Anda di halaman 1dari 4

Karbamat

https://media.neliti.com/media/publications/39463-ID-tingkat-keamanan-
konsumsi-residu-karbamat-dalam-buah-dan-sayur-menurut-analisis.pdf

Pestisida telah lama digunakan oleh para petani untuk mengendalikan hama
tanaman buah-buahan dan sayur mayur. Sejak tahun 1973, pestisida organik
sintetis, terutama golongan organofosfat dan karbamat yang lebih toksik daripada
golongan organoklor, paling banyak digunakan oleh para petani dibandingkan
dengan jenis lainnya. Karbamat umumnya digunakan untuk membasmi hama
tanaman pangan dan buah-buahan. Untungnya, senyawa tersebut kurang persisten
di lingkungan dan dapat mengalami dekomposisi alami dalam waktu singkat
sehingga mempunyai risiko keracunan yang lebih kecil.2 Dibandingkan dengan
organoklor, pengaruh karbamat terhadap enzim bersifat lebih reversibel dan tanda-
tanda toksisitasnya muncul lebih cepat. Rentang dosis yang menyebabkan efek
toksik dilaporkan lebih kecil dengan efek letal yang cukup besar.

Berdasarkan struktur kimianya, insektisida yang banyak digunakan saat ini


adalah golongan organofosfat seperti malation, paration, paraoxon, diazinon, dan
TEPP, diikuti oleh golongan karbamat seperti karbaril dan karbafuran. Dilihat dari
cara kerjanya, insektisida golongan organofosfat dan karbamat dapat dikategorikan
dalam antikolinesterase. Keracunan pestisida kadang dapat menimbulkan kematian
karena terjadi dehidrasi, kejang bronkus, paralisis otot pernafasan, ataupun koma
yang berkepanjangan. Di antara kedua golongan ini, pengaruh karbamat terhadap
enzim tersebut lebih reversibel dan tanda-tanda toksisitas muncul lebih cepat.
Rentang dosis yang menyebabkan efek toksik lebih kecil meskipun efek letal nya
cukup besar.

Karbamat diklasifikasikan menjadi subkelompok meliputi naftil karbamat


(karbaril), fenil karbamat (misalnya metiokarb dan propuksur), karbamat pirazol
(misalnya dimetilan isolan dan pirolan), karbamat metil heterosiklik (contohnya,
bendiokarb, dan karbofuran), oksim (contohnya, aldikarb, dan metomil). Pestisida
karbamat merupakan pestisida antikolinesterase yang ditemukan setelah fosfat
organik. Saat ini, di pasaran terdapat banyak pestisida golongan karbamat yang
merupakan derivat fisostigmin alkaloid utama tanaman Physostigmina venerosum.
Seperti insektisida lain golongan organofosfat, insektisida golongan karbamat
sangat banyak digunakan. Dari aspek aktivitas dan daya racun, sifat senyawa
golongan ini tidak banyak berbeda dengan senyawa organofosfat. Kedua golongan
tersebut juga mempunyai residu yang tidak dapat bertahan lama di alam. Gejala
keracunan senyawaan karbamat yang merupakan turunan asam karbamat HO-CO-
NH2 hampir tak terlihat jelas. Proses kerjanya juga menghambat enzim
kolinesterase dalam tubuh, tetapi reaksi yang ditimbulkannya bersifat reversible
(dapat balik) dan bekerja lebih banyak pada jaringan, bukan dalam plasma darah.
Termasuk kategori senyawa ini adalah aldicarb, karbofuran, methomil, propoksur,
dan karbaril.

Pestisida dari golongan karbamat relatif mudah diurai di lingkungan (tidak


persisten) dan tidak terakumulasi oleh jaringan lemak hewan. Karbamat juga
merupakan insektisida yang banyak anggotanya. Beberapa jenis insektisida
karbamat antara lain :

1. Aldikarb, merupakan insektisida, akarisida, serta nematisida sistemik yang cepat


diserap oleh akar dan ditransportasikan secara akropetal. Aldikarb merupakan
insektisida yang paling toksik, dengan LD50 (tikus) sekitar 0,93 mg/kg; LD50
dermal (kelinci) > 20 mg/kg.

2. Benfurakarb, merupakan insektisida sistemik yang bekerja sebagai racun kontak


dan racun perut serta diaplikasikan terutama sebagai insektisida tanah. LD50 (tikus)
205,4 (jantan) – 222,6 (betina) mg/kg; LD50 dermal (kelinci) > 2.000 mg/kg.

3. Karbaril, merupakan karbamat pertama yang sukses di pasaran. Karbaril


bertindak sebagai racun perut dan racun kontak dengan sedikit sifat sistemik. Salah
satu sifat unik karbaril yaitu efeknya sebagai zat pengatur tumbuh dan sifat ini
digunakan untuk menjarangkan buah pada apel. LD50 (tikus) sekitar 500 (b) – 850
(j) mg/kg; LD50 dermal (tikus) > 4.000 mg/kg.

4. Fenobukarb (BPMC), merupakan insektisida non-sistemik dengan kerja sebagai


racun kontak. Nama resmi insektisida ini adalah fenobukarb, tetapi di Indonesia
lebih dikenal dengan BPMC yang merupakan singkatan dari nama kimianya, yaitu
buthylphenylmethyl carbamate. LD50 (tikus) sekitar 623 (j) – 657 (b) mg/kg; LD50
dermal (kelinci) 10.250 mg/kg.

5. Metiokarb, nama umum lainya adalah merkaptodimetur. Insektisida ini


digunakan sebagai racun kontak dan racun perut. LD50 (tikus) sebesar 20 mg/kg;
LD50 dermal (tikus) > 5.000 mg/kg.

6. Propoksur, merupakan insektisida yang bersifat non-sistemik dan bekerja sebagai


racun kontak serta racun lambung yang memiliki efek knock down sangat baik dan
residu yang panjang. Propoksur terutama digunakan sebagai insektisida rumah
tangga (antara lain untuk mengendalikan nyamuk dan kecoa), kesehatan
masyarakat, dan kesehatan hewan. LD50 (tikus) sekitar 50 mg/kg; LD50 dermal
(tikus) > 5.000 mg/kg.

Transport Kontaminan:

Karbamat merupakan insektisida berspektrum luas dengan aplikasi luas dalam


pertanian. Insektisida ini diproduksi dari asam karbamat. Dua golongan karbamat yang
digunakan secara luas dalam pertanian adalah karbaril dan karbofuran. Karbaril
mempunyai toksisitas yang rendah pada manusia dan merupakan insektisida yang
digunakan di dalam rumah dan diperkebunan. Karbaril dapat membunuh insektisida dan
membuat kulit buah menjadi lebih tipis. Dalam tumbuhan, karbofuran yang bersifat
sistemik biasa digunakan sebagai insektisida tanah untuk menyerang nematoda dan
hama-hama tanah yang lain. Toksisitas pada manusia cukup tinggi sehingga
penggunaannya harus dilakukan secara berhati-hati. Pestisida ini menembus bagian luar
tumbuhan melalui epidermis batang, kulit kayu dan akar. Pestisida ini bersifat lipofilik
sehingga dapat masuk lebih cepat melalui komponen lipid kutikula yang juga bersifat
permeabel terhadap molekul polar. Pengambilan pestisida melalui akar dapat terjadi
melalui zona bulu-bulu akar.

Studi Kasus:

Keracunan pestisida organofosfat, karbamat dan kejadian anemia pada petani


hortikultura di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Salah satu
dampak dari keracunan pestisida organofosfat dan karbamatadalah anemia. Anemia
adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah berkurang dari normal,
yang berbeda untuk setiap jenis kelompok usia dan jenis kelamin. Tanda dan gejala yang
sering timbul adalah gelisah, diaforesis (keringat dingin), sesak nafas, kolaps sirkulasi yang
prosesif cepat atau syok. Kejadian keracunan akibat pestisida pada petani dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor baik oleh faktor lingkungan maupun faktor perilaku petani
itu sendiri dalam setiap kontak dengan pestisida.

Anda mungkin juga menyukai