bulan. Jiang
et al. (2013) menyatakan bahwa fibroblast berproliferasi dari sel mesenkimal dan
mengindikasikan onset kerja dari hormon androgen pada jaringan testis. Smith dan
Walker (2014) melaporkan androgen utama yang terdapat didalam jaringan testis
oleh sel Leydig sebagai respons terhadap stimulasi luteinizing hormone (LH) dan
bertindak sebagai faktor parakrin yang berdifusi ke dalam tubulus seminiferus. Efek
Selain itu, testosteron juga berinteraksi dengan AR yang diekspresikan di dalam sel
Leydig, sel peritubular myiod, otot polos buluh darah (arteriol) dan sel-sel endotel
buluh darah.
PENUTUP
Kesimpulan
Sebaran dan ekspresi AR ditemukan dengan ekspresi kuat pada jaringan testis
kelinci umur 1 tahun yang mengindikasikan peran hormon androgen dalam puncak
Saran
AR dengan konsentrasi hormon androgen pada kelinci lokal dengan umur berbeda.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
27
Kruskal-Wallis Test
29
30
Mann-Whitney Test
31
32
Proses Pewarnaan
Imunohistokimia
Infiltrasi Jaringan
(Parafininfiltrasi)
Kesimpulan Sectioning
33
Pengamatan hasil
34
I. Fiksasi
II. Stoping Point
III. Dehidrasi
Alkohol 70% 2 jam
Alkohol 80% 2 jam
Alkohol 90% 2 jam
Alkohol 95% 2 jam
Alkohol absolut I 2 jam
Alkohol absolut II 2 jam
IV. Clearing
Xylol I 2 jam
Xylol II 2 jam
Xylol III 2 jam
V. Infiltrasi
Parafin I 30 menit
Parafin II 30 menit
Parafin III 30 menit
VI. Embedding
VII. Sectioning
35
I. Deparafinisasi
Xylol I 5 menit
Xylol II 3 menit
Xylol III 3 menit
II. Rehidrasi
Alkohol absolut I 5 menit
Alkohol absolut II 3 menit
Alkohol 95% 3 menit
Alkohol 90% 3 menit
Alkohol 80% 3 menit
Alkohol 70% 3 menit
III. Air mengalir 10 menit
IV. Aquadest 5 menit
V. H2O2 3% 15 menit
VI. PBS 5 menit
VII. Protein Block (blocking endogenous peroxidase) 15 menit
VIII. PBS 2x 2 menit
IX. antibodi primer (antibodi reseptor androgen) 75 menit
X. PBS 2 menit
XI. biotinylated goat anti-polyvalent 25 menit
XII. PBS 2 menit
XIII. streptavidin peroxidase 5 menit
XIV. PBS 2 menit
XV. DAB 1 menit
XVI. Aquadest 10 menit
XVII. Proses counterstain dengan mayer’s hematoksilin 10 menit
XVIII. Air mengalir 3 x celup
XIX. Aquadest 5 menit
XX. Dehidrasi
Alkohol 70% 3 menit
Alkohol 80% 3 menit
Alkohol 90% 3 menit
Alkohol 95% 3 menit
Alkohol absolut I 3 menit
Alkohol absolut II 3 menit
Alkohol absolut III 3 menit
36
BIODATA MAHASISWA
I. DATA PRIBADI
1. - - -
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
Muhammad Haiqal