Anda di halaman 1dari 41

TEKNIK MANAJEMEN PANTAI

oleh
YUNITA APRILINA, ST.,M.Eng
Materi
• Pendahuluan

• Nilai strategis pesisir

• Komponen lingkungan daerah pantai

• Potensi pantai

• Pengembangan daerah pantai

• Permasalahan
PENDAHULUAN

A. Pengertian pantai
Terdapat dua istilah dalam bahasa indonesia
tentang kepantaian yaitu, pesisir (coast) dan pantai
(shore).
Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih
mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin
laut, dan perembesan air alaut.
Pantai adalah daerah di tepi perairan yang
dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut
terendah.
Beberapa istilah penting lainnya sebagai berikut:
1. Daerah daratan adalah daerah yang terletak di atas dan
di bawah permukaan daratan dimulai dari batas garis
pasang tertinggi.
2. Daerah lautan adalah daerah yang terletak di atas dan
dibawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis
surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di
bawahnya.
3. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daran
dan air laut, dimana posisinya tidak tetap dan dapat
brpindah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi
pantai yang terjadi.
4. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang
pantai yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi pantai.
Kriteria sempadan pantai adalah daratan
sepanjang tepian yang lebarnya sesuai dengan bentuk
dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m dari titik
pasang tertinggi ke arah daratan.
B. Gelombang
Gelombang yang merambat dari laut dalam
menuju pantai mengalami perubahan bentuk karena
pengaruh perubahan kedalaman laut. Hal ini
menyebabkan semakin berkurangnya panjang
gelombang dan bertambahnya tinggi gelombang.
Pada saat kemiringan gelombang (perbandingan
antara tinggi dan panjang gelombang) mencapai
batas maksimum, gelombang akan pecah.
Gelombang yang telah pecah merambat terus ke
arah pantai sampai akhirnya gelombang bergerak
naik dan turun pada permukaan pantai (uprush dan
downrush).
Garis gelombang pecah merupakan batas perubahan
prilaku gelombang dan juga transpor sedimen pantai. Daerah
dari garis gelombang pecah ke arah laut disebut offshore,
sedangkan daerah yang terbentang ke arah pantai dari garis
pecah dibedakan menjadi tiga daerah yaitu breaker zone, surf
zone dan swash zone.
 Daerah gelombang pecah (breaker zone) adalah daerah dimana
gelombang yang datang dari laut (lepas pantai) mencapai
ketidakstabilan dan pecah. Di pantai yang landai gelombang
pecah dapat terjadi dua kali.
 Surf zone adalah daerah yang terbentang antara bagian dalam
dari gelombang pecah dan batas naik turunnya gelombang di
pantai. Pada pantai yang landai memiliki surf zone yang lebar.
 Swash zone adalah daerah yang dibatasi oleh garis batas
tertinggi naiknya gelombang dan batas terendah turunnya
gelombang di pantai.
Berdasarkan profil pantai, daerah ke arah pantai
dari garis gelombang pecah dibagi menjadi tiga
daerah yaitu: inshore, foreshore, dan backshore.
Perbatasan antara inshore dan foreshore adalah batas
antara air laut pada saat muka air rendah dan
permukaan pantai.
Proses gelombang pecah di daerah inshore sering
menyebabkan terbentuknya longshore bar, yaitu
gumuk pasir yang memanjang dan kira-kira sejajar
dengan garis pantai.
 Off shore adalah daerah gelombang (mulai pecah)
sampai ke laut lepas,
 Inshore adalah daerah antara foreshore dan off shore,
 Foreshore adalah daerah yang terbentang dari garis
pantai pada saat muka air rendah sampai batas atas
dari uprush pada saat air pasang tinggi,
 Backshore adalah daerah yang dibatasi oleh foreshore
dan garis pantai yang terbentuk pada saat terjadi
gelombang badai bersamaan dengan muka air tinggi,
B. NILAI STRATEGIS WILAYAH PESISIR BAGI
PEMBANGUNAN DAN KEHIDUPAN MANUSIA
Kawasan pesisir merupakan multiple-use zone,
hal ini karena:
 Kemudahan akses transportasi,

 Lahan darat dan perairan yang subur,

 Relatif mudah dan murah sebagai pembuangan


limbah,
 Kemudahan akses mendapatkan water cooling untuk

industri,
 Keindahan panorama.
Oleh sebab itu 60 % dari total penduduk dunia
tinggal di kawasan pesisir (Carleton Ray and
McCormick-Ray, 2004) dan 2/3 kota-kota besar dunia
terdapat di wilayah pesisir.
C. KOMPONEN LINGKUNGAN DAERAH PANTAI
 Morphologi daerah pantai, meliputi pantai akibat erosi,

pantai akibat pengendapan,


 Tata guna daerah pantai (Coastal land use),

 Meteorologi daerah pantai (cuaca, angin, posisi bulan dan

matahari, musin angin-badai),


 Hidro-oseanografi, meliputi gelombang angin, gelombang
pasang surut, gelombang tsunami, arus laut, transpor
sedimen, aliran air tanah, aliran permukaan,
 Ekosistem pantai meliputi ekosistem mangrove,
ekosistem terumbu karang, ekosistem estuaria dan delta,
ekosistem padang lamun, ekosistem pantai pasir.
D. POTENSI DAERAH PANTAI
Sumber daya pantai yang dapat diperbaharui
sebagai berikut:
 hutan mangrove,
 Terumbu karang,
 Padang lamun,
 Sumber daya perikanan,
 Bahan-bahan bioaktif.
Sumber daya pantai yang tidak dapat diperbaharui
meliputi seluruh mineral dan geologi mineral yang terdiri
dari tiga kelas yaitu:
 Kelas A, mineral strategis
 Kelas B, mineral vital
 Kelas C, mineral industri
Jasa- jasa lingkungan meliputi:
 Tempat rekreasi dan pariwisata
 Media transportasi dan kominikasi
 Sumber energi
 Sarana pendidikan dan penelitian
 Pertahanan dan keamanan
 Kawasan perlindungan (konservasi dan preservasi)
E. PENGEMBANGAN DAERAH PANTAI
 Kawasan perikanan dan pertanian

Seperti : budidaya ikan, perikanan tangkap, persawahan


pasang surut, budidaya rumput laut dan mutiara, ladang
garam.
 Kawasan wisata

Seperti : teluk yang indah, pantai pasir, terumbu karang,


hutan mangrove, dll.
 Kawasan industri

Beberapa kemudahan yang terdapat di daerah pantai untuk


keperluan industri antara lain:
a. Kemudahan mendatangkan bahan baku dan bahan bakar
industri
b. Kemudahan untuk mengirimkan hasil industri
c. Kemudahan untuk membuat instalasi pendingin
d. Kemudahan untuk membuang limbah industri
 Kawasan perdagangan

a. Kemudahan transportasi: transportasi laut


merupakan transport yang sangat murah, serta dapat
menjangkau berbagai daerah,pulau maupun
mancanegara
b. Daerah peralihan (laut-daratan) sehingga merupakan
titik peralihan moda angkutan
Daerah pantai dapat dikembangkan sebagai pintu
gerbang baik dari laut ataupun darat.
Pelabuhan dapat dikembangkan pada daerah yang
memiliki alur yang cukup dalam yaitu: gelombang
tidak begitu besar (perairan terlindung) serta transpor
sedimen menyusur pantai relatif kecil.
 Kawasan permukiman
Daerah pantai merupakan daerah yang indah sehingga
banyak pemukiman modern dikembangkan.
Pemukiman ini biasanya dilengkapi dengan fasilitas
lengkap seperti pusat perbelanjaan, dll. Disamping
itu, daerah pantai mempunyai banyak sumber daya
laut sehingga banyak para nelayan yang bermukim di
daerah pantai. Akan tetapi pemukiman nelayan
biasanya kurang tertata.
 Kawasan lindung dan cagar alam
Pada tempat-tempat tertentu, daerah pantai merupakan
tempat berkembang biak satwa dan tumbuh-tumbuhan
langka, sebagai contoh bunaken. Kawasan pantai yang
dapat dikembangkan menjadi kawasan lindung dan cagar
alam antara lain: kawasan taman laut dan terumbu karang,
hutan bakau, sand dunes, kawasan satwa liar
 Kawasan sumber energi
a. Energi gelombang : laut dengan gelombang yang relatif
besar dan konstan memiliki energi yang sangat besar,
tinggi gelombang minimum yang dapat dimanfaatkan
secara ekonomis adalah 1,5 m.
b. Energi gelombang pasang surut, gelombang pasang
surut merupakan gelombang panjang dengan periode
12 hingga 25 jam.
c. Energi angin, pada umumnya angin berhembus
cukup kencang untuk daerah pantai dan
hembusannya tidak terhalang bangunan yang tinggi.
 Pertambangan
Banyak potensi tambang yang terdapat pada daerah
pantai seperti pasir besi, timah, minyak.
 Tempat menampung air baku
Pulau kecil biasanya mengalami masalah dalam
mendapatkan air bersih pada musim kemarau.
Hal ini karena tangkapan air relatif sempit
sehingga kemampuan menyimpan air terbatas. Untuk
mengatasinya maka dibuatkan waduk penampungan
air, akan tetapi karena daratan relatif sempit maka
pengembangan waduk dilakukan di muara sungai.
F. PERMASALAHAN DAERAH PANTAI
Permasalahan daerah pantai meliputi:
1. Permasalahan fisik, seperti erosi pantai, hilangnya
pelindung alami pantai, sedimentasi pantai,
pencemaran pantai, intrusi air laut, ancaman
kenaikan muka air laut (sea level rise),
perkembangan pemukiman yang tidak teratur,
pemanfaatan daerah pantai yang tidak sesuai
potensi, permasalahan keterbatasan air bersih (air
baku).
2. Permasalahan hukum, seperti:
 Belum adanya perangkat hukum yang memadai untuk

pengelolaan daerah pantai,


 Pemahaman hukum oleh masyarakat pada umumnya

masih kurang, terutama pada pembuangan sampah ke


pantai, penebangan hutan bakau, penambangan pasir
dan terumbu karang, membangun di tepi pantai
(sempadan pantai).
3. Permasalahan sumber daya manusia,
4. Permasalahan institusi
EROSI PANTAI

Erosi pantai disebabkan oleh:


I. Hilangnya perlindungan alami, seperti:
 Penggalian pasir di perairan pantai dan sand dunes,
 Penambangan batu karang,
 Penebangan pohon pelindung pantai,
 Pembuatan bangunan yang merusak garis pantai,
 Berkurangnya suplai sedimen dari daerah
pedalaman.
II. Kerusakan pantai akibat bangunan pemecah
gelombang
III. Erosi akibat berkurangnya suplai sedimen dari DAS
IV. Erosi pantai akibat perubahan cuaca atau iklim
1. Perubahan iklim gelombang
2. Kenaikan muka air laut (sea level rise)
ANCAMAN GELOMBANG BADAI MUSIMAN

Gelombang badai musiman dapat mengganggu


pemukiman, pertambakan, perdagangan, industri dan
sebagainya. Gelombang ini juga dapat mengancam
daerah pelabuhan yang berakibat pada gangguan
terhadap kapal pada saat tambat dan bongkar muat.
SEDIMENTASI
Penyebab terjadinya sedimentasi antara lain:
 Penutupan muara sungai,

 Penutupan intake atau outlet,

 Pendangkalan pelabuhan.

PENCEMARAN LINGKUNGAN
Penyebabnya antara lain:
 Pencemaran limbah perkotaan

 Pencemaran temperatur

 Pencemaran bahan bakar/pelabuhan

 Pencemaran pada pelaksanaan reklamasi.


INTRUSI AIRLAUT
Antara lain sebagai berikut:
 Intrusi air laut ke air tanah yang disebabkan

pemompaan air tanah yang berlebihan


 Intrusi air laut ke alur sungai yang disebabkan karena

pengerukan muara serta pemanfaatan air sungai yang


berlebihan.
PEMANFAATAN SEMPADAN PANTAI YANG
TIDAK TEPAT
 Pemanfaatan sempadan untuk pemukiman:
 Nelayan : pemukiman kumuh
 Modern : memukiman tertutup
 Pemanfaatn sempadan untuk kawasan eksklusif
seperti perhotelan dan kawasan bisnis
PEMANFAATAN DAERAH PANTAI TIDAK
SESUAI POTENSI
 Daerah pertanian yang subur untuk kawasan industri
atau pemukiman.
 Daerah pariwisata untuk pengembangan kawasan
industri/pabrik.
 Hutan mangrove dikembangkan untuk pertambakan
tanpa memperhatikan kawasan buffer zone
PERMASALAHAN REKLAMASI PANTAI
 Meningkatkan potensi banjir,
 Pencemaran lingkungan,
 Perubahan status lahan,
 Kepemilikan lahan reklamasi,
 Permasalahan pemindahan penduduk,
 Gangguan pada borrow area,
 Potensi kerusakan pantai
KONSEP DASAR PENGELOLAAN DAERAH
PANTAI TERPADU DAN BERKESINAMBUNGAN

Pengelolaan daerah pantai terpadu dimaksudkan


untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan berbagai
aktivitas perencanaan dan pembangunan yang
dilakukan di daerah pantai. Pengembangan tidak
boleh secara sektoral. Berkesinambungan dapat
diartikan sumberdaya pantai yang ada dapat
dimanfaatkan baik untuk keperluan saat ini maupun
yang akan datang.
PRINSIP KETERPADUAN DALAM
PENGELOLAAN PANTAI

 Keterpaduan perencanaan sektor secara horizontal:


 Perencanaan harus memadukan berbagai sektor
kepentingan,
 Prinsip pembangunan adalah diutamakan
pemanfaatan pesisir yang lestari dengan
memprioritaskan potensi unggulan daerah pantai
yang bersangkutan, sedangkan potensi lain
diusahakan untuk mendukung potensi unggulan.
 Keterpaduan perencanaan sektor secara vertikal
 Keterpaduan arah vertikal diartikan bahwa
pengelolaan daerah pantai baik dari tingkat desa
hingga nasional (bahkan internasional). Untuk
menghasilkan keterpaduan ini diperlukan kebijakan
nasional yang dapat digunakan sebagai pedoman
pengembangan daerah pantai.
 Keterpaduan antara ekosistem darat dan laut
 Daerah pantai merupakan daerah peralihan antara
ekosistem darat dan laut sehingga pembangunan
daerah pantai tidak boleh merusak ekosistem darat
maupun laut.
 Keterpaduan antara ilmu pengetahuan dan manajemen
 Pengembangan wilayah pesisir harus didasarkan pada
input data dan informasi ilmiah yang memberikan
berbagai alternatif bagi pengambil keputusan yang
relevan dan sesuai dengan kondisi daerah pesisir yang
bersangkutan.
 Keterpaduan antara kepentingan ekonomi, lingkungan dan
masyarakat.
 Dalam mengambil keputusan pengembangan wilayah
pesisir pantai harus dikaji mendalam mengenai kelayakan
pengembangan wilayah tersebut baik dari segi ekonomi,
lingkungan maupun manfaat buat masyarakat sekitar.
BATAS WILAYAH PENGELOLAAN DAERAH
PANTAI

Wilayah Pengelolaan
 Batas perairan dari garis pantai sejauh 4 mil laut

 Sempadan pantai :

 Daerah pedesaan, perkebunan = 100m

 Buffer zone hutan mangrove = 130 p (p = tidal range)

 Daerah perkotaan dan bisnis 50 sd 100m

 Daerah pantai:

 Daratan pantai adalah daratan yang berada dibawah


elevasi + 100m
 Pada daerah pemukiman, perkotaan, industri, perkebunan
dan pertanian, daratan pantai ditentukan maksimum
selebar 2 km dari garis pantai pada saat muka air tinggi
 Untuk daerah berawa, hutan magrove, sand dunes, daratan
pantai ditentukan selebar rawa/hutan mangrove/sand
dunes tersebut (atau maksimum 2 km dari garis pantai
apabila tebal ekosistem pantai kurang dari 2 km).
Satuan Wilayah Pengelolaan Daerah Pantai (SWPDP)
 Telah tercapai kesepakatan antar pakar bahwa batasan
wilayah pesisir dapat didekati dengan pendekatan
ekologis, administratif dan perencanaan
 SWPDP yang diusulkan adalah satuan wilayah
administrasi tingkat kabupaten/kota, sedangkan tingkat
provinsi berperan sebagai koordinator dan berfungsi
sebagai pemegang kebijakan.
 Pertimbangan yang dipergunakan adalah karena
Kabupaten/kota memiliki perangkat institusi yang
lengkap (Bappeda dan dinas-dinas terkait), mempunyai
SDM, sarana prasarana dan dana yang mandiri,
mempunbyai perangkat pendukung (hukum dll) dan
kewenangan yang kuat dalam mengatur wilayahnya.
 Wilayah administrasi paling dekat dengan pantai adalah
desa pantai. Pemanfaatan desa pantai sebagai wilayah
pesisir (daratan pantai) adalah sangat rasional dan
memudahkan pengelolaan.
Satuan Wilayah Pembangunan Pantai (SWPP)
 SWPP merupakan satuan wilayah yang dipergunakan

untuk mengkaji apabila pada suatu pantai akan


dibangun atau dikembangkan. SWPP ditentukan
berdasarkan pergerakan sedimen atau dengan
pendekatan sel sedimen pantai. Apabila ada
pembangunan di suatu wilayah pembangunan pantai
maka pembangunan tersebut hanya berdampak pada
wilayah itu saja (sel sedimen pantai yang
bersangkutan) sehingga dampak pembangunan tidak
akan mencapai di luar satuan wilayah pembangunan
tersebut.
 Satuan wilayah ini biasanya ditengarai dengan:
 Wilayah diantara head land dengan head land,
 Wilayah antara tanjung dengan tanjung,
 Seluruh wilayah pantai panda pulau sangat kecil
(< 10 km2)
Satuan Wilayah Pantai Berdasar Satuan Wilayah
Sungai (SWS)
 Satuan wilayah pengelolaan daerah pantai dapat pula
didekati dengan satuan wilayah sungai (SWS),
 Pendekatan dengan konsep SWS ini sangat cocok
untuk pengelolaan wilayah pantai yang dilakukan
oleh Departemen Pekerjaan Umum, cq Direktorat
jendra Sumber Daya Air, Direktorat Rawa dan Pantai,
 Pendekatan pengelolaan daerah pantai bersamaan
dengan pengelolaan daerah aliran sungai merupakan
pendekatan yang sangat bagus.
Aspek-aspek pengelolaan daerah pantai sebagai berikut:
1. Konservasi daerah pantai,
2. Pendayagunaan daerah pantai,
3. Pengendalian kerusakan daerah pantai,
4. Sistem informasi daerah pantai,
5. Pemberdayaan masyarakat daerah pantai.

Anda mungkin juga menyukai