Anda di halaman 1dari 106

MIKROBIOLOGI

Total Plate Count (TPC)


YESI ROSENDA SARAGIH S.Si
Total Plate Count (TPC)

Prinsip dari metode hitungan cawan atau


Total Plate Count (TPC) adalah
menumbuhkan sel mikroorganisme yang
masih hidup pada media agar, sehingga
mikroorganisme akan berkembang biak
dan membentuk koloni yang dapat dilihat
langsung dan dihitung dengan mata
tanpa menggunakan mikroskop.
Uji Total Plate Count menggunakan media
padat dengan hasil akhir berupa koloni yang
dapat diamati secara visual dan dihitung. 

Perhitungan Total Plate Count dinyatakan


sebagai jumlah koloni bakteri hasil
perhitungan dikalikan faktor pengencer. 
Keuntungan dari metode TPC

-Dapat mengetahui jumlah mikroba yang


dominan

-Dapat diketahui adanya mikroba jenis lain yang


terdapat dalam contoh ( sampel).

- Dapat menghitung sel yang masih hidup,


menentukan jenis mikroba yang tumbuh dalam
media tersebut serta dapat mengisolasi dan
mengidentifikasi jenis koloni mikroba tersebut. 
Kelemahan 
 Memungkinkan terjadinya koloni yang berasal lebih dari
satu sel mikroba, seperti pada mikroba yang
berpasangan, rantai atau kelompok sel. 
 Memungkinkan ini akan memperkecil jumlah sel
mikroba yang sebenarnya. Kemungkinan adanya jenis
mikroba yang tidak dapat tumbuh karena penggunaan
jenis media agar, suhu, pH, atau kandungan oksigen
selama masa inkubasi. 
 Memungkinkan ada jenis mikroba tertentu yang tumbuh
menyebar di seluruh permukaan media,sehingga
menghalangi mikroba lain. Hal ini akan mengakibatkan
mikroba lain tersebut tidak terhitung. 
 Penghitungan dilakukan pada media agar yang
jumlah populasi mikrobanya antara 30 – 300
koloni. Bila jumlah populasi kurang dari 30
koloni akan menghasilkan penghitungan yang
kurang teliti secara statistik, namun bila lebih
dari 300 koloni akan menghasilkan hal yang
sama karena terjadi persaingan diantara koloni. 
 Penghitungan populasi mikroba dapat dilakukan
setelah masa inkubasi yang umumnya
membutuhkan waktu 24 jam atau lebih. 
1. Cawan sebar ( Spread plate)
 Prinsip
= Menumbuhkan
Mikroorganisme dari suatu
larutan ke permukaan padat
dengan menggunakan
spread spatula.
 Koloni yang diharapkan
akan tumbuh dipermukaan
agar dengan menggunakan
nutrisi dari medium
pertumbuhan dibawahnya.
Kelebihan
-mikroorganisme tidak terpapar pada suhu dimana
agar masih cair sehingga memungkinkan
didapatkanya jumlah yang lebih tinggi
-Memudahkan untuk pengamatan morfologi koloni
yang lebih jelas dan sangat cocok untuk
menumbuhkan mikroorganisme aerob

Kelemahan
-Sering terbentuknya kolon
menyebar setelah diinkubasi
-Penyebabnya terdapat lapisan
tipis air dipermukaan agar
Saran untuk cawan sebar
 Jangan memneteskan biakan dipinggir cawan
yang akan mempersulit penyebaran oleh
spreader
 Jangan langsung menyebarkan inokulum dengan

spreader yang baru saja disterilisasi


 Jangan menyebarkan inokulum saat medium

masih belum padat


 Sebaiknya penyebaran dilakukan mulai dari

pengenceran yang tinggi ( encer)


 Saat menyebar jangan sampai merusak medium

pertumbuhan
Cawan tuang / Pour plate
 Adalah tehnik penanaman mikroorganisme dengann
mencampurkan inokulum dengan medium yang
masih cair sehingga kumpulan sel akan menyebar
merata ke seluruh media ( tidak hanya permukaan)
 Tehnik ini cocok untuk menumbuhkan
mikroorganisme yang pertumbuhanya tidak
dipengaruhi oleh keberadaan oksigen
( mikroaerofilik/ anaerob fakultatif)
 Koloni yang terbentuk umumnya kecil dan kompak
sehingga meminimalkan perebutan nutrisi antar
koloni
Kelemahan
o mikroorganisme akan terpapar pada suhu dimana agar
msih cair yang meningkatkan resiko kematian untuk sel
yang tidak tahan panas
o Koloni yang menimbukan gas dalam metabolismenya akan
menimbulkan retakan pada agar
o penampakan koloni menjadi terlihat kurang jelas karena
tertanam didalam agar
o Terciptratnya media kepinggir/tutup cawan saat
pengadukan
o Perbedaan ukuran koloni didalam dan dipermukaan media
akibat beda konsentrasi oksigen
o (Jarvis, 2008, hal. 121-122) sebaiknya tidak menggunakan
tehnik ini untuk menghitung organisme yang sensitif
panas atau sangat membutuhkan oksigen.
Tehnik cawan tuang
 Memasukan sejumlah inokulum dengan volume
tertentu dalam cawan petri steril
 Kemudian tuang media pertumbuhan yang masih cair
suhu ± 45 derajat
 Homogenkan/ sebarkan dengan cara memutar cawan
petri seperti angka 8 ( usahanakan media tidak
mengenai tutup cawan)
 Biarkan sampai medium memadat
Perbandingan antara tehnik
penanaman
 Spread plate umumnya mendapatkan hasil perhitungan
yang lebih tinggi dibandingkna Pour plate untuk bakteri
aerob mesofilik (Nottingham et all. (1975) dan Barraud et
al.(1967) dalam Jarvis (2008 hal 137))
 Clarik (1967) menyatakan lebih tinggi hasil spred plate
dibanding pour plate pada sampel air
 Taylor, Allen dan Geldreich (1983) menunjukan bahwa
metode pour plate tidak seakurat pour plate untuk
menghitung mikroorganisme heterotrof
 Namun, Jarvis et al (1975) dalam Jarvis (2008) menyatakan
tidak ada perbedaan yang signifikan dalam spred plate
dan pour plate untuk sempel sosis, daging olahan, krim
dan salat (hal.137)
 Perbedaan tersebut tentunya sangat
dipengaruhi oleh kadar oksigen dan pola
pertumbuhan koloni di permukaan dan di
pdalam media.
 Selain itu, jenis mikroorganisme juga sangat

berpengaruh terhadap perbedaan hasil spred


plate dan pour plate
Pengenceran
 Sebelum mikroorganisme ditumbuhkan dalam
media, terlebih dahulu dilakukan pengenceran
sampel
 Tujuan dari pengenceran = mengurangi jumlah
kandungan mikroba dalam sampel sehingga
nantinya dapat diamati dan diketahui jumlah
mikroorganisme secara spesifik sehingga
didapatkan perhitungan yang tepat.
 Pengenceran memudahkan dalam perhitungan
koloni (Fardiaz, 1993).
 Pengenceran adalah mencampur larutan pekat
(konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan
pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih
besar.
 Contohnya suatu sampel pada suatu suspensi
yang berupa campuran bermacam-macam
sppesies diencerkan dalam suatu tabung
tersendiri. Enceran ini kemudian diambil 1 ml
untuk diencerkan lagi ke tabung yang berisi
pelarut. Enceran yang kedua ini diambil  1 ml
untuk diencerkan lebih lanjut.
 Prinsip pengenceran
adalah menurunkan
jumlah pertumbuhan
mikroba, sehingga
semakin banyak
jumlah pengenceran
yang dilakukan,
semakin sedikit jumlah
mikroba, dimana suatu
saat didapat hanya
satu mikroba pada
satu tabung.       
Pengenceran bertingkat
 Pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau
mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi
dalam cairan.
 Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat
pengenceran tergantung kepada perkiraan
jumlah mikroba dalam sampel.
 Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel
dan pengenceran pertama dan selanjutnya,
sehingga pengenceran berikutnya mengandung
1/10 sel mikroorganisma dari pengenceran
sebelumnya.
 Pengenceran pertama ( initial suspension/Primary dulution)
suspensi, larutan atau emulsi yang diperoleh setelah
menimbang atau mengukur kuantitas suatu produk sebelum
diuji yang telah dicampur dengan pengenceran 9 kali ebih
banyak sehingga jika terdapat partike yang lebih besar dapat
terendapkan.
 Sedangkan, pengenceran bertingkat selanjutnya (furter

decimal dulution) adalah suspensi atau larutan yang


diperoleh dengan mencampur volume yang terukur dari
pengenceran yang pertama dengan volume 9 kali lipatnya
dan dengan mengulangi cara ini dengan pengenceran
desimal selanjutnya sampai diperoleh pengenceran yang
cocok untuk inokulasi ( ISO 6887-1,1999, hal.1)
Prosesur pengenceran
ISO 6887-1 (1999) merekomendasikan tahapan pengenceran

Pengenceran pertama

Sempel ditimbang (g) atau diambil volume (v) didalam platik atau
mangkuk steril dengan ketidakastian ±5 %

Ciran pengencer sebanyak 9x m (g) atau 9xv(ml) ditambahkan pada


sempel

Pencegahan kerusakan mikroorganisme karena perubahan suhu yang


mendadak dapat dihindari dengan mengaklimatisasi suhu
pengenceran ke dalam suhu sampel

Partikel yang berukuran besar sebaiknya dibiarkan mengendap


Pengenceran bertingkat selanjutnya
 1 ml dari pengenceran pertama dipindahkan dengan
pipet ke dalam tabung yang mengandung 9 ml
pengencer.
 Sebaiknya, pipet jangan dimasukkan lebih dari 1cm ke
dlam tabung pengencer pertama untuk mencegah
presisi yang obtimal dan dilakukan pencegahan kontak
antara pipet berisi inokulum dengan pengencer steril
 Setelah dimasukan, maka larutan dicampur dengan
menggunakan stirer ( vortex) selama 5-10 detik untu
mendapatkan pengenceran 1/100. Cara ini dapat
dilakukan sampai mendapatkan tingkat pengenceran
yang sesuai.
Tahap- tahap proses pengenceran pada pengenceran pertama dan
pengenceran selanjutnya berdasarkan interpretasi dari ISO 6887-1
(1999)
Perbedaan pengambilan homogen pada pengenceran pertama
untuk ditanam atau diencerkan lebih lanjut

Titik putih= Partikel


sampel
Titik hitam = Gambran
sel

Partikel sampel didiamkan Partikel sampel dikocok


Teknik pengenceran
 Menurut Waluyo (2005), tahapan pengenceran
dimulai dari membuat larutan sampel sebanyak 10
ml (campuran 1 ml/1gr sampel dengan 9 ml larutan
fisiologis).
 Dari larutan tersebut diambil sebanyak 1 ml dan
masukkan kedalam 9 ml larutan fisiologis sehingga
didapatkan pengenceran 10-2.
 Dari pengenceran 10-2 diambil lagi 1 ml dan
dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi 9 ml
larutan fisiologis sehingga didapatkan pengenceran
10-3, begitu seterusnya sampai mencapai
pengenceran yang kita
 Setelah dilakukan pengenceran, kemudian
dilakukan penanaman pada media lempeng
agar.
 Setelah diinkubasi, jumlah koloni masing-

masing cawan diamati dan dihitung.


MEDIA PERTUMBUHAN
Pengertian
 Media pertumbuhan adalah suatu bahan/
media yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk tumbuh dan berkembang.
 Media pertumbuhan merupakan tempat

mikroorganisme tumbuh dan media


pertumbuhan sebagai sumber nurtisi bagi
mikroorgnisme
Media pertumbuhan
Persyaratan pembuatan media pertumbuhan
1. Bahan baku air

2. Penimbangan media pertumbuhan

3. Konsentrasi dan pelarutan agar

4. Kekuatan agar

5. Pengaruh pH

6. Sterilisasi media

7. Pencairan kembli media

8. Penuangan media

9. Ketebalan agar dari luas cawan

10. Penyimpanan media siap pakai


1. Bahan baku air
 Air yang diginakan untuk pembutan bahan baku
media sebaiknya menggunakan air destilasi
 Salah satu parameter uji cukup penting adalah
koduktivitas ( menggambarkan kemurnian air
destilasi)
 Air yang baik akan menjamin kualitas media
pertumbuhan yang dihasilkan
 Bahan pengotor yang terdapat pada bahan baku
air dapat berpengaruh pada kinerja salah satu
substansi yang terdapat pada media
2. Penimbangan media pertumbuhan
Cara perhitungan penimbangan
media/ml
 Ex= Naufal ingin melakukan uji ALT. Dengan
menggunakan media (PCA 23,5g/L) yang
dilarutkan dalam 120ml aquades. Total media
yang haru ditimbang Naufal adalah....?
 23,5/1000X120
 2.82g
 Dalam uji ALT, media yang digunakan adalh
PCA (23,5 g/l) , untuk 250 aquades, maka citra
akan menimbang media PCA sebanyak.... (g)??
 23,5/1000x250
 5,87g
 Pada uji ALT kita mau membuat NACL 0,9%

dengan volume 120 ml. NACL yang kita


timbang adalah....(g)?
= 0,9/100 x 120
=1.08g
 Suta akan melakukan uji AKK, dengan
menggunakan media (PDA 39g/l), pada
volume 120 ml. Maka berat media yang harus
ditimbang adalah......( 4,68 g)
 Suta akan melakukan uji AKK, dengan

menggunakan media PDA dan ditambah


kloramfenikol 0,1% dalam 120 ml.
Kloramfenicol yang harus ditimbang
adalah.....(0,12g)
 = 0,1/100x
CONTOH
 Dalam uji ALT, media yang digunakan adalh
PCA (23,5 g/l) , untuk 120 aquades, maka
kita timbang media PCA sebanyak.... (g)??
 =m=120/1000x23,5
 =2,82 g
 Pada uji ALT kita mau membuat NACL 0,9%

dengan volume 120 ml. NACL yang kita


timbang adalah....(g)?
 =0,9/100. m/120
 = 1,08 g
Konsentrasi dan pelarutan agar
 Konsentrasi agar 15,0g/L umumnya
digunakan untuk membuat media padat
 Konsentrasi yang lebih rendah (7,5-10,0g/L)

untuk soft agar atau media semisolid.


 Agar akan larut pada suhu 84°C dan memadat

pada 38°C ( Atlas,2010. hal.1)


 Konsentrasi agar yang lebih tinggi dari
ketentuan akan mengkibatkan proses
pemadatan lebih cepat pada saat penuangan
 Proses pelarutan agar dapat menggunakan

hot plate dan magnetik stirer


 Indikasi larutan agar umumnya ditunjukan

dengan beningnya media atau mencairnya


serbuk agar yang tertempel pada wadah
 Hindari panas berlebihan yang

mengakibatkan sebagian media menjadi buih


dan mendesak keluar dari mulut wadah
4. Ketebalan agar dan luas cawan
 Media agar yang tipis ketebalanya masih
memungkinkan mikroorganisme untuk
tumbuh dan nutrisi media masih cukup untuk
memenuhi kebutuhanya
 Pirt (1966) membuktikan bahwa terdapat

pengaruh ketebalan agar terhadap


pertumbuhan koloni yang konstan pada 12
jam pertama
 Semakin tipis agar maka laju pertumbuhan

akan semakin terhambat


 Laju pertumbuhan akan sama jika ketebalan
agar diatas 3,44 mm dengan volume media
15-20ml (Pirt.1966, hal.188)
 Hal ini menunjukan bahwa setelah mencapai

ketebalan tertentu daerah sumber nutrisi


dibawah koloni tidak adan dibatasi oleh
ketebalan agar
 1 cawan=15 ml. Brapa ml aquades yg kita

butuhkan untuk 5 cawan?


Efek dari ketebalan agar terhadap
pertumbuhan koloni
 Koloni
tumbuhnya yang
tidak sama besar
karena ketebalan
agar tidk merata.
 Tampak koloni

pada bagian atas


lebih kecil
dibanding koloni
yang lain dan
ketebalan agar
lebih condong
ke bawah
5. Kekutan agar
 Kekuatan media padat agar bisa diukur
dengan tripod stand dengan batang tengan
central road yang digunakan untuk menekan
agar.
 Kekuatan yang diberikan pada agar dapat

dihitung W/∏r22 ( w=berat dibebanakan,


r=radius )
 Parameter ini tidak begitu penting untuk diuji
setiap kali pembuatan media dan dapat sebagai
metode evaluasi untuk menentukan konsentrasi
agar yang tepat
6. Pengaruh pH
 pH dapat diukur sebelum sterilisasi pada
suhu 25°C menggunakan pH meter, sehingga
setelah proses sterilisasi, media akan emiliki
pH sesuai persyaratan media dengan
ketelitian ± 0,2 pH unit.
7. Sterilisasi media pertumbuhan
 Media siap disterilisai (15 psi/1atm, 121 derajat selama 15
menit)
 Atlas(2010) menyarankan bahwa media yang mengandung
karbohidrat disterilisasi pada autoclave suhu 116-118 derajat
untuk mencegah dekomposisi karbohidrat dan pembentukan
formasi senyawa toksik yang menghambat mikrob
 Sedangkan, media yang tidak tahan panas sterilisasi autoclave
( media mengandung protein telur) sebaiknya menggunkan
tehnik inspisasi ( memanaskan pada arnold stem sterilizer
suhu 75-80 derajat selama 2 jam dan dilakukan 3 hari
berurutan)
 Bahan yang tidak tahan panas seperti antibiotik, vitamin
disterilisasi menggunakan filtrasi membran yang kemudian
ditambahkan kedalam media setelah didinginkan sampai 50
derajat.
8. Pencairan kembali media agar

 Pencairan kembali media


agar steril dapat dilakukan
di waterbath dengan suhu
40-45 derajat dengan waktu
seminimal mungkin untk
menjaga kualitas media.
 Tidak terjadi overheating
saat pemanasan
9. Penuangan media
 Keseragaman volume sangat dibutuhkan
pendistribusian media untuk memenuhi
spesifikasi metode yang digunakan.
 Untuk media cair yang dituang ke tabung
sebaiknya volume yang dipindahkan lebih besar
daripada volume dipersyaratan.
 Andrews et al (2004) menjelaskan bahwa
proses sterilisasi dapat mengurangi volume
media sebesar 0,1-0,3 ml sehingga, diperlukan
penakaran lebih dari yang dipersyaratan (hal. 9)
 Keseragaman penuangan volume yang
sama pada cawan dapat diperoleh
dengan cara memasukkan media padat
yang telah larut kedalam tabung
sebelum disterilisasi sesuai volume
yang diinginkan, kemudian media
steril dalam tabung (sebelum
memadat ) dituang ke dalam cawan
( Presscot dan Haerly, 2002, hal.78)
 Demi waktu dan efesiensi , banyak praktisi
yang langsung menuang pada media padat
dari elenmeyer ke cawan petri yang tentusaja
membutuhkan kehlian dan ketepatan dalam
membaginya.

ISO 11133-1 (2009) mensyaratkan bahwa pembagian


media dilakukan kedalam wadah dengan volume paling
tidak 20% lebih besar dari pada media yang
dimasukkan.
 Penuangan media sebaiknya tidak dilakukan
pada suhu lebih 50 derajat suapaya tidak
terjadi kondensasi berlebihan
 Pembakaran mulut tabung/erlenmeyaer
sebaiknya dilakukan untuk mencegah
terjadinya kontaminasi
 Penuangan lebih baik menggunakan cawan

berbahan borosilicate glass, bukan berbahan


soda glass karena dapat menaikan pH
10. Penyimpanan media siap pakai
 Media jadi pada cawan yang telah siap pakai
sebaiknya disimpan dengan posisi terbalik
dan ditumpuk tidak lebih dari tiga cawan
 Media pertumbuhan sebiknya digunakan
setelah dibuat, tetapi adakalanya dibutuhkan
persiapan yang membuat media
pertumbuhan yang sudah jadi harus disimpan
 ISO 11133-1 (2009) media siap pakai
disimpan pada suhu 5±3 derajat celcius dan
disarankan untuk disimpan tidk lebih 2-4
minggu untuk media cawan dan 3-6 bulan
untuk media cair.
 Media yang ditambah suplemen sebaiknya

dipakai pada hari yang sama saat pembuatan


media
Umur simpan berbagai media pertumbuhan
Nama Bent Waktu Suhu pH Warna Kondisi simpan
uk simpan simpan simapan
BGLB Broth 1 bulan 4±2° C 7.4±0.2 Gren clear Tabung/botol
bertutup ulir
BS Agar 1-3 hari 4° C 7.4±0.2 Pale Cawan petri
(Bismunth grean/ bersegel
suplite)
TSA Agar 30 hari 4±2° C 7.3±0.2 Ligh yelow Cawan petri
Hektoen Agar 3 4±2° C 7.5±0.2 Blue green Cawan petri
enterik(HE minggu
)
LT (lauryl Broth 1 bulan 4±2° C 7.5±0.2 Ligh Tabung
triptose) amber
Terta Broth 7hri 4±2° C 7.4±0.2 Pale milky Tabung
shionate(T
T)
Umur dan suhu simpan berbgai wadah dan
bentuk media siap pakai

Jenis media suhu waktu

Media cair dilabu bertutup ulir 2-8° C 96 jam

Media agar dicawan bertutup 2-8° C 2 minggu


rapat
Media cair atau agar ditabung 2-8° C 2 minggu
dengan tutup renggang

Media cair atau agar ditabung <30° C 3 bulan


dengan tutup ulir rapat
Uji sterilitas untuk menguju kualitas media

Suhu uji/ penyimpanan inkubasi Waktu minimum uji sterilitas

4-8° C 10-14 hari

20-25° C 2-5 hari

35-37° C 48-72 jam


Jenis- jenis media pertumbuahn

 Berdasarkan sifat fisik


1. Media padat
 Adalah media cair yang mengandung
substansi pemadat ( agar-agar, gelatin)
dengan konsentrasi yang berbeda.
 Konsentrasi bahan pemadat akan membuat

media setelah dingin menjadi padat


 Media padat berguna untuk menjaga sel agar

tidak berpindah tempat sehingga akan


mudah dihitung dan dipisahkan jenisnya
ketika tumbuh koloni
Bentuk media padat
 Media agar cawan
Berfungsi untuk
enumerasi, isolasi,
karakterisaasi,dll
Mikrob pada media ini
akan tumbuh berkumpul
menjadi koloni pada
permukaan agar dan
hasil metabolit dapat
berdifusi kesekelilingnya.
 Media agar mirring
Berfungsi untuk
menumbuhkan kultur yang
umumnya akan disimpan
Bentuk agar yang miring
didalam tabung bertujuan
untuk pembesaran luas
permukaan untuk inokulasi
kultur dan meminimalkan
kontaminasi karena mulut
tabung yang sempit
2. Media cair
 Yaitu, media yang mengandung larutan cair
dari satu atau lebih konstituen
 Terkadang, partikel padat dapat ditambahkan

pada medium cair tersebut


 Medium cair pada tabung, botol atau

erlenmeyer umumnya dinamakan Broth (ISO


11133-1, 2009, hal.2)
 Contoh: LB (Lactose broth), NB (Nutrien broth)
 Medium cair memberikan kesempatan bakteri
untuk menyebar dan tercampur dengan
seluruh nutrisi sehingga lebih cocok untuk
mengobtimumkan pertumbuhan mikrob.
 Untuk mengetahui karakter suatu mikrob

berdasarkan kebutuhan oksigen atau untuk


proses fermentasi
3. Media semi-solid
 Yaitu, mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi
sedikit kenyal, tidak padat dan tidak cair
 Tujuan, supaya pertumbuhan mikrob dapat menyebar
keseluruh media tetapi tidak mengalami percampuran
sempurna jika tergoyang.
 Ex= Bakteri yang tumbuh pada media NfB ( Nitrogen free
bromthymol blue) semisolid akan membentuk cincin hijau
kebiruan dibawah permukaan media, jika media ini cair
maka cincin akan mudah hancur.
 Bertujuan mencegah /menekan difusi oksigen, contoh
pada media Nitrate broth. Kondisi anaerob meningkatkan
metabolisme nitrat tetapi juga diharuskan tumbuh merata
diseluruh media.
 Fungsi lainya, untuk uji motilitas .
Konsentrasi agar yang tidak begitu padat
memungkinkan bakteri motil dapat bergerak
dan berpindah, sedangkan non motil
cenderung tetap ditempatnya.
Berdasarkan kandungan bahan
-Media yang seluruh komposisinya diketahui
Media sintetik-Untuk uji metabolisme

-Media yang sebagian komposisinya tidak


diketahui pasti
-Dibutuhkan, karena kebutuhan nutrisi
dari beberapa bakteri
Media kompleks yang tidak diketahui sehingga media
sintetik tidak dapat dibuat untuk
keperluan ini
-Satu jenis media komplek dapat cukup
kaya untuk memenuhi kebutuhan banyak
jenis bakteri
-Ex= Nutrien broth, Tryptic soy broth, dan
Berdasarkan fungsi
 Media transport= u/ mengawetkan dan
memelihara mikroorganisme tanpa ada
pertumbuhan yang signifikan pada saat
pengumpulan sampel sampai peprosesaan
sampel dilaboratorium. Ex. Stuarts transport
medium.
 Media penyimpanan/pemeliharaan=
u/memelihara viabilitas mikroorganisme dengan
waktu yang diperpanjang dan melindungi dari
pengaruh yang merugikan selama waaktu
penyimpanan. Ex. Nutrien agar miring
 Media suspensi, u/memisahkan
mikroorganisme dari produk uji ke fase cair
( pada saat pengenceran pertama) tanpa
adanya penghambatan atau pertumbuhan
selama waktu kontak . Media suspensi =
diluent. Ex. Pepton saline solution.
 Media penyegaran/penyadaran (resuscitation)

memungkinkan terjadinya
perbaikan/pemullihan terhadap kapasitas
mikroorganisme yng stres dalam
pertumbuhan normalnya tanpa mendukung
adanya perbanyakan yang diperlukan. Ex,
Buffered peptone agar
 Media isolasi. Media padat atau semisolit
yang dapat menumbuhkan mikroorganisme.
 Media isolasi selektif = media yang
mengijinkan pertumbuhan jenis tertentu
namun menghambat jenis lainya. Ex.
XLD(Xylose lysine Deoxycholate) agar.
 Media non selektif = media isolasi yang tidak
menghambat secara selektif mikroorganisme
tertentu. Ex. PCA ( Plate count agar)
1. Bahan bahan media pertumbuhan

1. Sumber nutrisi
 Sumber karbon
 Sumber nitrogen
 Sumber oksigen
 Sumber posfat
 Sumber unsur sekelumit ( Trace element)
2. Komposisi media pertumbuhan
1. Agar = terbuat dari ekstrak alga. u/ memadatkan
media cair sehingga sel tidak larut dalam cairan
2. Peptone = hasil hidrolisis protein dari proses
enzimetik atau digesti asam
3. Meat/plant ekstract= ekstrak daging dan
tumbuhan mengandung banyak asam
amino,peptida dengan berat molekul rendah ,
karbohidrat ,vitamin, mineral dan trace metals.
Jaringan hewanlebih banyak mengandung bahan
protein larut air dan glikogen, sedangkan ekstrak
tumbuhan lebih banyak karbohidrat.
4. Faktor tumbuh, ex, vitamin, asam
amino, asam lemak dan nutrisi dari
darah.
5. Komponen selektif
u/ menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang tidak diinginkan.
6. Komponen diferensial = tidak menekan
ertumbuhan mikroorganisme tertentu,
namun sebagai bahan memudahkan
pembedaan mikrob target dari populasi
campuran.
7. pH buffer= menjaga pH media selama
digunakan untuk tumbuh
Koloni merupakan
Koloni sekumpulan
mikroorganisme yang
memiliki kesamaan
-Bentuk
-Susunan
-Tepi
-Ketinggian
-Permukaan
-Warna
Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang
tumbuh di permukaan medium adalah sebagai berikut: 

 Besar kecilnya koloni.


- Ada koloni yang hanya berupa satu titik, namun ada pula yang
melebar sampai menutup permukaan medium. 

•Bentuk.
- Ada koloni yang bulat dan memanjang. Ada yang
tepinya rata dan tidak rata. 
•Kenaikan permukaan.
- Ada koloni yang rata dengan permukaan medium, ada
pula yang timbul diatas permukaan medium. 
•Halus kasarnya pemukaan.
- Ada koloni yang permukaannya halus, ada yang permukaannya
kasar dan tidak rata. 

•Wajah permukaan.
- Ada koloni yang permukaannya mengkilat dan ada
yang permukaannya suram. 
Warna.
- Kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau
kekuningan. 
Kepekatan.
- Ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang keras
dan kering. 
Penentuan koloni yang dihitung
 Untuk koloni berpenampakan sama yang terpisah
tanpa bertindih dan jarak antar koloni sebesar
diameter koloni terkecil dihitung 1 koloni
 Untuk koloni yangbertindihan/bersinggungan untuk
dua koloni yang berbeda penampakanya (morfologi,
warna, bentuk,dll) masing-msing dihitung 1 koloni
 Jika gabungan koloni yang saling bertindih tidak
dapat ibedakan dengan jelas maka dihitung 1 koloni
 Untuk koloni spreader ( menyebar) pada media
maka dihitung 1 koloni.
PERHITUNGAN KOLONI
 Cawan yang mengandung jumlah 25 koloni–250
koloni . Catat pengenceran yang digunakan dan hitung
jumlah total koloni dikalikan pengenceran
 Cawan dengan jumlah koloni >250
laporkan hasilnya sebagai terlalu banyak untuk
dihitung (TBUD)(TNCT), tetapi jika salah satu
pengenceran mempunyai jumlah koloni mendekati 250
laporkan sebagai perkiraan ALT. 
 Jumlah koloni semua cawan <25 koloni atau cawan
tanpa koloni.
( catat koloni yang ada, tetapi nyatakan perhitungan
sebagai kurang dari 25 dan dikalikan dengan 1/d,
dimana d adalah faktor pengenceran pertama yang
digunakan dan dilaporkan sebagai perkiraan ALT.
Perhitungan kontrol
Catatan:
KA KP
Karena pada kontrol ada koloni
1 koloni 2 koloni maka masing-masing cawan tiap
pengenceran dikurangi jumlah
koloni pd kontrol

Max koloni kontrol


Total 3 koloni
=10 koloni
=>10 (pengujian diulang)

Ex= jika pada cawan pertumbuhan koloni 235


maka hasilnya harus dikurang 3
=235-3
=232
RUMUS

N= Σ C
[(1 x n 1) + (0,1 x n2)] (x d)

dengan :
N = jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni/ ml/ g;
ΣC = jumlah koloni pada semua cawan yang dihitung;
n1 = jumlah cawan pada pengenceran pertama yang
dihitung;
n2 = jumlah cawan pada pengenceran kedua yang dihitung;
d = pengenceran pertama yang dihitung.
Contoh pembulatan
1234 5 6789
+0 +1
EX. 472 478
= =
Contoh pembulatan

 Hasil perhitungan            ALT


12.700                            =
12.400                            =
15.500                            =
14.500                            =
1. Jika pada cawan terdapat pertumbuhan
koloni 25-250 koloni
Pengenceran    : 1:100                     1:1000
Jumlah koloni : 232 dan 244          33 dan 28
Nilai ALT=......
N = 

=  
=  
=  
Contoh soal
No Sampel S/D Σ Koloni ALT
(Koloni/
gr/ml)
10^-2 10^-3 10^-4
1 Tahu S TBUD 189 24
D 245 138 20
Nilai ALT= ........?
N = Σ C
[(1 x n 1) + (0,1 x n2)] (x d)
=
Cawan dengan jumlah 25-250 koloni/ml/g

No Sampel S/D Σ Koloni ALT


(Koloni/
gr/ml)
10^-2 10^-3 10^-4

1 Tahu S TBUD 189 24

Nilai ALT ??? D 245 138 20


ALT= N= Σ Koloni/(1xn1)+ (0,1xn2).d
= 245+189+138/ (1x1) + (0,1x2).10^-2
=572/ (1+0,2) 10^-2
= 572/(1,2)10^-2
= 476.66x10^2
= 47.666
=48.000
=4,8 x10^4 cfu/g
Cawan dengan jumlah koloni >250
Pengenceran : 1 : 100 =TBUD
1 :1000= 640
Perkiraan ALT koloni/ml/g ???
N= 640 X 1/10^-3
=640 X 10^3
=640000 cfu/g
=6.4 x 10^5 cfu/g

Cttn:
jika ke-6 cawan (seluruh cawan) nilainya TBUD , maka
pengenceran terakhir harus tetap dihitung jumlahnya
Contoh soal
S/ 10^-2 10^-3 10^-4
D
S TBUD TBUD 567

D TBUD TBUD 437

Nilai ALT=.............?
= 437 x 1/10^-4
=437x10^4
= 4.370.000
= 4400000 cfu/g
= 4.4 x 10^6 cfu/g
3. Cawan dengan jumlah koloni <25

 Pengenceran : 1:100 1:1000


Jumlah koloni : 18 dan 0 2 dan 0

Perkiraan ALT koloni/ml/g ???


=<25 x1/10^-2
=<25x10^2
=2500* cfu/ml
= 2.5 x 10^3*cfu/g/ml

Catatan:
Beri tanda bintang (*) untuk cawan yang kurang dari 25
koloni.
Contoh soal
S/D 10^-2 10^-3 10^-4
S 24 17 5
D 23 12 7

Nilai ALT =.........??


= <25 x 1/10^-2
=<25x 10^2
=2500* cfu/g
= 2.5 x 10^3 cfu/g

Anda mungkin juga menyukai