Anda di halaman 1dari 6

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Manusia Purba............................................................................................. 2
2.2. Jenis-jenis Manusia Purba ........................................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 15
3.2 Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penemuan - penemuan fosil di dunia banyak disumbang oleh Indonesia. Hal ini dikarenakan
Indonesia merupakan wilayah tropis dan mempunyai iklim yang cocok di huni manusia kala
itu. Penemuan penemuan fosil sangat bergua bagi perkembangan ilmu sejarah sekarang ini.
Baik dalam hal menjelaskan kehidupan manusia kala itu,. Hewan yang pernah hidup dan
bagaimana evolusi manusia hingga menjadi sekarang ini. Indonesia banyak menyumbang
fosil manusia manusia purba. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dijelaskan
perkembangan manusia purba dari mulai bagaimana menemukannya,cirri-ciri dari manusia
purba dan tempat ditemukanya,sampai evolusi manusia mulai dari pertama kali muncul
hingga menjadi manusia sekarang ini.
Dilihat dari hasil penemuan di Indonesia maka dapat dipastikan Indonesia mempunyai
banyak sejarah peradapan manusia mulai saat manusia hidup. Dengan begitu ilmu sejarah
akan terus berkembang sejalan dengan fosil- fosil yang ditemukan. Makalah ini dibuat untuk
mengetahui lebih jelas dan terperinci mengenai fosil- fosil manusia purba yang ditemuakan di
Indonesia. Penemuan penemuan terbaru juga termasuk di dalamnya. Hal ini bermanfaat
untuk mengetahui perkembangan fosil terbaru yang ditemukan seperti Homo Moernman.
Dijelaskan pula tempat penemuan dan bentuk penemuannya agar isi makalah ini dapat
dipercaya kebenaranya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
akan dibahas adalah sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana jenis dan ciri manusia purba pada zaman dahulu?
1.2.2 Bagaimana persebaran manusia purba pada zaman dahulu?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manusia Purba
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia
purba. Tanah air kita sudah dihuni manusia sejak jutaan tahun yang lalu. Fosil-fosil manusia
purba banyak ditemukan di Indonesia yaitu sejak jutaan tahun yang lalu terutama di Pulau
Jawa. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman
ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil
dan artefak. Fosil adalah sisa-sisa organisme (manusia, hewan, dan tumbuhan) yang telah
membatu yang tertimbun di dalam tanah dalam waktu yang sangat lama. Sedangkan artefak
adalah peninggalan masa lampau berupa alat kehidupan/hasil budaya yang terbuat dari batu,
tulang, kayu dan logam. Cara hidup mereka masih sangat sederhana dan masih sangat
bergantung pada alam. Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari zamannya yaitu :
1. Zaman Palaeolitikum artinya zaman batu tua. Zaman ini ditandai dengan
penggunaan perkakas yang bentuknya sangat sederhana dan primitif. Ciri-ciri kehidupan
manusia pada zaman ini, yaitu hidup berkelompok; tinggal di sekitar aliran sungai, gua, atau
di atas pohon; dan mengandalkan makanan dari alam dengan cara mengumpulkan (food
gathering) serta berburu. Maka dari itu, manusia purba selalu berpindah-pindah dari satu
tempat ke tempat yang lain (nomaden) belum tahu bercocok tanam. Pada zaman ini alat-
alatnya terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut
adalah :
Kapak Genggam, banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "Chopper"
(alat penetak/pemotong)
Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa : alat penusuk (belati), ujung tombak bergerigi
Flakes, yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk
mengupas makanan. Alat-alat dari tulang dan Flakes, termasuk hasil kebudayaan Ngandong.
Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi
dan buah-buahan. Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan
Paleolithikum tersebut dapat dikelompokan menjadi kebudayaan Pacitan dan Ngandong.
2. Zaman Mezolitikum artinya zaman batu madya (mezo) atau pertengahan.
Zaman ini disebut pula zaman "mengumpulkan makanan (food gathering) tingkat lanjut",
yang dimulai pada akhir zaman es, sekitar 10.000 tahun yang lampau. Para ahli
memperkirakan manusia yang hidup pada zaman ini adalah bangsa Melanesoide yang
merupakan nenek moyang orang Papua, Semang, Aeta, Sakai, dan Aborigin. Sama dengan
zaman palaeolitikum, manusia zaman mezolitikum mendapatkan makanan dengan cara
berburu dan menangkap ikan. Mereka tinggal di gua-gua di bawah bukit karang (abris souche
roche), tepi pantai, dan ceruk pegunungan. Gua abris souche roche menyerupai ceruk untuk
dapat melindungi diri dari panas dan hujan.

Hasil peninggalan budaya manusia pada masa itu adalah berupa alat-alat kesenian yang
ditemukan di gua-gua dan coretan (atau lukisan) pada dinding gua, seperti di gua Leang-
leang, Sulawesi Selatan, yang ditemukan oleh Ny. Heeren Palm pada 1950. Van Stein
Callenfels menemukan alat-alat tajam berupa mata panah, flakes, serta batu penggiling di
Gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo, dan Madiun. Selain itu, hasil peninggalannya
ditemukan di tempat sampah berupa dapur kulit kerang dan siput setinggi 7 meter di
sepanjang pantai timur Sumatera yang disebut kjokkenmoddinger. Peralatan yang ditemukan
di tempat itu adalah kapak genggam Sumatera, pabble culture, dan alat berburu dari tulang
hewan.

3. Zaman Neolitikum artinya zaman batu muda. Di Indonesia, zaman Neolitikum


dimulai sekitar 1.500 SM. Cara hidup untuk memenuhi kebutuhannya telah mengalami
perubahan pesat, dari cara food gathering menjadifood producing, yaitu dengan cara
bercocok tanam dan memelihara ternak. Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di
rumah panggung untuk menghindari bahaya binatang buas.
Manusia pada masa Neolitikum ini pun telah mulai membuat lumbung-lumbung guna
menyimpan persediaan padi dan gabah. Tradisi menyimpan padi di lumbung ini masih bisa
dilihat di Lebak, Banten. Masyarakat Baduy di sana begitu menghargai padi yang dianggap
pemberian Nyai Sri Pohaci. Mereka tak perlu membeli beras dari pihak luar karena
menjualbelikan padi dilarang secara hukum adat. Mereka rupanya telah mempraktikkan
swasembada pangan sejak zaman nenek moyang. Pada zaman ini, manusia purba Indonesia
telah mengenal dua jenis peralatan, yakni beliung persegi dan kapak lonjong. Beliung persegi
menyebar di Indonesia bagian Barat, diperkirakan budaya ini disebarkan dari Yunan di Cina
Selatan yang berimigrasi ke Laos dan selanjutnya ke Kepulauan Indonesia. Kapak lonjong
tersebar di Indonesia bagian timur yang didatangkan dari Jepang, kemudian menyebar ke
Taiwan, Filipina, Sulawesi Utara, Maluku, Irian dan kepulauan Melanesia. Contoh dari kapak
persegi adalah yang ditemukan di Bengkulu, terbuat dari batu kalsedon yang digunakan
sebagai benda pelengkap upacara atau bekal kubur. Sedangkan kapak lonjong yang
ditemukan di Klungkung, Bali, terbuat dari batu agats yang digunakan dalam upacara-
upacara terhadap roh leluhur. Selain itu ditemukan pula sebuah kendi yang dibuat dari tanah
liat berasal dari Sumba, Nusa Tenggara Timur. Kendi ini digunakan sebagai bekal kubur.

4. Zaman Megalitikum artinya zaman batu besar. Pada zaman ini manusia sudah
mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme merupakan kepercayaan
terhadap roh nenek moyang (leluhur) yang mendiami benda-benda, seperti pohon, batu,
sungai, gunung, senjata tajam. Sedangkan dinamisme adalah bentuk kepercayaan bahwa
segala sesuatu memiliki kekuatan atau tenaga gaib yang dapat memengaruhi terhadap
keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupan manusia. Dari hasil peninggalannya,
diperkirakan manusia pada Zaman Megalitikum ini sudah mengenal bentuk kepercayaan
rohaniah, yaitu dengan cara memperlakukan orang yang meninggal dengan diperlakukan
secara baik sebagai bentuk penghormatan.
Adanya kepercayaan manusia purba terhadap kekuatan alam dan makhluk halus dapat dilihat
dari penemuan bangunan-bangunan kepercayaan primitif. Peninggalan yang bersifat rohaniah
pada era Megalitikum ini ditemukan di Nias, Sumba, Flores, Sumatera Selatan, Sulawesi
Tenggara dan Kalimantan, dalam bentuk menhir, dolmen, sarkofagus, kuburan batu, punden
berundakundak, serta arca. Menhir adalah tugu batu sebagai tempat pemujaan; dolmen adalah
meja batu untuk menaruh sesaji; sarkopagus adalah bangunan berbentuk lesung yang
menyerupai peti mati; kuburan batu adalah lempeng batu yang disusun untuk mengubur
mayat; punden berundak adalah bangunan bertingkat-tingkat sebagai tempat pemujaan;
sedangkan arca adalah perwujudan dari subjek pemujaan yang menyerupai manusia atau
hewan.

5. Zaman Logam
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari
batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang
diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang
disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini
juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang
terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:
Zaman Perunggu
Manusia purba Indonesia hanya mengalami zaman perunggu tanpa melalui zaman tembaga.
Kebudayaan Zaman Perunggu merupakan hasil asimilasi dari antara masyarakat asli
Indonesia (Proto Melayu) dengan bangsa Mongoloid yang membentuk ras Deutero Melayu
(Melayu Muda). Disebut zaman perunggu karena pada masa ini manusianya telah memiliki
kepandaian dalam melebur perunggu. Di kawasan Asia Tenggara, penggunaan logam dimulai
sekitar tahun 3000-2000 SM. Masa penggunaan logam, perunggu, maupun besi dalam
kehidupan manusia purba di Indonesia disebut masa Perundagian. Alat-alat besi yang banyak
ditemukan di Indonesia berupa alat-alat keperluan sehari-hari, seperti pisau, sabit, mata
kapak, pedang, dan mata tombak.
Pembuatan alat-alat besi memerlukan teknik dan keterampilan khusus yang hanya mungkin
dimiliki oleh sebagian anggota masyarakat, yakni golongan undagi. Di luar Indonesia,
berdasarkan bukti-bukti arkeologis, sebelum manusia menggunakan logam besi mereka telah
mengenal logam tembaga dan perunggu terlebih dahulu. Mengolah bijih menjadi logam lebih
mudah untuk tembaga dari pada besi.
Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat
yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun
perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu 3500 C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain: mata kapak bertungkai kayu, mata pisau, mata
sabit, mata pedang, cangkul. Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta),
Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)

2.2 Jenis-Jenis Manusia Purba


Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia adalah
sebagai berikut :
1. Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata-kata; Megan artinya besar,
Anthropus artinya manusia, Paleo berarti tua, Javanicus artinya dari Jawa. Jadi bisa
disimpulkan bahwa Meganthropus paleojavanicus adalah manusia purba bertubuh besar
tertua di Jawa. Fosil manusia purba ini ditemukan di daerah Sangiran, Jawa tengah antara
tahun 1936-1941 oleh seorang peneliti Belanda bernama Von Koeningswald. Fosil tersebut
tidak ditemukan dalam keadaan lengkap, melainkan hanya berupa beberapa bagian
tengkorak, rahang bawah, serta gigi-gigi yang telah lepas. Fosil yang ditemukan di Sangiran
ini diperkirakan telah berumur 1-2 Juta tahun.

Ciri-Ciri Meganthropus paleojavanicus :


Mempunyai tonjolan tajam di belakang kepala.
Bertulang pipi tebal dengan tonjolan kening yang mencolok.
Tidak mempunyai dagu, sehingga lebih menyerupai kera.
Mempunyai otot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan kuat.
Makanannya berupa daging dan tumbuh-tumbuhan.

2. Pithecanthropus
Fosil manusia purba jenis Pithecanthrophus adalah jenis fosil manusia purba yang
paling banyak ditemukan di Indonesia. Pithecanthropus sendiri berarti manusia kera yang
berjalan tegak.Fosil Pithecanthropus berasal dari Pleistosen lapisan bawah dan tengah.
Mereka hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan Mereka sudah memakan
segala, tetapi makanannya belum dimasak. Terdapat tiga jenis manusia Pithecanthropus yang
ditemukan di Indonesia, yaitu Pithecanthrophus erectus, Pithecanthropus
mojokertensis, dan Pithecanthropus soloensis. Berdasarkan pengukuran umur lapisan tanah,
fosil Pithecanthropus yang ditemukan di Indonesia mempunyai umur yang bervariasi, yaitu
antara 30.000 sampai 1 juta tahun yang lalu.
1. Pithecanthropus erectus, ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 di sekitar lembah
sungai Bengawan Solo, Trinil, Jawa Tengah. Mereka hidup sekitar
satu juta sampai satu setengah juta tahun yang lalu. Pithecanthropus Erectus berjalan tegak
dengan badan yang tegap dan alat pengunyah yang kuat. Volume otak Pithecanthropus
mencapai 900 cc. Volume otak manusia modern lebih dari 1000 cc, sedangkan volume otak
kera hanya 600 cc. (Pithecanthropus erectus)
2. Pithecanthropus mojokertensis, disebut juga dengan Pithecanthropus robustus. Fosil
manusia purba ini ditemukan oleh Von Koeningswald pada tahun 1936 di Mojokerto, Jawa
Timur. Temuan tersebut berupa fosil anak-anak berusia sekitar 5 tahun. Makhluk ini
diperkirakan hidup sekitar 2,5 sampai 2,25 juta tahun yang lalu. Pithecanthropus
Mojokertensis berbadan tegap, mukanya menonjol ke depan dengan kening yang tebal dan
tulang pipi yang kuat.
3. Pithecanthropus soloensis, ditemukan di dua tempat terpisah oleh Von Koeningswald dan
Oppernoorth di Ngandong dan Sangiran antara tahun 1931-1933. Fosil yang ditemukan
berupa tengkorak dan juga tulang kering.

Ciri-ciri Pithecanthropus :
Memiliki tinggi tubuh antara 165-180 cm.
Badan tegap, namun tidak setegap Meganthrophus.
Volume otak berkisar antara 750 1350 cc.
Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis.
Hidung lebar dan tidak berdagu.
Mempunyai rahang yang kuat dan geraham yang besar.
Makanan berupa tumbuhan dan daging hewan buruan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia
purba. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman
ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil
dan artefak. Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari zamannya yaitu zaman palaeolitikum,
zaman mezolitikum, zaman neolitikum, zaman megalitikum, zaman logam dibagi menjadi 2
zaman yaitu zaman perunggu dan zaman besi. Ada beberapa jenis manusia purba yang
ditemukan di wilayah Indonesia Meganthropus Paleojavanicus yaitumanusia purba bertubuh
besar tertua di Jawa danPithecanthrophus adalah manusia kera yang berjalan tegak.
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama
dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan
mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis kaum Homo Sapiens yang
ditemukan di Indonesia ada 2 yaitu:
1. Homo Soloensis
2. Homo Wajakensis
Hasil kebudayaan Homo sapiens adalah perkakas yang terbuat dari batu dan
zaman manusia mempergunakan perkakas dari batu disebut Zaman Batu. Zaman batu terbagi
dua tahap, yaitu: Zaman Batu Tua (paleolithikum) dan Zaman Batu Baru (Neolithikum).
3.2 Saran
Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa menambah
pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan manusia purba pada zaman dahulu

Anda mungkin juga menyukai